Anda di halaman 1dari 5

HUKUM keuangan negara di Indonesia mulai berlaku pada akhir abad ke-20.

Hukum keuangan negara adalah sekelompok hukum tertulis yang isinya mengenai
hak dan kewajiban negara dalam bidang keuangan termasuk barang-barang yang
menjadi milik negara terkait dengan kegiatan negara dan publik.
Hukum keuangan negara berlandaskan pada pembukaan UUD 1945. Selengkapnya
tentang hukum keuangan negara, dapat Anda ketahui melalui beberapa ulasan di
bawah ini.
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan dalam sebuah hukum diperlukan untuk memperkuat kedudukan hukum
tersebut. Landasan hukum keuangan negara tidak hanya terdapat dalam
pembukaan UUD 1945, tetapi tertuang dalam pasal 23A hingga 23E UUD 1945
terkait dengan keuangan negara. Adapun landasan lain terdapat dalam undang-
undang (UU).
Di antaranya UU No. 17 tahun 2013 tentang keuangan negara, UU No. 1 tahun
2004 tentang pembendaharaan negara, UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia dan lain sebagainya. Hukum keuangan negara mempunyai tempat di
hukum publik, namun memiliki potensi untuk berada di hukum privat dan
bersinggungan dengan kepentingan negara. Dengan demikian, hukum keuangan
negara memiliki jangkauan yang cukup luas.
Ruang Lingkup Hukum Keuangan Negara
Hukum keuangan negara memuat seluruh kekayaan negara dalam berbagai bentuk,
yang dapat dipisahkan atau tidak dapat dipisahkan, termasuk pula segala kekayaan
negara, hak dan kewajibannya secara keseluruhan.
Hal ini berarti keuangan negara berhubungan dengan APBN, APBD, aset dan
keuangan negara di Perjan, Perum, PN-PN dan beberapa perusahaan lain. Hal
tersebut mengaju pada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Ruang lingkup
hukum ini semakin diperkuat dengan pasal 2G dalam UU Keuangan Negara yang
isinya tentang peraturan mengenai hak dan kewajiban negara.
Negara memiliki hak antara lain menarik pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang dan melakukan pinjaman. Hak tersebut memberi potensi pada negara untuk
memiliki otoritas dalam mengelola keuangan dan kekayaan negara.
Sedangkan kewajiban negara adalah menyediakan layanan dan membayar tagihan
pinjaman pada pihak ketiga. Sumber keuangan negara adalah pajak baik
penghasilan, pertambahan nilai barang dan jasa, penjualan barang mewah, bea
materai, bea cukai (bea masuk, cukai gula dan cukai tembakau) dan sumber
penerimaan lain.
Keseluruhan hasil yang termasuk dalam sumber keuangan negara tersebut dikelola
melaui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban atas
keuangan negara. Keuangan negara berada dalam kekuasaan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Presiden.
Pengawasan Hukum Keuangan Negara
Adanya check and balance mengakibatkan jalannya atau implementasi hukum
keuangan negara dipegang oleh lembaga yang mengawasinya. Tujuan lembaga
tersebut adalah mengawasi pengelolaan dan pertanggung jawaban atas pihak-pihak
pengelola keuangan negara.
Pengawasan keuangan negara dilakukan oleh inspektorat jenderal, inspektorat
provinsi, inspektorat kabupaten/kota, badan pengawasan keuangan dan
pembangunan dan badan pemeriksa keuangan atau BPK.
Badan-badan tersebutlah yang bertugas memeriksa jika terdapat keganjilan dan
ketidakberesan dalam pengelolaan keuangan negara. Sehingga kemungkinan
timbulnya kerugian negara yang merugikan negara dan masyarakat dapat dihindari.
Kerugian tersebut dapat terjadi karena kesengajaan atau kelalaian dalam bertugas
selama pengadaan barang (misalnya harga lebih tinggi), pelepasan aset,
pemanfaatan aset, kredit macet dan penempatan aset.
Pentingnya Mengetahui Hukum Keuangan Negara
Sebagai masyarakat publik atau kaum publik kadang kita dengan mudah
menyalahkan negara atas keputusannya mengadakan pinjaman ke pihak lain
dengan jumlah yang tidak sedikit atau menyalahkan pemerintah karena jumlah
warga miskin masih melimpah di negara ini sedangkan pendapatan negara
melimpah.
Padahal semua itu tentunya tidak diputuskan begitu saja namun melalui beberapa
proses perundingan yang cukup rumit. Dimana hukum keuangan negara juga
memiliki pengaruh di dalamnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui hal-hal
yang terkait dalam hukum keuangan negara.
Sebagai lembaga perantara keuangan masyarakat ( financial intermediary ), bank menjadi
media perantara
Pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of fouds) dengan
pihak-pihak yang kekurangan / memerlukan dana (lack of fouds)

