“ Kapsul”
OLEH:
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tuuan dan Maksud Percobaan ..............................................
BA II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
2.1 PENGERTIAN DOSIS .........................................................
2.1 DASAR PERHITUNGAN DOSIS .......................................
BAB III METODOLOGI ........................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................
3.2 Resep .....................................................................................
3.3 Kelengkapan .........................................................................
3.4 Daftar ....................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
4.1 Hasil ......................................................................................
4.2 Pembahasan
BAB V PENUTUP..................................................................................
5.1 Simpulan ...............................................................................
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
2
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMASETIKA DASAR
“PERHITUNGAN DOSIS”
OLEH
KELOMPOK :III
3
KATA PENGANTAR
KELOMPOK III
4
BAB I
PENDAHULUAN
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan
distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan
dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai
untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mempelajari
berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan
masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu
farmasetika (Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat
terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan
padat. Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat
yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga
terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan kapsul yang
baik dan benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul maka
dilakukan praktikum ini.
5
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat membuat kapsul
menggunakan metode pengisian dengan tangan dan mahasiswa dapat melakukan
skrining resep berdasarkan administratif, farmasetik dan klinis.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DasarTeori
II.1.1 Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau
lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat,
dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup
diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya.
Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3.
Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban
dan temperatur yang ekstrim (panas).
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-macam. Perbedaan
komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang
membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah.
Sebagai plasticizer digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris
alkohol lain.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat atau
cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam
kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul
cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas
ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul
cangkang lunak.
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan tanpa bantuan alat
lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan
sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam
kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap
bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan
didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
7
1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap.
5. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu
digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling
besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran
terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami
peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh
karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet
untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi
(diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari
bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan
kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari
Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan
melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu
akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat
atau ruangan yang:
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika gel).
8
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau
tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat
diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau
penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat
menahan penguapan.
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
2.2 Formulasi
2.2.1 Rifampicin (Dirjen POM, 1995)
Nama zat aktif : Rimfapicinum
Struktur Kimia :
9
Pemerian : serbuk hablur,coklat merah
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform,larut dalam etil asetat dan dalam metanol
Kegunaan : untuk mengobati beberapa infeksi akibat bakteri
Khasiat : Antibiotik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya,
terlindung dari panas berlebihan.
10
umumnya dapat ditoleransi dengan baik dengan laporan efek samping yang
sedikit. Ranitidin pengaruhnya terhadap fungsi otot polos lambung dan
tekanan sfringter esofagus yang telah awal (Kakung, 1997)
2.3.2 Ibu Profen
Ibu profen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid dengan asam
proponat yang mempunyai aktivitas analgesik. Sering diresepkan sebagai
analgetik antipirefik terutama pada anak-anak (Wilmana dan Gani, 2007).
2.3.3 Ambroxol
Ambroxol yang berefek makokinetik dan sekretolitik dapat mengeluarkan
lendir yang kental dan lengket dari saluran pernafasan dan mengurangi
staakasi cairan sekresi (Andike, 2010).
2.3.4 CTM
Menurunkan H1 menghambat kerja efek histamin pada pembuluh darah
kronkuus dan bermacammacam otot polos (Ravegres, 2009).
2.4 Indikasi (ISO Farmakoterapi Buku I)\
2.4.1 Ranitidin : Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks, esofagitis,
dispesia epsotetik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H
2.4.2 Ibu profen : demam dan nyeri untuk anak, nyeri dan radang pada
penyakit rematik dan gangguan otot skeler lainnya, nyeri ringan sampai
berat termasuk dismenora, analgesik pasca bedah.
2.4.3 Ambroxol : Penyakit-penyakit pada saluran pernafasan dimana
terjadi banyak lendir atau dahak, seperti emfisema, radang paru kronis,
bronkiektasis, eksaserbasi bronkitis kronis dan akut, bronkitis asmatik,
asma bronkia yang disertai kesukaran pengeluaran dahak seperti
penyakit radang rinofaringeal.
2.4.4 CTM : Mengobati pilek, bersin-bersin, mata berair gatal-gatal
pada mata, hidung, tenggorokan atau kulit, yang disebabkan oleh reaksi
alergi, common cold atau influenza. Obat ini juga sering digunakan
dalam sediaan obat rinitis alergi, urtikana dan asma
2.5 Kontra Indikasi (ISO Farmakoterapi Buku I)
11
2.5.1 Ranitidin : bisa terdapat riwayat porfina akut dan hipersensitiv
terhadap ranitidin. Peringatan penggunaan ranitidn untuk menyesuaikan
dosis pada pasien dengan ganggungan fungsi ginjal dan liver.
2.5.2 Ibu Profen : Pasien yang mengidap tukak lambung aktif, pasien dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk
mereka yang kena serangan asma, angiodema, urtikaria atau rinitasnya
dipicu oleh asetosal
2.5.3 Ambroxol : gangguan ringan pada sistem perncernaan (nyeri ulu hati,
rasa mual dan muntah) dan reaksi alergi.
