Anda di halaman 1dari 118

UNIVERSITAS PROF.DR.

MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

STRATEGI HUMAS DALAM MEMPERTAHANKAN


CITRA PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG
SEBAGAI KOTA PERAIH ADIPURA

Diajukan Oleh :
NAMA : FRANS SURYA
NIM : 2010 - 41 - 151
KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai


Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan Karunia-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga

penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Strategi Humas Dalam Mempertahankan Citra Pemerintahan Kota

Tangerang Sebagai Kota Peraih Adipura”

Penulis skripsi ini mungkin jauh dari kata sempurna karena masih

terdapat banyak kekurangan maupun kelemahan dari berbagai segi baik itu

penulisan, refrensi, maupun analisis datanya. Oleh karenanya, penulis

mengharapkan saran-saran maupun kritikan atas tulisan ini, sehingga

dikemudian hari ada kajian yang lebih mendalam mengenai penelitian

sejenis.

Dengan rendah hati, besar harapan bagi penulis semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan berguna sebagai refrensi bagi teman-teman ataupun

pembaca.

Jakarta, Febuari 2015

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucapkan rasa puji dan syukur penulis panjatkan

kedirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan anugrah dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan baik. Serta salam penulis untuk keluarga dan para sahabat yang

telah mendukung dari awal hingga akhir untuk bisa menyelesaikan skripsi

ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi

ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik dalam

segi isi, penulisan maupun kata-katanya yang tidak tersusun secara baik.

Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi

ini dapat terselesaikan.

Dengan hati yang tulus dan ikhlas, peneliti ingin menyampaikan

rasa syukur dan terimakasih serta penghargaan yang tak terhingga

sedalam-dalamnya kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Pulo (Alm), dan ibu Pita Haryati serta orang

terkasih yaitu Amih, Gopos, Gondo, Penong, Ucul, Pak Eman dan

Mama Dedah yang selalu mendoakan dan mendukung secara pribadi

untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dr. Hanafi Murtani, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

3. Dr. Hendri Prasetyo, S.Sos,M.Si selaku ketua program studi Fakultas

Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).


4. Dra. Yuni Retna Dewi, M.Si selaku dosen pembimbing I penulis, atas

segala nasihat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Alm Drs. T.E.Ardhoyo, MM. selaku dosen pembimbing II untuk segala

ilmu dan wawasan kepada penulis

6. Pegawai dan staf Humas Pemerintahan Kota Tangerang terutama

untuk Bapak Ir.R.Sugihharto, M.Si, Bucce Gantina, Ibu Ika, Pak Boy,

Ibu Eka, Pak Ari, Pak Abdan, dan Pak Usman yang telah mengizinkan

penulis meneliti di Humas Pemerintahan Kota Tangerang, serta

memberi kemudahan dalam memperoleh data penelitian.

7. Teman-teman satu angkatan kelas B yang telah membantu,

mendoakan dan memberi semangat kepada saya ,Keluarga besar

saya, atas doa dan dukungannya, Serta kucing-kucing saya dirumah

Apil,Rocky,Kielle,dan Kimo yg selalu menghibur disaat mengerjakan

skripsi ini.

8. Kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang

membantu dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih semuanya.

Semoga skripsi ini juga bermanfaat dan dapat menjadi refrensi bagi

temen-teman ataupun pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

membalas kebaikan kepada penulis maupun pembaca.

Jakarta,Febuari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

B. Pembatasan Masalah ................................................. 8

C. Perumusan Masalah ................................................. 12

D. Tujuan Penelitian ...................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, DAN

KERANG PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka .......................................................... 14

B. Kerangka Konsep dan Teori ..................................... 18

1. Komunikasi .......................................................... 18

2. Humas ................................................................. 25

3. Citra .................................................................... 34

4. Humas Pemerintahan .......................................... 39

5. Strategi Humas ................................................... 41

6. Nine Step Strategi of PR ...................................... 44

C. Kerangka Pemikiran ................................................. 48


BAB III METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian ................................................ 49

B. Metode dan Sifat Penelitian ...................................... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ..................................... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 52

E. Teknik Analisis Data ................................................. 55

F. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Dan Subjek Penelitian......................59

1. Sejarah Pemerintah Kota Tangerang .................. 59

2. Sejarah Adipura .................................................. 74

A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................... 74

1. Pembentukan Citra Pemkot Tangerang .............. 79

2. 9 Langkah Pelaksanaan Strategi

Humas..................................... ............................. 85

3. Pembahasan ....................................................... 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................. 104

B. Saran ...................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Frans Surya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1991
Alamat : Jl. Taman Kemang II Blok D1 No.39
Jakarta Selatan
Telepon/Hp : 081317770567
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B)
NIM : 2010-41-151
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi :
Judul : Strategi Humas Untuk Mempertahankan Citra
Pemerintahan Kota Tangerang Sebagai Kota Peraih
Adipura
Pembimbing I : Dra. Yuni Retna Dewi, M.Si
Pembimbing II : Drs. Freddy Richardo, M.Si
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat
merupakan hasil asli (orisinal) dan bukan duplikasi dari skripsi orang lain.

Deminkian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup untuk dikenakan
sanksi akademis sesuai dengan peraturan yang berlaku di fakultas ilmu
komunikasi universitas. Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Jakarta, Febuari 2015


Yang menyatakan,

( Frans Surya )
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI HUBUNGAN MASYARAKAT

ABSTRAK

Nama : Frans Surya


NIM : 2010-41-151
Judul Skripsi : Strategi Humas Dalam Mempertahankan
Citra Pemerintahan Kota Tangerang
Sebagai Kota Peraih Adipura
Bab/Halaman : 5 Bab 106 Halaman
Bibliografi : 20 Buku + 3 Website
Pembimbing : 1. Dra. Yuni Retna Dewi, M.Si
2. Drs. Freddy Richardo, M.Si

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, penulis meneliti


mengenai Strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam
mempertahankan Citra Pemerintah sebagai kota peraih Adipura.Skripsi ini
menjelaskan bagaimana Humas pemerintahan kota Tangerang dalam
menyusun strateginya dengan baik sesuai kelebihan dan kekurangan, agar
terwujud Citra Pemerintah. Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul : “Strategi Humas
Dalam Mempertahankan Citra Pemerintahan Kota Tangerang sebagai
Kota Peraih Adipura”. Permasalahan yang ditengahkan adalah
“Bagaimana strategi humas dalam mempertahankan citra pemerintahan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi humas
pemerintahan kota Tangerang, menjelaskan strategi humas dalam
mempertahankan citra pemerintahan kota Tangerang sebagai kota peraih
Adipura
Dalam kerangka teori, penulis menggunakan beberapa teori yaitu
Strategi Humas, Pembentukan Citra,dan Nine Step Strategy Of PR serta
menggunakan analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing, atau verivication. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskritif-kualitatif dan menggunakan
paradigma konstruktivisme bermaksud melakukan penyelidikan dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak.
Hasil dari penelitian menunjukan Humas Pemerintahan Kota
Tangerang yang diteliti menjadi jelas, karena strategi atau konsep telah
diimplementasikan secara menyeluruh. Untuk mencapai tujuan tertentu
yakni mempertahankan citra pemerintahan Kota Tangerang sebagai kota
Peraih Adipura. Identifikasi masalah penelitian ini yakni tujuan, pesan,
media dan citra sebagaimana dapat dilakukan Humas pemerintahan kota
Tangerang yang telah berhasil menjalankan strateginya untuk
mempertahankan citra pemerintahan sesuai dengan fokus penelitian yang
diharapkan.
UNIVERSITY PROF. DR. MOESTOPO (RELIGIOUS)
FACULTY OF COMMUNICATION
STUDY PROGRAM PUBLIC RELATIONS

ABSTRACT

Name : Frans Surya


NIM : 2010-41-151
Thesis Title : " Public Relations Strategy In Maintaining
The Image Of Tangerang City
Government As The Winning City of
Adipura”
Chapter/Page : 5 Bab 106 Page
Bibliografi : 20 Book + 4 Website
Preceptor : 1. Dra. Yuni Retna Dewi, M.Si
2. Drs. Freddy Richardo, M.Si
Based on the background of this study , the authors examined the
Tangerang City Government . Public Relations Strategies in Maintaining
image Tangerang City Government as the winning city of Adipura. thesis
explains how PR Tangerang city administration in formulating its strategy
well in accordance advantages and disadvantages , in order to build the
image of the institution materialize . With this background , the authors are
interested in doing research by taking the title : " Public Relations Strategies
in Maintaining image of Tangerang City Government as the winning city of
Adipura”"
The problems centered is "How do public relations strategy in
maintaining the image of the institution " . The purpose of this study was to
determine the Tangerang city government public relations strategy ,
explaining the strategy of public relations in maintaining the image of
Tangerang city administration as the winning city Verse
In the theoretical framework , the authors use several theories that
PR Strategy , Formation of image , and the Nine Step Strategy Of PR as
well as the use of data analysis that is data reduction, data display , and
conclusion drawing , or verivication . The research is a qualitative research
with descriptive qualitative approach and using the paradigm of
constructivism intends to conduct an investigation to depict or describe the
state of the object or subject of study at the present time based on the facts
that appear
Results of the research show Tangerang City Government
Relations examined it became clear , in a strategy or concept has been
implemented thoroughly . To achieve a specific goal that is to build the
image of the institution in order as the city of Nobel clean city . Identification
of research problems that purpose , message , media and public relations
image as can be done Tangerang city administration that has successfully
run its strategy to build the image of the institution in accordance with the
focus of the research is expected .
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha

yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk

menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan

masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial

dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya,

memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan

melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi

kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun

masyarakat yang terkait. Public Relations (PR) merupakan fungsi

manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus

mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta,

merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil

apa yang telah dicapainya.

Public relations atau hubungan masyarakat masih merupakan

bidang baru terutama di Indonesia. Lahirnya public relations seperti

yang dipraktekan sekarang ialah karena adanya kemajuan-kemajuan

dalam berbagai macam bidang. Kemajuan yang sekaligus merupakan

juga kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, memisahkan manusia

kedalam berbagai kelompok atau golongan, yang masing-masing


mempunyai tujuan sendiri dan berusaha untuk mencapai tujuan itu

dengan sebaik-baiknya. Dalam hubungannya tersebut, The British

Institute of Public Relations menyatakan bahwa aktivitas Humas adalah

mengelola komunikasi antara organisasi, dan publiknya dan prakti

humas adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya

untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi

dan publiknya.(Rosady Ruslan,2010:15) . selain itu Cutlip, Center &

Brown juga menyebutkan Public Relations is the distinctive

management function which help establish and mutual lines of

communications, understanding, acceptance and cooperation between

on organization and its public (Humas adalah fungsi manajemen secara

khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam

komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara

organisasi dengan berbagai publiknya). (Soemirat dan

Ardianto,2010:14)

Frida Kusumastuti menjelaskan bahwa humas harus mampu

menginterpretasikan, menganalisa, dan membuat evaluasi

kecenderungan perilaku publik untuk kemudian direkomendasikan

kepada pihak manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi

serta mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan

publik sehingga tercipta saling pengertian, menghormati dan

menyanggupi untuk melaksanakan kebijakan yang diambil oleh

organisasi. Humas juga harus mempunyai kemampuan mengevaluasi


program-program organisasi khususnya yang berkaitan dengan publik.

(Kusumastuti, 2004:138). Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud, Bagian humas mempunyai fungsi yaitu kegiatan yang

bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya

pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada

umumnya serta memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang

bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. Dan unsur penting

dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan

publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat

penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana,

yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas

bisa dicapai secara optimal serta usaha menciptakan hubungan yang

harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya,

sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat

berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang

bersangkutan.

Humas dalam lembaga pemerintahan merupakan suatu

keharusan fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi dan

kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan lembaga pemerintahan dan

kepada masyarakat.Terutama di Indonesia lembaga kehumasan

sangatlah diperlukan. Humas ini merupakan kelanjutan dari proses

penetapan kebijakan pemerintah, pemberi layanan informasi kepada

masyarakat, sehingga humas itu memperoleh kepercayaan dari


publiknya, yaitu masyarakat dalam arti luas. Maka dari itu sikap dan

pelayanan yang baik sangat penting demi terciptanya Citra yang baik.

Humas pemerintah Kota Tangerang bukanlah sekadar mitra kerja yang

sifatnya sementara, melainkan bersifat permanen. Sangat pentingnya

media massa, Humas Pemerintah Kota Tangerang dituntut untuk

mengenal dunia pers sebagaimana para wartawan bekerja. Mulai dari

soal penyampaian konferensi pers, editor bahasa teks reallese, hingga

style siaran radio/televisi, semuanya menjadi bagian keseharian dalam

dunia Humas.

Humas Pemerintahan Kota Tangerang membuat strategi yang

dilakukan untuk mempertahankan Citra Pemerintahan Kota Tangerang

sebagai kota peraih Adipura. Seperti yang di sampaikan oleh Bapak

Bucce Gantina selaku Kepala Sub Bagian Humas, Program Adipura,

merupakan program Strategis Kementerian Lingkungan Hidup, untuk

menciptakan kota yang bersih dan teduh. Kota Tangerang berhasil

dalam Program Adipura, dimana Kota Tangerang mampu meraih dan

mempertahankan anugerah adipura lima kali secara berturut-turut sejak

tahun 2009-2014. Dalam meraih Adipura tentu membutuhkan suatu

sikap dan tindakan yang bermanfaat bagi suatu stakeholder pada

khalayak sasarannya. Untuk terciptanya strategi yang berhubungan

dalam suatu opini dan citra yang dapat menguntungkan. Humas

pemerintahan kota Tangerang mempunyai strategi dalam menjaga citra

lembaga,dalam meraih adipura dengan menjaga kerjasama dengan


media yang selalu menjaga hubungannya melalui silahturahmi, atau

misalnya mengundang diacara-acara konfrensi pers pemerintahan dan

selalu diusahakan mereka mendapatkan pemberitaan lebih dulu

dibanding wartawan lain. Hal ini menjadi sebuah kelebihan untuk

humas pemerintahan kota Tangerang dalam upaya membangun Citra

pemerintahan kota Tangerang. Dalam memberikan informasi diperlukan

peranan seorang Humas atau public relations karena humas harus siap

memberikan dan menciptakan saling pengertian diantara publik yang

terkait di dalamnya, seperti yang dikutip dari The British Institute of

Public Relations, yaitu "The deliberate, planned and sustained effort to

establish and maintain mutual understanding between an organization

and its public. (Upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan

untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi

dengan khalayaknya)." (Effendy,1990:134).

Bagian Humas pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan

pemberitaan, mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk bahan

kebijakan pimpinan,melakukan perekaman, penyajian data, dan

mengatur keprotokolan kegiatan pimpinan serta melaksanakan tugas

lain yang diberkan oleh sekretariat daerah Kota antara lain

mengamankan kebijakan pemerintah. ketika pemerintah mengeluarkan

kebijakan,tugas seorang humaslah yang mengamankannya.

Menyimpan arsip yang aman untuk selanjutnya disosialisasikan kepada

pihak yang terkait.dan memberikan pelayanan dan penyebarluasan


informasi mengenai kebijakan yang dibuat serta program kerja secara

nasional kepada masyarakat. Jika kebijakan itu telah dibuat, tugas

humaslah untuk menyebarluaskannya.serta menjadi komunikator dan

mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi serta

merampung masyarakat dalam hal ini seorang humas pemerintahan

harus dekat dengan masyarakat agar dapat menggali lebih jauh

aspirasi-aspirasi yang muncul dari masyarakat. Humas pemerintahan

juga harus dapat berperan serta dalam menciptakan iklim kondusif dan

dinamis demi stabilitas dan keamanan politik untuk membantu

pemerintah dalam mewujudkan program pembangunan nasional.

Untuk menjalankan tugas Humas Pemerintahan tersebut

hendaklah seorang humas pemeritahan harus memiliki kemampuan

seperti mengamati dan menganalisis setiap persoalan yang menjadi

kepentingan instansi dan stake holdernya seorang humas harus

mampu melakukan komunikasi dua arah yang mendukung kedua belah

pihak dan mempengaruhi dan menciptakan opini publik yang

menguntungkan bagi instansinya serta mampu menjalin hubugan yang

baik dan kerjasama yang didasari dengan rasa saling percaya dengan

semua pihak terkait.

Sam black dalam bukunya, practical public relations,

mengklasifikasikan humas menjadi “humas pemerintahan pusat”

(central government) dan “humas pemerintahan daerah” (local

goverment). Selanjutnya Sam black mengemukakan tugas humas


pemerintahan pusat,yaitu menyebarkan informasi secara teratur

mengenai kebijaksanaan,perencanaan,dan hasil yang telah dicapai

serta menerangkan dan mendidik publik mengenai perundang-

undangan,peraturan-peraturan,dan hal-hal yang bersangkutan dengan

kehidupan rakyat sehari-hari. (Sam black dalam Effendy,1999:37)

Dalam rangka menunjang pelaksanaan dari tugas humas dan

fungsinya,ada beberapa kegiatan humas yang dihadapi/dilaksanakan

secara rutin,misalnya kemampuan untuk membangun dan membina

saling pengertian antara kebijaksanaan dari pihak pimpinan

instansi/lembaga dengan publik internal dan eksternal dan sebagai

pusat pelayanan dan pemberian informasi atau narasumber berita,baik

berasal dari instansi/lembaga maupun berasal dari pihak publiknya.

