PENDAHULUAN
Psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).
Kelainan ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan
dan motorik, sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan.1
Obat-obat antipsikotik dahulu sering disebut dengan neuroleptik karena memiliki beberapa
efek samping yang memberi gambaran seperti gangguan neurologis yang disebut
pseudoneurologis, atau dikenal juga istilah major transquilizer karena adanya efek sedasi atau
Indikasi penggunaan antipsikotik adalah sindrom psikosis. Yaitu hendaya berat dalam
kemampuan menilai realitas (reality testing ability), bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri
(awareness) yang terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri
(insight) terganggu. Juga pada hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam
gejala positif: gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham),
gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang
aneh atau tidak terkendali (disorganized) dan gejala negatif: gangguan perasaan (afek tumpul,
respon emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses
pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat
terbatas dan cenderung menyendiri (abulia). Serta pada hendaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak mampu bekerja, menjalin hubungan sosial, dan
gangguan skizo-afektif, demensia dengan gejala psikotik, psikotik akibat obat, maupun gangguan
bipolar. Ciri terpenting obat anti-psikotik ialah: (1) berefek anti psikotik, terhadap gejala positif
(halusinasi, delusi, bicara kacau dan agitasi) dan secara terbatas juga memperbaiki gejala negatif
[apatis, miskin ide/motivasi dan miskin kata-kata (alogia)], serta gangguan kognitif; (2) batas
keamanannya besar, dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anastesia; (3) dapat
menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel. Pada anti psikotik yang lebih
baru, efek samping ini minimal sehingga anti psikotik menurut efek samping ekstra piramidal yang
ditimbulkan digolongkan menjadi anti psikotik tipikal (efek samping ekstrapiramidal yang nyata)
dan anti psikotik yang atipikal (efek samping ekstrapiramidal yang minimal); (4) tidak ada
Penanganan efek samping dari obat antipsikotik perlu kita ketahui untuk menimilasir
kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Maka dari itu pada refarat ini akan membahas dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Antipsikotik atau neuroleptik merupakan obat-obatan yang digunakan untuk psikosis, yang
bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin dan serotonin di otak, dengan target untuk
B. KLASIFIKASI
Sedangkan menurut cara kerjanya terhadap reseptor dopamin dibagi menjadi Dopamin receptor
Antagonist (DA) dan Serotonin Dopamin Antagonist (SDA). Obat-obat DA juga sering disebut
sebagai antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut sebagai antipsikotik atipikal. Klasifikasi
kemudian dibuat lebih sederhana dengan membaginya menjadi antipsikotik generasi I (APG-I)
untuk obat-obat golongan antagonis dopamin (DA) dan antipsikotik generasi II (APG-II) untuk
1. Phenotiazine
2. Butyrophenone: haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine: pimozide
1. Benzamide: supiride
Antagonis reseptor dopamin yang didiskusikan disini dinamakan demikian karena obat ini
merupakan antagonis reseptor dopamine dengan afinitas tinggi. Istilah lain yang digunakan untuk
menyebut obat ini adalah antipsikotik tipikal, tradisional, atau konvensional. Obat ini digunakan
di dalam terapi skizofrenia dan gangguan psikotik lain. Antagonis reseptor dopamine mencakup
Mekanisme kerja yang pasti dari antipsikotik belum diketahui. Berdasarkan teori
dopamin pada skizofrenia, gejala positif merupakan hasil dari overaktivitas pada jalur dopamin
sehingga gologan ini mengurangi neurotransmisi dopaminergik pada empat jalut dopamine yaitu
tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di 3 jalur dopamin lainnya seperti di
Anatomi: proyeksi dari ventral tegmental area (VTA) ke area cortex prefrontal.
cortex)
Anatomi: proyeksi dari ventral tegmental area (VTA) ke nucleus accumbens (NA)
Fisiologi: motivasi, emosi, reward, hiperaktifitas dopamin pada jalur ini menyebabkan
gejala positif seperti delusi dan halusinasi sehingga blokade pada jalur ini mengurangi
reseptor pada jalur ini diperkirakan sebagai mekanisme kerja antipsikotik generasi
Anatomi: proyeksi dari substantia nigra (pars compacta) ke striatum (caudate dan
seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal reaction (EPR) dan tardive
dyskinesia. Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada wajah
Anatomi: proyeksi dari hipotalamus (more specifically the arcuate and preventricular
eminence dengan bagian anterior kelenjar pituitary. Fungsi dopamin pada jalur ini
parenteral. Absorbsi pemberian oral kurang dapat diprediksi jumlahnya bila dibandingkan
dengan pemberian parenteral. Obat dalam bentuk cairan diabsorbsi lebih cepat daripada tablet.
