Anda di halaman 1dari 9

208 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120

Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan


Simbolik Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA serta
Upaya Perbaikannya dengan Pendekatan Mikroskopik

Putu Indrayani
Pendidikan Kimia-Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang. Email: putuindrayani_sma2@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman makroskopik, mikroskopik
dan simbolik siswa; (2) kesalahan pemahaman makroskopik, mikroskopik dan simbolik siswa; (3) kee-
fektifan pendekatan mikroskopik sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menye-
lesaikan soal-soal makroskopik, simbolik dan mikroskopik pada materi titrasi asam-basa. Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan rancangan penelitian eksperimen semu. Data
penelitian adalah pemahaman makroskopik, simbolik dan mikroskopik siswa pada materi titrasi asam-
basa. Pemahaman siswa diukur dengan instrumen tes yang meliputi: (1) tes pemahaman makroskopik,
(2) tes pemahaman simbolik, dan (3) tes pemahaman mikroskopik. Validitas isi diuji oleh tim ahli dan
reliabilitas soal tes makroskopik dan mikroskopik dihitung menggunakan Spearman-Brown sedangkan
reliabilitas soal tes simbolik dihitung menggunakan Alpha Cronbach’s. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif dan uji statistik menggunakan Anacova. Hasil penelitian a-
dalah sebagai berikut. (1) Tingkat pemahaman makroskopik siswa adalah tinggi, sedangkan tingkat
pemahaman simbolik dan mikroskopik siswa adalah sangat rendah. (2) Kesalahan pemahaman makros-
kopik yang teridentifikasi adalah siswa tidak memahami bahwa warna yang ditunjukkan oleh indikator
berhubungan dengan sifat larutan. Kesalahan pemahaman simbolik yang teridentifikasi adalah: (i)
siswa tidak dapat menulis reaksi ionisasi; dan (ii) siswa tidak dapat memilih rumus yang digunakan
untuk menghitung pH larutan. Kesalahan pemahaman mikroskopik yang teridentifikasi adalah siswa
tidak dapat memberikan gambaran mikroskopik dari larutan asam kuat, basa kuat, asam lemah, basa
lemah, dan larutan garam karena mereka tidak memahami ionisasi yang terjadi. (3) Pendekatan mikrosko-
pik menghasilkan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal makroskopik, simbo-
lik dan mikroskopik lebih tinggi dibandingkan pendekatan konvensional. (4) Temuan terpenting da-
lam penelitian ini adalah siswa beranggapan bahwa garam baru dapat terbentuk jika jumlah mol asam
dan mol basa yang bereaksi sama.

Kata kunci: representasi, makroskopik, mikroskopik, simbolik, pendekatan mikroskopik

I
lmu kimia adalah cabang dari sains yang berkaitan oleh kompeksnya perhitungan yang terlibat, bahasa
dengan sifat materi, struktur materi, perubahan yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
materi, hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang serta perbedaan level-level representasi yang diguna-
menggambarkan perubahan materi, serta konsep- kan para ahli kimia dalam menjelaskan fenomena
konsep dan teori-teori yang menafsirkan (menjelas- kimia (Gabel & Bunce 1994 dalam Sheppard 2006).
kan) perubahan materi (Slaubaugh & Parsons, 1972). Fenomena kimia digambarkan dan dijelaskan o-
Kean & Middlecamp (1985) menyatakan bahwa sa- leh para ahli kimia menggunakan level-level represen-
lah satu karakteristik ilmu kimia adalah sebagian besar tasi yang meliputi representasi makroskopik, mikros-
konsep-konsepnya bersifat abstrak, seperti struktur kopik, dan simbolik. Representasi makroskopik meru-
atom, ikatan kimia dan konsep asam-basa. Sifatnya pakan level konkret, dimana pada level ini siswa
yang abstrak menyebabkan kimia cenderung menjadi mengamati fenomena yang terjadi, baik melalui per-
pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa (Taber, cobaan yang dilakukan atau fenomena yang terjadi
2002 dalam Sirhan 2007). Selain sifatnya yang ab- pada kehidupan sehari-hari. Fenomena yang diamati
strak, kesulitan mempelajari kimia juga disebabkan dapat berupa timbulnya bau, terjadinya perubahan
Indrayani, Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik... 209