Melakukan pendokumentasian dari setiap kegiatan publikasi dan

peristiwa ajang khusus,acara penting (special events) dilingkungan

instansi/lembaganya, baik yang disimpan (dokumentasi) dalam bentuk

media cetak maupun elektronik lalu mengumpulkan data dan informasi

yg berasal dari berbagai sumber,khususnya yang berkaitan dengan

kepentingan bagi instansi/lembaga atau opini publik yang berkembang

sebagai upaya penelitian dan keperluan untuk analisa serta

pengembangan rencana dan program kerja yang akan datang serta

kemampuan menciptakan produk-produk Publik Relations, seperti news

clipping,speech writing concept,news release,press realease,internal pr

magazine,annual report publications. (Rusian,2002)


Kinerja humas pemerintahan kota Tangerang selalu dituntut

untuk bisa melakukan dan menumbuhkan hubungan yang baik antara

lembaga dengan para stakeholder, namun terkadang publik belum

memahami kinerja humas pemerintahan dalam hal komunikasi antara

humas pemerintahan dengan publik. humas harus siap memberikan

dan menciptakan saling pengertian diantara publik yang terkait di

dalamnya, humas pemerintahan harus mampu berkomunikasi dengan

publik guna membantu kinerja humas pemerintahan yang terbaik bagi

citra lembaganya.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut penulis

merumuskan judul skripsi mengenai “Strategi Humas Dalam

Mempertahankan Citra Pemerintahan Kota Tangerang Sebagai

Kota Peraih Adipura”

B. Pembatasan Masalah

Menurut Husaini usman dan Purnomo Setiadi Akbar, (2008:46)

pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-

batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti, masalah itu sendiri

timbul akibat dari ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan.

Pembatasan masalah diartikan sebagai langkah awal dalam

menentukan penelitian sekaligus memberikan pembatasan kepada

peneliti untuk mengadakan observasi. Untuk itu peneliti memberi

batasan dengan memfokuskan pada strategi yang digunakan oleh


humas pemerintahan kota Tangerang,dalam upaya membangun citra

pemerintahan kota Tangerang kepada masyarakat, sebagai wujud

usaha lembaga pemerintahan yang bertujuan memberikan manfaat

bagi masyarakat. Untuk menyamakan persepsi pemahaman arti kata-

kata yang terdapat dalam judul,maka penulis memberikan batasan-

batasan sebagai berikut :

1. Pembatasan Materi

Sesuai dari disiplin ilmu dari penulis,maka ruang lingkup dan

garis besar materi yang akan dibahas dalam penelitian yaitu “

strategi humas dalam mempertahankan Citra Pemerintahan kota

Tangerang “

2. Pembatasan Istilah

Penulis mencoba memberikan batasan-batasan dengan

menjelaskan definisi yang ada pada judul skripsi yang diangkat. Hal

ini dimaksudkan agar skripsi ini tidak mengalami kesimpang siuran

serta menghindari pembahasan yang terlalu luas, Adapun batasan-

batasan yang penulis pada judul skripsi ini adalah :

a. Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratos=

militer; dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk

menjadi seorang jenderal.

Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dulu yang

sering diwarnai perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk


memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu

memenangkan perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu

rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan

material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu. (Tjiptono, 2008:3).

Kata strategi yang dipinjam dari istilah militer adalah

keputusan penting pada masa perang. Di kalangan militer terdapat

ungkapan yang amat terkenal yang berbunyi “To win the war, not

to win the battle” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia berarti “memenangkan perang bukan memenangkan

pertempuran” (Effendy, 2003:299).

Dalam buku Effective Public Relations edisi sembilan

(2006:353) karangan Cutlip, Center dan Broom dikatakan bahwa:

“strategi dapat didefinisikan sebagai penentuan tujuan dan

sasaran usaha jangka panjang, dan adopsi upaya pelaksanaan

dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan

tersebut”.

Sejalan dengan pendapat Arifin dalam Strategi Komunikasi

(1994:59) yang mengatakan bahwa strategi adalah keseluruhan

keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dilakukan guna

mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi diperlukan

perumusan tujuan yang jelas, juga terutama dalam

memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak, kemudian


menyusun pesan yang mampu membangkitkan perhatian dan

mempengaruhi khalayak.

b. Pengertian Citra

“Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek, yang


dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai
sumber setiap waktu. Citra dalam bahasa Inggris “image”
adalah sejumlah kepercayaan, ide, atau nilai dari
seseorang terhadap suatu objek, merupakan konstruksi
mental seseorang yang diperolehnya dari hasil pergaulan
atau pengalaman seseorang, atau merupakan interpretasi,
reaksi, persepsi atau perasaan dari seseorang terhadap
apa saja yang berhubungan dengannya.
(Webster,1993:534).

Untuk lebih jelas tentang citra, beberapa ahli telah

mengemukakan definisi dari citra. Webster (1993) mendefinisikan

citra sebagai gambaran mental atau konsep tentang sesuatu.

Kotler (1995) mendefinisikan citra sebagai jumlah dari keyakinan-

keyakinan, gambaran-gambaran, dan kesan-kesan yang dipunyai

seseorang pada suatu obyek. Obyek yang dimaksud bisa berupa

orang, organisasi, kelompok orang, atau yang lainnya. Menurut

Kotler (1997), perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi

yang mampu membentuk citra yang positif.”

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini hanya akan menfokuskan pada pembahasan yang

berkaitan dengan Strategi Humas Dan Citra Pemerintahan Kota

Tangerang.
D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi dari

Humas Pemerintahan dalam mempertahankan Citra Pemerintahan

Kota Tangerang sebagai kota peraih Adipura?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah

tersebut diatas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi

Humas dalam mempertahankan Citra Pemerintahan Kota Tangerang

sebagai kota peraih Adipura.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian

ilmu komunikasi khususnya minat studi hubungan masyarakat,

sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai

masukan bagi para mahasiswa komunikasi, khususnya mahasiswa

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo

(Beragama).

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

para praktisi Publik Relations, serta dapat dijadikan masukan

ataupun usulan bagi Pemerintah Kota Tangerang, khususnya pada

Divisi Humas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

A. Kajian Pustaka

Menurut Nasution dan Usman (2008:41) kajian pustaka

merupakan tahapan untuk mendokumentasikan hasil tinjauan atau

review terhadap teori atau penelitian sebelumnya,yang telah

dipublikasikan.

Kajian pustaka merupakan rangkuman dari penelitian terdahulu

yang berisikan tentang tujuan penelitian, teori dan metode yang

digunakan serta hasil yang didapat dari penelitian yang dihubungkan

dengan tema yang diangkat. Kajian pustaka dalam penelitian berguna

untuk bahan perbandingan antara penelitian yang terdahulu dengan

penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat

lebih baik dari penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Sebelum penulisan penelitian ini sudah ada penelitian sejenis

yang dilakukan oleh Yudi Satria, fakultas ilmu komunikasi di Universitas

komputer Indonesia dengan mengambil judul Strategi humas

PT.Dirgantara Indonesia (Persero) dalam membangun Citra

perusahaan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan,

menggambarkan, menjelaskan, menceritakan, dan merumuskan


persoalan yang peneliti teliti tentang strategi Humas PT.Dirgantara

Indonesia Dalam Membangun Citra Perusahaan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas penulis mempunyai

Ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

Strategi humas dalam mempertahankan Citra pemerintahan kota

Tangerang. berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan bahwa humas

pemerintahan kota Tangerang dituntut memberikan informasi mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan penyampaian pesan dari suatu lembaga

pemerintah melalui divisi Humas dari kegiatan kunjungan tamu.

Membangun identitas dan citra merupakan tugas pokok dari bagian

humas atau Public Relations (PR). Peneliti memilih humas

pemerintahan kota Tangerang karena ingin mengetahui tentang strategi

sampai proses dalam mempertahankan citra pemerintahan kota

Tangerang. Seperti yang tertera daam kolom dibawah ini :

No Nama Judul Teori Metode Hasil Kesimpulan

1. Togi Tua Strategi 1.teori metode studi Berdasarkan Boyolali


Lumban Pemerintah citra kasus sehingga Hasil penelitian merupakan
Gaol Daerah Boyolali 2.teori belajar dari ini salah satu Kota
(Universitas Dalam strategi pengalaman menunjukkan Kecil di
Gajah Mada) Mensukseskan humas yang terjadi di bahwa Indonesia yang
Program Adipura Kabupaten Keberhasilan dinilai berhasil
Boyolali, dapat Kabupaten dalam Program
memberikan Boyolali Meraih Adipura,
masukan Adipura 2005- dimana
konsep strategi 2012, dilakukan Kabupaten
bagi Pemerintah dengan strategi Boyolali
Daerah dan didukung mampu meraih
Kabupaten/kota faktor dan
lain, terutama mempertahank
untuk kategori an anugerah
kota kecil yang adipura tujuh
belum berhasil kali secara
dalam Program berturut-turut
Adipura. sejak tahun
2005-2012.
2. Yudi Satria Strategi Humas 1.teori Metode kualitatif
(Universitas PT.Dirgantara pembentu dengan
Komputer Indonesia kan citra pendekatan
Indonesia) (Persero) dalam 2.teori deskriptif-
membangun citra strategi kualitatif
peusahaan humas
3. Utami Strategi humas 1.Teori Metode kualitatif Hasil dari Citra
Carolina PT.Jasa Marga strategi dengan penelitian perusahaan
(Universitas cabang Jakarta- humas. pendekatan menunjukan masih baik
Prof.Dr.Moest Cikampek dalam 2.teori deskriptif- Humas PT Jasa karena PT.Jasa
opo membangun Citra pembentu kualitatif Marga yang Marga tetap
Beragama) perusahaan kan citra diteliti menjdi berhubungan
3.nine jelas secara baik dengan
step strategi publik internal
strategyof ataupun konsep maupun
PR telah eksternal.
diimplementasi
kan secara
menyeluruh.

B. Kerangka Konsep Dan Teori

1. Komunikasi

Komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan

penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil

masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan

untuk mempengaruhi perilaku dalam suatu masyarakat. Dengan

bahasa yang lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan

sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari

pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan

sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan

(feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding)

antara kedua belah pihak.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris

berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico,


communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to

make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang

paling disebut sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar

dari kata-kata latin lainnya yang mirip. “Komunikasi” menyarankan

bahwa suatu pemikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut

secara sama” (Mulyana, 2004:41)

Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas

yang “melayani” hubungan antar pengirim dan penerima pesan

melampaui ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua

orang pertama-tama tertarik mempelajari komunikasi manusia

(human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan

manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa yang akan datang.

Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya

orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan

manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi

merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang

terampil dari manusia (communication involves both attitudes and

skills). Manusia tidak bias dikatakan berinteraksi sosial kalau dia

tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukan informasi,

ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam

simbol-simbol dengan orang lain. (Walstrom,1992).

Selain itu menurut Deddy Mulyana menyatakan Komunikasi

adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan


yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui

bahasa tubuh, atau gaya atau tampilan pribadi, atau hal lain di

sekelilingnya yang memperjelas.

Komunikasi penting bagi organisasi dan informasi penting bagi

komunikasi yang efektif. Seseorang yang mengendalikan informasi

akan mengendalikan kekuatan organisasi. Struktur organisasi

ditentukan oleh keefektifan komunikasi. Ketika organisasi diharuskan

mencapai tujuan, maka anggota-anggota yang berada dalam

strukturnya akan bekerja sesuai dengan jabatan dan fungsinya untuk

mencapai tujuan dimaksud. Setiap struktur saling melengkapi dan

mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Konsekuensinya,

angggota-anggota di dalamnya akan saling berhubungan melalui

metode-metode pencapaian tujuan. Dengan demikian, anggota-

anggota organisasi tersusun ke dalam sistem yang saling

berhubungan yang mampu menginterpretasikan pesan, baik yang

datang dari anggota kelompok / organisasi itu sendiri maupun yang

datang dari luar, atau mampu mengkomunikasikan sesuatu kepada

siapa dan dengan cara apa. Komunikasi dalam organisasi dapat

terjadi dalam bentuk kata-kata yang ditulis atau diucapkan, gesture,

atau simbol visual, yang menghasilkan perubahan tingkah laku di

dalam organisasi, baik antara manajer-manajer, karyawan-karyawan,

dan asosiasi yang terlibat dalam pemberian ataupun mentransfer

komunikasi. Hasil akhirnya adalah pertukaran informasi dan


pengiriman makna atau proses aktivitas komunikasi dalam

organisasi (Onong U. Effendy,2003:48).

2. Tujuan, Fungsi dan Proses Komunikasi

a. Tujuan Komunikasi

Menurut Wilbur Schramm (1947) yang dikutip Sasa Djuarsa

dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi tujuan komunikasi dapat

dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni :

1) Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber :


a) memberikan informasi
b) mendidik
c) menyenangkan / menghibur
d) menganjurkan suatu tindakan / persuasi
2) Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima :
a) memahami informasi
b) mempelajari
c) menikmati
d) menerima atau menolak anjuran (Sasa Djuarsa (2008:1

b. Fungsi Komunikasi

Menurut Onong U. Effendy dalam buku, Teori dan Filsafat

Komunikasi (2003:55), fungsi dari komunikasi itu adalah

“menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur

(to entertain), mempengaruhi (to influences).

Menurut peneliti, fungsi komunikasi adalah merupakan

sebuah media untuk menyalurkan informasi dalam sebuah

pemenuhan kebutuhan. Karena sifat komunikasi tersebut dapat

dikategorikan secara langsung maupun tidak langsung. Secara


langsung maksudnya komunikasi disampaikan langsung kepada

objek yang dituju tanpa melalui perantara. Dan secara tidak

langsung komunikasi disampaikan kepada objek yang dituju

melalui media.

Dapat disimpulkan bahwa orang harus berkomunikasi,

karena itu orang harus bicara. Seperti kata Knapp dan Vangelisti:

a) Orang bicara tentang relasi mereka dalam pekerjaan,


bagaimana mereka terlibat, bagaimana kebutuhan untuk
menyatakan tenaganya;
b) Orang bicara tentang komitmen yang berkaitan dengan relasi.
Komitmen merupakan kondisi awal dari sebuah relasi;
c) Orang bicara tentang relasi sebagai keterlibatan, terlibat
bersama secara kuantitatif maupun kualitatif dalam
percakapan, dialog, membagi pengalaman.
d) Orang bicara tentang relasi dalam istilah manipulasi, misalnya
bagaimana saling mengawasi;
e) Orang bicara tentang relasi dalam istilah untuk
mempertimbangkan dan memperhatikan”.

Sekelompok orang yang mengikuti arisan atau kelompok

mahasiswa, hanya bisa tumbuh dan berkembang sebagai sebuah

komunitas atau bahkan masyarakat, kalau setiap anggotanya

saling bertukar pengalaman, makin hari makin mendalam dan

terjadi berulang-ulang. Sebagaimana dikatakan para ahli

komunikasi, bahwa komunikasi itu meliputi usaha untuk

menyampaikan pesan, mengalihkan pesan, memberikan diri kita

sebagai sebuah tempat yakni di hati dan otak orang lain untuk
menerima pesan. Hasil dari komunikasi, bersama itu adalah

interpersonal understanding (pemahaman atas hubungan antar

pribadi) karena ada kesamaan orientasi perseptual, kesamaan

sistem kepercayaan dan keyakinan, serta kesamaan gaya

komunikasi.

Apa sebenarnya komunikasi itu? Jane Pauley memberikan

definisi khusus atas komunikasi, setelah membandingkan tiga

komponen yang harus ada dalam sebuah peristiwa komunikasi,

jadi kalau satu komponen kurang maka komunikasi tak akan

terjadi. Dia berkata komunikasi merupakan:

1) Transmisi informasi;

2) Transmisi pengertian;

3) Menggunakan simbol-simbol yang sama. (Jane Pauley,1999)

Bernardo Attias (2000) mengatakan definisi komunikasi itu

harus mempertimbangkan tiga model komunikasi (model retorikal

dan perspektif dramaturgi, model transmisi, dan model ritual).

(membuat orang lain mengambil bagian), model retorikal dan

dramaturgi (menekankan) model transmisi (menanamkan,

megalihkan berita atau gagasan) dan model ritual (mengatur

orang-orang supaya mengambil bagian dalam kebersamaan).

Jadi komunikasi itu :

1) Membuat orang lain mengambil bagian, menanamkan,

mengalihkan berita atau gagasan


2) Membuat orang saling yang terlibat memiliki komunikasi

3) Membuat orang saling berhubungan

4) Mengambil bagian dalam kebersamaan

Dalam proses komunikasi, seorang komunikator harus

menggunakan stimuli atau rangsangan tertentu dengan tujuan

agar orang yang diajak bicara atau komunikan merasa tertarik

sehingga ia ingin mendengarkan dan memperhatikan yang

dibicarakan oleh komunikator.

II. Humas

2.1 Definisi Humas

Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu

usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara

berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara

sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah

sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa

kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan

pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan

program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan

baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang

terkait.