Puncak konsentrasi plasma obat-obat antipsikotik dicapai 1-4 jam setelah pemberian oral dan
30-60 menit setelah pemberian intramuskular (IM). Obat-obat IM mencapai konsentrasi puncak
lebih cepat daripada obat-obat oral. Onset kerjanya juga lebih cepat. Konsentrasi puncak
sebagian besar antipsikotik IM dapat dicapai dalam waktu ± 30 menit dan efek klinik terlihat
dalam 15-30 menit. Konsentrasi puncak plasma pada pemberian oral dicapai dalam 1-4 jam
setelah pemberian. Obat-obat antasid, kopi, rokok dan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Pada intinya, semua antipsikotik generasi pertama atau tipikal bekerja antagonis
terhadap reseptor dopamin. Di jalur mesolimbik, blok obat antipsikotik generasi pertama
terutama komponen D2. Dengan itu akan terjadi perbaikan gejala positif (delusi, halusinasi,
perilaku tidak terorganisir, ucapan yang tidak terorganisir, dan catatonia). Penurunan transmisi
afektif, avolition dan alogia). Antipsikotik generasi pertama memblokir reseptor D2, ini akan
semakin berkurang hal ini juga menekan aktivitas dopaminergik dan memperburuk ‘gejala
nigrostriatal. Oleh karena itu, APD biasa sering menyebabkan efek samping ekstrapiramidal.9
Sebagian besar antagonis reseptor dopamine memiliki efek yang signifikan pada
reseptor lain, termasuk reseptor adrenergik, kolinergik dan histaminergik. Efek reseptor lain
mempengaruhi organ dan sistem dengan berbagai cara di samping otak. Mungkin efek yang
paling signifikan melibatkan jantung dan sistem vaskular. Banyak obat antagonis reseptor
waktu konduksi atrium dan ventrikel, dan meningkatkan lama periode refrakter. Aktivitas
Efek utama pada sistem gastrointestinal diperantarai oleh blokade obat pada reseptor kolinergik
muskarinik, yang mengakibatkan mulut kering serta konstipasi, terutama pada clozapine
(Clozaril) dan obat potensi rendah. Obat antagonis reseptor dopamine sebagai suatu golongan
obat dapat memiliki berbagai efek pada kulit (cth., ruam, fotosensitif, dan perubahan warna)
meskipun efek ini tidak lazim. Penurunan sementara leukopoiesis lazim terjadi akibat terapi
3. Indikasi terapeutik6
gangguan skizoafektif, gangguan waham, gangguan psikotik singkat, episode manik, dan
gangguan depresif berat dengan ciri psikotik. Obat ini mengurangi gejala akut dan mencegah
Skizofrenia. Umumnya, antagonis reseptor dopamine dianggap lebih efektif pada terapi
gejala positif skizofrenia (cth., halusinasi, waham dan agitasi) dibandingkan terapi gejala negatif
(cth., penarikan diri secara emosional dan ambivalensi) atau disosiasi kognitif. Antagonis reseptor
dopamine itu sendiri juga dapat menimbulkan gejala negatif. Pada umumnya juga diyakini bahwa
gejala paranoid lebih efektif diterapi dibandingkan gejala nonparanoid, dan bahwa perempuan
lebih responsif dibandingkan laki-laki. Beberapa orang tidak berespons terhadap antagonis
reseptor dopamine apapun tetapi dapat menunjukkan perbaikan dengan SDA, yang juga
menunjukkan perbaikan gejala negatif dan kognitif demikian juga gejala positif.
