Anda di halaman 1dari 22

D

I
S
U
S
U
N
OLEH :
1. ANNISA PUTRI S
2. DEWI APRIANI PURBA
3. FAHIRA FATIN HAMAMA
4. IQWARA SAMANTA PUTRI
5. RISMAWATI MANURUNG
6. SRI EGA CAHYANI.

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Dalam penulisan Makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami.
Oleh karena itu terselesaikannya Makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-
pihak terikat. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan Makalah ini.
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari bahwa pengetahuan
dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar Makalah ini lebih
baik dan bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua kritik dan saran,
semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas budi baik anda semua.

Medan, November 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................................... 2
C. Manfaat ....................................................................................................... 2
BAB II PERMASALAHAN ................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
1. Pengertian Optika Geometris ...................................................................... 3
2. Sifat-sifat Cahaya ........................................................................................ 3
3. Pemantulan Cahaya (Refleksi) .................................................................... 4
3.1 Hukum Pemantulan ............................................................................... 6
3.1.1 Pemantulan pada Cermin Datar ......................................................... 6
3.1.2 1 Pemantulan pada Cermin Lekung ................................................... 7
4. Pembiasan Cahaya (Refraksi) ................................................................... 12
4.1 Hukum Pembiasan .............................................................................. 12
4.1.1 Pembiasan pada Kaca Plan-Paralel .................................................. 14
4.1.2 Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung ......................................14
5. Alat-alat Optik ........................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
Kesimpulan ........................................................................................................... 18
Saran .......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang
merupakan ilmu yang mempelajari tentang cahaya terdapat dua golongan, yaitu
optika geometris dan optika fisis. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang
dapat merambat dalam ruang hampa. Dalam berbagai hal cahaya lebih mudah
ditinjau berdasarkan garis perambatannya, yaitu garis yang tegak lurus muka
gelombang. Garis rambatan gelombang cahaya disebut sinar cahaya atau secara
singkat disebut sinar. Setiap hari kita tak lepas dari cahaya. Oleh karena itu, dalam
pembahasan ini menjelaskan tentang cahaya terutama sifat-sifat cahaya, hakikat,
dan pemanfaatannya.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan optika geometris.
2. Untuk mengtahui bagaimana sifat-sifat cahaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemantulan cahaya pada cermin datar,
cekung dan cermin cembung.
4. Untuk mengetahui bagaimana Pembiasan cahaya pada lensa cekung.

C. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca, dan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi terkait pemahaman mengenai optik geometri.

1
BAB II
PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakan diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
antara lain, adalah :
a. Apakah yang dimaksud dengan optika geometris ?
b. Bagaimana sifat-sifat dari cahaya ?
c. Bagaimana Pemantulan cahaya pada cermin datar, cekung dan cermin
cembung ?
d. Bagaimana Pembiasan cahaya terkhusus pada lensa cekung ?

2
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengertian Optika Geometris

Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep

cahaya, terutama mengkaji sifat-sifat cahaya, hakikat, dan pemanfaatannya.

Optika terbagi ke dalam dua bagian yaitu Optika Geometris dan Optika Fisis.

Optika Geometris merupakan optika yang membahas tentang pemantulan

dan pembiasan cahaya. Sifat cahaya sama dengan sifat gelombang

elektromagnetik. Cahaya dan gelombang elektromagnetik dapat merambat dalam

ruang vakum (ruang hampa). Optika geometris atau optika sinar menjabarkan

perambatan cahaya sebagai vektor yang disebut sinar. Sinar adalah sebuah

abstraksi atau "instrumen" yang digunakan untuk menentukan arah perambatan

cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus dengan muka gelombang cahaya

tersebut, dan ko-linear terhadap vektor gelombang.

