HUKUM Bisnis Dokumen
HUKUM Bisnis Dokumen
Hukum keuangan negara adalah sekelompok hukum tertulis yang isinya mengenai
hak dan kewajiban negara dalam bidang keuangan termasuk barang-barang yang
menjadi milik negara terkait dengan kegiatan negara dan publik.
Hukum keuangan negara berlandaskan pada pembukaan UUD 1945. Selengkapnya
tentang hukum keuangan negara, dapat Anda ketahui melalui beberapa ulasan di
bawah ini.
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan dalam sebuah hukum diperlukan untuk memperkuat kedudukan hukum
tersebut. Landasan hukum keuangan negara tidak hanya terdapat dalam
pembukaan UUD 1945, tetapi tertuang dalam pasal 23A hingga 23E UUD 1945
terkait dengan keuangan negara. Adapun landasan lain terdapat dalam undang-
undang (UU).
Di antaranya UU No. 17 tahun 2013 tentang keuangan negara, UU No. 1 tahun
2004 tentang pembendaharaan negara, UU No. 3 tahun 2004 tentang Bank
Indonesia dan lain sebagainya. Hukum keuangan negara mempunyai tempat di
hukum publik, namun memiliki potensi untuk berada di hukum privat dan
bersinggungan dengan kepentingan negara. Dengan demikian, hukum keuangan
negara memiliki jangkauan yang cukup luas.
Ruang Lingkup Hukum Keuangan Negara
Hukum keuangan negara memuat seluruh kekayaan negara dalam berbagai bentuk,
yang dapat dipisahkan atau tidak dapat dipisahkan, termasuk pula segala kekayaan
negara, hak dan kewajibannya secara keseluruhan.
Hal ini berarti keuangan negara berhubungan dengan APBN, APBD, aset dan
keuangan negara di Perjan, Perum, PN-PN dan beberapa perusahaan lain. Hal
tersebut mengaju pada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Ruang lingkup
hukum ini semakin diperkuat dengan pasal 2G dalam UU Keuangan Negara yang
isinya tentang peraturan mengenai hak dan kewajiban negara.
Negara memiliki hak antara lain menarik pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang dan melakukan pinjaman. Hak tersebut memberi potensi pada negara untuk
memiliki otoritas dalam mengelola keuangan dan kekayaan negara.
Sedangkan kewajiban negara adalah menyediakan layanan dan membayar tagihan
pinjaman pada pihak ketiga. Sumber keuangan negara adalah pajak baik
penghasilan, pertambahan nilai barang dan jasa, penjualan barang mewah, bea
materai, bea cukai (bea masuk, cukai gula dan cukai tembakau) dan sumber
penerimaan lain.
Keseluruhan hasil yang termasuk dalam sumber keuangan negara tersebut dikelola
melaui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban atas
keuangan negara. Keuangan negara berada dalam kekuasaan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Presiden.
Pengawasan Hukum Keuangan Negara
Adanya check and balance mengakibatkan jalannya atau implementasi hukum
keuangan negara dipegang oleh lembaga yang mengawasinya. Tujuan lembaga
tersebut adalah mengawasi pengelolaan dan pertanggung jawaban atas pihak-pihak
pengelola keuangan negara.
Pengawasan keuangan negara dilakukan oleh inspektorat jenderal, inspektorat
provinsi, inspektorat kabupaten/kota, badan pengawasan keuangan dan
pembangunan dan badan pemeriksa keuangan atau BPK.
Badan-badan tersebutlah yang bertugas memeriksa jika terdapat keganjilan dan
ketidakberesan dalam pengelolaan keuangan negara. Sehingga kemungkinan
timbulnya kerugian negara yang merugikan negara dan masyarakat dapat dihindari.
Kerugian tersebut dapat terjadi karena kesengajaan atau kelalaian dalam bertugas
selama pengadaan barang (misalnya harga lebih tinggi), pelepasan aset,
pemanfaatan aset, kredit macet dan penempatan aset.
Pentingnya Mengetahui Hukum Keuangan Negara
Sebagai masyarakat publik atau kaum publik kadang kita dengan mudah
menyalahkan negara atas keputusannya mengadakan pinjaman ke pihak lain
dengan jumlah yang tidak sedikit atau menyalahkan pemerintah karena jumlah
warga miskin masih melimpah di negara ini sedangkan pendapatan negara
melimpah.
Padahal semua itu tentunya tidak diputuskan begitu saja namun melalui beberapa
proses perundingan yang cukup rumit. Dimana hukum keuangan negara juga
memiliki pengaruh di dalamnya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui hal-hal
yang terkait dalam hukum keuangan negara.
Sebagai lembaga perantara keuangan masyarakat ( financial intermediary ), bank menjadi
media perantara
Pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of fouds) dengan
pihak-pihak yang kekurangan / memerlukan dana (lack of fouds)
Lembaga
perbankan mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sangat besar,
selain memiliki fungsi tradisional, yaitu untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat dalam arti sebagai perantara pihak yang
berlebihan dana dan kekurangan dana, yakni fungsi financial
intermediary, juga berfungsi sebagai sarana pembayaran. Seperti telah
dikemukakan, perbankan Indonesia mempunyai fungsi yang diarahkan
sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai
lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf
hidup rakyat banyak. 29
Perbankan nasional berfungsi sebagai sarana pemberdayaan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Untuk mencapainya
perbankan Indonesia harus memiliki komitmen. Komitmen ini oleh
Nyoman Moena diterjemahkan ke dalam bahasa perbankan, yaitu
perbankan Indonesia berfungsi sebagai :