antimanik untuk menerapi psikosis atau manik pada gangguan bipolar I. Obat standar untuk terapi
umumnya memiliki onset kerja yang lebih lambat dibandingkan dengan antipsikotik di dalam
terapi gejala akut. Praktik yang umum adalah dengan menggunakan terapi kombinasi pada awal
Orang dengan gangguan skizoafektif dan gangguan waham sering berespons baik
terhadap terapi dengan antagonis reseptor dopamine. Beberapa orang dengan gangguan
kepribadian ambang yang memiliki gejala psikotik yang nyata sebagai bagian dari gangguannya
berespons sedikitnya sebagian terhadap obat antipsikotik, meskipun orang-orang ini khususnya
terapi gejala psikotik akibat penyebab organik (yi., tumor). Agitasi dan psikosis akibat keadaan
neurologis seperti demensia tipe Alzheimer juga berespons terhadap terapi antipsikotik. Agitasi
berat dan perilaku kekerasan. Antagonis reseptor dopamine digunakan untuk menerapi orang
yang sangat teragitasi dan melakukan kekerasan, meskipun obat lain seperti benzodiazepine juga
efektif untuk pengendalian perilaku seperti itu dengan segera. Gejala-gejala seperti iritabilitas
berat, tidak adanya pengendalian impuls, permusuhan berat, hiperaktivitas menyeluruh, dan agitasi
b) Antipsikotik Generasi-II
Antagonis serotonin-dopamin (SDA) juga disebut sebagai generasi kedua, obat antipsikotik
atipikal atau baru dan mencakup risperidone (Risperdal), olanzapine (Zyprexa), quetiapine
(Seroquel), clozapine (Clozaril), dan ziprasidone (Zeldox). Antipsikotik atipikal yang baru,
aripiprazole (Abilify), dengan mekanisme kerja yang berbeda, yaitu agonis dopamin parsial,
memiliki efektivitas dan profil keamanan yang sangat menyerupai SDA. Obat ini memperbaiki
dua jenis hendaya yang menjadi ciri khas skizofrenia: (1) gejala positif seperti halusinasi, waham,
pikiran terganggu, dan agitasi serta (2) gejala negatif seperti menarik diri, afek datar, anhedonia,
miskin pembicaraan, katatonia, dan hendaya kognitif. SDA mempunyai risiko gejala
ekstrapiramidal yang lebih kecil dibandingkan antagonis reseptor dopamin, yang menghilangkan
SDA juga efektif untuk terapi gangguan mood dengan ciri psikotik atau manik dan untuk
gangguan perilaku yang terkait dengan demensia. Olanzapine diindikasikan untuk terapi jangka
pendek episode manik akut pada gangguan bipolar I. Semua agen ini dianggap obat lini pertama
1. Kerja farmakologi6
dengan dosis sekali sehari. Risperidone adalah antagonis reseptor serotonin dan dopamin.
Meskipun antagonis reseptor dopamin ini sama potennya dengan haloperidol (Haldol),
risperidone jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengakibatkan gejala ekstrapiramidal
dibandingkan haloperidol.
kira-kira 40 persen dari dosis dinonaktifkan oleh metabolisme hepatik lintas pertama.
Konsentrasi puncak dicapai dalam 6 jam, dan waktu paruh rata-rata 30 jam. Oleh karena
Quetiapine7. Quetiapine cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal, dan kadar plasme
puncak dicapai dalam 1 hingga 4 jam. Waktu paruh stabil kira-kira 6 jam, dan dosis
optimal adalah dua atau tiga kali per hari. Quetiapine adalah antagonis serotonin dan
dopamin.
Clozapine. Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal, dan kadar plasma
puncak dicapai dalam 1 hingga 4 jam. Waktu paruh stabil selama 10 hingga 16 jam
biasanya dicapai dalam 3 sampai 4 hari jika digunakan dosis dua kali sehari. Kedua
Waktu paruh stabil selama 5 hingga 10 jam dicapai pada hari ketiga, dan diperlukan dosis
dua kali sehari. Ziprasidone adalah antagonis serotonin dan dopamin. Ziprasidone juga
memiliki aktivitas agonis pada reseptor serotonin 5-HT1A dan merupakan inhibitor
ambilan kembali norepinefrin. Hal ini mengesankan bahwa obat ini memiliki efek
antidepresan.
Gangguan Psikotik. SDA efektif untuk menerapi psikosis akut dan kronis seperti
skizofrenia dan gangguan skizoafektif pada orang dewasa dan remaja. SDA juga efektif untuk
menerapi depresi psikotik serta untuk psikosis akibat trauma kepala, demensia, atau obat terapi.