warna, pembentukan gas dan terbentuknya endapan ngembangkan pemahaman konseptual serta dapat
dalam reaksi kimia. Representasi mikroskopik meru- menyebabkan terjadinya kesalahan konsep. Tasker
pakan level abstrak yang menjelaskan fenomena ma- dan Dalton (2006) mengungkapkan bahwa banyak-
kroskopik. Representasi ini memberikan penjelasan nya kesalahan konsep yang terjadi dalam kimia bera-
pada level partikel dimana materi digambarkan seba- sal dari ketidakmampuan siswa untuk memvisualisasi-
gai susunan dari atom-atom, molekul-molekul dan ion- kan struktur dan proses pada level mikroskopik.
ion, sedangkan representasi simbolik digunakan untuk Barke, et al. (2009) menambahkan bahwa kesa-
merepresentasikan fenomena makroskopik dengan lahan konsep (miskonsepsi) siswa juga dapat dise-
menggunakan persamaan kimia, persamaan matema- babkan oleh beberapa hal. Pertama, konsep yang
tika, grafik, mekanisme reaksi, dan analogi-analogi dikembangkan siswa sebelumnya (students precon-
(Johnstone 1982 dalam Chandrasegaran, Treagust, cepts) kurang tepat, yaitu siswa salah menginterpre-
& Mocerino 2007). tasikan gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam
Bowen & Bunce (1997) mengungkapkan bah- hidupnya. Kedua, miskonsepsi dapat bersumber dari
wa pemahaman konseptual dalam kimia melibatkan pembelajaran di sekolah (school-made misconcep-
kemampuan untuk merepresentasikan dan menerje- tions) yaitu pembelajaran dari guru yang kurang tera-
mahkan masalah kimia ke dalam bentuk representasi rah sehingga siswa salah dalam menginterpretasikan
makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Penyajian terhadap suatu konsep tertentu. Disamping itu, mis-
konsep kimia dengan tiga level representasi secara konsepsi juga dapat berasal dari gurunya yang memili-
simultan merupakan aspek penting yang perlu diper- ki miskonsepsi pada konsep kimia tertentu. Calik dan
hatikan oleh guru dalam proses pembelajaran kimia. Ayas (2004) dalam penelitiannya menemukan adanya
Namun, pembelajaran kimia umumnya cenderung persamaan miskonsepsi antara siswa tingkat 8 de-
membatasi pada level makroskopik dan level simbolik ngan calon guru yang membelajarkan siswa tersebut.
saja, representasi mikroskopik cenderung diabaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa miskonsepsi yang di-
Hal ini menyebabkan siswa cenderung kesulitan un- miliki oleh siswa diturunkan dari miskonsepsi yang
tuk memahami konsep-konsep kimia yang kebanyak- dimiliki oleh guru mereka.
an bersifat abstrak (berada pada tingkatan molekuler Materi asam-basa merupakan salah satu materi
atau mikroskopik). Disamping itu, Gabel (1993) juga yang cenderung sulit dipahami siswa. Sheppard
mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia yang ha- (2006) mengungkapkan bahwa topik asam-basa me-
nya menekankan pada level simbolik dan pemecahan rupakan materi yang padat secara konseptual dan
masalah menyebabkan siswa kesulitan untuk me- membutuhkan pemahaman yang dintegrasikan pada
ngembangkan pemahaman konseptual dalam kimia. banyak konsep pengantar kimia seperti karakteristik
Fakta di atas berakibat negatif terhadap pema- partikel dalam materi, sifat dan komposisi larutan,
haman siswa. Pemahaman pada level mikroskopik struktur atom, ikatan ionik dan kovalen, simbol, formu-
yang cenderung tertinggal. Penelitian yang menun- la dan persamaan reaksi, ionisasi serta kesetimbang-
jukkan rendahnya pemahaman mikroskopik telah di- an. Disamping padat secara konseptual materi asam
buktikan. Hinton dan Nakhleh (1999) dalam peneliti- basa juga bersifat abstrak sehingga menyebabkan
annya pada materi reaksi kimia, menyatakan bahwa siswa cenderung sulit memahaminya. Sheppard
tidak ada seorang partisipan pun yang menunjukkan (2006) menyatakan kesulitan siswa dalam memahami
pemahaman yang jelas pada karakteristik mikrosko- materi asam-basa ditunjukkan dengan banyak terjadi-
pik dari ion-ion poliatom serta terdapat partisipan yang nya kesalahan konsep pada materi ini. Konsep asam-
memiliki beberapa kesalahpahaman pada aspek mi- basa merupakan konsep yang mendasari materi titrasi
kroskopik yang substansial pada reaksi kimia. Chittle- asam-basa. Jika konsep asam-basa yang mendasari
borough, Treagust dan Mocerino (2002) dalam peneli- materi titrasi asam-basa belum dipahami siswa, maka
tiannya mengungkapkan bahwa sebagian besar sis- siswa cenderung mengalami kesulitan untuk mema-
wa mampu mengaitkan representasi simbolik terha- hami materi titrasi asam-basa. Kesalahan konsep ju-
dap fenomena makroskopik, tetapi ketika siswa dita- ga terjadi pada materi titrasi asam-basa. Schmidt
nya tentang arti representasi mikroskopik, hanya be- 1995 (dalam Sheppard, 2006) dalam penelitiannya
berapa siswa yang memiliki penggambaran mikros- melaporkan bahwa siswa menganggap produk dari
kopik untuk fenomena partikular. Pemahaman pada reaksi netralisasi selalu memiliki pH 7 dan siswa
level mikroskopik yang cenderung tertinggal dapat menggambarkan netralisasi sebagai pengaruh yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam me- tersembunyi (hidden persuader), selain itu siswa
210 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120

