Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan
masalah masyarakat Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/
Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke
Puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1.000
penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari
penderita ini adalah anak di bawah umur 5 tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini
setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita
(1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% di
antaranya dapat meninggal(Suraatmaja, 2005)
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta pederita
penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini
adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit,
sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga (LRKN 1972) diantara 8
penyakit utama, ternyata prosentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu
72% dibandingkan 56% untuk rata-rata penderita eluruh penyakit yang memperoleh
pengobatan. (Suraatmaja, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Gastroentritis ?
2. Bagaimana klasifikasi gastroentritis ?
3. Apa manifestasi klinis dari gastroentritis
4. Apa etiologi gastroentritis ?
5. Bagaimana patofisiologi gastroenteritis ?
6. Bagaimana pathway dari gastroenteritis ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik gastroentritis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan gastroentritis ?
9. Apa saja komplikasi dari gastroentriitis ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada gastroentritis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi gastroentritis
2. Mengetahui klasifikasi gastroentritis
3. Mengetahui manifestasi gastroentritis
4. Mengetahui etiologi gastroentritis
5. Mengetahui patofiologi gastroentritis
6. Mengetahui pathway gastroentritis
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik gastroentritis
8. Mengetahui penatalaksanaan gastroentritis
9. Mengetahui komplikasi gastroentritis
10. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gastroentritis
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi gastroenteritis


Gastroentritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasnya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan/ lendir(Suraatmaja, 2005).
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik
oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau yang lebih dari tiga
kali sehari (Mansjoer, 2000).
2.2 Klasifikasi gastroentritis
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan
kronik(Mansjoer, 2000).
1. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
2. Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung
lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada
bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.
2.3 Manifestasi klinis
Mula-mula pasien pada bayi /anak- anak cengeng,gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat,nafsu makan berkurang atau tidak ada kemungkinan timbulnya diare. Tinja
makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan
sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam
laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi (Suraatmaja, 2005).
Menurut (yuliana elin, 2009) manifestasi klinis dari diare adalah :
1. Diare akut
- akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
-Onset yang tak terduka dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyeri perut.
-Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
-Demam
2. Diare kronik
-Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
-Penurunan BB dan nafsu makan
-Demam indikasi terjadi infeksi
-Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah

2.4 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya
diare (Suraatmaja, 2005)
 Diare Akut
1. Faktor infeksi
-Bakteri ( Shigella, salmonellaa, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas)
-Virus (Rotavirus, Norwalk/ Norwalk like agent, Adenovirus
Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli
-Parasit ( cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides
Jamur, Candida)
2. Malabsorpsi
-karbohidrat (Disakarida laktosa, maltosa, sukrosa)
Monosakarida glukosa, fruktosa, galaktosa
-lemak (terutama Long Chain Triglyceride)
-protein (asam amino , B lactoglobulin)
3. Makanan
Makanan basi, belum waktunya diberikan
4. Keracunan
Makanan beracun ( bakteri : Clostridium botulinum, Stafilokokus)
Makanan kecampuran racun (bahan kimia)
5. Konstitusi
Kwashiorkor, marasmus
6. Alergi
Alergi susu, alergi makanan, cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE)
7. Immunodefisiensi
8. Sebab lain (psikis)
 Diare Kronik
1. Infeksi bakteri/ infestasi parasit yang sudah resisten terhadap antibiotika/ anti parasit,
disertai overgrowth bakteri non-patogen seperti Pseudomonas, Klebsiella, Streptokok,
Stafilokok dsb.
2. Kerusakan epitel usus
Akibat kerusakan epitel usus terjadi kekurangan enzim laktase dan protease dengan
akibat terjadinya maldigesti dan malabsorbsi karbohidrat dan protein, dan pada tahap
lanjut setelah terjadi KEP yang menyebabkan terjadinya atrofi mukosa lambung,
mukosa usus halus disertai penumpukan villi serta kerusakan hepar dan prankreas,
terjadilah defisiensi enzim-enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut,
menyebabkan terjadinya maldigesti dan malabsorbsi dari seluruh nutrien.
2.5 Patofisiologi gastroenteritis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan
minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk,
makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah
transmisi orang ke orang melaui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi atau melalui
aktivitas seksual.Gangguan absorbsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi
karena sindrom melabsorbsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi
cairan elektrolit yang berlebihan. Gastroentritis akut ditandai dengan mual dan muntah terkait
kehilangan cairan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Keadaan tersebut mengakibatkan
nafsu makan menurun sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh (Mansjoer, 2000).
Pada diare kronik proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu
konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan
proses mekanik dan enzimatik, disertai gangguan mukosa, akan memepengaruhi pertukaran
air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Peristaltik
saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik.
Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang
akan mempengaruhi pola defekasi (Mansjoer, 2000).
2.6 Pathway dari gastroenteritis