2. Sifat-Sifat Cahaya

Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat

dilihat oleh mata manusia. Cahaya merupakan gelombang eloktromagnetik, yaitu

gelombang yang getarannya adalah medan listrik dan medan magnet. Berdasarkan

jenisnya, cahaya dibedakan menjadi cahaya yang tampak dan cahaya yang tidak

tampak. Cahaya tampak adalah cahaya yang jika mengenai benda maka benda

tersebut akan dapat dilihat oleh manusia, contoh cahaya matahari. Cahaya

mempunyai sifat-sifat tertentu antara lain, adalah :

3
⇔ Dapat mengalami pemantulan(refleksi)
⇔ Dapat mengalami pembiasan (refraksi)
⇔ Dapat mengalami pelenteran (difraksi)
⇔ Dapat dijumlah (interferensi)
⇔ Dapat diuraikan (disperse)
⇔ Dapat diserap arah getarnya(polarisasi)
⇔ Bersifat sebagai gelombang dan partikel
⇔ Cahaya merambut lurus
⇔ Cahaya menembus benda bening

3. Pemantulan Cahaya (Refleksi)


Pemantulan artinya proses memantulkan. Memantul artinya bergerak balik karena
membentur sesuatu. Jadi pemantulkan dapat diartikan sebagai peristiwa di mana
arah gerak suatu benda berubah karena cahaya mengenai suatu penghalang.
Ada 3 buah bentuk cermin pemantul, yaitu : cermin datar, cermin cekung dan
cermin cembung. Pada ketiga cermin itu berlaku persamaan umum yang
digunakan untuk menghitung jarak bayangan (s`) dari suatu benda yang terletak
pada jarak tertentu (s) dari cermin itu.

s = jarak benda
s’=jarak bayangan
f = jarak titk api (fokus)

sedang pembesarannya :

4
h’ = tinggi (besar) bayangan
h = tinggi (besar) benda

Catatan :
 Pemakaian persamaan umum tersebut, harus tetap memperhatikan
perjanjian tanda.
 Bila (s`) menghasilkan harga negatip, berarti bayangan maya, sebaliknya
jika positip, berarti bayangan nyata.
 Bila bayangan benda bersifat maya, berarti bayangan tegak terhadap
bendanya.

Ada dua jenis pemantulan cahaya, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.

Pemantulan teratur Pemantulan baur

Pemantulan teratur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang pada
permukaan yang halus atau rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan
air yang tenang.
Sedangkan pemantulan baur terjadi ketika suatu berkas cahaya sejajar datang
pada permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga dipantulkan keberbagai arah
yang tidak tertentu.

5
3.1 Hukum pemantulan

Hukum pemantulan sebagai berikut:


1) Sinar datang, sinar pantul, dang garis normal berpotongan pada satu titik dan
terletak pada satu bidang datar.
2) Sudur datang (i) sama dengan sudut pantul (r)
Sehingga hukum pemantulan dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

i=r

3.1.1 Pemantulan Pada Cermin Datar


Cermin datar adalah cermin yang mempunyai permukaan pantul berbentuk
bidang datar. Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar sama persis dengan
ukuran bendanya.

Pemantulan pada cermin datar

Sifat-sifat bayangan pada cermin datar


Lima sifat penting banyangan pada cermin datar yaitu:
1. Bayangan sama besar dengan bendanya

6
2. Bayangan tegak
3. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin
4. Bayangan bertukar sisinya
5. Bayangan bersifat maya atau semu
Jumlah banyangan yang dibentuk oleh dua buah cermin datar
Apabila sudut apit dua buah cermin datar α besarnya diubah-ubah, maka secara
empiris jumlah bayangan yang dihasilkan memenuhi hubungan
n= –1
Keterangan:
n = jumlah bayangan
α = sudut apit kedua cermin datar
Permukaan datar dapat dianggap permukaan sferis dengan R =∞
Jadi, jarak titik api (focus) untuk permukaan datar ialah :
Sehingga pemakaian persamaan umum menjadi sebagai berikut :

sedangkan pembesarannya :

3.1.2 Pemantulan Pada Cermin Lekung


Cermin lekung adalah cermin yang mempunyai permukaan pantul berbentuk
lengkung. Cermin lengkung dibedakan menjadi dua, yaitu cermin cekung dan
cermin cembung.