juga memiliki kesulitan dalam memahami apa yang relatif rendahnya pemahaman siswa terkait netralisa-
terjadi terhadap nilai pH selama proses titrasi ber- si dan pH (Sheppard, 2006). Pentingnya penelitian
langsung. Sheppard juga menemukan bahwa enam ini juga disebabkan karena materi asam-basa yang
dari enam belas siswa menggambarkan proses ne- mendasari materi titrasi asam-basa merupakan mate-
tralisasi sebagai pencampuran fisika dari asam dan ri yang sulit bagi kebanyakan siswa karena konsep-
basa yang tidak menghasilkan produk, tidak memiliki nya yang bersifat abstrak (Suyanti, 2010).
persamaan reaksi karena yang terjadi adalah perubah- Keabstrakan materi asam-basa dapat dimini-
an fisika dan proses direpresentasikan menggunakan malisir dengan memberikan penjelasan menggunakan
diagram dengan tanpa bereaksinya spesies-spesies representasi mikroskopik (level molekuler). Pende-
kimia. Siswa lainnya menggambarkan netralisasi se- katan dalam pembelajaran kimia yang menggunakan
bagai proses dominasi asam terhadap basa dimana level molekuler untuk menjelaskan suatu fenomena
asam lebih kuat daripada basa. Ketika siswa ditanya kimia disebut sebagai pendekatan mikroskopik. Da-
kapan indikator akan berubah warna, jawaban yang vidowitz & Chittleborough, (2009) menyatakan level
paling sering terjadi adalah pada pH 7. Sebagian besar molekuler tidak dapat diamati secara langsung, oleh
siswa menduga bahwa indikator akan berubah warna karena itu merupakan suatu hal yang penting untuk
ketika larutan menjadi netral. Beberapa siswa menje- memberikan gambaran/visualisasi pada level moleku-
laskan kurva titrasi pada waktu sebelum titik ekivalen, lar kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk membantu
pada titik ekivalen dan setelah titik ekivalen merupa- siswa dalam mengembangkan model mental siswa,
kan sifat berdasar waktu (time-dependent nature) mengingat penjelasan kimia yang hampir selalu ber-
untuk interaksi antara asam dan basa. Berdasarkan gan-tung pada level molekular atau level mikroskopik.
hasil laporan tersebut nampak bahwa siswa memiliki Gabel (1993) mengindikasikan pengajaran yang
pemahaman yang relatif rendah terkait interaksi ki- melibatkan karakteristik materi dalam skala partikel
mia, netralisasi dan pH. (level mikroskopik) akan membantu siswa membuat
Materi titrasi asam-basa yang diberikan di kelas hubungan antara tiga level representasi dalam pem-
XI program IPA pada semester empat, diperoleh se- belajaran kimia. Adanya penjelasan pada karakteristik
telah materi asam-basa. Sebagaimana disebutkan di- materi dalam skala partikel (level mikroskopik) akan
atas bahwa materi asam-basa merupakan materi meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini disebabkan
yang bersifat abstrak, konsekuensinya materi terse- karena dengan adanya penjelasan pada level mikros-
but membutuhkan penjelasan sampai pada level mi- kopik, maka level mikroskopik tidak dapat dipisahkan
kroskopik. Level mikroskopik tidak dapat dipisahkan dengan level sensori (makroskopik) atau representasi
dari dua level representasi yang lainnya karena me- simbolik. Akibatnya satu atau dua level yang lain akan
ngandung informasi yang saling terkait (inter-con- masuk secara simultan. Oleh karena itu adanya pen-
nectedness) dengan dua level representasi yang lain- jelasan karakteristik materi dalam skala partikel (level
nya. Representasi makroskopik dalam materi titrasi mikroskopik) kepada siswa, menyebabkan siswa cen-
asam-basa diperoleh dari aktivitas eksperimen de- derung dapat menghubungkan pengetahuannya pada
ngan mengamati gejala makroskopik dari hasil perco- dua atau tiga level representasi. Devetak, et al.,
baan yaitu terjadinya perubahan warna dari indikator. (2007) menambahkan bahwa representasi mikrosko-
Kemudian fenomena makroskopik yang ditimbulkan pik merupakan elemen penting, tidak hanya untuk
tersebut direpresentasikan secara simbolik dengan menjelaskan pengamatan eksperimental kepada sis-
menggunakan persamaan reaksi dan menentukan pH wa, tetapi juga dalam proses evaluasi pengetahuan
larutan menggunakan persamaan matematika. Ada- siswa.
nya informasi yang saling terkait antara tiga level Penggunaan representasi mikroskopik dalam
representasi ini menyebabkan siswa harus mampu pembelajaran kimia selain dapat meningkatkan pema-
‘bergerak’ dari satu level representasi ke level repre- haman siswa juga memiliki keuntungan yang lain yaitu
sentasi yang lainnya. (1) memberikan pemahaman konseptual yang utuh
Pentingnya peranan tiga level representasi dalam dan menyeluruh kepada siswa, sehingga siswa tidak
proses pembelajaran kimia, menyebabkan peneliti membuat interpretasi sendiri dalam memberikan
ingin mengetahui pemahaman siswa tentang materi gambaran mikroskopik. Hal ini dapat membantu me-
titrasi asam-basa pada tiga level representasi. Selain ngurangi terjadinya miskonsepsi, karena banyak mis-
itu materi titrasi asam-basa merupakan salah satu konsepsi yang terjadi dalam kimia berasal dari keti-
masalah penting yang harus diteliti mengingat masih dakmampuan untuk memvisualisasikan struktur dan
Indrayani, Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik... 211

proses pada level mikroskopik (Tasker dan Dalton, kroskopik untuk meningkatkan pemahaman makros-
2006), (2) dapat menjelaskan suatu konsep mikrosko- kopik, simbolik dan mikroskopik siswa. Subjek peneli-
pik dan mengaplikasikannya dalam memecahkan ma- tian ini adalah siswa kelas XI-IPA 2 (kelas eksperi-
salah masalah matematik, (3) menjelaskan pengamat- men) dan XI-IPA 3 (kelas kontrol) SMA Negeri 2
an eksperimental kepada siswa dan dapat digunakan Sumbawa Besar. Kelas eksperimen diberi pembela-
untuk mengevaluasi pengetahuan siswa (Devetak, jaran ulang dengan pendekatan mikroskopik dan kelas
et al., 2007), serta (4) dapat meningkatkan ingatan kontrol diberi pembelajaran ulang tanpa pendekatan
siswa, karena dengan adanya penjelasan pada level mikroskopik.
mikroskopik pengetahuan yang diperoleh siswa men- Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
jadi utuh pada tiga level representasi (Devetak, et meliputi tes pemahaman makroskopik, simbolik dan
al., 2004). mikroskopik. Tes pemahaman makroskopik berben-
Beberapa hasil penelitian terkait penggunaan re- tuk tes uraian berupa penyimpulan hasil pengamatan
presentasi mikroskopik terhadap pemahaman siswa sifat larutan asam-basa yang ditunjukkan dengan pe-
dilakukan oleh beberapa peneliti. Smith dan Metz rubahan warna indikator pada titrasi asam-basa.
(1996:235) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Pengamatan sifat larutan dilakukan sebelum titik ekui-
strategi mengajar kimia menggunakan bantuan visual valen, pada titik ekuivalen dan setelah titik ekuiva-
secara mikroskopik dapat menjelaskan konsep sebe- len. Tes simbolik berbentuk tes uraian berupa penulis-
lum menerapkan perhitungan matematika. Hal ini an persamaan reaksi netralisasi dan menghitung pH
akan meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa larutan dari titrasi asam-basa sebelum titik ekuivalen,
dengan memberi kesempatan siswa menggambarkan pada titik ekuivalen dan setelah titik ekuivalen.Tes
representasi kimia secara mikroskopik. Pertanyaan mikroskopik berupa gambaran mikroskopik titrasi
yang melibatkan representasi mikroskopik dapat asam-basa berdasarkan konsep asam-basa Arrhenius
mengevaluasi pemahaman siswa pada beberapa kon- dan Bronsted-Lowry sebelum titik ekuivalen, pada
sep kimia. titik ekuivalen dan setelah titik ekuivalen dengan ben-
Devetak, et al., (2007) menyatakan bahwa de- tuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Vali-
ngan melibatkan representasi mikroskopik dalam pro- ditas isi diuji oleh tim ahli dan reliabilitas soal tes ma-
ses pendidikan dalam kelas kimia dapat membantu kroskopik dan mikroskopik dihitung menggunakan
siswa untuk mengembangkan pemahaman mendalam Spearman-Brown dan reliabilitas soal tes simbolik
pada konsep-konsep serta mengembangkan kemam- dihitung menggunakan Alpha Cronbach’s.
puan memecahkan masalah. Hasil interviu dengan Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh
siswa menunjukkan bahwa mereka akan mempero- simpulan tentang tingkat pemahaman siswa dalam
leh pemahaman materi kimia larutan lebih baik jika menyelesaikan soal-soal pada level makroskopik, mi-
konsep tersebut dijelaskan pada level mikroskopik. kroskopik dan simbolik serta kesalahan pemahaman
Berdasarkan uraian tersebut dan beberapa hasil yang terjadi pada level makroskopik, mikroskopik dan
penelitian yang mendukung, maka diharapkan pem- simbolik. Data tingkat pemahaman diperoleh dari ha-
belajaran ulang dengan pendekatan mirkoskopik da- sil pretes sedangkan data kesalahan pemahaman di-
pat meningkatkan pemahaman siswa pada materi ti- peroleh dari wawancara.
trasi asam-basa. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian
terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasya-
rat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
METODE normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan uji homogenitas dilakukan dengan uji Levene.
deskriptif dan rancangan penelitian eksperimen semu. Uji hipotesis dilakukan dengan uji anacova.
Rancangan penelitian deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan pemahaman makroskopik, simbolik HASIL & PEMBAHASAN
dan mikroskopik siswa serta kesalahan pemahaman
siswa pada soal-soal makroskopik, simbolik dan mi- Tingkat Pemahaman Siswa
kroskopik pada materi titrasi asam-basa, sedangkan
rancangan penelitian eksperimen semu yaitu non- Tingkat Pemahaman Makroskopik
equivalent control group design digunakan untuk Rerata persentase tingkat pemahaman makros-
mengetahui keefektifan penggunaan pendekatan mi- kopik siswa dalam menentukan sifat larutan berda-
212 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120