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk

mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai


program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan,

mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang

telah dicapainya.

Public relations atau hubungan masyarakat masih

merupakan bidang baru terutama di Indonesia. Lahirnya public

relations seperti yang dipraktekan sekarang ialah karena adanya

kemajuan-kemajuan dalam berbagai macam bidang itu. Kemajuan

yang sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan dalam

masyarakat, memisahkan manusia kedalam berbagai kelompok

atau golongan, yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan

berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka untuk menciptakan

kerja sama, public relations merupaka suatu kebutuhan dalam

masyarakat dewasa ini, dimana orang-orangnya bergerak

diberbagai bidang, misalnya dalam bidang industri, perusahaan,

pendidikan, pemerintahan, kerokhanian, social ekonomi, politik

perburuan dan sebagainya.

Praktik Humas adalah memikirkan, merencanakan dan

mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling

pengertian antara organisasi dan publiknya. (Rosady Ruslan,

2010:15)

Wakil dari pakar Humas / Public Relations dari Negara maju

mengadakan pertemuan di Mexico City pada bulan Agustus 1978,


dan menghasilkan definisi-definisi Humas dan dinamakan The

Statement of Mexico. Definisi tersebut berbunyi:

Cutlip, Center & Brown menyebutkan “Public Relations is


the distinctive management function which help establish
and mutual lines of communications, understanding,
acceptance and cooperation between on organization and
its public” (Humas adalah fungsi manajemen secara khusus
yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam
komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerja sama
antara organisasi dengan berbagai publiknya). (Soleh
Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2010:14)
Mengutip definisi PR dari Scott Cutlip dan Allan Center,

definisi PR adalah upaya terencana guna memengaruhi opini publik

melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab,

yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan

kedua belah pihak (Iriantara,2005:9). Komunikasi yang dijalankan

oleh Public Relations merupakan komunikasi yang bersifat timbal

balik (two way communications) sebab tujuan dari Public Relations

adalah menciptakan dan meningkatkan citra yang baik dari

organisasi kepada publik-publik yang berkepentingan.

(Yulianita,2005:41)

Humas (hubungan masyarakat) kini menjadi bagian

terpenting dari gugusan manajemen organisasi. Setiap badan

usaha apa pun bentuknya menjadikan humas sebagai ujung

tombak untuk membangun kepercayaan di mata masyarakat.

Keberadaan humas dinilai sangat strategis dalam memainkan opini

di depan publik. Hampir semua sektor usaha publik, mulai dari


sektor usaha kecil-kecilan hingga sektor usaha raksasa

membutuhkan peran humas sebagai upaya melancarkan target dan

tujuan.

Frazier Moore, berpendapat bahwa, humas merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari usaha / kegiatan manusia. Istilah

lain untuk menyebut humas adalah Public Relations. Suatu cabang

utama yang menjadi kajian dalam ilmu komunikasi. Jika seseorang

pandai menjalankan komunikasi dengan bagus, program - program

atau pesan yang ingin disampaikan kepada publik akan mudah

dimengerti dan ditangkap tanpa mengalami kekaburan pesan.

Saat perkembangan media informasi yang demikian pesat,

pekerjaan humas dituntut harus menempatkan diri secara adaptif

dalam melihat peluang dan tantangan. Sebab, tugas humas adalah

menghubungkan suatu pesan kepada penerima pesan. Kejelian

dan keakuratan dalam mengelola peluang dan tantangan itu

merupakan tugas pokok yang dihadapi bidang humas. Sehingga

bidang humas diharapkan bisa menyusun prosedur dan organisasi

tugasnya secara sistematis dan fleksibel.

“Di negara-negara maju, kata Moore, keberhasilan

manajemen usaha karena ditopang dengan kinerja humas yang

canggih dan energik. Sehingga jabatan humas bagi mereka

merupakan kehormatan yang sangat berharga, karena memainkan

peranan yang amat mulia. Tetapi sebaliknya, jika usahanya


mengalami kebangkrutan, maka humas merupakan bagian terbesar

penyebabnya. Di sinilah pentingnya strategi humas dalam

memainkan dan membaca urat nadi perubahan dan perkembangan

yang terjadi setiap saat di masyarakat.” (ditulis oleh Mujtahid,

Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang).

Pengertian lain tentang Public Relations adalah suatu

rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian

kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung

secara berkesinambungan dan teratur, jadi PR sama sekali

bukanlah kegiatan yang sifatnya sembarangan atau dadakan.

Humas juga memiliki tujuan utama untuk memastikan bahwa

organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain

yang turut berkepentingan atau publiknya (Jefkins, 1998:17).

2.2. Fungsi Humas

Cutlip and Center (dalam Kusumastuti,2004:23), mengatakan

bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut:

a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan


organisasi.
b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik
dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada
publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.
c. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada
pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
d. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi
dan publik, baik internal maupun eksternal.
2.3. Tujuan Humas

Tujuan dari PR (Kusumastuti, 2004: 20) adalah sebagai

berikut:

a. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek


kognisi).
b. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi).
c. Memelihara dan menciptakan kerja sama (aspek
psikomotoris).”
d. Tujuan Kegiatan Humas

Tugas Kerja Humas Beberapa orang mendeskripsikan

pekerjaan public relations dengan membuat daftar khusus fungsi –

fungsi seperti media, relasi investor, relasi masyarakat, relasi

pekerja, relasi pemerintah dan seterusnya. Bagaimanapun juga

sebutan – sebutan itu tidak dapat menggambarkan banyakanya

kegiatan dan macam-macam tugas di dalam public relations

sehari – hari.

Ada sepuluh kategori di bawah ini yang meringkas apa

yang dilakukan spesialis Publik Relations di dalam pekerjaannya :

1) Menulis dan Mengedit. menggabungkan cetakan dan


menyebarluaskan berita, membentuk cerita, menyebarkan
berita kepada pekerja dan pemilik eksternal perusahaan, surat
menyurat, membuat situs Web (Web-site) dan pesan media
online, membuat laporan tahunan untuk pemegang saham,
membuat pidato, film (clip) dan slide, artikel perdagangan
yang terpublikasi, iklan kelembagaan, dan membuat materi
penjaminan produk dan teknis.
2) Relasi Media dan Penempatannya. Berhubungan dengan
media berita, majalah, tambahan halaman berita, surat kabar
hari minggu, penulis lepas dan publikasi perdagangan yang
secara intensif dipublikasikan atau diberitakan secara luas dan
sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Merespon atas permintaan media atas informasi, verivikasi
berita, dan akses kesumber berita yang berwenang.
3) Riset. Mengumpulkan informasi tentang opini publik, trend, isu
– isu baru, iklim politik dan perundangan, cakupan media,
kelompok kepentingan khusus dan lain – lain yang berkaitan
dengan pemilik perusahaan. Pencarian di internet dan jasa
on-line dipusat data pemerintah. Mendisain program riset,
melakukan survey, dan menyewa perusahaan riset.
4) Manajemen dan Administrasi. Memprogram dan
merencanakan kerjasama dengan manajer lain, menentukan
kebutuhan, membuat prioritas, menentukan publik,
menentukan arah dan tujuan, dan mengembangkan strategi
secara taktik. Mengelola sumber daya manusia, anggaran dan
jadwal program.
5) Memberi Nasihat. Member nasihat kepada manajemen
puncak atas lingkungan sosial, politik dan peraturan: member
nasihat kepada tim manajemen bagaimana menghindari atau
menanggapi krisis dan bekerja sama dengan pembuat
keputusan kunci untuk nasihat – nasihat strategis untuk
mengatur dan menanggapi isu – isu kritis dan sensitive.
6) Acara Khusus. Membuat dan mengatur konferensi pers,
lomba lari 10 k, konvensi, open house, pengguntingan pita
dan pembukaan, perayaan ulang tahun, acara penggalangan
dana, kunjungan kepemuka masyarakat, kontes, pemberian
penghargaan, dan acara khusus lainnya.
7) Pidato. Mewakili kelompok, menjalankan tugas bimbingan
pidato bagi orang lain, dan mengatur konsultan pidato untuk
menyediakan dasar pijakan (plat-form) untuk organisasi
sebelum bertemu dengan audien utama.
8) Produksi. Membentuk komunikasi dengan memanfaatkan
pengetahuan dan keahlian multimedia, temasuk seni,
fotografi, layout dan computer publikasi: rekaman video dan
audio, serta pengeditan dan persiapan persentasi audiovisual.
9) Pelatihan. Mempersiapkan para eksekutif dan juru bicara yang
bertugas untuk menghadapi media dan bentuk persepsi publik
lainnya. Menginstruksikan orang lain di organisasi untuk
meningkatkan kemampuan menulisdan keahlian komunikasi.
Membantu memperkenalkan perubahan – perubahan budaya
organisasi, kebijakan, struktur dan proses.
10) Kontak. Melayani komunikasi atau kerjasama dengan media,
komunitas, dan kelompok internal maupun eksternal.
Mendengar, bernegosiasi, mengelola konflik, dan sebagai
mediator mendapat persetujuan antara organisasi dengan
pemilik utama perusahaan. Menyelenggarakan pertemuan
dan memberikan hiburan kepada tamu karena berperan
sebagai tuan rumah ataupun suatu saat di posisi sebagai
tamu, maka harus menjadi tamu yang baik pula. (Kusumastuti,
2004: 23)

2.4. Proses Humas

Public Relations merupakan suatu kegiatan komunikasi

dimana usahanya lebih dititikberatkan untuk menumbuhkan

suasana kerja sama, menciptakan saling pengertian antara

perusahaan dengan publiknya guna mencaapai tujuan kedua

belah pihak dalam suasana yang saling menguntungkan.


Dalam melaksanakan aktivitas komunikasi tersebut,

terdapat beberapa tahapan untuk menunjang tercapainya tujuan

perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut merupakan pola kegiatan

komunikasi atau proses Public Relations.

Proses Public Relations sebagai proses yang dinamis yaitu

proses yang terus bergerak secara berkelanjutan. Hal tersebut

terjadi mengingat lingkungan perusahaan bergerak secara

dinamis yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan internal dan

eksternal perusahaan. Untuk itu, Public Relations terus berusaha

menjaga agar relasi antara perusahaan dengan publiknya tetap

terjaga dan berjalan baik melalui riset.

Artinya Anda tidak akan sukses dan efektif dalam

melaksanakan kegiatan Public Relations tanpa melalui riset.

Rhenald Kasali mengatakan bahwa proses Public Relations selalu

diawali dan diakhiri dengan riset (Kriyantono, 2006:7).

III. Citra

3.1 Pengertian Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan

pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau

kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek

dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. (Siswato

Sutojo,2011:65)
Gambar 1

Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses

intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan

input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah

tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan

melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.

Empat komponen persepsi – kognisi – motivasi – sikap

diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Ini disebut

sebagai “picture in our head” oleh Walter Lipman.

a) Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap


unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses
pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan
memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsang.
b) Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap
stimulus.
c) Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
d) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,
berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide,
situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu. (Soemirat, 2010:114-116).
3.2 Manfaat Citra

Menurut Siswanto Sutojo yang dikutip Ardianto (2011:63)

manfaat citra perusahaan yang baik dan kuat yakni :

1) Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap.


Perusahaan berusaha memenangkan persaingan pasar
dengan menyusun stategi pemasaran taktis.
2) Menjadi perisai selama krisis. Sebagian besar masyarakat
dapat memahami atau memaafkan kesalahan yang dibuat
perusahaan dengan citra baik, yang menyebabkan mereka
mengalami krisis.
3) Menjadi daya tarik eksekutif handal, yang mana eksekutif
handal adalah aset perusahaan.
4) Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.
5) Menghemat biaya operasional karena citranya yang baik.

Cara untuk mempopulerkan citra agar sesuai dengan apa

yang dikehendaki perusahaan, dapat dilakukan dengan bertahap:

1) Membentuk persepsi segmen sasaran

Citra yang ingin dibentuk harus mencerminkan jati diri perusahaan

yang sebenarnya, tidak lebih dan tidak kurang.

2) Memelihara persepsi

Upaya mempertahankan citra dengan mempertahankan

pelaksanaan program periklanan dan PR sesuai dengan rencana

perusahaan.

3) Mengubah persepsi segmen pasaran yang kurang

menguntungkan.

4) Perusahaan yang dikelola secara profesional akan berusaha

keras mengubah persepsi segmen sasaran yang tidak

menguntungkan, dengan bebenah diri dari dalam.


3.3 Jenis - Jenis Citra

Frank Jefkins menyimpulkan bahwa secara umum citra

diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu

yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi

menyebutkan bahwa citra adalah penggambaran tentang realitas

dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut

persepsi (Soemirat, 2010:114).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dipahami

bahwa citra merupakan kesan yang timbul sebagai hasil dari

pemahaman yang terbentuk dan diperoleh dari pengetahuan,

pengalaman serta persepsi seseorang terhadap sesuatu.

Frank Jefkins menjelaskan beberapa jenis citra (image)

sebagai berikut:

1. Citra bayangan (mirror image)


Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota
organisasi biasanya adalah pemimpinnya, mengenai
anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam
kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh
orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap
organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image)
Adalah citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak
luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya
ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki
oleh mereka yang mempercayainya.
3. Citra yang diharapkan (wish image)
Adalah suatu citra yang dinginkan oleh pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image)
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau
perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan
citra organisasi atau perusahaan tersebut secara
keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan
boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai
yang dimilikinya (Jefkins, 2004:20-22).

IV. Humas Pemerintahan

Eksistensi Humas dalam suatu lembaga/instansi pemerintah

merupakan keharusan secara fungsional dan operasional. Humas

dalam bidang pemerintahan sebagai organisasi/lembaga yang

bersifat nonprofit, lebih banyak mengacu pada pembentukan dan

pemeliharaan hubungan dengan anggota organisasi dan pihak-

pihakyang berkepentingan dengannya. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 tentang

Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi

Pemerintah menjelaskan bahwa, Humas Pemerintah adalah

lembaga Humas dan/atau praktisi Humas pemerintah yang

melakukan fungsi manajemen dalam bidang informasi dan

komunikasi yang persuasif, efektif, dan efisien, untuk menciptakan

hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai sarana

kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi yang

positif instansi pemerintah.

Lembaga Humas adalah unit organisasi dalam instansi

pemerintah yang melakukan fungsi manajemen bidang informasi dan

komunikasi kepada publiknya.


Praktisi Humas pemerintah adalah individu instansi

pemerintah yang menjalankan fungsi kehumasan sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi (tupoksi)-nya. (2011:7)

Selanjutnya di dalam Pedoman Umum Tata Kelola

Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah (2011:9), dijelaskan

mengenai Visi dan Misi Humas Pemerintah.

4.1 Visi Humas pemerintah adalah :

Terciptanya pengelolaan kehumasan (kelembagaan,

ketatalaksanaan, dan SDM) yang proporsional, profesional, efektif,

danefisien dalam mendukung penerapan prinsip-prinsip tata

kepemerintahan yang baik.

4.2 Misi Humas Pemerintah adalah:

a) membangun citra dan reputasi positif pemerintah;

b) membentuk, meningkatkan, dan memelihara opini positif publik;

c) menampung dan mengolah aspirasi masyarakat;

d) mencari, mengklasifikasi, mengklarifikasi, serta menganalisis

data dan

e) informasi;

f) menyosialisasikan kebijakan dan program pemerintah;

g) membangun kepercayaan publik (public trust).


Pemerintah Kota Tangerang memiliki motto “Bhakti Karya

Adhi Kertaraharja”, artinya adalah semangat pengabdian dalam

bentuk Karya Pembangunan untuk kebesaran negeri dan

kemakmuran serta kesejahteraan wilayah” termasuk tujuan utama

dalam suatu kegiatan Humas adalah membangun citra serta

menjadikannya sebuah prestasi bagi suatu lembaga, khususnya

Pemerintahan Kota Tangerang.

4.3 . Strategi Humas

Dalam bentuknya yang paling maju,humas adalah bagian

proses berubahan dan pemecahan masalah di organisasi yang

dilakukan secara ilmiah. Praktisi PR jenis ini menggunakan teori dan

bukti terbaik yang ada untuk melakukan proses empat langkah

pemecahan problem :

Gambar 2 : Empat Langkah Proses Public Relations

Sumber : Cutlip, Center & Brown.


Tahapan di atas dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Mendefinisikan problem (peluang)

Langkah pertama ini mencakup penyelidikan dan memantau

pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait

dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi.

Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen organisasi. Fungsi ini

menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses

pemecahan problem dengan menentukan “Apa yang sedang

terjadi saat ini?”

b. Perencanaan dan pemprograman

Informasi yang dikumpulkan dalam langkah pertama digunakan

untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan,

tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini akan

mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat

kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan

menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa kita tahu tentang situasi,

dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang harus kita ubah,

dan apa yang harus kita katakan?”

c. Mengambil tindakan dan berkomunikasi

Langkah ketiga adalah mengimplementasikan program aksi dan

komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuki

masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan program.