Infeksi makanan psikologi

Berkembang Toksik tak ansietas


di usus dapat diserap
Malabsorbsi KH,
Hipersekresi hiperperistaltik Lemak, protein
air & elektrolit
Penyerapan
Isi usus Meningkatnya
makanan di usus
tekanan osmotik
menurun

Pergeseran air dan


diare elektrolit ke usus

Frekuensi BAB Distensi


meningkat abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & Gangguan
elektrolit integritas kulit
Nafsu makan
berlebihan perianal
menurun

Gangguan Asidosis Ketidakseimbanga


keseimbangan metabolik n nutrisi kurang
cairan & dari kebutuhan
elektrolit sesak tubuh

Dehidrasi
Gangguan
pertukaran gas

Kekurangan Resiko syok


volume cairan (hipovolemi)
2.7 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis kausal yang
tepat sehungga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Dalam praktek sehari-hari,
pemeriksaan laboratorium lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5-7
hari.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan :
2.7.1 Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik dan mikroskopik
b. Biakan kuman
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d. Ph dan kadar gula, jika disuga ada intoleransi laktosa
2.7.2 Pemeriksaan darah
a. Darah lengkap
b. Pemeriksaan elektrolit, Ph dan cadangan alkali (jika dengan pemberian RL i.v.
masih terdapat asidosis)
c. Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal)
2.7.3 Intubasi duodenal : pada diare kronik untuk mencari kuman penyebab(Suraatmaja,
2005).