sarkan perubahan warna indikator untuk kelas ekspe- trasi zat (BMBK) 5,4% dan kategori benar menentu-
rimen dan kelas kontrol pada keadaan sebelum titik kan mol, konsentrasi zat (BMBKBP) 22,7%. Rerata
ekuivalen sebesar 84,0% dan untuk kelas kontrol persentase untuk kategori BM lebih besar daripada
75,3%, pada titik ekuivalen untuk kelas eksperimen rerata persentase untuk kategori BMBK. Hal ini me-
sebesar 73,5% dan kelas kontrol sebesar 82,0% se- nunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
dangkan pada keadaan setelah titik ekuivalen untuk menentukan konsentrasi zat yang bereaksi. Kemung-
kelas eksperimen sebesar 84,0% dan kelas kontrol kinan disebabkan karena siswa tidak memahami de-
sebesar 70,8%. Angka ini menunjukkan bahwa seca- ngan benar bahwa konsentrasi merupakan mol dibagi
ra umum tingkat pemahaman makroskopik siswa ba- volume total larutan, sehingga jika perhitungan kon-
ik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol ter- sentrasi tidak menggunakan volume larutan total, akan
golong tinggi. Sebagian kecil siswa masih salah dalam berimbas pada perolehan konsentrasi yang salah.
menyimpulkan sifat larutan yang ditentukan dari per- Dalam hal ini lebih dari separuh siswa tidak mengala-
ubahan warna indikator. Hal ini mungkin disebabkan mi kesulitan dalam menentukan mol zat yang bereak-
karena siswa belum dapat memahami dengan benar si dan yang tersisa pada keadaan sebelum titik ekui-
hubungan antara warna indikator dengan sifat larutan. valen. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa su-
dah mengetahui volume dari masing-masing zat yang
Tingkat Pemahaman Simbolik (Persamaan
bereaksi dengan tepat, sehingga mol yang diperoleh
Reaksi Netralisasi)
pun akan benar. Sedangkan rerata persentse kategori
Secara umum tingkat pemahaman simbolik sis- BMBKBP adalah 22,7%, hal ini menunjukkan bahwa
wa dalam menuliskan persamaan reaksi netralisasi kemampuan simbolik siswa dalam menentukan pH
baik kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum di- larutan titrasi asam-basa masih tergolong sangat ren-
beri perlakuan memiliki pola yang sama untuk keem- dah. Hal ini disebabkan karena pemahaman siswa
pat jenis titrasi yaitu, rerata persentase untuk kategori tentang konsep asam-basa, larutan penyangga dan
benar menuliskan zat yang terbentuk dan fase zat hidrolisis garam belum baik dan benar, padahal untuk
(BZBF) yaitu 54,4% lebih besar daripada rerata per- menentukan pH larutan untuk keempat jenis titrasi
sentase benar menuliskan zat yang terbentuk (BZ) asam basa memerlukan pemahaman yang baik ten-
yaitu 12,3%. Hal ini mungkin disebabkan karena se- tang konsep asam kuat basa kuat, asam lemah basa
mua zat yang bereaksi dan yang terbentuk berfase lemah, larutan penyangga serta hidrolisis garam.
aqueous (aq) kecuali air yang berfase liquid (l), se-
Tingkat Pemahaman Mikroskopik
hingga siswa tidak megalami kesulitan dalam menu-
liskan fase zat. Sedangkan rerata persentase untuk Tingkat pemahaman mikroskopik untuk keem-
kategori benar menuliskan zat yang terbentuk dan pat jenis titrasi melibatkan gambaran mikroskopik
fase zat dan reaksi netralisasi (BZBFBR) sangat ren- berdasarkan konsep asam-basa Arrhenius dan konsep
dah yaitu 3,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa asam-basa Bronsted-Lowry. Rerata persentase kelas
mengalami kesulitan dalam menuliskan reaksi netrali- eksperimen dan kelas kontrol untuk kemampuan mi-
sasi titrasi asam-basa. kroskopik sebelum diberi perlakuan pada keempat
Pemahaman siswa tentang reaksi netralisasi jenis titrasi berdasarkan konsep asam-basa Arrhenius
menurut konsep asam-basa Arrhenius bukan persa- sebesar 18,5% dan berdasarkan konsep asam-basa
maan reaksi ionisasinya melainkan pengertian asam Bronsted-Lowry sebesar 22,9%. Secara umum da-
dan basa menurut Arrhenius, hal ini menunjukkan pat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman mikrosko-
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan pik siswa dalam menentukan gambaran mikroskopik
reaksi ionisasi dari HCl dan NaOH yang pada akhir- sebelum titik ekuivalen masih rendah. Hal ini mungkin
nya H+ dan OH  akan bereaksi membentuk molekul- disebabkan karena siswa berpengetahuan bahwa ga-
molekul air. Sehingga terjadilah reaksi netralisasi. ram dalam air tidak terurai, semisal NaCl dalam air
tetap menjadi NaCl, tidak terurai menjadi ion Na+
Perhitungan pH Larutan
dan ion Cl  . Akibatnya dalam memilih gambaran
Persentase tingkat pemahaman simbolik siswa mikroskopik, siswa memilih jawaban yang terdapat
dalam menentukan pH larutan pada keempat jenis NaCl tidak terurai. Rerata persentase kemampuan
titrasi asam-basa kelas eksperimen dan kelas kontrol mikroskopik berdasarkan konsep asam-basa Bron-
untuk kategori benar menentukan mol zat (BM) sted-Lowry lebih besar daripada rerata persentase
42,9%, kategori benar menentukan mol dan konsen- kemampuan mikroskopik berdasarkan konsep asam-
Indrayani, Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik... 213