Pertanyaan dalam rangka ini adalah “Siapa yang harus melakukan


dan menyampaikannya, dan kapan, dimana, dan bagaimana

caranya?”

d. Mengevaluasi program

Langkah terakhir dalam proses ini adalah melakukan penelitian

atas persiapan, implementasi, dan hasil program. Penyesuaian

akan dilakukan sembari program diimplementasikan, dan

didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana

program itu berhasil atau tidak. Program akan dilanjutkan atau

dihentikan setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan

kita sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita

lakukan?” (Cutlip,2006:320).

Keempat langkah diatas akan dilakukan oleh Humas

pemerintahan kota Tangerang dalam rencana membangun citra kota

Tangerang. Namun proses dimulai dengan mengumpulkan data

untuk mendiagnosis problem, informasi dan pemahaman yang

terbentuk dilangkah pertama akan mendorong dan memadu lngkah

berikutnya dalam proses tersebut. Dalam praktiknya, tetntu saja

diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tidak dapat

dipisah-pisah secara tegas seperti itu, sebab proses ini berkelanjutan

dan bersifat siklis dan diaplikasikan dalam setting yang dinamis.


4.4 Konsep nine step Strategi Of Public Relations (PR)

Step 1: Analyzing the Situation

Menganalisa situasi adalah langkah pertama yang dilakukan

dalam mengelola reputasi. Mengenal dengan baik situasi yang

terjadi di dalam dan luar perusahaan. Situasi dapat bersifat positif

atau negatif. Ini dapat diidentifikasi sebagai peluang atau

hambatan.

Step 2: Analyzing the Organization

Langkah kedua dalam strategi perencanaan adalah proses

mempengaruhi audit public relations, yang artinya menganalisa

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang biasa di

sebut analisa SWOT.

Step 3: Analyzing the Public

Dalam langkah ini, dapat dilakukan dengan mengenal publik.

Baik publik internal (karyawan, keluarga karyawan, manajemen,

dan investor) maupun publik eksternal (media, pemerintah,

konsumen, masyarakat dan LSM). Penting bagi suatu perusahaan

mengenali&membatasi khalayak.

Step 4: Establishing Goals&Objectives

Fokus pada posisi puncak yang akan dicapai oleh organisasi

untuk produk atau layanannya. Langkah ini membantu kita

membangun tujuan yang jelas, spesifik dan terukur dalam

menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi misalnya

awareness, penerimaan atau aksi dari publik.


Step 5: Formulating Action and Response Strategies

Dalam langkah ini sangat baik mempertimbangkan langkah

yang akan diambil di dalam situasi tertentu. Menentukan apa yang

mungkin akan dilakukan dalam berbagai situasi. Perencana

komunikasi memiliki berbagai opsi mengenai apa yang dapat

dikatakan oleh organisasi dan akan dikatakan oleh organisasi

kepada publiknya

Step 6: Using Effective Communications

Sebelum menggunakan komunikasi yang efektif, PR harus

mengidentifikasi publiknya. Dalam tahap ini, mulailah

memperlakukan publik sebagai audience, PR mengetahui siapa

yang menjadi publiknya dan mempertimbangkan beberapa elemen

komunikasi yang efektif untuk berbicara dengan publiknya.

Step 7: Choosing Communications Tactics

Ada tiga kategori dalam pemilihan pendekatan

berkomunikasi antara lain;

1. Interpersonal Communications; offers face to face

opportunities for personal involvement and interaction.

(Information Exchange, Special Event)

2. Organizational media; are published or produced by the

organization, which controls the message content as well its

timing, packaging and distribution. (General Publications;

newsletter, bulletins, annual reports. Direct mail; letter)


3. News media; provide oppurtunites for credible presentation of

organizational message to large audiences (Newspaper and

Computer Based Media).

Step 8: Implementing the Strategic Plan

Langkah ke delapan ini adalah menetapkan budget dan

jadwal untuk mengimlementasikan program apa yang akan

dijalankan. Penetapan anggaran dapat dilakukan pada saat awal

proses perencanaan.

Step 9: Evaluating the Strategic Plan

Metode yang tepat untuk mengukur efektifitas tools yang

direkomendasikan untuk dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan.
D. Kerangka Pemikiran

Gambar 4

Kerangka Pemikiran

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

HUMAS

STRATEGI HUMAS

CITRA KOTA PERAIH ADIPURA


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Tiap penelitian pasti berpegang pada paradigma tertentu.

Paradigma adalah cara pandang mengenai realitas atau landasan

pikiran. Adapun paradigma penelitian diartikan sebagai pola pikir yang

menunjukan hubungan antar variable, jenis dan jumlah rumusan

masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, serta teori yang

digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Paradigma dapat diartikan dengan perspektif atau sudut

pandang, ideologi, atau kerangka. George Ritzer seperti yang dikutip

Agus Salim dalam bukunya Teori dan Paradigma : Penelitian social

menegaskan bahwa paradigm adalah pandangan yang mendasar dari

ilmuan mengenai :

(i) hal yang menjadi pokok kajian yang semestinya harus dipelajari

sebagai disiplin ilmu pengetahuan

(ii) hal yang harus ditanyakan

(iii) bagaimana cara menjawabnya. (Salim,2006:5)

Apapun pengertiannya, paradigma mampu menggariskan hal

yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang harus

dikemukakan agar kita tidak keluar dari kaidah-kaidah yang ada dalam

memperoleh jawaban. Dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu


pengetahuan yang sedang berkembang saat ini, maka paradigma yang

digunakan oleh penulis adalah Constuctivism Paradigm.

Paradigma Konstruktivisme yaitu menyatakan bahwa realitas itu

ada dalam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada

pengalaman social, bersifat local dan spesipik, serta langsung pada

pihak yang melakukan. Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan

oleh penulis adalah paradigma konstruktivisme (Salim,2006:102)

B. Metode Dan Sifat Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, jenis

penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan sifat penelitiannya

adalah deskriptif menurut Badgan Dan Taylor dalam Moleong (1990:4)

“Metode kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan dan deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

dapat diamati.

Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian

mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati

dari suatu individu, kelompok, masyarakat maupun orgaisasi tertentu

dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang

yang utuh.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman

yang sifatnya umum terhadap kenyataan social dari perspektif

partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi


diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan social yang

menjadi fokus penelitian dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan–kenyataan tersebut.

Sedangkan menurut Dedy Mulyana (2001:168) dalam bukunya

metode penelitian kualitatif merupakan prosedur peneltian yang

dianggap sulit daripada survey dan eksperimen. Tetapi ketrampilan

meneliti secara kualitatif ini akan berkembang sejalan dengan

pengalaman penelitian turun kelapangan. Dibutuhkan kepekaan yang

tinggi untuk menjadi seseorang peneliti yang handal mungkin juga

imajinasi. Beberapa penelitian kualitatif dikenal dengan laporannya

yang memang “nyeri” seperti Clifford geertz, Erving goffman, Jules

henry, dan Oscar lewis”

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi dan suatu system

pemikiran, ataupin suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sifat dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, actual dan terpercaya mengenai fakta-fakta

sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Dalam kaitannya ini Withney dalam Moh.Nasir (1983:84)

menyebutkan “Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajrai

masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam

masyarakat, serta situasi situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, proses-proses


yang sedang berlangsung, dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena.”

Pendekatan deskriptif juga merupakan prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakita seadanya

(fact finding). Gejala tersebut mengemukakan hubungan yang satu

dengan yang lain. Pada tahap berikutnya, metode ini harus diberi bobot

yang lebih tinggi. Karena metode ini ptidak terbatas smpai pada

pengumpulan dn menyusun data, tetapi juga meliputu analisa dan

interpretasi tentang arti data itu.

Penelitian ini dapat diwujudkan juga sebagai usaha

memecahkan masalah dengan membandingkan persamaan dan

perbedaan gejala yang ditemukan, mengukurkan dimensi suatu gejala,

mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar,

menetapkan hubungan antara gejala-gejala yang ditemukan, dan lain-

lain. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan

representasi objek tentang gejala-gejala yang terdapat didalam

masalah yang diselidiki. Individu atau organisasi yang dijadikan objek

penelitian tidak boleh diisolasikan kedalam suatu variable atau hipotesis

melainkan dianggap sebagai sebuah bagian dari suatu kebutuhan. Dari

data diperoleh individu yang jumlahnya terbatas, sehingga adanya data

ini bersifat interpretif, eksplisif, kreatif dan pribadi.


C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para nara sumber yang terdiri

atas para pejabat Humas Pemerintahan Kota Tangerang dan beberapa

tokoh masyarakat yang berkunjung di pemerintahan kota Tangerang.

Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah gejala atau realitas

yang menyangkut pelaksanaan Strategi Humas Dan Citra

Pemerintahan Kota Tangerang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu aspek topik tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahualuan untuk menemukan

permasalahan. Wawancara adalah “ bentuk komunikasi antara dua

orang, yang melibatkan seorang yang ingin memperoleh informasi

dari seseorang lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

berdasarkan tujuan tertentu” (Mulyana, 2006:86)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara tidak

berstruktur karena bersifat terbuka. Dan wawancara tidak

berstruktur, peneliti belum mengetahu secara pasti data apa yang

akan diperoleh, sehingga penulis lebih banyak mendengarkan apa

yang diceritakan dari responden.


Dengan melalui suatu pendekatan, maka penulis untuk

mendapatkan data dan informasi adalah melakukan wawancara

dengan selaku pimpinan bagian juru tata kehumasan pemerintahan

kota Tangerang.

2. Observasi

Observasi diartikan Karl Weick sebagai “pemilihan,

pengubahan, dan pengolaan serangkaian perilaku dan suasana yang

berkenaan dengan organisme disana, sesuai dengan tujuan-tujuan

empiris” (Djalaludin,2006:63) penulis mengadakan penelitian di

Pemerintahan kota Tangerang secara cermat. Dengan kegiatan yang

mengenai keadaan yang terjadi didalamnya.

3. Studi Pustaka

Membaca serta mempelajari tulisan-tulisan ilmiah untuk

menperluas landasan berpikir dalam penyusunan tugas akhir sesuai

dengan tema pokok bahasan dari tulisan akhir yang diambil.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis

terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban dirasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai

tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.


Menurut Bodgan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong

(1990:58) dalam bukunya Metodelogi Penelitian Kualitatif, analisis data

kualitatif :

“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data,


mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelolah, menjabarkannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
di pelajari, dan memutuskan apa yang dapat dicerikan kepada
orang lain”. (Moleong,1984:248)

Sedangkan menurut Miles dan Hubeman mengemukakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jauh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display dan conclution drawing.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu perlu dicatat secara cermat dan tepat. Seperti yang telah di

kemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera di

lakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting di cari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data di bantu

dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.


Dalam suatu situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi

data yang mungkin akan memfokuskan pada orang miskin,

pekerjaan sehari-hari yang dikerjakan dan rumah tinggalnya. Dalam

bidang managemen mereduksi data yang akan memfokuskan pada

bidang pengawasan, dengan melihat perilaku orang-orang yang jadi

pengawas dengan di awasi serta hasil pengawasan.

Dalam mereduksi data setiap peneliti akan di pandu oleh

tujuan yang akan di capai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif

adalah pada temuan. Oleh karna itu, kalau peneliti dalam melakukan

penelitian, menemukan segala sesuatu yang di pandang asing, tidak

dikenal, belum memiliki pola maupun apa yang harus dijadikan

perhayian dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang

memerlukan kecerdasan, keluasan, dan terutama wawasan tinggi.

Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan pada teman atau orang lain yang di pandang ahli.

Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,

sehingga dapat mereduksi data-data yang mempunyai nilai temuan

dan perkembangan teori secara nyata.

b. Data Display ( Penyajian Data )

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian

data ini dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie


card,pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,

maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan.

Sehingga akan semakin mudah di pahami. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat

bagan, hubungan antara kategori,flowchart, dan sejenisnya.

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most

frequent from of display data for qualitative research data in the past

has been narrative task” yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan task yang

bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanaka kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang ttelah dipahami tersebut. Selanjutnya

disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks

naratif juga dapat berupa grafik network dan chart.

Setelah peneliti mampu mereduksi data ke dalam huruf

besar,huruf kecil,angka, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dala mendisplaykan data. Huruf kecil, dan

angka, di susun kedalam urutan sehingga strukturnya dapat di

pahami. Selanjutnya setelah dilakukannya analisis secara

mendalam, ternyata ada hubungan yang interaktif antara tiga

kelompok tersebut.
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang di berikan,

karna fenomena social bersifat kompeks dan dinamis, sehingga apa

yang di temukan pada saat memasuki lapangan dan setelah

berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan

data, untuk itu, peneliti harus menguji apa yang telah ditemukan

pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotek itu

berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan

ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data, pada

saat dikumpulkan dilapangan, maka hipotesis tersebut terbukti, dan

akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded teori

yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui

pengumpulan data yang terus-menerus.

Jika pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data

selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku

atau tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya di displaykan pada

laporan akhir penilitian.

c. Conclution Drawing

Langkah ketiga dalam menganalisa data kualitatif menurut

Miles dan Huberman adalah penarikan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan msih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid


dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan hasil

metode yang sebelumya di buat belum pernah ada ditemuan.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih tidak nyata sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Unit analisis dalam hal ini adalah Pemerintahan Kota Tangerang

dimana unit observasinya dalam individu memiliki kriteria yang dapat

mendukung pembangunan Citra Kota Tangerang.

F. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Humas Pemerintahan Kota

Tangerang. Dalam penelitian ini peneliti melakukan interaksi dengan

Humas Pemerintahan Kota Tangerang untuk merekontruksi kegiatan

Humas dalam mempertahankan Citra Pemerintahan Kota Tangerang

bagi para publik internal maupun eksternal.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

A.1 Sejarah Pemerintahan Kota Tangerang

Kota Tangerang dibentuk sebagai kota otonom, seiring

dengan pemekaran wilayah dengan terbentuknya pemerintahan kota

Tangerang pada tanggal 27 Februari 1993 dari wilayah Kabupaten

Tangerang. Berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 1993, maka

pusat pemerintahan kabupaten Tangeang pindah ke Tigaraksa. Kota

Tangerang sebelumnya adalah kota administratif. Gedung pusat

pemerintahan kota Tangerang dibangun di atas tanah seluas 49

hektar dengan luas halaman 6.612,24 m2 terdiri dari lima lantai dan

menghabiskan biaya sebesar Rp. 60 Milyar dalam 3 tahun anggaran,

gedung ini dirancang oleh Ir. Slamet Wirasonjaya. Tujuan dibangun

gedung ini adalah dipergunakan untuk kegiatan legislatif dan

eksekutif, sehingga penyelenggaraan kegiatan tersebut akan

terkonsentrasi dalam satu area.

A. Sejarah kota Tangerang

Daerah muara sungai Cisadane yang sekarang diberi

nama Teluk Naga disebutkan dalam kitab sejarah Sunda yang

berjudul “Tina Layang Parahyang“ (Catatan dari Parahyangan).

Kitab tersebut memuat cerita tentang kedatangan orang Tionghoa


untuk pertama kali ke Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu itu

pusat pemerintahan berada di sekitar pusat Kota Tangerang saat

ini. Kepala pemerintahan saat itu adalah Sanghyang Anggalarang

selaku wakil dari Sanghyang Banyak Citra dari Kerajaan

Parahyangan. Rombongan orang Tionghoa tersebut kemudian

diberi sebidang tanah di pantai Utara Jawa, sebelah Timur Sungai

Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk Naga.

Gelombang kedua kedatangan orang Tionghoa ke

Tangerang diperkirakan terjadi setelah peristiwa pembantaian

orang Tionghoa di Batavia tahun 1740. VOC yang berhasil

memadamkan pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang

Tionghoa ke daerah Tangerang untuk bertani. Belanda mendirikan

pemukiman bagi orang Tionghoa berupa pondok-pondok yang

sampai sekarang masih dikenal dengan nama Pondok Cabe,

Pondok Jagung, Pondok Aren, dan sebagainya. Disekitar Tegal

Pasir (Kali Pasir) Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa

yang dikenal dengan nama Petak Sembilan. Perkampungan ini

kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan telah

menjadi bagian dari Kota Tangerang. Daerah ini terletak di

sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang.

Kota Tangerang yang memiliki luas wilayah 17.729,794 hektar

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993

tentang Pembentukan Kota Tangerang.


B. Keadaan Penduduk

Secara administratif, luas Kota Tangerang sekitar 18.378

Ha (termasuk Kawasan Bandara International Soekarno Hatta

1.969 Ha), merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian

rata-rata 30 m dpl. Terbagi menjadi 13 Kecamatan, 104 Kelurahan

yang terdiri dari 931 RW dan 4.587 RT. Jumlah penduduk

berdasarkan sensus BPS Provinsi Banten tahun 2010 sebanyak

1.798.601 Jiwa dengan pertumbuhan 1,81 %. Sebelah Utara,

Selatan dan Barat Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten

Tangerang dan di wilayah timur berbatasan dengan DKI Jakarta.

C. Sosial Budaya

Kota Tangerang sebagai kota heterogen dimana

keragaman agama dan budaya hadir ditengah-tengah masyarakat

kota Tangerang. Dengan adanya perbedaan ini diharapkan dapat

menjadi kekuatan untuk mewujudkan masyarakat Kota Tangerang

yang bersatu dibawah bingkai akhlaku karimah.

