Bab Analisis Struktur Jembatan
Bab Analisis Struktur Jembatan
PEMBEBANAN JEMBATAN
4.1 Pembebanan Pada Jembatan
Pembebanan untuk merencanakan jembatan jalan raya merupakan dasar
dalam menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan tegangan-
tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Penggunaan
pembebanan ini dimaksudkan agar dapat mencapai perencanaan yang aman dan
ekonomis sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan, kemampuan
pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga proses pelaksanaan dalam
perencanaan jembatan menjadi efektif. Pembebanan berdasarkan pada muatan dan
aksi- aksi yang terjadi pada jembatan berdasarkan peraturan yang ada dalam RSNI
T-02-2005.
Aksi-aksi (beban, perpindahan dan pengaruh lainnya) dikelompokan menurut
sumbernya kedalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Aksi tetap.
2. Aksi lalu-lintas.
3. Aksi lingkungan (angin, hujan, gempa, dsb.)
4. Aksi-aksi lainnya.
Berdasarkan lamanya bekerja, aksi dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Aksi tetap : aksi yang bekerja sepanjang waktu atau pada jangka waktu
yang lama.
2. Aksi transient : aksi yang bekerja dalam jangka waktu yang pendek.
= 31,25 kN
Jumlah joint pada gelagar = 11 joint
Gaya Rem
Maka gaya rem yang bekerja pada joint gelagar =
Jumlah Joint
31,35
=
11
= 2,84 kN
4.3.4 Beban Hidup Pejalan Kaki
Semua komponen trotoar yang lebih dari 600 mm harus
direncanakan untuk memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan
dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan pada masing –
masing lajur kendaraan. Jika trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki
tidak perlu dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan.
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban
sebagai berikut:
A = luas bidang trotoar yang dibebani pejalan kaki (m²).
Beban hidup merata pada trotoar:
Untuk A ≤ 10 m² q = 5 kPa
Dengan,
PB = tekanan angin dasar
Tabel 4.2 Tekanan Angin Dasar
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
𝑉10 𝑍
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 𝑥 𝑉𝑜 𝑥 ( ) ln ( )
𝑉𝐵 𝑍𝑜
Vo = 13,2 km / jam ( tabel 28 hal 56 )
Zo = 70 mm ( tabel 28 hal 56 )
90 10000
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 𝑥 13,2 𝑥 (90) ln ( )
70
= 163,74 km/jam
4.4.2 Beban Angin
1. Angin Tekan
𝑉𝐷𝑍 2
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 𝑥 ( )
𝑉𝐵
163,74 2
= 0,0024 𝑥 ( )
90
= 0,008 kN/mm = 8 kN/m > 4,4 kN/m
2. Angin Hisap
𝑉𝐷𝑍 2
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 𝑥 ( )
𝑉𝐵
163,74 2
= 0,0012 𝑥 ( )
90
= 0,004 kN/mm = 4 kN/m > 2,2 kN/m
Hasil perhitungan tekanan angin rencana lebih dari 4,4 kN/m, maka
beban angin yang digunakan adalah sebesar 8 kN/m pada bidang tekan,
dan 4 kN/mm pada bidang hisap.
4.4.3 Beban Angin Perjoint Rangka Jembatan
1. Beban angin tekan
Beban angin tekan = Ews tekan x L = 6 kN/m x 30 m = 180 kN
Jumlah joint rangka ( n ) = 22 joint
180
Beban angin tekan perjoint rangka = = 8,183 kN
22
Dimana :
Eq : Gaya gempahorizontal statis ( kN )
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respon
Wt : Berat total struktur ( kN )
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan
jembatan terhadap beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa
secara statik ekivalen.
Lokasi = Surabaya
Jenis Tanah = Tanah Sedang (SD)
1. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar ( PGA )
= 0,59211 s
T0 = 0,2 Ts
= 0,2 x 0,59211
= 0,11842 s
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,2297 s (To ≤ T ≤ Ts)
Ketentuan:
Jika T < To , maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
Jika To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > TS, maka Csm = SD1/T
Koefisien respon gempa elastik (Csm)
Karena To = 0,1 s ≤ T = 0,35 s ≤ Ts = 0,5 s, maka:
Csm = SDs = 0,912
Berat struktur (Wt)
Wt = 771,445 kN Faktor modifikasi respon (R)
Tabel 4.6 Faktor modifikasi respon (R) untuk bengunan bawah