SDA sama baiknya, atau lebih baik dibandingkan dengan, antipsikotik tipikal (antagonis reseptor
dopamin) untuk terapi gejala positif pada skizofrenia dan jelas mengungguli antagonis reseptor
dopamin untuk terapi gejala negatif. Dibandingkan orang yang diterapi dengan antagonis reseptor
dopamin, mereka yang diterapi dengan SDA lebih jarang kambuh dan memerlukan lebih sedikit
kontak telepon dengan profesional kesehatan jiwa, dan lebih sedikit terapi di dalam program
harian.
Karena clozapine memiliki efek simpang yang berpotensi mengancam nyawa, obat ini
sekarang hanya digunakan untuk pasien dengan skizofrenia yang resisten terhadap semua
antipsikotik lain, dan tetap memiliki sifat terapeutik untuk pasien yang resisten terhadap terapi.
Indikasi lain clozapine mencakup terapi orang dengan diskinesia tardive berat dan mereka dengan
ambang gejala ekstrapiramidal yang randah. Orang yang menoleransi clozapine berespon baik
Studi yang dilakukan untuk persetujuan aripiprazole telah dilakukan pada pasien dengan
skizofrenia dan gangguan skizofrenia. Studi yang menggunakan aripiprazole pada gangguan lain
sedang dilakukan.
Gangguan Mood. SDA berguna untuk pengendalian awal agitasi selama episode manik,
tetapi kurang efektif untuk pengendalian jangka panjang gangguan bipolar dibandingkan penstabil
mood tradisional. Olanzapine disetujui oleh Food and Drug Administration untuk terapi mania
akut pada dosis sebesar 10 atau 15 mg per hari. Olanzapine dan risperidone dapat digunakan untuk
memperkuat antidepressan dalaam penatalaksanaan jangka pendek depresi berat dengan ciri
psikotik. SDA efektif di dalam terapi gangguan skizoafektif, meskipun risperidone dilaporkan
mencetuskan mania pada orang dengan gangguan skizoafektif. Penambahan olanzapine dan
clozapine dapat memperbaiki hingga dua pertiga orang dengan gangguan bipolar refrakter, serta
risperidone telah digunakan untuk mengurangi ayunan mood pada orang dengan gangguan bipolar
siklus cepat.
Indikasi lain. SDA efektif untuk terapi demensia, gangguan spektrum autistik, psikosis yang
Risperidone dan olanzapine telah digunakan untuk mengendalikan agresi dan mencederai diri
sendiri pada anak. Obat ini telah digunakan bersama dengan simpatomimetik, seperti
oposisional atau gangguan tingkah laku. SDA terutama olanzapine, quetiapine dan clozapine,
berguna pada orang yang mengalami diskinesia tardive berat. Terapi SDA menekan gerakan
abnormal pada diskinesia tardive tetapi tidak tampak memperburuk gangguan gerakan.6
Terapi dengan olanzapine dan ziprasidone mengurangi gejala depresif pada orang dengan
skizofrenia hingga tingkat yang lebih tinggi dibandingkan yang dilakukan oleh haloperidol. Pada
pasien depresi tanpa ciri psikotik yang hanya berespons sebagian terhadap antidepresan,
Terapi dengan SDA, terutama clozapine, mengurangi risiko bunuh diri pada pasien dengan
skizofrenia. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terapi berespons terhadap
penambahan SDA pada SSRI: meskipun demikian, sejumlah kecil orang yang diterapi dengan
SDA telah mencatat adanya gejala OCD yang segera memerlukan terapi. Beberapa pasien dengan
Tidur
Hal ini cenderung umum pada penggunaan awal obat atau ketika dosis obat dinaikkan
secara cepat. Mulailah dari dosis yang kecil lalu ditingkatkan dosisnya secara perlahan
lahan sehingga dampaknya tidak terlalu besar. Pemberian dosis pada malam hari dapat
membantu, atau perubahan dosis mungkin diperlukan. Jika efek tidur masih merupakan
masalah, pertimbangkanlah untuk melakukan perubahan kepada obat yang rasa kantuknya
kurang.