basa Arrhenius, hal ini bukan disebabkan semata- Kesalahan lain yang dialami siswa dalam me-
mata karena siswa lebih memahami konsep asam- nentukan sifat larutan adalah siswa menentukan sifat
basa Bronsted-Lowry dibandingkan konsep asam- larutan sudah berdasarkan perubahan warna indika-
basa Arrhenius, namun disebabkan karena pilihan ja- tor tetapi tidak menghubungkan warna indikator de-
waban benar pada opsi jawaban gambaran mikrosko- ngan range pH yang dimiliki oleh indikator tersebut.
pik berdasarkan konsep asam-basa Arrhenius, sama sehingga ketika warna indikator tidak berubah siswa
dengan opsi jawaban benar pada opsi jawaban gam- menganggap sifat larutan juga tidak berubah. Siswa
baran mikroskopik berdasarkan konsep asam-basa tidak memahami bahwa indikator fenolftalein yang
Bronsted-Lowry hanya saja ion H+ diganti dengan digunakan pada titrasi asam kuat dan basa kuat
ion H3O+, sehingga sebagian siswa memilih opsi ja- mempunyai range pH antara 8,2-10,0 (tak berwarna-
waban tersebut. merah muda), sehingga pada titik ekuivalen warna
Disamping itu rendahnya kemampuan siswa da- larutan tetap tak berwarna karena pH larutan masih
lam menentukan gambaran mikroskopik mungkin di- kurang dari 8,2. Sehingga diperoleh kesalahan pema-
sebabkan karena siswa tidak mampu melihat hubung- haman pada tingkat makroskopik kedua adalah sifat
an antara representasi simbolik dengan gambaran larutan adalah tetap apabila warna indikator juga tetap
mikroskopik. Sehingga menurut siswa antara repre- atau tidak berubah.
sentasi simbolik dengan gambaran mikroskopik tidak
Pada Tingkat Simbolik
saling berkaitan. Hal ini menunjukkan siswa kesulitan
dalam mentransfer dan menghubungkan antara feno- Kesalahan yang dialami siswa dalam menuliskan
mena makroskopik, representasi simbolik dan dunia persamaan reaksi netralisasi berdasarkan konsep a-
mikroskopik. Dalam hal ini kebanyakan siswa meng- sam-basa Arrhenius adalah siswa tidak memahami
alami kesulitan untuk ‘bergerak’ diantara Tingkat- reaksi netralisasi. Siswa mengartikan reaksi netralisa-
Tingkat representasi. si sebagai pengertian asam basa menurut Arrhenius.
Faktor lain yang dapat menyebabkan rendahnya Sehingga diperoleh kesalahan pemahaman simbolik
pemahaman mikroskopik siswa karena umumnya pertama adalah reaksi netralisasi menurut konsep a-
pembelajaran kimia yang hanya menekankan pada sam-basa Arrhenius adalah pengertian asam-basa
Tingkat makroskopik dan simbolik saja, Tingkat mi- menurut konsep asam-basa Arrhenius. Kesalahan
kroskopik cenderung diabaikan. Akibatnya siswa lain pada pemahaman simbolik siswa terjadi pada
membuat interpretasi sendiri tentang gambaran mi- penentuan pH larutan pada titrasi asam kuat basa
kroskopik berdasarkan pemahaman makroskopik dan kuat setelah titik ekuivalen. Siswa mengalami kesulit-
simbolik yang diperoleh. Hal ini didukung oleh pernya- an dalam menentukan rumus yang digunakan dalam
taan Mocerino (2002), yang menyatakan bahwa re- menentukan pH larutan. Sehingga diperoleh kesalah-
presentasi mikroskopik yang ada pada siswa meru- an pemahaman simbolik kedua adalah penentuan pH
pakan hasil dari interpretasi siswa dari informasi yang larutan setelah titik ekivalen pada titrasi asam kuat
mereka terima. dan basa kuat menggunakan rumus asam lemah.
Kesalahan lainnya pada pemahaman simbolik
siswa terjadi pada penentuan pH larutan pada titrasi
Kesalahpahaman Siswa asam lemah dan basa kuat setelah titik ekuivalen.
Pada Tingkat Makroskopik Siswa belum memahami dengan benar tentang kon-
sep larutan penyangga dan hidrolisis garam. Sehingga
Kesalahan yang dialami siswa dalam menentu- diperoleh kesalahan pemahaman simbolik ketiga ada-
kan sifat larutan berdasarkan perubahan warna indi- lah penentuan pH larutan pada titrasi asam lemah
kator adalah siswa belum memahami hubungan anta- dan basa kuat pada titik ekuivalen menggunakan ru-
ra perubahan warna indikator dengan sifat larutan. mus larutan penyangga dan setelah titik ekuivalen
Siswa menentukan sifat larutan bukan berdasarkan menggunakan rumus hidrolisis. Kesalahan lain pada
warna indikator tetapi berdasarkan jumlah mol ma- pemahaman simbolik siswa terjadi pada penentuan
sing-masing reaktan. Akibatnya sifat larutan pada pH larutan pada titrasi asam lemah dan basa lemah
titik ekivalen adalah netral. Sehingga diperoleh kesa- sebelum titik ekuivalen. Siswa belum memahami de-
lahan pemahaman pada Tingkat makroskopik perta- ngan benar tentang konsep larutan penyangga. Se-
ma adalah pada titik ekivalen sifat larutan selalu hingga diperoleh kesalahan pemahaman simbolik ke-
netral. empat adalah penentuan pH larutan pada titrasi asam
214 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120