Masyarakat Kota Tangerang secara umum bersuku betawi

meskipun ada juga sunda dan cina benteng. Keberadaan

masyarakat China di Tangerang dan Batavia sudah ada setidak-

tidaknya sejak 1407 NI.Dimulai sejak mendaratnya rombongan

pertama dari dataran Cina yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias

Halung di muara Sungai Cisadane, yang sekarang berubah nama

menjadi Teluk Naga. Sejak diakuinya etnis tiong hoa, kebudayaan


masyarakat cina benteng Barong Sai menjadi kebudayaan

masyarakat Kota Tangerang. Selain itu, budaya pagelaran pada

festival cisadane juga sebagai bagian dari kultur yang tak

terpisahkan dengan masyarakat Kota Tangerang.

D. Potensi Pariwisata

Keragaman potensi pariwisata di Kota Tangerang

bermacam-macam jenisnya, diantaranya wisata kuliner, wisata

budaya, wisata alam dan lain-lain. Kota Tangerang terkenal

dengan wisata budaya betawi Barong Sai, yang selalu menjadi

pertunjukan warga pada moment-moment khusus. Selain itu,

wisata alam terlihat dikawasan Cipondoh, yaitu situ cipondoh yang

ramai dikunjungi oleh masyarakat Kota Tangerang maupun diluar

Kota Tangerang

E. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi

Visi dari suatu daerah selalu mengalami proses yang

panjang dan telaahan yang mendalam dari berbagai pihak

terkait (stakeholders). Sedangkan visi itu sendiri merupakan

suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami setiap

tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk

mencapai kondisi yang diinginkan di masa mendatang.

Pengembangan Kota Tangerang dengan melihat kondisi

dan potensi-potensi yang ada maka diformulasikan Visi Kota


Tangerang, yaitu “Kota Tangerang Sebagai Kota Industri,

Perdagangan Dan Permukiman Yang Ramah Lingkungan

Dalam Masyarakat Yang Berakhlak Mulia”

Penjelasan dari Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Kota Industri dan Perdagangan

Kota Tangerang secara spasial berbatasan langsung

dengan DKI Jakarta dan menjadi bagian dari pengembangan

metropolitan Jabodetabek, serta menjadi pintu gerbang bagi

masuknya pergerakan orang, barang dan jasa ke Propinsi

Banten. Kondisi inilah yang menjadikan Kota Tangerang

memiliki letak strategis yang memberikan keuntungan

tersendiri bagi perkembangan pembangunan Kota Tangerang.

Dukungan aksesibilitas yang baik, ketersediaan sarana dan

prasarana, kemudahan berinvestasi, kondisi lingkungan yang

kondusif menjadikan Kota Tangerang memiliki prospek yang

cerah dan menjanjikan sebagai lokasi pengembangan

berbagai kegiatan perekonomian perkotaan.

2. Pemukiman

Kota Tangerang sebagai kota dengan prospek yang

cerah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi, secara

tidak langsung akan menarik penduduk untuk bermukim di

Kota Tangerang. Pelaksanaan pembangunan yang

memperhatikan daya dukung lingkungan agar kelestarian


lingkungan tetap terjaga akan menciptakan Kota Tangerang

selain sebagai lokasi bagi pengembangan berbagai kegiatan

usaha, juga merupakan tempat yang ideal dan nyaman

sebagai lokasi permukiman.

3. Pembangunan yang Ramah Lingkungan

Kondisi Kota Tangerang yang aman, nyaman dengan

masyarakatnya yang agamis, rukun dan toleransi, menjadi

fakta utama bagi terlaksananya kesinambungan

pembangunan. Peran serta masyarakat serta kondusifnya

situasi Kota Tangerang yang didukung dengan kebijakan

pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan,

menjadikan pelaksanaan pembangunan berjalan

berkelanjutan sehingga meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakatnya, baik secara material maupun non material.

4. Masyarakat yang Berakhlak Mulia

Masyarakat yang berahklak mulia dicerminkan melalui

kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan

hubungan antara manusia itu sendiri. Akhlak yang mulia

menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan

agama secara benar diharapkan dapat mendukung

terwujudnya masyarakat Kota Tangerang yang religius,

demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani-rohani, serta

tercukupi kebutuhan material-spiritual.


5. Misi

Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan

sebagai sesuatu hal yang harus dilaksanakan agar visi Kota

Tangerang dapat direalisasikan dengan baik. Bertolak dari

rumusan visi Kota Tangerang tahun 2004-2008 tersebut,

maka misi yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi

Kota Tangerang adalah:

a) Memulihkan dan mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kota

b) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Publik

c) Penguatan Tata Kepemerintahan yang Baik dan

d) Mewujudkan Pembangunan yang Ramah Lingkungan.

Penjelasan dari empat misi Kota Tangerang adalah sebagai

berikut :

Memulihkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota,

melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penguatan ekonomi

kerakyatan, penyiapan infrastruktur penunjang kegiatan usaha,

serta membangun jejaringan bagi penguatan ekonomi daerah.

Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Publik, melalui

pembangunan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana

kota secara terpadu serta peningkatan pertukaran informasi dan

komunikasi sehingga dapat melayani dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat.
Tujuan

Humas Pemerintahan Kota Tangerang mempunyai tujuan

untuk mewujudkan dan memantapkan sistem administrasi publik

dan sistem administrasi kebijakan publik melalui kelembagaan

humas yang berkualitas dan kuat yang didukung dengan

penyelenggaraan pemberitaan daerah serta sistem informasi,

dokumentasi, dan protokol yang terpadu.

A.2 Logo Humas Pemerintahan Kota Tangerang

a. Lambang daerah berbentuk perisai dengan warna hijau.

b. Motto “BHAKTI KARYA ADHI KERTARAHARJA”, ARTINYA

ADALAH SEMANGAT PENGABDIAN DALAM BENTUK Karya

Pembangunan untuk kebesaran negeri dan kemakmuran serta

kesejahteraan wilayah.

c. Di dalam lambang tersebut terdapat lukisan-lukisan yang

merupakan unsur-unsur sebagai berikut:


1. Bintang :

Melambangkan keagamaan, melambangkan pula bahwa

masyarakat Kotamadya Dati II Tangerang adalah agamis

2. Roda Mesin :

Melambangkan bahwa Kotamadya Daerah Tingkat II

Tangerang adalah merupakan roda industri

2. Landasan Pacu (Run Way) :

Melambangkan adanya Bandara Internasional Soekarno-

Hatta yang sekaligus melambangkan semangat pacu untuk

mencapai cita-cita Pembangunan yang luhur sebagai daerah

penyangga Ibu Kota Negeri RI

3. Riak Air :

Melambangkan adanya Sungai Cisadane yang memberikan

manfaat dan kesuburan bagi masyarakat Kotamadya Daerah

Tingkat II Tangerang

4. Gerigi Roda Besi, Padi dan Kapas :

Melambangkan Tanggal, bulan dan Tahun Proklamasi

Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dengan penjelasan sebagai

berikut :Tujuh belas gerigi roda besi melambangkan tanggal tujuh

belas, Delapan Bunga Kapas melambangkan bulan delapan,

Empat puluh lima butir padi melambangkan tahun empat lima,

Dua Lingkaran didalam Roda Besi melambangkan tahun lahirnya

Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang pada bulan Februari.

Jumlah Gelombang, Riak Air, Dua buah lingkaran dalam roda

mesin,dan tanda.
6. Batas landasan dan lampu landasan :

Melambangkan tanggal, bulan dan tahun Hari Jadi

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang yaitu pada

tanggal 28 Februari 1993 dengan penjelasan sebagai berikut :

Dua puluh delapan gelombak riak air melambangkan tanggal dua

puluh delapan, Dua buah lingkaran dalam roda mesin

melambangkan bulan dua. Sembilan tanda batas di dalam Run

Way segi tiga lampu landasan melambangkan tahun sembilan

puluh tiga.

7. Arti warna dalam lambang daerah adalah:

a. Warna Hijau mempunyai arti kemakmuran dan kesuburan

b. Warna Kuning mempunyai arti keadilan, kekuasaan,

kewibawaan dan keagungan

c. Warna Hitam mempunyai arti keteguhan dan ketabahan

d. Warna Biru mempunyai arti kesetiaan dan kebijaksanaan

e. Warna Putih mempunyai arti kesucian dan kebersihan

f. Warna Merah mempunyai arti keberanian

8. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Humas Pemerintahan Kota Tangerang

merupakan gambaran dalam mengorganisasikan sumber daya

yang dimiliki dalam mencapai tujuan kelembagaan yaitu

mewujudkan dan memantapkan sistem administrasi publik dan


sistem administrasi kebijakan publik melalui kelembagaan humas

yang berkualitas.

9. Tugas Dan Fungsi Humas Pemerintahan Kota Tangerang

Bagian Humas mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana

tertuang dalam peraturan daerah kota Tagerang Nomor 6 Tahun

2010 yaitu melaksanakan pemberitaan, mengumpulkan dan

menganalisa informasi untuk bahan kebijakan pimpinan,

melakukan perekaman, penyajian data, dan mengatur

keprotokoleran kegiatan pimpinan serta melaksanakan tugas lain

yang diberkan oleh sekretariat daerah Kota sesuai dengan bidang

tugasnya. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud, Bagian Humas mempunyai fungsi yaitu pengumpulan

bahan dan menganalisa informasi untuk bahan kebijakan

pimpinan pemerintah Kota. Dan pelaksanaan perekaman,

penyajian data dan dokumentasi kegiatan-kegiatan pemerintah


Kota, pelaksanaan pemberitahuan baik melalui media cetak

maupun media elektronik guna memperjelas kebijakan pimpinan

pemerintah Kota serta mendistribusikan bahan-bahan penerbitan

dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pimpinan pemerintah Kota

yang membutuhkan pengaturan keprotokoleran.serta pelaksanaan

koordinasi dengan Unit Kerja/Instansi terkait sesuai dengan

bidang tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.

10. Bagian Humas dan Protokol terdiri atas :

(1) Sub Bagian Pemberitaan ;

(2) Sub Bagian Pelayanan Informasi ;

(3) Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi ;

Sub Bagian Pemberitaan mempunyai tugas :

a. Mencari, mengumpulkan, menghimpun dan mengolah data dan

informasi yang berhubungan dengan bidang pemberitaan.

b. Menyiapkan bahan penyusunan kebijaksanaan, pedoman dan

petunjuk teknis di bidang pemberitaan.

c. Mengiventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan

dengan bidang pemberitaan dan menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah.

d. Menyiapkan bahan-bahan petunjuk di bidang penerangan dan

pemberitaan.
e. Menyiapkan pemberitaan kegiatan Pemerintah Daerah melalui

media cetak maupun elektronik.

f. Menyiapkan bahan dalam memberikan tanggapan atau

penjelasan terhadap surat-surat penbaca di media massa atau

surat-surat dari masyarakat.

g. Menyiapakan bahan-bahan dalam rangka penyelenggaraan

penerbitan buletin karyawan sebagai media penerangan intern

h. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pembuatan film

penerangan, pementasan sandiwara penerangan melalui media

elektronik

i. Menyiapkan bahan penyusunan rencana pembuatan folder,

booklet dan brosur serta menyelenggarakan papan

pengumuman

j. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyelenggaraan

keterangan pers atau konverensi pers

k. Menyiapakan rencana peliputan acara-acara kegiatan

Pemerintah Daerah dengan mengundang pers

l. Mempersiapkan pelaksanaan jumpa pers Pimpinan Pemerintah

Daerah.

Sub Bagian Pelayanan Informasi mempunyai tugas :

a. Mencari, mengumpulkan, menghimpun dan mengolah data serta

informasi yang berhubungan dengan bidang pelayanan informasi


b. Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan

bidang pelayanan informasi dan menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah

c. Menyusun dan menyiapakan bahan dalan rangka pelaksanaan

program pengelolaan informasi

d. Mengumpulkan, menyaring dan menganalisa informasi

dari masyarakat, organisasi non pemerintahan dan

perusahaan

e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Unit Kerja /

Instansi terkait, lembaga / organisasi kewartawanan dalam

rangka kelancaran pelaksanaan tugas

f. Memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk yang

memerlukan informasi

g. Membantu tugas Kepala Sub Bagian Humas dan Protokol

sebagai juru bicara pemerintah Kota sesuai dengan petunjuk

Walikota

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Bagian Humas dan Protokol sesuai dengan bidang

tugasnya.

Sub Bagian Protokol dan Dokumentasi mempunyai tugas:

a. Mencari, mengumpulkan, menghimpun dan mengolah data serta

informasi yang berhubungan dengan bidang protokol dan

dokumentasi
b. Menginvestarisasi permasalahan-permasalahan yang

berhubungan dengan bidang protokol dan dokumentasi serta

menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah

c. Mengatur persiapan rapat, pertemuan/resepsi, upacara dan

kendaraan untuk tamu yan memerlukan pelayanan yang bersifat

protokoler

d. Menyiapkan upacara dan mengatur keprotokolannya serta

melakukan kerja sama dengan Instansi lain di bidang keprotokolan

persiapan pelantikan

e. Melaksanakan inventarisasi dan memelihara hasil dokumentasi

dan audo visual

f. Melaksanakan usaha-usaha untuk peningkatan hasil dokumentasi

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

masyarakat

g. Menghinpun dan mendokumentasikan naskah pidato Walikota

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian

Humas sesuai dengan bidang tugasnya.

A.3 Humas Pemerintahan Kota Tangerang

Humas Pemerintah Kota Tangerang merupakan aktifitas

lembaga yang melakukan fungsi managemen dalam bidang

komunikasi dan informasi kepada publik pemangku kepentingan dan

atau sebaliknya. peran Humas pemerintah sebagai komunikator,


fasilitator dan desiminator. Humas pemerintah kota Tangerang

berperan membuka akses saluran dan komunikasi dua arah, antara

instansi pemerintah dan publiknya, baik secara langsung mau pun

tidak langsung.

Peran Humas sebagai fasilitator, Humas pemerintah kota

Tangerang berperan menerap perkembangan situasi dan aspirasi

publik untuk di jadikan masukan bagi pimpinan instansi pemerintah

dalam pengambilan putusan. Humas Pemerintah Kota Tangerang

berperan dalam pelayanan informasi terhadap internal organisasi

dan publiknya, baik langsung mau pun tidak langsung, mengenai

kebijakan dan kegiatan masing-masing instansi pemerintah.

Oleh karena itu, praktek Humas yang paling ideal komunikasi

aktif, menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada

masyarakat, hal itu bertujuan untuk membentuk citra positif daerah

tersebut dimata publiknya. Humas pemerintahan kota Tangerang

merupakani juru bicara pemerintah kota Tangerang, melakukan

hubungan timbal balik antara pemerintah daerah dengan masyarakat

umum, dan organisasi kemasyarakatan, untuk memperjelas suatu

kegiatan pemerintah daerah dalam melakukan hubungan intern

dengan satuan dan peliputan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

oleh pemerintah maupun masyarakat. Serta melaksanakan

koordinasi atau kerja sama dengan organisasi kewartawanan.


A.4 Sejarah Adipura

Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia

yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan

perkotaan. Adipura diselenggarakan oleh Kementerian Negara

Lingkungan Hidup.

Program Adipura telah dilaksanakan setiap tahun sejak 1986,

kemudian terhenti pada tahun 1998. Dalam lima tahun pertama,

program Adipura difokuskan untuk mendorong kota-kota di Indonesia

menjadi "Kota Bersih dan Teduh". Program Adipura kembali

dicanangkan di Denpasar, Bali pada tanggal 5 Juni 2002, dan

berlanjut hingga sekarang. Pengertian kota dalam penilaian Adipura

bukanlah kota otonom, namun bisa juga bagian dari wilayah

kabupaten yang memiliki karakteristik sebagai daerah perkotaan

dengan batas-batas wilayah tertentu.

Peserta program Adipura dibagi ke dalam 4 kategori

berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kategori kota metropolitan (lebih

dari 1 juta jiwa), kota besar (500.001 - 1.000.000 jiwa), kota sedang

(100.001 - 500.000 jiwa), dan kota kecil (sampai dengan 100.000

jiwa).

Kriteria Adipura terdiri dari 2 indikator pokok, yaitu:

a. Indikator kondisi fisik lingkungan perkotaan dalam hal kebersihan

dan keteduhan kota


b. Indikator pengelolaan lingkungan perkotaan (non-fisik), yang

meliputi institusi, manajemen, dan daya tanggap.

Adipura terbagi dari 2 aspek penilaian yaitu :

a. Adipura biasa, Yang di maksud dengan adipura biasa adalah

sistem penilaian yang dilakukan pada titik tertentu saja dengan

kata lain penilain tidak mencakup secara menyeluruh terhadap

kota

b. Adipura kencana,yaitu adipura yang aspek penilaianya mencakup

pada keseluruhan kota

B. Deskripsi Hasil Penelitian

B.1 Strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang

Data yang telah didapat dalam hasil penelitian ini diperoleh

dari dokumen-dokumen atau Arsip yang dimiliki oleh divisi humas

pemerintahan kota Tangerang yang keterkaitannya dengan strategi

Humas Pemerintahan Kota Tangerang dlm membangun citra

kelembagaan. Untuk menjawab maslah penelitian, peneliti

menggunakan metode penelitian wawancara, dimana peneliti

mewawancarai narasumber sebagai responden.