Dapat merupakan masalah pada obat-obat tertentu. Mempertahankan diet yang sehat dan
banyak berolahraga sangat disarankan. Dokter Anda dapat menyediakan dukungan yang
Mulut Kering
Minumlah air yang dibubuhi jus jeruk limau, basahi dengan jeruk limau
dan gliserin, sesaplah es, atau makan permen karet tanpa gula, dsb.Jika cara-cara di atas
tidak berhasil, tanyalah pada apoteker Anda tentang air ludah (saliva) buatan.
Sembelit
berserat dan meminum banyak air juga melakukan olahraga yang ringan sangat disarankan.
Penggunaan obat pelancar buang air besar atau pencahar (obat yang
Pening atau pusing pada saat berdiri dapat merupakan masalah. Jika Anda merasa pusing
pada saat berdiri, duduklah, tunggu sejenak, lalu perlahan‐lahan bangun kembali.
Mual
Dapat terjadi pada minggu pertama pengobatan. Meminum obat dengan makanan dapa
Cegahlah diri Anda dari minum pada malam hari; tuntaskan buang air kecil sebelum
tidur Jika kondisi ini mengganggu, dokter Anda dapat meninjau ulang dan meresepkan obat‐
Peringatan umum
Hindari paparan panas dan kelembaban yang berlebihan karena antipsikotik dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh anda untuk mengatur perubahan suhu dan tekanan
darah.
Antipsikotik dapat meningkatkan efek dari alkohol, membuat anda jadi lebih mengantuk,
pusing, dan kepala terasa jadi ringan.
Antipsikotik dapat melumpuhkan kemampuan fisik dan mental yang dibutuhkan untuk
menyetir mobil atau mengoperasikan mesin. Hindari aktivitas-aktivitas ini jika anda
merasa mengantuk atau melambat.
Jangan membelah atau menghancurkan obat kecuali jika anda disarankan untuk berbuat
demikian oleh dokter atau apoteker anda.
Antasid yang bercampur dengan penyerapan obat-obatan ini dalam lambung anda akan
mengurangi efek obat antipsikotik tersebut. Untuk menghindari hal ini, minumlah antasid
setidaknya 2 jam sebelum atau 1 jam setelah meminum antipsikotik anda. (antasid adalah
obat yang menetralkan asam lambung - penerjemah)
Minum minuman yang berkafein secara berlebihan (kopi teh, kola, dsb)
dapat menyebabkan kecemasan, pergolakan emosi, dan kegelisahan.
Minuman-minuman tersebut punya efek yang berlawanan dengan manfaat
dari antipsikotik anda.
Merokok dapat mengubah kadar antipsikotik yang tersisa dalam aliran darah
anda, khususnya clozapine, olanzapine, dan haloperidol. Beritahukan dokter
anda jika anda melakukan perubahan terhadap kebiasaan merokok anda.
Jangan menghentikan antipsikotik secara tiba-tiba karena hal ini dapat
berakibat munculnya gejala-gejala penghentian obat (withdrawal
symptoms) seperti mual, pusing, berkeringat, sakit kepala, gangguan tidur,
pergolakan emosi, dan gemetar, serta dapat juga berakibat kepada
kembalinya gejala- gejala psikotik.
Ada perbedaan dalam keefektifan dan efek samping pada berbagai macam
antipsikotik; jika memungkinkan, sebaiknya pilihlah antipsikotik dengan
resiko efek samping yang paling rendah.
Merupakan hal yang penting untuk meminum kapsul ziprasidone dan
lurasidone bersama-sama dengan makanan atau segera setelah makan untuk
meningkatkan ketersediaan obat-obat ini dalam darah anda.
Asenapine: jika anda meminum obat lain, asenapine harus diminum paling
terakhir. Obat ini mesti ditempatkan di bawah lidah dan biarkan ia luluh
seluruhnya. Jangan makan atau minum selama 10 menit karena makan atau
minum selama waktu ini akan mempengaruhi cara asenapine bekerja.
BAB III
KESIMPULAN
Secara garis besar, Efek samping antipsikosis yaitu Sedasi dan inhibisi
totricollis (leher terputar)) akatisia (tidak tenang, selalu mau jalan) restless leg
berulang involunter pada lidah, wajah, mulut dan anggota gerak. Tapi jika pasien
dahulu ke dokter akan hal-hal apa yang mungkin bisa saja terjadi jika
terjadi, dan pasti setiap obat memiliki efek samping jika dikonsumsi secara
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, Willy F, Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.