2.5.4 CTM : Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap antihistamin
2.6 Perhitungan Dosis
a. Ranitidin
Perhari = (9/20) x 300 mg = 135 mg = 0.13 g
1xP = (9/20) x 75 mg = 33,75 mg = 0,03 g
Presentase
Perhari = 0,02 < 0,03
= (0,02/0,03) x 100% = 66,6 %
1xP = (0,06/0,13) x 100 % = 46,1 %
b. Ibu profen
Perhari = (9/20) x 800 mg = 360 mg = 0.036 g
1xP = (9/20) x 200 mg = 90 mg = 0,09 g
Presentase
Perhari = 0,08 < 0,09
= (0,08/0,09) x 100% = 88,9 %
1xP = (0,24/0,36) x 100 % = 66,7 %
Obat gabungan
Ranitidin = 150mg x 6 = 900 mg
Ibu profen = 500mg x 6 = 3000 mg
Dosis obat sekali pakai
Rantidin = (1/6) x 150 = 25mg
Ibu profen = (1/6) x 500 = 83 mg
12
Dosis obat perhari
Ranitidin = 25mg x 3 = 75mg
Ibu profen = 85 mg x 3 = 249 mg
Presentase sekali pakai
Ranitidin = (25/75) x 100% = 33,3 %
Ibu profen = (83/200) x 100 % = 41,5 % +
74,8 %
Presentase perhari
Ranitidin = (75/300) x 100% = 25 %
Ibu profen = ( 249/800) x 100% = 31,1 % +
56,1 %
2.7 Perhitungan bahan
Ranitidine = 150 mg x 6 = 900 mg
Ibu profen = 400 mg x 6 = 2400 mg
Ambroxol = 150 mg x 6 = 900 mg
CTM = 4 mg x 6 = 24 mg
BAB III
LAMPIRAN
3.1 Resep
Apotek Dira Farma
Jl. Veteran No 11 Kel. Lumbung Raya
Kec. Sukajajar Telp. 021-878787
Apoteker : Rizqah Fajriyani Djaba S.Farm Apt
SIA : 115/KANWIL/05/2018
13
Dari : Dr. Zulkifli Rajak Gorontalo 14-11-2019
Untuk : An. Ratna
Umur : 9 tahun
R/ Ranitidin 150 mg
Ibuprofen 500 mg
m.f. pulv. No VI
3. dd. 1 . Ԇ
R/ Ambroxol 150 mg
CTM 4 mg
m.f. pulv. No VI
3. dd. 1 . Ԇ
PCC
3.2 Etiket
14
No resep : 01
Pro : An. Ratna (9 tahun)
Bungkus /Kapsul/
Tablet/Sirup
3 x sehari 1 bungkus
sebelum/saat/sesudah makan
SEMOGA LEKAS SEMBUH
1. Inscriptio : ada
2. Invocatio : ada
3. Praescriptio : ada
4. Signatura : ada
5. Subscriptio : ada
6. Pro : ada
2. AMBROXOL :
- Daftar obat keras
- Golongan Mukolitik
Logo Obat :
15
3. IBUPROFEN :
- Daftar obat keras
- Golongan Antiinflamasi onsteroid
Logo Obat :
4. CTM :
- Daftar obat bebas terbatas
- Golongan Anti Histamin
Logo Obat :
16
Box Rovertion
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pada perhitungan dosis
obat. Dosis atau takaran obat menurut Indratmoko dan Utami, (2018: 12 ) adalah
banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang
penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis obat yang harus diberikan
kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung banyak faktor
antara lain umur, bobot badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi
penyakit dan kondisi daya-tangkis penderita.
Pada praktikum ini hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah
mempersiapkan alat dan bahan sesuai dengan prosedur, alat yang disediakan seperti
ayakan, lumping dan alu. Sedangkan bahan yang disediakan yaitu obat / sediaan
yang sesuai pada resep yang diberikan. tahap selanjutnya yaitu menghitung dosis
dari setiap obat yang dibutuhkan. Kemudian masuk pada tahap penggerusan obat
18
serta penimbangan kembali bahan obat yang sudah tercampur tadi apakah sudah
sesuai dengan perhitungan dosis yang telah dihitung sebelumnya. Setelah semua
sudah selesai dilakukan , tahap akhir yaitu memasukkan serbuk pada kertas
perkamen sesuai jumlah permintaan pada resep.
BAB V
PENUTUP
19
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum telah dilaksanakan kami dapat menarik
kesimpulan bahwa :
1. Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam
satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi efek farmakologi obat .
2. penetapan dosis obat yang diberikan kepada seorang pasien melalui sebuah
proses perhitungan yang tepat dan akurat, baik dengan menggunakan
perbandingan usia, bobot badan, luas permukaan tubuh, kondisi penyakit
termasuk daya tahan tubuh penderita.
5.2. Saran
6.2.1 Saran untuk Asisten
Agar kiranya dapat memperhatikan praktikan yang tidak atau belum
mengerti dengan materi yang telah disampaikan atau yang telah
dijelaskan.
6.2.2 Saran untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat menjaga dan meningkatkan kualitas alat alat
didalam lab agar semua alat dapat dipergunakan dengan baik pada saat
praktikum.
6.2.3 Saran untuk Praktikan
Agar kiranya praktikan dapat memperhatikan dengan baik materi
yang telah disampaikan oleh asisten dan lebih menjaga ketertiban
ketika berada dalam laboratorium dan menjaga alat alat yang ada
dalam laboratorium.
20