Peneliti akan memaparkan data yang diperoleh selama

peneliti di humas pemerintahan kota Tangerang. Data yang diperoleh

tersebut adalah uraian hasil observasi dan wawancara yang diliputi

uraian deskriptif terhadap pandangan sikap dan perilaku yang


dicerminkan oleh staf humas pemerintahan kota Tangerang dalam

aktifitasnya membangun citra lembaga sebagai hasil tujuan

penelitian. Humas pemeintahan kota Tangerang memiliki strategi

yang tepat dalam menyusun pembangunan citra lembaganya yang

baik dan membentuk sebuah citra positif bagi lembaganya.

Strategi yang dilakukan humas ke dalam citra lembaga yaitu

untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan bagaimana yang akan

digunakan dalam prencanaan untuk mencapai suatu tujuan lembaga

tersebut. Kemudian program kerja yang merupakan suatu strategi

dijabarkan dalam langkah-langkah yang telah dijadwalkan atau

direncanakan semula. Terakhir yang paling menentukan adalah dana

(budget) yang sudah dipersiapkan merupakan dana yang berfungsi

untuk mendukungkhususnya yang diasosiasikan untuk terlaksannya

suatu strategi kegiatan program kerja humas. Seiring berjalannya

waktu saat ini pemerintahan kota Tangerang sudah melakukan

pelaksanaan strategi humas dalam membangun citra khususnya

meraih Adipura seperti yang dipaparkan oleh Bapak Ir. R Sugihharto

selaku Kabag Humas Pemerintahan Kota Tangerang menyatakan

bahwa :

“Kami sebagai Humas Pemerintahan Kota Tangerang


berdasarkan hal pemikiran yang nyata sebelum melakukan
suatu kebijakan lembaga harus ditentukan masalahnya.
Tujuannya agar apa yang kami lakukan lebih terarah dan tidak
asal-asalan dalam membangun citra pemerintahan kota
Tangerag yang positif. Dan strategi humas pemerintahan kota
Tangerang itu sendiri merupakan sesuatu yang dapat
menciptakan dan menumbuhkan hubungan baik (good
relationship) antara lembaga dengan para stakeholders. “

Pada kegiatan ini pemerintahan kota Tangerang berperan

untuk membangun citra lembaga, supaya lembaga yang dijalannkan

dalam menjalani tugas dan tanggung jawab tersebut memperoleh

hasil yang menguntungkan bagi citra kelembagaan. Tidak hanya itu,

pemerintahan kota Tangerang sendiri turut serta dalam mewujudkan

citra positif bak pihak publik maupun organisasi.

Strategi yang Dilakukan Humas Pemerintahan Kota

Tangerang untuk membangun citra lembaga dalam rangka meraih

Adipura mencari dan mengumpulkan fakta, mencari tahu seberapa

besar faktor yang berpengaruh terhadap keadaan masyarakat. Maka

dapat dikemukakan bahwa dalam membangun citra lembaga

diperlukan sebuah strategi. baik. Dalam hal ini strategi yang

digunakan humas pemerintahan kota Tangerang untuk membangun

citra yang baik, khususnya meraih Adipura maka pernyataan yang

disampaikan oleh Bapak Ir. R. Sugihharto selaku Kabag Humas

Pemerintahan Kota Tangerang menyatakan bahwa :

“Kami selaku Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam


membangun citra adalah dengan cara mengelola dan menjalin
kerjasama yang dapat mengembangkan suatu strategi yang
ada. Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh
pemerintahan kota Tangerang adalah pendekatan tanggung
jawab social, pemberdayaan masyarakat tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai semata-mata tidak ditunjukan dalam
kepentingan sepihak namun dibutuhkan untuk memperoleh
kepentingan bersama“.
Penelitian ini lebih ditekankan kepada strategi dalam

mensosialisasikan kepada khalayak eksternal untuk kegiatan

sosialisasi ini pemerintah kota Tangerang mensosialisasikan kepada

khalayak agar terbentuk kesadaran lingkungan bagi khalayak

contohnya dimulai dari hal yang kecil seperti pembersihan

lingkungan, penanggulangan sampah dan membuat ruang terbuka

hijau.

Untuk melakukan komunikasi humas dengan pihak–pihak

terkait, agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar serta komunikasi

yang disampaikan kepada masyarakat dapat diterima secara akurat.

Dengan hal ini strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam

melakukan perencanaan strategi meraih Adipura dapat diungkapkan

oleh pendapat Bapak Ir.R. Sugihharto yang menyatakan, bahwa :

“Perencanaan strategi humas pada dasarnya harus


memberikan gambaran lebih jauh dari sebuah perencanaan,
anggaran, penelitian dan evaluasi lingkungan sekitar yang
menjadi cakupan lembaga/organisasi dalam mencerminkan
seluruh tujuan lembaga pemerintahan. Apalagi Kota
Tangerang terkenal dengan kota seribu industri Strategi yang
akan direncanakan oleh Humas Pemerintahan Kota
Tangerang adalah menggerakan dan memberdayakan seluruh
publik untuk meningkatkan kualitas dan menata kembali
pengolaan lingkungan, contohnya dengan mengelola ruang
terbuka hijau.”

B.2 Pembentukan Citra Pemerintahan Kota Tangerang

Bahwa penelitian yang dilakukan penulis pada dasarnya

bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi humas

pemerintahan kota tangerang dalam membangun citra


kelembagaan,sehingga dapat terlaksana dengan hasilnya.tujuan

humas kelembagaan itu sendiri adalah untuk mewujudkan dan

memantapkan sistem administrasi publik dan sistem administrasi

kebijakan publik melalui kelembagaan humas yang berkualitas dan

kuat.

Strategi yang menjadi suatu cara untuk mengembangkan citra

positif terhadap kelembagaan, seperti yang diungkapkan oleh

Linggar M.Anggoro dalam bukunya teori pembentukan citra,bahwa

citra dari organisasi secara keseluruhan bukan citra atas produk dan

pelayanan saja tetapi citra terbentuk dari produk pelayanan yang

digunakan secara berulang-ulang,dan juga saling pengertian antara

khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal.

Dalam mendukung suatu strategi dapat dilakukan dengan

mengambil teori khusus yang berhubungan dengan penelitian, yaitu

Teori Pembentukan Citra merupakan reputasi dan presentasi yang

baik bagi dunia humas. Pengertian citra tersebut memiliki bentuk

abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematik, tetapi wujudnya

dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk yang diberikan

oleh publik kepada lembaga pemerintahan kota Tangerang tersebut.

Adapun penelitian mengenai berjalannya citra kelembagaan

terhadap strategi humas pemerintahan kota Tangerang menurut

Kepala Sub Bagian Humas Yang Diungkapkan Oleh Bapak Ir. R.

Sugihharto bahwa :
“Citra lembaga pemerintahan kota Tangerang sampai saat ini
masih tetap berjalan baik dan berhubungn baik dengn publik
internal maupun eksternal. Dari internal kelembagaan
dianggap pegawainya memberikan motivasi yang baik,
sedangkan eksternal pemerintahn kota Tangerang tetap
mendapat kepercayaan dari pemerintah dalam
menyelenggarakan kegiatan sosial dan lingkungan. Dan
pemerintahan kota Tangerang juga mendapat kepecayaan
penuh dalam bekerjasama dengan pemerintahan lain. Humas
pemerintahan kota Tangerang memiliki interaksi yang baik
terhadap publik sebagai bahan publikasi dan sosialisai untuk
operasional kelembagaan.”

Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam menyusun

strategi humas dengan melakukan perencanaan strategi yang sesuai

langkah proses humas, dimana perencanaan program kerja Humas

Pemerintahan Kota Tangerang berdasarkan landasan untuk

membangun citra kelembagaan. Humas dalam melakukan keiatan

perencanaan terlebih dahulu mengetahui masalahnya, misalnya apa

yang diperlukan public siapa saja yang termasuk kedalam public dan

bagaimna keadaan public dari berbagai factor apa yang sedang terjdi

saat analisis situasi.

Humas harus berfikir strategis, humas harus menunjukan

pengetahuannya tentang misi, tujuan, dan pemilihan strategi humas

sehingga dapat memberikan solusi untuk menjawab segala

kebutuhan nyata suatu lembaga. Pemilihan strategi humas yang

tepat dibituhkan untuk membangun dan mendorong terciptanya

kepercayaan dan citra positif.

Keberadaan citra lembaga pemerintahan yang baik, penting

sebagai sumber daya internal maupun eksternal untuk menentukan


hubungannya dengan lembaga pemerintahan lain. Berbagai citra

pemerintahan kota tangerang datang dari public, yang mempunyai

pandangan terhadap lembaga itu sendiri. Oleh karenanya, sekarang

ini banyak sekali lembaga pemerintahan yang memahami untuk

memberi perhatian yang cukup untuk membangun sebuah citra yang

baik dan menguntungkan. Sehingga citra merupakan tujuan pokok

kelembagaan. Biasanya landasan citra itu berakar dari nilai-nilai

kepercayaan yang kongkretnya diberikan secara individu-individu.

Cepat atau lambat amanah kepercayaan akan mengalami suatu

proses yang dapat membentuk opini publik yang lebih luas yang

dinamakan citra (image).

Citra dari suatu lembaga dapat berbentuk dan pada dasarnya

tidak terlepas dari bentuk kualitas pelayanan yang diberikan, nilai

kepercayaan dari publiknya serta goodwill yang ditampilkan oleh

lembaga yang bersangkutan. Dalam hal ini citra yang dapat

membangun lembaga dapat disampaikan oleh Bapak Bucce

Gantina selaku Kepala Sub Bagian Humas Pemerintahan Kota

Tangerang :

"Citra Pemerintahan Kota Tangerang bersumber dari


pengalaman dan upaya komunikasi sehingga penilaian
maupun pengembangan terjadi pada salah satu atau kedua
hal tersebut. Citra Pemerintahan Kota Tangerang yang
bersumber dari pengalaman dapat memberikan gambaran
baik terhadap keterlibatan antara publik dengan pemerintah."

Seperti yang tertulis di bab 2, Citra lembaga pemerintahan

merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak masyarakat


tentang kelembagaan. Dimana citra tersebut berhubungan dengan

idelogi dan kesan pada kualitas komunikasi yang dilakukan oleh

setiap pegawai atau lembaga dengan audiensnya.

Suatu citra lembaga terbentuk apabila pelayanan dinilai

memuaskan dan memenuhi kebutuhan serta harapan bagi

audiensnya. Pada dasarnya citra itu datang dari pendapat publik

yang merasakan suatu kenyamanan dari apa yang dirasakan. Faktor

yang penting dalam mengembangkan citra dapat mengarah kepada

sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan

konsumen dan humas yang sensitif dalam setiap aktivitasnya.

Humas disini membentuk dan meningkatkan citra

kelembagaan melalui program dimata masyarakat serta menjamin

good relationship (hubungan baik) kepada para stakeholsers. Ini

merupakan fungsi yang terpenting bagi humas untuk selalu menjaga

dan meniingkatkan citra kelembagaan yang positif dan baik, agar

masyarakat melihat bahwa Citra Pemerintahan Kota Tangerang baik

dan serta memiliki hubungan baik juga dengan para audiens.

Seperti telah dijelaskan pada bagian awal penelitian Humas

Pemerintahan Kota Tangerang adalah lembaga yang bergerak

dalam bidang palayanan publik dan pemutusan kebijakan. Dimana

setiap lembaga pemerintahan yang menjaga citranya demi

keberlangsungan kelembagaan, diperlukan adanya suatu strategi

manajemen humas.
Bahwa dalam melakukan pelaksanaan strategi Public

Relations, maka diperlukan langkah-langkah unit analisis dalam

membangun citra kelembagaan,yakni pernyataan dari Humas

Pemerintahan Kota Tangerang :

“Dimana strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang


mempunyai citra yang baik dalam relasi kelambagaan, yang
dapat dipercaya dan memilik kesadaran terhadap citra
kelembagaan. Tentu, disni sebagai Humas Pemerintahan
Kota Tangerang harus mempunyai tanggungjawab dalam
membangun citra kelembagaan antara lain, dapat memenuhi
kebutuhan yang baik secara realitas yakni antara pegawai dan
lembaga dapat saling berintaksi lalu kepercayaan penuh
antara pimpinan dan karyawann yang saling mendukung
kerjasama agar dapat memberi keuntungan secara seksama.
Serta kesadaran lembaga terkait dengan citra lembaga yang
dapat membangun hubungan maupun bantuan bagi khalayak
luas”.

Suatu citra dapat berjalan dengan baik tentunya bermula

dari proses komunikasi yang baik pula, yang terjadi oleh humas

kelembagaan dengan pegawai atau tim lainnya dalam perusahaan

(internal )maupun dengan audiensnya (eksternal). Citra positif

merupakan hasil yang layak diperoleh dalam perjalanan

pemerintahan kota Tangerang yang telah mengupayakan strategi-

strategi terbaik yang mereka miliki untuk meningkatkab citranya

melalui program yang berkualitas. Seperti yang dilakukan oleh

Humas pemerintahan kota Tangerang sera dukungan dari divisi

lainnya agar berhasil mensukseskan tujuan citra pemerintahan kota

Tangerang sebagai perencanaan dan pembentukann kelembagaan

secara utuh.
Perlu diingat bahwa humas merupakan jembatan antara

pihak dan manajemen kelembagaan dengan publiknya, baik itu pada

publik internal maupun eksternal bila melihat dai sisi komunikasi

humas,tentu seorang humas diharapkan dapat menyampaikan

pesannya dengan seefektif dan seefesien mungkin, guna tidak terjadi

adanya kesalahan dalam membangun citra perusahaan tersebut.

Untuk strategi yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota Tangerang

dalam mengetahui keberadaan humas, maka pihak humas

mempunyai peranan yang sangat penting seperti dinyatakan oleh

pendapat Bapak Bucce Gantina selaku kepala Sub Bagian Humas,

bahwa :

“Strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang disini adalah


untuk mencari dan mengumpulkan fakta,kemudian membuat
suatu kegiatan, yang melakukan komunikasi dengan pihak-
pihak terkait serta melakukan evaluasi. Dmana sebagai
bentuk tanggungjawab lembaga pemerintahan kepada
masyarakat, dengan cara membuat strategi humas yang salah
satunya diperlukan untuk membangun citra lembaga
pemerintahan”.

B.3 Sembilan Langkah Pelaksanaan Strategi Humas Pemerintahan

Kota Tangerang

1. Analisis Situasi

Untuk mengetaui keadaan yang ada dilapangan, maka

diperlukan suatu gambaran mengenai Humas Pemerintahan

Kota Tangerang dalam membangun citra kelembagaan. Untuk

melihat situasi ini pemerintahan kota Tangerang memiliki peran


humas yakni sebagai juru bicara pemerintah, melakukan

hubungan timbal balik antara pemerintah daerah dengan

masyarakat umum, dan organisasi kemasyarakatan, untuk

memperjelas suatu kegiatan pemerintah daerah dalam

melakukan hubungan intern dengan satuan dan peliputan

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

masyarakat. Dan cara yang dilakukan strategi humas

pemerintahan kota Tangerang untuk membangun citra

kelembagaan harus terlebih dahulu mengetahui apa yang

diperlukan publik dalam suatu layanan yang baik agar dapat

memenuhi kebutuhan sosial masyarakat, meningkatkan mutu

pelayanan yang bermanfaat serta dapat terkelola lingkungan

kelembagaan yang berguna.

2. Analisis Organisasi

Sampai saat ini peran humas dalam kepentingan

organisasi kelembagaan sangat berperan penting untuk

meningkatkan citra lembaga pemerintahan. Dengan

menentukan suatu nilai yang berpengaruh terhadap isu-isu

publik yang erjadi baik dalam maupun luar lembaga. Lalu

strategi yang dilakukan lembaga pemerintahan untuk

mengetahui apa saja pelaksanaan dari kegiatan humasinternal

dan eksternal yang telah dilaksanakan agar terbentuk lembaga

pemerintahan yang utuh.


3. Analisis publik

Dari pernyataan yang disampaikan publik mengenai

humas pemerintahan kota Tangerang dalam membangun citra

kelembagaan untuk memperoleh suatu perubahan yang baru

dalam meningkatkan prestasi yang baik bagi lembaga ataupun

kelembagaan agar dapat dipercaya dan didukug oleh

masyarakat dilingkungan kelembagaan internal dan eksternal.

4. Penetapan Tujuan Dan Sasaran

Dalam tujuan penelitian yang dilakukan Humas

Pemerintahan Kota Tangerang untuk mendapatkan sesuatu

yang dicapai dan mengarah kepada pembangunan citra

kelembagaan agar sesuai dengan fokus penelitian yang dituju.

Dan sebagaimana diketahui sebelumnya, pesan humas

bertjuan untuk menegakan dan mengembangkan suatu citra

yang menguntungkan (favorable image) bagi organisasi/

lembaga, atau jasa terhadap para stakeholder-nya (khalaak

ssaran yang terkait, yaitu public internal dan eksternal). Untuk

mencapai tujuan tersebut, maka strategi PR semestinya

diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholder-

nya sebagai tempat akarnya sikap tindak dan persepsi mereka.