lemah dan basa lemah sebelum titik ekuivalen meng- Kesalahan lain pada pemahaman mikroskopik
gunakan rumus larutan penyangga. siswa adalah bahwa siswa beranggapan bahwa larut-
an bersifat asam atau basa dilihat dari ada atau tidak-
Pada Tingkat Mikroskopik
nya kation atau anion dari garam yang terbentuk.
Kesalahan yang dialami siswa dalam memberi- Siswa telah memahami bahwa berdasarkan konsep
kan gambaran mikroskopik disebabkan karena pema- asam-basa Bronsted-Lowry dihasilkan H3O+, tetapi
haman siswa yang belum benar tentang derajat ioni- mereka tidak memahami bagaimana terbentuknya
sasi asam kuat, basa kuat, asam lemah dan basa le- H3O+. Sehingga diperoleh kesalahan pemahaman mi-
mah, serta pemahaman siswa tentang ionisasi garam- kroskopik kelima adalah siswa beranggapan H3O+
garam yang terbentuk dari asam kuat basa kuat, asam terbentuk dari H2O yang bereaksi dengan H+.
lemah basa kuat, basa lemah asam kuat serta asam
lemah dan basa lemah. Pemahaman ini akan berim-
bas terhadap gambaran mikroskopik garam-garam Keefektifan Pendekatan Mikroskopik
yang terbentuk apakah akan terionisasi sempurna, Sebagai Upaya untuk Meningkatkan
terionisasi sebagian atau tidak terionisasi. Kesalahan Pemahaman Siswa
pada pemahaman mikroskopik siswa adalah bahwa Berdasarkan hasil analisis kovarian (Anakova)
siswa beranggapan bahwa garam dalam air tidak ter- dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows,
ionisasi. Siswa tidak memahami bahwa garam yang terlihat bahwa nilai probabilitas Sig (0,000) < 0,05
terbentuk dari asam kuat basa kuat akan terionisasi sehingga dapat diputuskan bahwa Ho ditolak, berarti
sempurna. Sehingga diperoleh kesalahan pemahaman ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pem-
mikroskopik pertama adalah siswa beranggapan bah- berian pembelajaran ulang dengan pendekatan mi-
wa garam yang terbentuk tidak terionisasi. kroskopik terhadap tingkat pemahaman makroskopik,
Kesalahan lain pada pemahaman mikroskopik simbolik dan mikroskopik siswa.
siswa adalah bahwa siswa beranggapan bahwa ga- Hal di atas memperlihatkan bahwa pemberian
ram dalam air tidak terionisasi. Siswa tidak memahami pembelajaran ulang dengan pendekatan mikroskopik
bahwa pada titrasi basa lemah dan asam kuat pada mampu meningkatkan pemahaman konseptual siswa,
titik ekuivalen garam yang terbentuk akan mengalami hal ini dimungkinkan karena: (1) adanya penjelasan
hidrolisis, sehingga larutan sudah tidak netral lagi hi- pada tingkat mikroskopik dapat membantu siswa da-
drolisis kation (M+) akan menghasilkan H+ akibatnya lam menjelaskan pengamatan eksperimental yang te-
larutan akan bersifat asam. Sehingga diperoleh kesa- lah dilakukan (Devetak, et al., 2007); (2) dapat mem-
lahan pemahaman mikroskopik kedua adalah siswa bantu siswa dalam menghubungkan gambaran mi-
beranggapan bahwa pada titik ekuivalen dalam larut- kroskopik dengan aplikasinya dalam memecahkan
an hanya ada garam sehingga larutan bersifat netral. masalah matematik, dalam hal ini penulisan persama-
Kesalahan lain pada pemahaman mikroskopik an reaksi netralisasi dan penentuan pH larutan pada
siswa adalah bahwa siswa beranggapan bahwa asam titrasi asam-basa; (3) dapat meningkatkan ingatan
lemah dan basa lemah terionisasi sempurna. Siswa siswa, karena dengan adanya penjelasan pada Tingkat
belum memahami dengan benar bahwa asam lemah mikroskopik pengetahuan yang diperoleh siswa men-
dan basa lemah tidak terionisasi sempurna. Sehingga jadi utuh pada tiga Tingkat representasi (Devetak, et
diperoleh kesalahan pemahaman mikroskopik ketiga al., 2004).
adalah siswa beranggapan bahwa asam lemah dan
basa lemah terionisasi sempurna. Kesalahan lain pa-
da pemahaman mikroskopik siswa adalah bahwa sis- Temuan Penelitian Terpenting
wa beranggapan bahwa larutan bersifat asam atau
Selain ditemukan kesalahan pemahaman pada
basa dilihat dari ada atau tidaknya kation atau anion
Tingkat makroskopik, simbolik dan mikroskopik, juga
dari garam yang terbentuk. Siswa beranggapan bah-
ditemukan kesalahan pemahaman konseptual pada
wa pembawa sifat basa dari MOH adalah ion M+.
materi titrasi asam-basa. Pemahaman konseptual a-
Sehingga diperoleh kesalahan pemahaman mikrosko-
dalah pemahaman tentang teori-teori, fakta-fakta, a-
pik keempat adalah bahwa siswa beranggapan pem-
turan-aturan, deskripsi dan peristilahan kimia. Siswa
bawa sifat basa dari MOH adalah kationnya yaitu
berpengetahuan garam belum bisa terbentuk ketika
M+ .
mol HCl dan mol NaOH tidak seimbang. Garam baru
Indrayani, Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik dan Simbolik... 215