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri atas
1) Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan caran ringer laktat, bila
tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50ml.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan susuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara.
Metode Daldiyono, berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/ skor :
Klinis Skor
Rasa haus/ muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Frekuensi napas > 30x/menit 1
Fasies kolerika 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60tahun -2
Kebutuhan cairan :
Skor x 10% x kg BBxl liter
15
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau iv
d. Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono
diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengkap pada akhir jam ke-3
2) Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3) Terapi simtomatik
Obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
4) Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti.
2.8.2 Pada diare kronik
A. Simtomatis
1. Rehidrasi
Oralit, cairan infus yaitu ringer laktat. Dextrosa 5%, Dextrosa dalam salin, dll.
2. Antispasmodic antikoligernik (antagonis stimulus koligernik pada reseptor
muskarinik)
Contoh obat dosis
Papaverin 3x/hari
Mebeverine 3-4 tab/hari
Propantelin bromide 3 x 15 mg/hari
Hiosin N-butilbromida (Buscopan)) 3 x 1 tab/hari
3. Obat antidiare
a. Obat antimotiltas dan sekresi usus
Loperamid (imodium)) : 4 mg per oral (dosis awal), lalu tiap tinja cair diberikan 2
mg, dengan dosis maksimal 16 mg/hari
Difenoksilat (Lomotil)) : 4 x 5 mg (2 tablet)
Kodein fosfat : 15-60 mg tiap 6 jam
b. Oktreotid (sandostatin))
Telah dicoba dengan hasil memuaskan pada diare sekretorik
c. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik, yaitu :
Arang/’charcoal aktif (norit) : 1-2 tablet, diulang sesuai kebutuhan.
Campuran kaolin dan morfin (megandung 700 mikrogram/10 ml
anhydrousmorphine).
4. Antiemetik (metoklopropamid, proklorprazin, domperidon)
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu :
- Vitamin B12 asam folat, vitamin A, vitamin K.
- Preparat besi, zine, dan lain-lain
6. Obat ekstrak enzim pankreas
7. Alumunium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
B. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare kronik dengan
penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
Etiologi obat dosis (per hari) jangka waktu
Shigella sp- ampisilin 2 x.1g 5-7 hari
Kotrimoksazol 2 x 2 tab Idem
Siprofloksasin 2 x 500 mg Idem
Tetrasiklin 4 x 500 mg Idem
H. jejuni Eritromisin 4 x 250-500 mg Idem
Siprofloksasin 2 x 500 mg 5 hari
Salmonelosis Kloramfenikol 4 x 500 mg 14 hari
Peflasin 1 x 400 mg 7 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg 7 hari
c.difficile Vankomisin 4 x 125 mg 7-10 hari
Metronidazol 3-4 X 1,5 – 2g Idem
ETEC trimetoprim 3 x 200 mg 3 hari
Siprofloksasin 1 x 500 mg Idem
Kotrimoksazol 2 x 2 tab Idem
Tuberkulosis Rifampisin 10 mg/kgBB
Pirazinamid 20-40 g/kgBB
Etambutol 15-25 mg/kg BB Mn.9 bulan
Jamur Nistalin 3 x 500.000 U 2-3 mgg
Kandidosis
Protozoa
Giardiasis Kuinakrin 3 x 100 mg 7 hari
Metronidazol 1 x 2g 3-5 hari
3 x 400 mg 7 hari
E. histolytica
cacing 3 x 800 mg 7 hari
ascaris Piraniel pamoat 10-22 mg/kgBB 3 hari
(dosis tunggal max idem) (ig idem)
Cacing tambang idem idem idem
Trichuris Mebendazol 2 x 100 mg 3 hari
trichiura
2.9 Komplikasi
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi.Klasifikasi
dehidrasi menurut Hidayat(2006) adalah :
2.9.1 Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh ada
keadaan syok.
2.9.2 Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi
cepat dan dalam.
2.9.3 Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg
BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil,
tekanan darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, somnolen,
kadang sampai soporokomateus).
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi (Suraatmaja, 2005)
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
a.) Hipernatremia
b.) Hiponatremia
c.) Demam
d.) Edema/ overhidrasi
e.) Asidosis
f.) Hipokalemia
g.) Ileus paralitikus
h.) kejang
i.) intoleransi laktosa
j.) Malabsorpsi gukosa
k.) Muntah
l.) Gagal ginjal
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Identitas : sering terjadi pada usia balita
3.2 RiwayatKesehatan
a. keluhan utama : BAB cair
b. Riwayatpenyakitsekarang : Frekuensi BAB meningkat, bentuk dan konsistensi
dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala panas, muntah,
anoreksia, mual, dan muntah.
c. Riwayatpenyakitdahulu : ditemukan faktor pendukung diare antara lain penyakit
infeksi enteral, saluran pencernaan, infeksi parenteral, saluran pernafasan, SSP,
sistem pendengaran, malabsorbsi, faktor makanan, psikology dan imunodefisiensi,
menyebabkan suhu meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
d. Riwayatpenyakitkeluarga :mengkaji apakah ada anggota keluarga pernah
mengalami penyakit yang sama dengan klien.
3.3 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : biasanya lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Tanda- tanda vital : TD : menurun
Suhu : meningkat
Nadi : menurun
Pernafasan : meningkat
d. -Kepala : tidak ada benjolan, kulit kepala bersih
- Rambut : bersih tidak ada ketombe, rambut rapi dan tidak rontok
- Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
- Hidung : penciuman tajam (normal), tidak ada pernafasan cuping hidung
- Telinga : tidak ada benjolan, tidak ada serumen
- Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk
e. Dada
- Inspeksi : dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
- Palpasi : tidak ada benjolan
-Perkusi : paru-paru sonor
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
f. Abdomen
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
- Auskultasi : peristaltik meningkat 40x/menit
f. Genital : tidak ada odem, tidak ada kelainan, kulit perianal kemerahan
g. Ekstremitas : bergerak bebas, tidak ada odem
3.4 Pengkajian fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya ibu klien mengetahui tentang penyebab penyakit klien, sehingga jika
klien sakit segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanyasebelumsakitpolamakanklienteratur, tetapi
selamasakitnafsumakanmenurunsehinggaterjadipenurunan BB
3. Pola eliminasi
Biasanya sebelum sakit pola eliminasi (BAB) teratur setiap pagi hari namun
selama sakit pola eliminasi klien terganggu dan lebih sering BAB
4. Pola aktivitas dan latihan.
Klien lemah dan mengeluh kesakitan
5. Polaistirahatdantidur
Klien sulit tidur dan mudah terbangun ketika tidur karena seringnya BAB
6. Pola kognitif dan persepsi
Tidak dilakukan pengkajian
7. Pola peran dan hubungan.
Anakdapatberhubungandengan orang lain, tetapikadangtakutdengan orang yang
tidakdikenal
8. Pola seksualitas dan produksi
Tidakmengalamigangguanhubunganseksual
9. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak dilakukan pengkajian
10. Pola koping dan toleransi stress
Klien biasanya mengalami stres sehingga sering menangis
11. Pola nilai dan keyakinan
Tidak dilakukan pengkajian

3.5 Diagnosa Keperawatan


Kemungkinan diagnosa yang muncul pada gastroentritis adalah :
1.) Kekurangan volume cairan tubuh b.d Kehilangan cairan aktif
2.) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Penurunan intake
makanan
3.) Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/ BAB sering