5. Tindakan dan respon

Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam membuat

strategi yang dilakukan untuk membangun sebuah citra


kelembagaan memerlukan suatu sikap dan tindakan yang

bermanfaat bagi suatu stakeholder para khalayak sasarannya.

Untuk terciptanya strategi yang berhubungan suatu opini dan

citra yang dapat manguntungkan

6. Penggunaan Komunikasi Efektif

Dengan penggunaan komunikasi yang efektif dalam citra

kelembagaan, maka harus diperlukan suatu bentuk

penyampaian informasi yang nyata, ilmiah, dan akurat agar

komunikasi yang dapat diterima pada khalayak menjadi pesan

yang berguna dalam membangun citra kelembagaan.

7. Pilihan Taktik Komunikasi

Komunikasi yang digunakan oleh Humas Pemerintahan

Kota Tangerang dalam menentukan bentuk komunikasi yang

dapat dilakukan sebagai hasil pelaksanaan dan perencanaan

yang diterima kepada publik untuk memilih strategi yang jelas

dengan menggunakan taktik yang tepat. Komunikasi yang

digunakan lembaga pemerintahan yaitu komunikasi persuasif

artinya dengan mengajak publik mengetahui keadaan didalam

kelembagaan maka citra kelembagaan dapat dibangun dengan

saling kepercayaan terhadap satu sama lain.

8. Struktur Perencanaan Strategi

Dalam menghadapi masalah suatu perencanaan yang

ingin dicapai dari strategi yang dilakukan Humas Pemerintahan


Kota Tangerang untuk mewujudkan suatu feedback yang dapat

berfungsi baik bagi khalayak maupun organiasi dalam

mencapai tujuan tertentu. Perencanaan strategi pada dasarnya

untuk memberikan gambaran lebih jauh mengenai sebuah

rencana, anggaran biaya, hasil riset dan evaluasi sebagai

tujuan kelembagaan. Dan strategi yang direncanakan Humas

Pemerintahan Kota Tangerang adalah untuk menggerakan dan

memberdayakan seluruh publik dalam membangun citra

kelembagaan sebagaimana apa yang diharapkan lembaga.

9. Hasil akhir perencanaan strategi

Hasil akhir penelitian yang dilakukan Humas

Pemerintahan Kota Tangerang adalah untuk mewujudkan

pembangunan citra lembaga yang dapat dipercaya dan

terkendali oleh publik. Bahwa masyarakat bisa mengetahui apa

saja yang sudah tersosialisasikan oleh lembaga dalam

meningkatkan sikap dan tindakan yang menguntungkan bagi

citra lembaga pemerintahan.

Proses pemecahan masalah juga merupakan tahap-

tahap pelaksanaan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas).

Menurut Cutlip And Center (1996:42), Proses humas

sepenuhnya mengacu pada pendekataan manajerial, proses ini

terdiri dari :
a. Pengolahan Data Riset

1. Mencari dan mengumpulkan fakta data sebelum

melakukan tindakan misalnya PR sebelum melakukan

suatu kegiatan diperlukan public, siapa saja yang

termasuk kedalam public, bagaimana keadaan public

dipandang dari berbagai factor : Masalah, perhatian atau

kesempatan “apa yang terjadi saat ini?”.

2. Analisis situasi (internal dan eksternal) “kekuatan positif

dan negatif apa yang bekerja?”siapa yang terlibat? Dan

terpengaruh?” “bagaimana mereka terlibat dan

terpengaruh?”.

Analisis situasi yang terjadi dalam kekuatan positif

maupun negatif, keduanya sama-sama mempunyai

keterikatan dalam masalah yang berbeda terhadap

bagaimna strategi humas dalam membangun citra

lembaganya melalui hasil sasaran tersebut.

b. Perencanaan dan Pemprogamming

Berdasarkan fakta yang membuat rencana tentang apa

yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah

tersebut.

1. Tujuan : situasi seperti apa yang diinginkan?”

2. Publik dan sasaran : “program pemerintah harus

memberikan respon pada public yang bagaimana?”

(internal dan eksternal). Dalam menghadapi masalah


dengan tujuan yang dicapai harus bias menentukan

pelaksanaan maupun program yang diharapkan. Dengan

adanya mengetahui seberapa jauh rencana program

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintahan kota tangerang

untuk mewujudkan suatu feedback yang dapat berfungsi

baik didalam maupun diluar organisasi. Namun tujuan

humas untuk mampu memperkenalkan kelembagaan

kepada masyarakat luas dalam hal hasil riset menunjukan

bahwa sebagian besar khalayak masih belum mengetahui

keberadaan pemerintahan tersebut. Khalayak secara

langsung dapat melihat tujuan kegiatan yang dilakukan oleh

lembaga,kegiatan yang didasarkan dalam tujuan sudah

cukup memuaskan an telah terbentuk dibenak masyarakat.

c. Cara Komunikasi

Rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran

yang matang berdasarkan fakta dan data tadi, kemudian

dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional.

1. Strategi tindakan & komunikasi : “isi pesan apa yang harus

disampaikan untuk mencapai hasil yang dinyatakan pada

tujuan?”

2. Rencana pelaksanaan program : “siapa yang

bertanggungjawab untuk melakukan setiap tindakan dan

taktik komunikasi?”
Strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam

menentukan perubahan yang mencapai hasil pada tujuan,

tentunya peru strategi tindakan dalam peningkatan efektivitas

yang tinggi, hal ini ditandai dengan bertambah jumlah

masyarakat, kebutuhan sarana bantuan fisik, maupun material

dan bertambahnya tingakat pendapatan yang diperoleh dengan

maksimal dan informasi dari pemerinahan kota tangerang dapat

terjangkau.

Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh Humas

Pemerintahan Kota Tangerang memberikan hasil pelaksanaan

dalam perencanaan yang disampaikan kepada public. Untuk

melaksanakan kegiatan yang dijalankan secara nyata dan

akurat. Komunikasi ini bersifat persuasive yang dapat menarik

perhatian buplik dengan hal-hal positif bagi citra lembaga.

d. Evaluasi

Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah

tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi dapat dilakukan

secara kontinyu. Hasilevaluasi ini menjadi dasar public relations

selanjutnya.

1. Evaluasi program : “bagaimana tujuan yang sudah

ditentukan dapat dicapai dan diukur?”

2. Umpan balik dan penyesuaian program : “bagaimana hasil

evaluasi dilaporkan kepada manajer program dan

digunakan untuk membuat perubahan program”.


Setelah kegiatan komunikasi tersebut dijalankan dan

strategi yang tersusunpun sudah dijalankan,maka pada

akhirnya haruslah dilakukan evaluasi. Untuk mendapatkan

strategi yang sudah dijalankan dalam mengetahui apasaja yang

masih kekurangan atau kelemahan dari kegiatan peaksanaan

humas untuk mendukung pembangunan citra.

Kegiatan untuk evaluasi ini biasya dilakukan dalam

perencanaan humas sebaga kebijakan yang sudah

dilaksanakan. Dalam terbentuknya rencana kegiatan yang

dijalankan, agar lebih mempunyi suatu peran penting baik

humas internal ataupun eksternal dalam konteks membangun

cutra kelembagaan.

Untuk penerapan teori pada penulisan ini,penulis merasa

sudah cukup mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

humas, untuk dapat menerapkan praktek dilapangan. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Bucce Gantina Selaku

Kasubag Humas yang memberikan pendapat mengenai Humas

Pemerintahan Kota Tangerang yang sudah terlaksana citra

kelembagaan, bahwa “Tentunya kita menggunakan struktur

strategi humas yang hanya daapat dibatasi dalam satu linkup

kerja humas dan berkaitan dengan layanan kegiatan yang telah

dilakukan oleh pihak pemerintahan kota tangerang. Dan

pelaksanaan humas sendiri berdasarkan dari sasaran adanya

stakeholders internal dan eksternal lembaga pemerintahan”.


Semua yang terangkum pada setiap teori strategi PR

sudah seharusnya bagaimana selayaknya seorang humas

dituntut sebagi orang yang penuh dengan ilmu penngetahuan,

mudah bergaul, dan selau mengikuti perkembangan berita.

Artinya bila dikaitkan dengan judul penulisan ini, maka dapat

dikatakan bahwasannya teori ini sangat menunjang kerja

humas untuk kesehariannya.

Selain itu, peneliti menggunakan teori nine step strategy

of PR, dimana strategi humas merupakan cara optimal yang

dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan humas dalam

kerangka suatu rencana humas. humas ini bertujuan

mengembangkan dan meningkatkan suatu citra agar dapat

membangun interaksi yang baik bagi organisasi atau lembaga.

Pemerintah Kota Tangerang membuat strategi khusus untuk

memangun citra dalam rangka meraih Adipura. Tujuan utama

Adipura adalah membangun kota yang bersih dan hijau (clean

and green city). Oleh karena itu, strategi pengendalian

lingkungan dalam rangka meraih adipura harus diarahkan

kepada tercapainya clean and green city. Jadi ada dua strategi

yang harus dilakukan oleh kota atau kabupaten yaitu: 1)

mengelola sampah yang dihasilkan; 2) mengelola RTH.

10. Mengelola Sampah

Sampah merupakan konsekuwensi dari adanya aktivitas

manusia. Sejalan dengan peningkatan penduduk dan gaya


hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Misalnya

saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah

sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat

menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka

volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi

Borobudur (Bapedalda, 2000 Pada umumnya, sebagian besar

sampah yang dihasilkan di Indonesia (di TPA) merupakan

sampah organik sebesar 60-70% yang mudah terurai. Sampah

organic akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air

hujan terbentuk lindi (air sampah) yang akan mencemari

sumber daya air baik air tanah maupun permukaan sehingga

mungkin saja sumur-sumur penduduk di sekitarnya ikut

tercemar. Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit

penyakit pathogen seperti tipus, hepatitis dan lain-lain. Selain

itu ada kemungkinan lindi mengandung logam berat, suatu

salah satu bahan beracun. Jika sampah-sampah tersebut tidak

diolah, maka selain menghasilkan tingkat pencemaran yang

tinggi juga memerlukan areal TPA yang luas.

Untuk mengatasi hal tersebut, sangat membantu jika

pengolahan sampah dilakukan terdesentralisasi. Pada

prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat

mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan

persampahan terutama di perkotaan tidak berjalan dengan


efisien dan efektif karena pengelolaan sampah terpusat.

Pengolahan sampah terdesentralisasi dapat dilakukan di setiap

RT atau RW, dengan cara mengubah sampah menjadi kompos.

Dengan cara ini volume sampah yang diangkut ke TPA dapat

dikurangi.

11. Mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang terbuka hijau (RTH)di suatu wilayah perkotaan

memiliki tiga fungsi penting yaitu ekologis,sosial-ekonomi dan

evakuasi. Dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang disebutkan, jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30

persen dari luas kota tersebut. Arsitek Landsekap/ Majelis

Ikatan Arsitektur Landsekap Indonesia (IALI).

RTH perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka

suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman

dan vegetasi. Fungsi ekologis RTH yaitu dapat meningkatkan

kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara

dan pengatur iklimmikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi

untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana

rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota.

Sementara evakuasi berfungsi antara lain untuk tempat

pengungsian saat terjadi bencana alam. Dengan keberadaan

RTH yang ideal, maka tingkat kesehatan warga kota juga

menjadi baik. RTH dapat mengurangi kadar polutan seperti


timah hitam dan timbal yang berbahaya bagi kesehatan

manusia.Saat ini, banyak anak di perkotaan yang menderita

autis yang disebabkan antara lain karena tingginya kadar

polutan di daerah perkotaan. Menurut UU Nomor 1 tahun 2007,

tujuan penataan RTH adalah: a) menjaga keserasian dan

keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; b)

mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan

lingkungan buatan di perkotaan; dan c) meningkatkan kualitas

lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman

(Pasal 2). Adapun fungsi RTH (pasal 3) adalah: a) pengamanan

keberadaan kawasan lindung perkotaan; b) pengendali

pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; c) tempat

perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; d)

pengendali tata air; dan e) sarana estetika kota. Adapun

manfaat RTH di perkotaan (pasal 4) adalah: a) sarana untuk

mencerminkan identitas daerah; b) sarana penelitian,

pendidikan dan penyuluhan; c) sarana rekreasi aktif dan pasif

serta interaksi social; d) meningkatkan nilai ekonomi lahan

perkotaan; e) menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan

prestise daerah; f) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak,

remaja, dewasa dan manula.


C. Pembahasan

C.1 Pembentukan Citra Pemerintahan Kota Tangerang

Proses menganalisis hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya adalah untuk mencari relasi antara teori atau konsep

yang ada dengan hasil penelitian, dan didapat dari wawancara tak

berstruktur serta data-data lain, sehingga dapat memberikan

gambaran mengenai bagaimana strategi Humas Pemerintahan Kota

Tangerang dalam membangun citra lembaga.

Seperti yang diungkapkan oleh Miles Dan Huberman, setelah

melakukan reduksi data yang didapat oleh peneliti selama

dilapangan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian

data (data display) yang mana memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi dengan membandingkan teori-teori yang digunakan

dengan praktek sesungguhnya dilapangan. Berdasarkan hasil

penelitian dapat diketahui bahwa strategi humas pemerintahan kota

Tangerang untuk membangun citra lembaga yang terlaksana dengan

baik, maka terbukti dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan

lembaga untuk membangun citra bagi masyarakat dapat terjalin satu

sama lain secara positif.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori

akhir yang merupakan teori strategy PR, karena teori ini sangat

mencakup dari semua hal data yang dibutuhkan humas dalam

membangun citra.
Bahwa penelitian yang dilakukan penulis pada dasarnya

bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi humas

pemerintahan kota tangerang dalam membangun citra

kelembagaan,sehingga dapat terlaksana dengan hasilnya.tujuan

humas kelembagaan itu sendiri adalah untuk mewujudkan dan

memantapkan sistem administrasi publik dan sistem administrasi

kebijakan publik melalui kelembagaan humas yang berkualitas dan

kuat.

Strategi yang menjadi suatu cara untuk mengembangkan citra

positif terhadap kelembagaan, seperti yang diungkapkan oleh

Linggar M.Anggoro dalam bukunya teori pembentukan citra,bahwa

citra dari organisasi secara keseluruhan bukan citra atas produk dan

pelayanan saja tetapi citra terbentuk dari produk pelayanan yang

digunakan secara berulang-ulang,dan juga saling pengertian antara

khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal.

Dalam mendukung suatu strategi dapat dilakukan dengan

mengambil teori khusus yang berhubungan dengan penelitian, yaitu

Teori Pembentukan Citra merupakan reputasi dan presentasi yang

baik bagi dunia humas. Pengertian citra tersebut memiliki bentuk

abstrak dan tidak dapat diukur secara sistematik, tetapi wujudnya

dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk yang diberikan

oleh publik kepada lembaga pemerintahan kota Tangerang tersebut.

Adapun penelitian mengenai berjalannya citra kelembagaan

terhadap strategi humas pemerintahan kota Tangerang menurut


Kepala Sub Bagian Humas Yang Diungkapkan Oleh Bapak Ir. R.

Sugihharto bahwa :

“Citra lembaga pemerintahan kota Tangerang sampai saat ini


masih tetap berjalan baik dan berhubungn baik dengn publik
internal maupun eksternal. Dari internal kelembagaan
dianggap pegawainya memberikan motivasi yang baik,
sedangkan eksternal pemerintahn kota Tangerang tetap
mendapat kepercayaan dari pemerintah dalam
menyelenggarakan kegiatan sosial dan lingkungan. Dan
pemerintahan kota Tangerang juga mendapat kepecayaan
penuh dalam bekerjasama dengan pemerintahan lain. Humas
pemerintahan kota Tangerang memiliki interaksi yang baik
terhadap publik sebagai bahan publikasi dan sosialisai untuk
operasional kelembagaan.”

Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam menyusun

strategi humas dengan melakukan perencanaan strategi yang sesuai

langkah proses humas, dimana perencanaan program kerja Humas

Pemerintahan Kota Tangerang berdasarkan landasan untuk

membangun citra kelembagaan. Humas dalam melakukan keiatan

perencanaan terlebih dahulu mengetahui masalahnya, misalnya apa

yang diperlukan public siapa saja yang termasuk kedalam public dan

bagaimna keadaan public dari berbagai factor apa yang sedang

terjadi saat analisis situasi.

Humas harus berfikir strategis, humas harus menunjukan

pengetahuannya tentang misi, tujuan, dan pemilihan strategi humas

sehingga dapat memberikan solusi untuk menjawab segala

kebutuhan nyata suatu lembaga. Pemilihan strategi humas yang

tepat dibituhkan untuk membangun dan mendorong terciptanya

kepercayaan dan citra positif.


Keberadaan citra lembaga pemerintahan yang baik, penting

sebagai sumber daya internal maupun eksternal untuk menentukan

hubungannya dengan lembaga pemerintahan lain. Berbagai citra

pemerintahan kota tangerang datang dari public, yang mempunyai

pandangan terhadap lembaga itu sendiri. Oleh karenanya, sekarang

ini banyak sekali lembaga pemerintahan yang memahami untuk

memberi perhatian yang cukup untuk membangun sebuah citra yang

baik dan menguntungkan. Sehingga citra merupakan tujuan pokok

kelembagaan. Biasanya landasan citra itu berakar dari nilai-nilai

kepercayaan yang kongkretnya diberikan secara individu-individu.

Cepat atau lambat amanah kepercayaan akan mengalami suatu

proses yang dapat membentuk opini publik yang lebih luas yang

dinamakan citra (image).

Citra dari suatu lembaga dapat berbentuk dan pada dasarnya

tidak terlepas dari bentuk kualitas pelayanan yang diberikan, nilai

kepercayaan dari publiknya serta goodwill yang ditampilkan oleh

lembaga yang bersangkutan. Dalam hal ini citra yang dapat

membangun lembaga dapat disampaikan oleh bapak Bucce Gantina

selaku Kepala Sub Bagian Humas Pemerintahan Kota Tangerang :

"Citra Pemerintahan Kota Tangerang bersumber dari


pengalaman dan upaya komunikasi sehingga penilaian
maupun pengembangan terjadi pada salah satu atau kedua
hal tersebut. Citra Pemerintahan Kota Tangerang yang
bersumber dari pengalaman dapat memberikan gambaran
baik terhadap keterlibatan antara publik dengan pemerintah."

Seperti yang tertulis di bab 2, Citra lembaga pemerintahan

merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak masyarakat


tentang kelembagaan. Dimana citra tersebut berhubungan dengan

idelogi dan kesan pada kualitas komunikasi yang dilakukan oleh

setiap pegawai atau lembaga dengan audiensnya.

Suatu citra lembaga terbentuk apabila pelayanan dinilai

memuaskan dan memenuhi kebutuhan serta harapan bagi

audiensnya. Pada dasarnya citra itu datang dari pendapat publik

yang merasakan suatu kenyamanan dari apa yang dirasakan. Faktor

yang penting dalam mengembangkan citra dapat mengarah kepada

sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan

konsumen dan humas yang sensitif dalam setiap aktivitasnya.

Humas disini membentuk dan meningkatkan citra

kelembagaan melalui program dimata masyarakat serta menjamin

good relationship (hubungan baik) kepada para stakeholsers. Ini

merupakan fungsi yang terpenting bagi humas untuk selalu menjaga

dan meningkatkan citra kelembagaan yang positif dan baik, agar

masyarakat melihat bahwa Citra Pemerintahan Kota Tangerang baik

dan serta memiliki hubungan baik juga dengan para audiens.

Seperti telah dijelaskan pada bagian awal penelitian Humas

Pemerintahan Kota Tangerang adalah lembaga yang bergerak

dalam bidang palayanan publik dan pemutusan kebijakan. Dimana

setiap lembaga pemerintahan yang menjaga citranya demi

keberlangsungan kelembagaan, diperlukan adanya suatu strategi

manajemen humas.
Bahwa dalam melakukan pelaksanaan strategi PR, maka

diperlukan langkah-langkah unit analisis dalam membangun citra

kelembagaan,yakni pernyataan dari Humas Pemerintahan Kota

Tangerang :

“Dimana strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang


mempunyai citra yang baik dalam relasi kelambagaan, yang
dapat dipercaya dan memilik kesadaran terhadap citra
kelembagaan. Tentu, disni sebagai Humas Pemerintahan
Kota Tangerang harus mempunyai tanggungjawab dalam
membangun citra kelembagaan antara lain, dapat memenuhi
kebutuhan yang baik secara realitas yakni antara pegawai dan
lembaga dapat saling berintaksi lalu kepercayaan penuh
antara pimpinan dan karyawann yang saling mendukung
kerjasama agar dapat memberi keuntungan secara seksama.
Serta kesadaran lembaga terkait dengan citra lembaga yang
dapat membangun hubungan maupun bantuan bagi khalayak
luas”.

Suatu citra dapat berjalan dengan baik tentunya bermula dari

proses komunikasi yang baik pula, yang terjadi oleh humas

kelembagaan dengan pegawai atau tim lainnya dalam perusahaan

(internal )maupun dengan audiensnya (eksternal). Citra positif

merupakan hasil yang layak diperoleh dalam perjalanan

pemerintahan kota Tangerang yang telah mengupayakan strategi-

strategi terbaik yang mereka miliki untuk meningkatkab citranya

melalui program yang berkualitas. Seperti yang dilakukan oleh

Humas pemerintahan kota Tangerang sera dukungan dari divisi

lainnya agar berhasil mensukseskan tujuan citra pemerintahan kota

Tangerang sebagai perencanaan dan pembentukann kelembagaan

secara utuh.
Perlu diingat bahwa humas merupakan jembatan antara pihak

dan manajemen kelembagaan dengan publiknya, baik itu pada publik

internal maupun eksternal bila melihat dai sisi komunikasi

humas,tentu seorang humas diharapkan dapat menyampaikan

pesannya dengan seefektif dan seefesien mungkin, guna tidak terjadi

adanya kesalahan dalam membangun citra perusahaan tersebut.

Untuk strategi yang dilakukan Humas Pemerintahan Kota

Tangerang dalam mengetahui keberadaan humas, maka pihak

humas mempunyai peranan yang sangat penting seperti dinyatakan

oleh pendapat Bapak Bucce Gantina selaku kepala Sub Bagian

Humas, bahwa :

“Strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang disini adalah


untuk mencari dan mengumpulkan fakta,kemudian membuat
suatu kegiatan, yang melakukan komunikasi dengan pihak-
pihak terkait serta melakukan evaluasi. Dmana sebagai
bentuk tanggungjawab lembaga pemerintahan kepada
masyarakat, dengan cara membuat strategi humas yang salah
satunya diperlukan untuk membangun citra lembaga
pemerintahan”.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang dilakukan di

Humas Pemerintahan Kota Tangerang, mengenai strategi humas

dalam mempertahankan citra lembaga sebagai kota peraih Adipura,

maka penulis menyampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang untuk

menciptakan dan menumbuhkan hubungan yang baik (good

relationship) Antara lembaga dengan para stakeholders dengan

melaksanakan fungsi manajemen humas seperti tahap menentukan

masalah (fact finding), perencanaan dan pemprograman dan tahap

evaluasi serta Koordinasi yang aktif dengan stakeholders akan

mengefektifkan manajemen pengelolaan sumber daya yang

terbatas,Masyarakat Kota Tangerang memiliki persepsi dan sikap

Positif terhadap program Adipura Kota Tangerang. Faktor persepsi

yang paling mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program

Adipura Kota Tangerang, yaitu faktor ketertarikan dan pengetahuan.

2. Peningkatan peran serta masyarakat Kriteria penilaian adipura setiap

tahunnya, senantiasa, mengakomodir isu-su lingkungan, untuk

melakukan perbaikan secara terus, untuk itu warga masyarakat kota

sebagai salah satu obyek pelaku dampak terhadap lingkungan


menjadi target agent perubahan, maka untuk itu diperlukan peran

serta masyarakat untuk perduli pada lingkungan, terutama dalam

kegiatan pengelolan sampah, agar kualitas lingkungan tetap terjaga

dan penghargaan sebagai kota bersih dapat dipertahankan.

3. Citra kelembagaan sampai saat ini masih baik karena pemerintahan

Kota Tangerang tetap berhubungan baik dengan publik internal dan

eksternal. Dari internal kelembagaan dianggap karyawannya

memberikan motivasi yang baik, sedangkan ekternal lembaga tetap

mendapat kepercayaan dari pemerintahan untuk membangun citra

kelembagaan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan mengetahui bagaimana

implementasi strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang dalam

membangun citra lembaga, maka peneliti memiliki beberapa saran

yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau pertimbangan

sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah Kota Tangerang, agar tetap melakukan

sosialisasi dan himbauan kepada warga masyarakat, terlebih warga

pendatang untuk menyesuaikan budaya yang telah terbangun

dengan pola hidup bersih dan sehat, dan juga perlunya penambahan

personil petugas kebersihan untuk bisa menjangkau bukan hanya

lokasi pantau saja, tetapi wilayah pantau perkotaan secara


keseluruhan, serta dukungan sarana dan prasarana dalam

mendukung tugas pengelolaan lingkungan hidup, agar Anugerah

Adipura dapat terus di pertahankan dan kualitas lingkungan

perkotaan meningkat.

2. Penambahan Jumlah Truk Pengangkut sampah yang memiliki ruang

penyekat, agar sampah yang telah dipisah-pisahkan oleh

masyarakat disumbernya, tersistem dan mampu mendidik warga,

akan fungsi masing-masing wadah sampah, dengan upaya

pemilahan sampah yang telah diterapkan oleh masyarakat, kiranya

meringankan kerja para petugas kebersihan dalam mengurangi

jumlah sampah yang masuk ke TPA.


DAFTAR PUSTAKA

Oemi, Abdurachman. 2001. Dasar-dasar Public Relations, PT. Citra Aditya


Bakti, Bandung.

Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.

------------. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Remaja


Rosdakarya, Bandung.

-------------. 2010. Dasar-Dasar Public Relations, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Cutlip , Scott M. dan Center, Allen H. 2000. Effective Public Relations, PT.
Prentice Hall, New Jersey.

Iriantara, Yosal. 2004. Manajemen Strategi Public Relations, PT. Ghalia


Indonesia, Jakarta.

Jefkins, Frank. 1995. Public Relations, PT. Erlangga, Jakarta.

Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations Konsep dan


Aplikasinya di Indonesia, PT. Pustaka Grafiti, Jakarta

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, PT. Kencana


Perdana Group, Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Moleong , J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif , PT Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Oliver, Sandra. 2009. Strategi Public Relations, PT. Erlangga, Jakarta.

Rachmadi, F. 1992. Public Relations dalam Teori dan Praktek, PT.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ruslan, Rusady. 1994. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi
Krisis dan Pemulihan Citra, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Salim, Agus, 2003. Teori Paradigma Penelitian Sosial, PT. Bina Aksara,
Jakarta,

Sugiyono, 2004. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R &D, CV. Alfabeta,


Bandung.

--------, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, CV. Alfabeta, Bandung

Sekaran, Uma. 1992. Business Research, PT. Willey

Soemirat, Soleh. & Ardianto, Elvinaro. 1999. Dasar-Dasar Public Relations.


PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wibisono, 2007. Corporate Social Responsibility, Fascho Publishing,


Gresik.

Sutopo, H.B.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bagian II, UNS Press,


Surabaya
Narasumber : Ir. R. Sugihharto Achmad Bagdja, M.Si ,
selaku Kepala Bagian Humas Dan Protokol
Pemerintahan Kota Tangerang

Hari, Tanggal dan

Waktu Wawancara : Senin, 29 Desember 2014 Pukul : 10.00 Wib

Lokasi : Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang

Pertanyaan Wawancara :

1. Apa latar belakang Humas Pemerintahan Kota Tangerang ?


2. Bagaimana strategi Humas Pemerintahan Kota Tangerang untuk
membangun citra pemerintahan dalam rangka meraih Adipura?
3. Seberapa jauh Humas Pemerintahan Kota Tangerang berperan bagi
kepentingan lembaga pemerintahan kota Tangerang?
4. Menurut Bpk,Apa pendapat publik internal dan eksternal mengenai citra
kota Tangerang ?
5. Bagaimana tujuan pemerintahan kota Tangerang untuk membangun
citra pemerintahan kota Tangerang ?
6. Isi pesan apa yang harus disampaikan untuk mencapai tujuan?
7. Apakah humas pemerintahan kota Tangerang sudah membuat strategi
dlm rangka meraih adipura dikota Tangerang ?
8. Bagaimana humas pemerintahan kota Tangerang menggunakan
komunikasi yang efektif ?
9. Apa pilihan komunikasi yang dilakukan humas dalam membangun citra
pemerintahan kota Tangerang dalam rangka meraih Adipura?
10. Bagaimana penerapan perencanaan strategi humas pemerintahan kota
Tangerang?
11. Siapakah yang bertanggung jawab untuk melakukan setiap rencana
komunikasi ?
12. Bagaimana tujuan hasil akhir yang dicapai oleh humas pemerintahan

kota Tangerang ?

Jawaban Hasil Wawancara : - Tape Recorder/Audio visual

1. Latar belakang Humas Pemerintahan Kota Tangerang merupakan

profesi yang memegang kendali agar suatu lembaga dapat berjalan

dengan baik. Humas dianggap menjadikan lembaga menjadi lebih baik

karena dalam kinerjanya, ia harus bisa membangun citra lembaga

tersebut agar penilaian orang terhadap lembaga tersebut positif.

2. Sebagai humas kami mempunyai strategi khusus sesuai dengan tugas

dan fungsi pemerintahan,misalnya penyebarluasan informasi yg melalui

media massa atau langsung ke masyarakatnya yang dikenal dengan

dialog warga.dalam hal meraih Adipura kami terus menerus melakukan

sosialisasi dan himbauan kepada warga masyarakat, terlebih warga

pendatang untuk menyesuaikan budaya yang telah terbangun dengan

pola hidup bersih dan sehat karna diperlukan peran serta masyarakat

untuk perduli pada lingkungan, terutama dalam kegiatan pengelolan

sampah, agar kualitas lingkungan tetap terjaga dan penghargaan

sebagai kota bersih dapat diraih.

3. Sangat penting, karena sebagai humas kami harus berupaya dan

mampu mengemas berita bila ada program-program pemerintah

kepada masyarakat agar masyarakat tau, dan bahkan bisa ikut

berpartisipasi dalam program tersebut,sehingga program yg akan


dilakukan berjalan dengan baik.karena intinya tugas pemerintah itu

melayai publik.

4. Pendapat publik mengenai citra lembaga pemerintahan itu suatu

pernyataan yang disampaikan publik mengenai humas pemkot.agar

dapat meningkatkan prestasi yg baik bagi lembaga. Untuk

pemerintahan Kota Tangerang publik dapat merespon segala bentuk

program yang diadakan pemerintah melalui media massa, atau online

melalui website kota Tangerang,media cetak Tangerang,dan Dialog

warga.dsb.

5. Tujuan keseluruhan dari pencapaian pemerintahan yaitu memberikan

pelayanan publik yang terbaik, memberikan segala bentuk pelayanan

kepada masyarakat dalam berbagai bidang contohnya

kesehatan,pendidikn,insfrastruktur, dan dgn diraihnya Adipura ini

masyarakat merasa puas akan keberhasilan yg diraih pemkot ataupun

masyarakatnya itu sendiri, otomatis terbentuklah respon dan citra yang

baik untuk pemerintahan kota Tangerang ini.

6. Untuk mencapai tujuan,strategi humas diarahkan pada upaya

penghimpunan opini masyarakat,segala bentuk program pemerintah

yang berjalan harus dipubliksikan kepada publik guna mendapatkan

respon baik nantinya.

7. Itu Tadi, Humas Pemerintahan Kota Tangerang selalu berupaya

melayani publiknya dengan baik, dengan pelayanan yang baik dan

dapat selalu memenuhi kebutuhan publiknya, sebuah respon positif


akan didapat, apalagi dengan suatu sikap dan tindakan yang

bermanfaat bagi stakeholdernya.contohnya dalam meraih Adipura

pemerintah menghimbau agar masyarajat juga ikut andil dlm program

ini,dengan cara ikut menjaga kenbersihan lingkungan sekitar.

8. Komunikasi yang efektif timbul dari penyampaian informasi yang ilmiah

dan efisien serta akurat sebuah komunikasi akan dapat diterima oleh

khalayak dan menjadi pesan yang berguna dalam membangun citra

lembaga.

9. Komunikasi yang digunakan Humas Pemerintahan Kota Tangerang

yakni komunikasi persuasif,yaitu komunikasi yang sifatnya

mengajak,artinya mengajak publik untuk selalu mengetahui keadaan

didalam pemerintahan kota tangerang terutama program-program yang

akan dibuat oleh pemerintah,maka citra lembaga dapat dibangun

dengan saling kepercayaan satu sama lain.

10. Perencanaan strategi pada dasarnya untuk memberikan gambaran

lebih jauh mengenai sebuah rencana,hasil riset dan evaluasi sebuah

program sebagai suatu tujuan lembaga khususnya pemerintahan kota

Tangerang.

11. Sesuai dengan keputusan yang disahkan oleh peraturan pemerintahan

kota Tangerang tentang pelaksanaan kegiatan humas,rencana

komunikasi menjadi tanggung jawab Humas Pemerintahan Kota

Tangerang.
12. Sebuah humas dari semua kegiatannya yakni meliput,

menyebarluaskan, tujuan akhirnya menghimpun opini masyarakat

sehingga kami dapat mengkajinya menjadi bahan masukan untuk

pimpinan/walikota. Contohnya pimpinan ingin tau respon publik dari

program kegiatan yg diadakan pemerintahan, publik dapat merespon

melalui media massa yang bekerja sama dengan humas

pemerintahan,serta menjadi pelayanan publik terbaik,mengajak publik

untuk ikut andil dlm program pemerintah,khususnya bidang kebersihan

ini,.dari situ pemerintahan mendapatkan penghargaan,contohnya

peraihan piala Adipura ini,tentunya mendapat citra yang positif dari

publik internal dan eksternal. untuk tahun ini pemerintahan kota

Tangerang kembali mendapat penghargaan bidang kebersihan,yaitu

adipura,dan penghargaan lainnya seperti penghargaan Langit Biru, kota

sehat,dan kota udara bersih tingkat Asean.

Anda mungkin juga menyukai