Sebagai lembaga yang


bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

Lembaga
perbankan mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sangat besar,
selain memiliki fungsi tradisional, yaitu untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat dalam arti sebagai perantara pihak yang
berlebihan dana dan kekurangan dana, yakni fungsi financial
intermediary, juga berfungsi sebagai sarana pembayaran. Seperti telah
dikemukakan, perbankan Indonesia mempunyai fungsi yang diarahkan
sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai
lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. 29
Perbankan nasional berfungsi sebagai sarana pemberdayaan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Untuk mencapainya
perbankan Indonesia harus memiliki komitmen. Komitmen ini oleh
Nyoman Moena diterjemahkan ke dalam bahasa perbankan, yaitu
perbankan Indonesia berfungsi sebagai :

Bank merupakan salah satu finacial intermediary. Sebagai lembaga


perantara keuangan, bank memiliki fungsi menghimpun dana dari
pihak yang memiliki kelebihan dana ( surplus of funds ) dan
menyalurkannya kepada pihak yang memerlukan dana ( lack of funds ).
Dalam hal penghimpunan dana masyarakat, kepercayaan masyarakat
untuk menyimpan dananya pada bank merupakan modal utama bank.
Jika dilihat dari prosentase dana yang dikelola olah bank, dana titipan
masyarakat pada bank memiliki prosentasi yang sangat besar, yaitu
sekitar 60 – 70 % dibanding dari modal bank itu sendiri yang berkisar
30 – 40 %. Melihat besarnya dana yang dikelola oleh bank, maka
betapa bank sangat memerlukan dana masyarakat untuk bisa
beroperasi dengan semestinya.
Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna
asas demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2
berbunyi : yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar
1945. Demokrasi ekonomi ini tersimpul dlam Pasal 33 UUD 1945,
yaitu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluragaan. Menurut Rochmat Soemitro ( 1991 : 185 )32
pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi
ekonomi menentukan masyarakat harus memegang peran aktif dalam
kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan dan bimbingan
terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat
bagi perkembangan dunia usaha.
1) Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relation principle )
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi
hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana
masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap
bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur
dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.
2). Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan
bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam
penghimpunan terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat
harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini
agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan
baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang
berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2
dan Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.
3) Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan
Pasal 47 A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib merahasiakan
keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban
merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan
itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang
piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang /
Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan
perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam
rangka tukar menukar informasi antar bank.
4). Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )
Prinsip mengenal nasabah36 adalah prinsip yang diterapkan oleh
bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau
kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang
mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia No.3/1 0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip
Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan
prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga
keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga
Pengaturan Perbankan Nasional
Dasar Hukum beroperasinya lembaga perbankan nasional jika
diurut berdasarkan UU No 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Perundang-undangan adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945 ( terutama Pasal 33 )
2. UU No 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan
3. UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
4. KUH Perdata
5. KUH Dagang
6. Peraturan Pemerintah
7. Peraturan Presiden
8. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan perbankan
Sejak Indonesia merdeka, kita telah menyusun 3 Undangundang
yang mengatur tentang Perbankan, yaitu UU No 14 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, UU No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan , dan UU No 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7
Tahun 1992 tentang Perbankan. Selain peraturan dalam bentuk undangundang
juga telah dikeluarkan berbagai Paket Kebijaksanaan.37
Pengaturan perbankan di Indonesia memiliki beberapa fungsi utama 38:
Pertama : Untuk tujuan moneter, pengaturan perbankan
diarahkan untuk tujuan moneter, ditujukan untuk mendorong stabilitas
moneter di Indonesia. Hal ini mengingat masih dominannya perbankan
sebagai sumber pembiayaan investasi.
Kedua : Untuk tujuan pengawasan terhadap industri perbankan.
Pengaturan perbankan untuk tujuan pengawasan adalah dalam rangka
nasabah, dan menjaga stabilitas pasar uang serta mendorong system
perbankan yang efisien dan kompetitif.
Ketiga : untuk tujuan pembangunan. Pengaturan perbankan
untuk tujuan pencapaian program pembangunan diarahkan agar
perbankan nasional dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi pada
masa pembangunan.
Selanjutnya akan diuraikan perkembangan perbankan di Indonesia
berdasarkan periodisasi berlakunya peraturan perundang-undangan
perbankan.

• Hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan


• Hukum Perbankan adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga
keuangan bang yang meliputi aspek yang dilihat dari segi esensi dan eksistensinya serta
hubungannya serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain (Muhammad
Djumhana) .
• Perbankan “ Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelambagaan,
kegitan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.

Anda mungkin juga menyukai