3.6 Rencana Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional Ttd
dx hasil
1. Kekurangan NOC NIC
volume cairan  Fluid balance -Pertahankan -menentukan
tubuh b.d  Hydration catatan intake intervensi
Kehilangan  Nutritional dan output yang selanjutnya
cairan aktif Status : Food akurat
and fluid intake -Monitor vital -untuk
Kriteria Hasil : sign mengetahui
 Mempertahanka keadaan umum
n urine output klien
sesuai dengan -Monitor -mengetahui
usia dan BB, BJ masukan keseimbangan
urine normal, makanan/ cairan cairan
HT normal dan hitung
 Tekanan darah, intake kalori
nadi, suhu tubuh harian
dalam batas -Kolaborasikan -untuk
normal pemberian mengganti
 Tidak ada tanda- cairan IV cairan yang
tanda dehidrasi, keluar
elastisitas turgor -Berikan -menjaga
kulit baik, penggantian keseimbangan
membran nasogastrik nutrisi yang
mukosa lembab, sesuai output adekuat
tidak ada rasa -Dorong -meningkatkan
haus yang keluarga untuk partisipasi
berlebihan membantu dalam
pasien makan perawatan

2. Ketidakseimb NOC NIC


angan nutrisi  Nuritional -Kaji adanya -mengurangi
kurang dari Status alergi makanan bertambah
kebutuhan  Nuritional beratnya
tubuh b.d Status : food penyakit
Penurunan and fluid intake -Anjurkan -intake Fe
intake  Nuritiona status pasien untuk dapat
makanan : nutrient Intake meningkatkan meningkatkan
 Weight control intake Fe kekuatan
Kriteria Hasil : tulang
 Adanya -Berikan -substansi gula
peningkatan substansi gula dapat
berat badan meningkatkan
sesuai dengan energi pasien
tujuan -Kolaborasi -Membantu
 Berta badan dengan ahli gizi pasien
ideal sesuai untuk mendapatkan
dengan tinggi menentukan gizi seimbang
badan jumlah kalori sesuai dengan
 Mampu dan nutrisi yang kebutuhan
mengidentifikasi dibutuhkan tubuh
kebutuhan pasien
nutrisi -yakinkan diet -untuk
 Tidak ada tanda- yang dimakan mencegah
tanda malnutrisi mengandung konstipasi
 Menunujukan tinggi serat
peningkatan -ajarkan pasien -catatan harian
fungsi bagaimana makanan dapat
pengecapan dari membuat mengetahui
menelan catatan makanan asupan nurisi
 Tidak terjadi harian pasien
penurunan berat
badan yang
berarti
3. Kerusakan NOC NIC
integritas  Tissue integrity -Anjurkan -Mencegah
kulit b.d : skin and pasien untuk iritasi dan
ekskresi/ Mocous menggunakan tekanan dari
BAB sering Membranes pakaian yang baju
 Hemodyalis longgar
akses -Jaga kebersihan -Area yang
Kriteria Hasil : kulit agar tetap lembab dan
 Integritas kulit bersih dan terkontaminasi
yang baik bisa kering merupakan
dipertahankan media untuk
(sensasi, pertumbuhan
elastisitas, organisme
temperatur, patogenik
hidrasi, -Monitor -Meningkatkan
pigmentasi) aktivitas dan sirkulasi da
 Tidak ada luka/ mobilisasi perfusi kulit
lesi pada kulit pasien dengan
 Perfusi jaringan mencegah
baik tekanan lama
 Menunjukan pada jaringan
pemahaman -Monitor kulit -Area ini
dalam proses akan adanya meningkat
perbaikan kulit kemerahan resikonya
dan mencegah untuk
terjadinya kerusakan dan
sedera berulang memerlukan
 Mampu pengobatan
melindungi kulit lebih intensif
dan
mempertahanka
n kelembaban
kulit dan
perawatan alami
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi buang air besar
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
feces encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Berbagai etiologi yang ada GE disebabkan adanya virus. Masalah utama yang sering
muncul yaitu dehidrasi, oleh karena itu perlu adanya rehidrasi agar klien kembali sehat.

4.2 KRITIK DAN SARAN


Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaa penulisan
askep yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton &Hall . 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arief et al. 2000. Fakultas Kedokteran UI Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jillid
1 Jakarta : Media Aesculapius

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak 2. Jakarta : Salemba
Medika

Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Kapita Selekta Gastroenterologi anak. Jakarta : Sagung Seto

Yuliana elin, Andrajat Retnosari, dkk. ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta. 2009

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-noc. Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai