Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

"enterpreneurship"

Nama kelompok 3 :

 Ainur febrianisah (1770300012)

 Nine septya anggraini (1770300031)

 Yayang amelisa pratiwi (1770300028)

 Selvi tamia (1770300017)

 Albarizi ramadani (1770300036)

PRODI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU

TA 2018/2019
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian dari
kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko
kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan
sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati
bersama bahwa tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif
dalam organisasi.

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan
dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko
(2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan
untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang saham.
Sedangkan resiko non usaha adalah resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain)
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya
manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang
dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian
sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang
sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil.
Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama
mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan
sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian
finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun
sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak
bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya
arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan
partner bisnis tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan
corporate governance, mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan
asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen
puncak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan manfaat manajemen resiko ?

2. Bagaimana tahapan dalam melaksanakan manajemen resiko ?

3. Apa saja alternatif-alternatif cara menghindari risiko ?

4. Apa saja komponen-komponen dalam manajemen resiko ?


C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dan manfaat manajemen resiko.

2. Untuk mengetahui tahapan dalam melaksanakan manajemen resiko.

3. Untuk mengetahui alternatif-alternatif cara menghindari risiko.

4. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam manajemen resiko.


BAB II

1. Pengertian Dan Manfaat Manajemen Resiko.

A. Pengertian Manajemen Risiko.

Manajemen risiko adalah proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,


mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan
mengendalikan penanganan risiko. Manajemen risiko merupakan sebuah proses preventif yang
dirancang untuk memastikan bahwa kemungkinan kerugian dikurangi dan bahwa konsekuensi
negatif karena peristiwa yang tidak diinginkan diperkecil (Djohanputro, 2008:43).

Manajemen risiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua perusahaan.
Fokus dari manajemen risiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi risiko. Sasarannya
untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) perusahaan. Tujuan utama
untuk memahami potensiupside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan
dampak bagi perusahaan. Manajemen risiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi
kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran perusahaan
(Sunaryo, 2009).

Berikut ini beberapa pengertian manajemen risiko dari beberapa sumber referensi:

 Menurut Darmawi (2014), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan
untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

 Menurut Fahmi (2010:2), manajemen Risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas
tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai
permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis.
B. Manfaat Manajemen Risiko

Manajemen risiko memiliki manfaat yang baik untuk perusahaan, antara lain adalah
sebagai berikut (Fahmi, 2010:3):

1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan,
sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan
ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.

2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh yang
mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.

3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari dari
pengaruh terjadinya kerugian khususnya dari segi finansial.

4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.

5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajement concept) yang dirancang
secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara
berkelanjutan (suistainable).

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan
dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :

 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.

 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.

 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan
terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.

 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak
langsung menolong meningkatkan public image.
2. Tahapan dalam melaksanakan manajemen resiko.

Risiko dalam Manajemen Risiko yang berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi
oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Untuk
mengimplementasikan manajemen risiko secara komprehensif ada beberapa tahap yang harus
dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1. Identifikasi Risiko. "pada tahap ini pihak manajemn perusahaan melakukan tindakan
berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan termasuk
bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi ini
dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang
akan terlihat.

2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko. " pada tahap ini diharapkan pihak


management prusahaan telah mampu menemukan bentuk dan format risiko yang
dimaksud. Bnetuk-bentuk risiko yang diidentifikasi disini telah mampu dijelaskan
secara detil, seperti risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut. Pada tahap ini
pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima
berbagai data-data baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.

3. Menempatkan Ukuran-ukuran risiko. " pada tahap ini pihak manajemn perusahaan
sudah menempatkan ukuran atau skala yang diapakai, termasuk rancangan model
metodologi penelitian yang akan digunakan. Data-data yang masuk juga sudah dapat
diterima, baik yang berbentuk kualitatif dankuantitatif serta permasalahan data
dilakukan berdasarkan pendekatan metodologi yang digunakan. dengan kepemilikan
rancangan metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemn perusahaan
telah meiliki pondasi kuat guna melakukan pengolahan data. Untuk dipahami bahwa
penggunaan ukuran dengan berdasarkan format metodologi penelitian yang
digunakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dab penuh kecermatan karena jika
salah atau tidak sesuai dengan kasus yang ditangani maka hasil yang akan diperoleh
nantinya juga dianggap tidak akan akurat.
4. Menempatkan alternatif-alternatif. " pada tahap ini pihak manajemen perusahaan
telah melakukan pengelolaan data. Hasil pengelolaan kemudian diijabarkan dalam
bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang
akan timbul jika keputusan-keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabar
yang dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif alternatif
keputusan.

5. Menganalisis setiap alternatif. " pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada
selanjutnya dianalisis dan dikemukanakan berbagai sudut pandang serta efek-efek
yang mungkin timbul. dampak yang mungkin timbul baik cera jangka pendek dan
jangka panjang dipaparkan secara komprehensif dan sistematis, dengan tujuan
mampu diperoleh suatu gambaran secara jelas dan tegas. Kejelasan dan ketegasan
sangat penting guna membantu pengambilan keputusan secara tepat.

6. Memutuskan satu alternatif. " pada tahap ini berbagai alternatif dipaparkan dan
dijelaskan baik dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka
diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan
mendalam.

7. Melaksanakan alternatif yang dipilih. " pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan
ditegaskan serta dibentuk tim untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer
perusahaan sudah mengeluarkan surat keputusan (SK) yangdilengkapi dengan rincian
biaya. Rincian yang dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta
otoritas oengambilan penting lainnya.

8. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut. " pada tahap ini alternatif yang dipilih
telah dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan.

9. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih. " pada tahap ini setelah alternatif
dilaksanakn dan kontrol dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara
sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan.

3. Alternatif-alternatif cara menghindari risiko.


Untuk menghindari risiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan perlu
dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif keputusan yang diambil
adalah yang dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti
ini dianggap sebagai bahagian strategi investasi.

Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai yang lebih besar
bagi perusahaan. Tindak lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara
maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan
menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah risiko
yang timbul merupakan bentuk dari realita yang terjadi yang mana risiko itu selalu saja sulit
untuk dihindari namun di usahakan terjadi dalam jumlah yang sangat minim.

Contoh sederhana dalam usaha menghindari risiko bisnis adalah pada saat orang pebisnis
membutuhkan pinjaman dana untuk melakukan usahanya adalah sebesar Rp 2 miliar maka
sebaiknya ia mengajukan pinjaman sebsar Rp 2,3 miliar. Dalam artian angka yang berlebihan Rp
300 juta lagi itu tetap saja disimpan di bank sebagai bentuk heding (lindung nilai) atau semacam
antisipasi jika dalam proses pelunasan tersebut ia mengalami kendala atau tidak tercapainya
target keuntungan secara sistimatis dari hasil usaha maka untuk sementara waktu ia bisa
menggunakan angka yang tersimpan di bank tersebut untuk membayar cicilan pinjaman.

Dengan begitu pihak pemberi pinjaman akan melihat bahwa nasabahnya tersebut tidak
mengalami kesulitan dalam melunasi pinjaman dan sudah pasti penilaian yang baik ini bisa saja
bila pihak nasabah dalam pertengahan pembayaran yang sudah mencapai 50% pelunasan
mengajukan lagi tambahan pinjaman tapi dengan konsep yang sama tentunya, maka bukan tidak
mungkin pemberi pinjaman akan segera mencairkan. Perlunya dibuat posisi hedging
dimaksudkan guna mengantisipasi kondisi ekonomi yang sering berubah dan tak menentu seperti
kondisi fluktuatif pada Negara Indonesia dan beberapa perusahaan swasta karena memiliki
tingkat hutang valas tinggi.

4. Komponen-komponen dalam manajemen resiko

Ada beberapa komponen dan proses dalam manajemen risiko. Menurut COSO
(Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) komponen tersebut
adalah:
1. Lingkungan Internal (Internal Environment).

Komponen ini adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara umum
dan konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas
dan kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.

2. Penentuan Sasaran (Objective Setting).

Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan


mengelola segala risiko. Sasaran ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu

 Strategic objective; fokus pada upaya realisasi visi dan misi (baca: pengertian visi
dan misi).

 Activity objective: fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi

3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification).

Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial yang


berpengaruh pada strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai kejadian tak pasti
tersebut bisa memberikan dampak positif, namu bisa juga memberikan risiko.

4. Penilaian Risiko (Risk Assessment).

Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian atau
keadaan dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen perlu
melakukan analisis (baca: pengertian analisis) dampak yang mungkin terjadi akibat risiko
tersebut dengan dua perspektif, yaitu:

 Likelihood (kecenderungan/ peluang)

 Impact/ consequnce (besaran dari realisasi risiko)

5. Tanggapan Risiko (Risk Response).

Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau respon
terhadap risiko tersebut. Respon dari manajemen ini tergantung apa risiko yang dihadapi.
Respon atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk:

 Menghindari risiko (avoidance)

 Mengurangi risiko (reduction)

 Memindahkan risiko (sharing)

 Menerima risiko (acceptance)

6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu memastikan
bahwa respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas
ini meliputi:

 Pembuatan kebijakan dan prosedur.

 Delegasi wewenang.

 Pengamanan kekayaan perusahaan.

 Pemisahan fungsi.

 Supervisi

7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak
terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang
mendapatkan informasi tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan
baik.

Beberapa faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut diantaranya:

 Kualitas informasi
 Arah komunikasi

 Alat komunikasi

8. Pemantauan (Monitoring)

Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan


dilakukan secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi
sebagaimana mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring
adalah pelaporan yang tidak lengkap atau berlebihan.
BAB III

KESIMPULAN

Manajemen risiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua perusahaan.
Fokus dari manajemen risiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi risiko. Sasarannya
untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) perusahaan. Tujuan utama
untuk memahami potensiupside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan
dampak bagi perusahaan.

Manfaat Manajemen Risiko :

 Memudahkan estimasi biaya.

 Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam
cara yang benar.

 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan


ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.

 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak


informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

 Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.

 Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

 Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Alternatif-alternatif cara menghindari risiko.

Untuk menghindari risiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan perlu
dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif keputusan yang diambil
adalah yang dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Tindakan seperti
ini dianggap sebagai bahagian strategi investasi.

Menghindari resiko :

Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan
dari exposure terhadap risiko dengan jalan :

 Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk
sementara.

 Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan
begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menghindari risiko berarti
menghilangkan risiko itu.

Komponen-komponen dalam manajemen resiko

 Lingkungan Internal (Internal Environment).

 Penentuan Sasaran (Objective Setting).

 Identifikasi Peristiwa (Event Identification).

 Penilaian Risiko (Risk Assessment).

 Tanggapan Risiko (Risk Response).

 Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

 Pemantauan (Monitoring)
DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM Manajemen.

Sunaryo, T. 2009. Manajemen Risiko Financial. Jakarta: Salemba Empat.

http://www.spexotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko

Irham Fahmi, 2010. Manajemen risiko teori, kasus dan solusi. Penerbit Alfabeta, Bandung.

http://www.darakonsultanasuransi.com/index.php/risk-management-and-risiko/48-manajemen
(Diakses pada 12 Februari 2016)

Anda mungkin juga menyukai