 Cermin Cekung
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar. Berkas sinar yang datang
sejajar sumbu utama akan akan dipantulkan mengumpul pada suatu titik yang
disebut titik fokus (F). Secara geometris dapat dibuktikan bahwa panjang fokus
(f), yaitu jarak cermin ke titik fokus besarnya sama dengan setengah panjang jari-
jari kelengkungan cermin.
f = r/2

7
Gambar Cermin cekung

Untuk melukis sinar yang berasal dari sebuah benda yang menuju sebuah cermin,
terdapat tiga sinar utama yang berguna untuk menentukan lokasi bayangan dan
sering disebut sinar-sinar istimewa, yaitu:
1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.
2) Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin (C) dipantulkan
melalui titik itu juga.

Sinar-sinar istimewa

Rumus umum cermin cekung


Perhatikan Gambar diatas untuk menurunkan persamaan matematis yang
menggambar lokasi sebuah bayangan.

8
Prinsip kesebangunan geometri untuk menurunkan rumus umum cermin
Gambar (a) menunjukkan suatu sinar dari puncak benda yang akan dipantulkan
melalui puncak bayangan dengan sudut datang yang sama dengan sudut pantul.
Oleh karena itu, kita dapat melihat dua buah segitiga yang sama sebangun,
sehingga berlaku:

Gambar (b) menunjukkan suatu sinar dari benda melalui titik fokos (F) yang
dipantulkan sejajar dengan sumbu utama melalui bayangan. Oleh karena itu, kita
dapat melihat dua buah segitiga yang sama sebangun, sehingga berlaku:

Keterangan:
f = jarak fokus cermin
so = jarak benda ke cermin
si = jarak bayangan ke cermin
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan
Dari persamaan di atas berlaku untuk cermin cekung maupun cermin cembung,
namun harus memperhatikan perjanjian tanda berikut:
so bertanda + jika benda terletak di depan cermin (benda nyata)
so bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (benda maya)
si bertanda + jika bayangan terletak di depan cermin (banyangan nyata)
si bertanda - jika benda terletak di belakang cermin (banyangan maya)

9
f bertanda + untuk cermin cekung
f bertanda - untuk cermin cekung

Bayangan yang dibentuk cermin dapat lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
bendanya. Untuk menyatakan perpandingan ukuran bayangan terhadap bendanya
digunakan konsep pembesar. Pada pembahasan ini akan dibahas perbesaran
linear. Perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi
bayangan (jarak bayangan) dengan tinggi benda (jarak benda). Secara matematis
dituliskan:

Keterangan:
M = perbesaran bayangan
h' = tinggi bayangan
h = tinggi benda
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda

 Cermin cembung
Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar. Berkas sinar sejajar sumbu utama
dipantulkan menyebar seolah-olah berasal dari titik fokus (F). Seperti pada
cermincekung, panjang fokus (f) sama dengan setengah jari-jari kelengkungan
cermin.
Sifat Bayangan Cermin Cembung

⇔ Maya.
⇔ Tegak.
⇔ Diperkecil.

10
⇔ Terletak di belakang cermin, yaitu di antara titik pusat optik (O) dan titik
fokus (F).
⇔ Jarak bayangan lebih kecil dari jarak benda (s’ < s).
⇔ Jarak bayangan selalu berharga negatif (s’ = −).

Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung


1) Sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal
dari titik fokus.
2) Sinar datang yang menuju titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
3) Sinar datang yang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui lintasan
yang sama.

Gambar Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung

Rumus umum cermin cembung


Rumus-rumus yang berlaku pada cermin cekung serta perjanjian tandanya berlaku
juga untuk cermin cembung sehingga dapat dituliskan ulang sebagai berikut:

4. Pembiasan Cahaya (Refraksi)


Pembiasan adalah pembelokan cahaya sehubungan dengan perubahan kecepatan
rambat dari suatu medium ke medium lain.

11
4.1 Hukum Pembiasan
Ada beberapa pengertian yang perlu dipahami sebelum membahas tentang hukum
pembiasan, yaitu:
a. Sinar datang adalah sinar yang datang pada bidang batas dua medium.
b. Sinar bias adalah sinar yang dibiaskan oleh bidang batas dua medium.
c. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada bidang batas dua medum.
d. Sudut datang (i) adalah sudut antara sinar datang dengan garis normal.
e. Sudut bias (r) adalah sudut antara sinar bias dengan garis normal.
f. Indeks bias mutlak suatu medium (n) didefinisikan sebagai perbandingan cepat
rambat cahaya di ruang hampa (c) terhadap cepat rambat cahaya di medium
tersebut (v). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Karena kecepatan cahaya di dalam suatu medium selalu lebih kecil daripada di
ruang hampa maka indeks bias mutlak suatu medium selalu lebih besar dari 1
(n > 1).
Indeks bias relatif suatu medium nr didefinisikan sebagai pepandingan indeks bias
mutlak medium tersebut terhadap indeks bias mutlak medium lain, secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:
n12 = indeks bias relatif medium 1 terhadap 2
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
v1 = laju cahaya dalam medium 1
v2 = laju cahaya dalam medium 2
Karena indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias antara dua medium,
maka indeks bias relatif ini bisa bernilai lebih besar atau lebih dari satu.

12
Gambar Hukum pembiasan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Willebrord Snellius (1591 –


1626), diproleh hukum pembiasan atau hukum Snellius sebagai berikut:
1) Sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada suatu titik dan
terletak pada satu bidang datar.
2) Sinar datang dari medium yang kurang rapat ke medium yang lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal.
3) Sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat
dibiaskan menjauhi garis normal.
4) Sinar datang secara tegak lurus terhadap bidang batas dua medium tidak
dibiaskan, melainkan diteruskan.
Hukum pembias tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut.

n1 sin i = n2 sin r

Keterangan:
n1 = indeks bias mutlak medium 1
n2 = indeks bias mutlak medium 2
i = sudut datang
r = sudut bias

13
4.1.1 Pembiasan pada Kaca Plan-paralel

Gambar Pembiasan pada kaca plan-paralel

Untuk kaca plan-paralel dengan ketebalan d maka sinar akan mengalami


pergeseran sebesar t yang dapat diturunkan sebagai berikut:
Perhatikan segitiga OBC:
sin sudut COB =
t = OB sin sudut COB
t = OB sin (i – r)

Perhatikan segitiga OAB:


cos r = OA/OB = d/OB
dengan menggabungkan kedua persamaan di atas, diperoleh

dimana r dapat dihitung dari hukum Snellius (n1 sin i =n2 sin r).

4.1.2 Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung


Hukum pembiasan Snellius dapat juga diterapkan pada bidang lengkung terutama
untuk sinar-sinar paraksial. Gambar 2.9 memperlihatkan suatu batas permukaan
lengkungan yangg mempunyai jari-jari kelengkungan R dan pusatnya adalah
titik C. Cahaya datang dari benda di titik O, mengenai bidang batas dengan sudut
datang i dan dibiaskan dengan sudut bias r ke titik I memenuhi hukum Snellius.

n1 sin i = n2 sin r

14
Gambar Pembiasan cahaya pada bidang lengkung
Untuk sinar-sinar paraksial kita dapat menggunakan pendekatan sin θ = θ
sehingga diperoleh
n1i = n2r
Bedasarkan sifat geometri dapat ditunjukkan bahwa
i=α+β dan β=γ+r
Apabila ketiga persamaan terakhir kita gabungkan dengan
mengeliminasi i dan r akan diperoleh
n1α + n2γ = (n2 – n1)β
Jika so adalah jarak benda O ke titik verteks V dan s1 adalah jarak bayangan I ke
titik verteks V, maka kita dapat menghitung besar sudut α, β dan γ dalam satuan
radial sebagai panjang busur AV dibagi jari-jari yang terkait
α =AV/so , β =AV/R , γ =AV/si
Dengan memasukkan sudut α, β dan γ ke dalam persamaan terakhir dengan
menghilangkan panjang busur AV akan diperoleh:

Perhatikan aturan penggunaan persamaan di atas


R bertanda + jika permukaan cembung
R bertanda - jika permukaan cekung
so bertanda + jika benda nyata (di depan permukaan lengkung)
si bertanda + jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung)
si bertanda - jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung)

15
5. Alat-Alat Optik
1. Mata dan Kaca Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks
dipergunaakan untuk memberikan pngertian visual.
2. Mikroskop
Mikroskop adalah alat untuk mengamati benda-benda renik / sangat kecil
misalkan bakteri. Mikroskop menggunakan dua lensa positif yaitu lensa
objektif (ob) dan lensa okuler (ok). Lensa ob terletak di depan benda dan
lensa ok terletak di dekat mata. Besarnya focus ob lebih kecil dari focus ok.
Bayangan yang dibentuk mikroskop bersifat diperbesar,maya,dan terbalik.
3. Teropong
Teropong digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh seperti
gunung,bintang, dan lain-lain agar tampak lebih dekat dan jelas. teropong
dikelompokkan menjadi: teropong bias(lensa) dan teropong pantul (cermin).
a. Teropong bias, meliputi teropong bintang,bumi,prisma dan teropong dan
panggung .
1. Teropong bintang, menggunakan 2 lensa positif dimana fob lebih
besar dari fok ,diemukan oleh Galileo-Galilei. Bayangan yang
dihasilkan bersifat diperbesar,maya dan terbalik. Biasanya
pengamatan dilakukan dengan mata tak berakomodasi, sehingga
bayangan dari lensa ob jatuh difokus lensa ok yang berimpit dengan
focus lensa ob. Panjang teropong (d) = fob+fok.
2. Teropong Bumi , sering disebut teropong medan atau teropong
yojana, menggunakan 3 lensa positif yaitu lensa obyektif (ob),lensa
okuler (ok), dan lensa pembalik (p). focus ob lebih besar dari focus
ok. Bayangan yang dibentuk bersifat : diperbesar,maya dan tegak. Jika
pengamatan tak berakomodasi , benda terletak jauh tak terhingga(Sob
= ).

17
b. Teropong Pantul (teropong pantul astronomi) , terdiri dari sebuah cermin
cekung yang besar , sebuah cermin datar kecil, dan sebuah lensa cembung
sebagai okuler. Teropong astronom i terbesar adalah teropong pantul,
diantaranya adalah Mount Palomar yang berdiameter 5 m berada di AS.

17
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Optik geometri pada umumnya mempelajari peristiwa-peristiwa cahaya
tampa dan cahaya yang mempunyai panjang gelombang di sekitar cahaya
tampak, dan hanya membicarakan peristiwa pantulan dan pembiasan pada
permukaan-permukaan yang membatasi dua media.
2. Optik geometri memperlakukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya sehingga
pembahasan dan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya benar-
benar dapat dijelaskan berdasarkan hukum-hukum geometris.
3. Jenis – jenis pemantulan terdiri atas pemantulan baur dan pemantulan
terartur
4. Jenis-jenis cermin terdiri atas cermin datar dan cermin cekung

Kritik dan Saran


Demikianlah makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini, kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Kami ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih
banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.fisikabc.com/2018/05/sifat-bayangan-cermin-datar-cekung-dan-

cembung.html

https://belajaroptikbersama25b.blogspot.com/2015/12/materi-1-optik-

geometri.html

https://karya-wahyu-siswanto.blogspot.com/2014/04/makalah-optik.html

https://fisika-atom.blogspot.com/2014/11/optik-geometri.html

19

Anda mungkin juga menyukai