terbentuk ketika mol HCl dan mol NaOH seimbang siswa adalah tinggi, sedangkan tingkat pemahaman
yaitu pada titik ekivalen. Siswa berpemahaman bah- simbolik dan mikroskopik siswa adalah sangat ren-
wa HCl dan NaOH tidak dapat bereaksi bila jumlah dah. (2) Kesalahan pemahaman makroskopik yang
molnya belum seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa teridentifikasi adalah siswa tidak memahami bahwa
siswa tidak memahami konsep ikatan kimia, ionisasi warna yang ditunjukkan oleh indikator berhubungan
dan kesetimbangan kimia. Hal ini didukung oleh per- dengan sifat larutan. Kesalahan pemahaman simbolik
nyataan Sheppard (2006) yang menyatakan bahwa yang teridentifikasi adalah: (i) siswa tidak dapat me-
topik asam-basa merupakan materi yang padat seca- nulis reaksi ionisasi; dan (ii) siswa tidak dapat memilih
ra konseptual dan membutuhkan pemahaman yang rumus yang digunakan untuk menghitung pH larutan.
diintegrasikan pada banyak konsep ikatan kimia se- Kesalahan pemahaman mikroskopik yang teridentifi-
perti karakteristik partikel dalam materi, sifat dan kasi adalah siswa tidak dapat memberikan gambaran
komposisi larutan, strukur atom, ikatan ionik dan ko- mikroskopik dari larutan asam kuat, basa kuat, asam
valen, simbol, formula dan persamaan reaksi, ionisasi lemah, basa lemah, dan larutan garam karena mereka
serta kesetimbangan. tidak memahami ionisasi yang terjadi. (3) Pendekatan
Terjadinya kesalahan pemahaman konseptual mikroskopik menghasilkan peningkatan kemampuan
tersebut juga disebabkan karena konsep-konsep yang siswa dalam menyelesaikan soal-soal makroskopik,
mendasari materi asam-basa belum dipahami siswa simbolik dan mikroskopik lebih tinggi dibandingkan
dengan baik dan benar. Akibatnya siswa cenderung pendekatan konvensional. (4) Temuan terpenting da-
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-kon- lam penelitian ini adalah siswa beranggapan bahwa
sep selanjutnya. Hal ini sejalan dengan salah satu garam baru dapat terbentuk jika jumlah mol asam
karakteristik ilmu kimia yang diungkapkan oleh Kean dan mol basa yang bereaksi sama.
dan Middlecamp (1985) yaitu konsep kimia bersifat
berurutan dan berjenjang. Sehingga siswa mengalami
Saran
kesulitan, yang dapat mengakibatkan terjadinya kesa-
lahan pemahaman dalam mengaitkan pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diaju-
yang telah ada sebelumnya dengan pengetahuan kan beberapa saran yaitu: (1) dalam membelajarkan
yang baru dipelajari. dan mengevaluasi materi titrasi asam-basa sebaiknya
Kesalahan pemahaman konseptual ini mungkin guru melibatkan tiga level representasi makroskopik,
juga disebabkan karena penjelasan pada tingkat mi- mikroskopik dan simbolik sehingga siswa mendapat-
kroskopik yang cenderung diabaikan. Hal ini menga- kan pemahaman konseptual yang utuh; (2) perlu dila-
kibatkan siswa membuat interpretasi sendiri tentang kukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana kore-
gambaran mikroskopik berdasarkan pemahaman ma- lasi antara pemahaman makroskopik, mikroskopik
kroskopik dan simbolik yang diperoleh. Mocerino dan simbolik baik pada materi titrasi asam-basa mau-
(2002), juga menyatakan bahwa representasi mikros- pun materi kimia yang lainnya.
kopik yang ada pada siswa merupakan hasil dari inter-
pretasi siswa dari informasi yang mereka terima. Kon-
sekuensinya siswa mungkin akan mengalami kesa- DAFTAR RUJUKAN
lahan pemahaman atau kesalahan konsep. Hal ini Barke, H.D, Hazari, A & Yitbarek, S. 2009. Students Mis-
didukung oleh pernyataan Tasker dan Dalton (2006) conception and How To Overcome. In Misconcep-
yang menyatakan bahwa banyaknya kesalahan kon- tions In Chemistry. New York: Springer.
sep yang terjadi dalam kimia berasal dari ketidakmam- Bowen, C.W., & Bunce, D.M. 1997. Testing for Conceptual
puan siswa untuk memvisualisasikan struktur dan Understanding in General Chemistry. The Chemi-
proses pada tingkat mikroskopik. cal Educator, Volume 2 Issue 2.
Calik, M & Ayas, A. 2005. A Comparison of Level Under-
SIMPULAN & SARAN standing of Eight-Grade Students and Science
Teachers Related to Selected Chemistry Concepts.
Simpulan Journal of Research in Science Teaching, Vol.
42(6), 638-667.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Chandrasegaran, A.L, Treagust, D.F & Mocerino, M. 2007.
yang telah diuraikan, maka dapat diambil simpulan The development of A Two-Tier Multiple-choice
sebagai berikut. (1) Tingkat pemahaman makroskopik Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary
216 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013, Halaman 109-120

School Students’ Ability To Describe And Explain Hinton, M.E., & Nakhleh, M.B. 1999. Students’ Micros-
Reactions Using Multiple Levels of representation. copic, Macroscopic and Symbolic Representations
Chemistry education Research and Practice, Vol. of Chemical Reaction. The Chemical Educator, Vol
8(3), 293-307. 4(5):158-167.
Chittleborough, G.D., Treagust, D.F & Mocerino, M. 2002. Kean, E. & Middlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia
Constraints to the development of First Year Uni- Dasar. Jakarta: Gramedia.
versity Chemistry Students’ Mental Model of Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An
Chemical Phenomena. Teaching and Learning Fo- Overview. The Journal of Turkish Science Educa-
rum 2002: Focusing on the Students. tion, 4(2), 2-20.
Davidowitz, B., & Chittleborough, G.D. 2009. Linking The Slaubaugh, W.H. & Parsons, T.D. 1972. General Chemistry
Macroscopic and Sub-microscopic Levels: Dia- 3rd Edition. New York: Mc Graw-Hill Book Com-
grams. In J. K. Gilbert and D. F. Treagust (Eds.), pany.
Multiple Representation of Chemical Education. Sheppard, K. 2006. High School Students’ Understanding
New York: Springer. of Titrations and Related Acid-Base Phenomena.
Devetak, I, Urbancic, M., Wissiak-Grm, K.S., Krnel, D., & Chemistry Education Research and Practice, Vol
Glazar, S. A.2004. Submicroscopic As A Tool For 7(1). 32-45.
evaluating Students’ Chemical Conceptions. Acta Smith, K.J., & Metz, P.A. 1996. Evaluating Students Under-
Chimica Slovenica, Vol. 51, 799-814. standing of Solution Chemistry Through Micros-
Devetak, I., Vogrinc, J., & Glazar, S.A. 2007. Assessing 16- copic Representation. Journal of Chemical Educa-
Year-Old Students’ Understanding of Aqueous So- tion, Vol 73(3): 233-235.
lution at Submicroscopic Level. Research In Suyanti. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta:
Science Education, Vol 39, 157-179. Graha Ilmu.
Gabel, D.L. 1993. Use of the Particle Nature of Matter in Tasker, R & Dalton, R. 2006. Research Into Practice: Visuali-
Developing Conseptual Understanding. Journal zation Of The Molecular World Using Animations. 
of Chemical Education,Vol 70(3), 193-194. Chemistry education Research and Practice, 7(2),
141-159.

Anda mungkin juga menyukai