Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
2.4 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat terjadinya
diare (Suraatmaja, 2005)
Diare Akut
1. Faktor infeksi
-Bakteri ( Shigella, salmonellaa, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas)
-Virus (Rotavirus, Norwalk/ Norwalk like agent, Adenovirus
Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli
-Parasit ( cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides
Jamur, Candida)
2. Malabsorpsi
-karbohidrat (Disakarida laktosa, maltosa, sukrosa)
Monosakarida glukosa, fruktosa, galaktosa
-lemak (terutama Long Chain Triglyceride)
-protein (asam amino , B lactoglobulin)
3. Makanan
Makanan basi, belum waktunya diberikan
4. Keracunan
Makanan beracun ( bakteri : Clostridium botulinum, Stafilokokus)
Makanan kecampuran racun (bahan kimia)
5. Konstitusi
Kwashiorkor, marasmus
6. Alergi
Alergi susu, alergi makanan, cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE)
7. Immunodefisiensi
8. Sebab lain (psikis)
Diare Kronik
1. Infeksi bakteri/ infestasi parasit yang sudah resisten terhadap antibiotika/ anti parasit,
disertai overgrowth bakteri non-patogen seperti Pseudomonas, Klebsiella, Streptokok,
Stafilokok dsb.
2. Kerusakan epitel usus
Akibat kerusakan epitel usus terjadi kekurangan enzim laktase dan protease dengan
akibat terjadinya maldigesti dan malabsorbsi karbohidrat dan protein, dan pada tahap
lanjut setelah terjadi KEP yang menyebabkan terjadinya atrofi mukosa lambung,
mukosa usus halus disertai penumpukan villi serta kerusakan hepar dan prankreas,
terjadilah defisiensi enzim-enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut,
menyebabkan terjadinya maldigesti dan malabsorbsi dari seluruh nutrien.
2.5 Patofisiologi gastroenteritis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan
minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk,
makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah
transmisi orang ke orang melaui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi atau melalui
aktivitas seksual.Gangguan absorbsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi
karena sindrom melabsorbsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi
cairan elektrolit yang berlebihan. Gastroentritis akut ditandai dengan mual dan muntah terkait
kehilangan cairan dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Keadaan tersebut mengakibatkan
nafsu makan menurun sehingga terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh (Mansjoer, 2000).
Pada diare kronik proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu
konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan
proses mekanik dan enzimatik, disertai gangguan mukosa, akan memepengaruhi pertukaran
air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk. Peristaltik
saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna secara enzimatik berjalan baik.
Sedangkan peningkatan motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang
akan mempengaruhi pola defekasi (Mansjoer, 2000).
2.6 Pathway dari gastroenteritis
Mual muntah
Hilang cairan & Gangguan
elektrolit integritas kulit
Nafsu makan
berlebihan perianal
menurun
Dehidrasi
Gangguan
pertukaran gas
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri atas
1) Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan caran ringer laktat, bila
tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50ml.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan susuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara.
Metode Daldiyono, berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/ skor :
Klinis Skor
Rasa haus/ muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekuensi nadi > 120 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Frekuensi napas > 30x/menit 1
Fasies kolerika 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60tahun -2
Kebutuhan cairan :
Skor x 10% x kg BBxl liter
15
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral atau iv
d. Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono
diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengkap pada akhir jam ke-3
2) Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terarah.
3) Terapi simtomatik
Obat antidiare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional.
4) Terapi definitif
Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene
perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti.
2.8.2 Pada diare kronik
A. Simtomatis
1. Rehidrasi
Oralit, cairan infus yaitu ringer laktat. Dextrosa 5%, Dextrosa dalam salin, dll.
2. Antispasmodic antikoligernik (antagonis stimulus koligernik pada reseptor
muskarinik)
Contoh obat dosis
Papaverin 3x/hari
Mebeverine 3-4 tab/hari
Propantelin bromide 3 x 15 mg/hari
Hiosin N-butilbromida (Buscopan)) 3 x 1 tab/hari
3. Obat antidiare
a. Obat antimotiltas dan sekresi usus
Loperamid (imodium)) : 4 mg per oral (dosis awal), lalu tiap tinja cair diberikan 2
mg, dengan dosis maksimal 16 mg/hari
Difenoksilat (Lomotil)) : 4 x 5 mg (2 tablet)
Kodein fosfat : 15-60 mg tiap 6 jam
b. Oktreotid (sandostatin))
Telah dicoba dengan hasil memuaskan pada diare sekretorik
c. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik, yaitu :
Arang/’charcoal aktif (norit) : 1-2 tablet, diulang sesuai kebutuhan.
Campuran kaolin dan morfin (megandung 700 mikrogram/10 ml
anhydrousmorphine).
4. Antiemetik (metoklopropamid, proklorprazin, domperidon)
5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu :
- Vitamin B12 asam folat, vitamin A, vitamin K.
- Preparat besi, zine, dan lain-lain
6. Obat ekstrak enzim pankreas
7. Alumunium hidroksida, memiliki efek konstipasi dan mengikat asam empedu.
8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
B. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare kronik dengan
penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
Etiologi obat dosis (per hari) jangka waktu
Shigella sp- ampisilin 2 x.1g 5-7 hari
Kotrimoksazol 2 x 2 tab Idem
Siprofloksasin 2 x 500 mg Idem
Tetrasiklin 4 x 500 mg Idem
H. jejuni Eritromisin 4 x 250-500 mg Idem
Siprofloksasin 2 x 500 mg 5 hari
Salmonelosis Kloramfenikol 4 x 500 mg 14 hari
Peflasin 1 x 400 mg 7 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg 7 hari
c.difficile Vankomisin 4 x 125 mg 7-10 hari
Metronidazol 3-4 X 1,5 – 2g Idem
ETEC trimetoprim 3 x 200 mg 3 hari
Siprofloksasin 1 x 500 mg Idem
Kotrimoksazol 2 x 2 tab Idem
Tuberkulosis Rifampisin 10 mg/kgBB
Pirazinamid 20-40 g/kgBB
Etambutol 15-25 mg/kg BB Mn.9 bulan
Jamur Nistalin 3 x 500.000 U 2-3 mgg
Kandidosis
Protozoa
Giardiasis Kuinakrin 3 x 100 mg 7 hari
Metronidazol 1 x 2g 3-5 hari
3 x 400 mg 7 hari
E. histolytica
cacing 3 x 800 mg 7 hari
ascaris Piraniel pamoat 10-22 mg/kgBB 3 hari
(dosis tunggal max idem) (ig idem)
Cacing tambang idem idem idem
Trichuris Mebendazol 2 x 100 mg 3 hari
trichiura
2.9 Komplikasi
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi.Klasifikasi
dehidrasi menurut Hidayat(2006) adalah :
2.9.1 Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh ada
keadaan syok.
2.9.2 Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi
cepat dan dalam.
2.9.3 Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg
BB, pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil,
tekanan darah menurun, pasien sangat lelah, kesadaran menurun (apatis, somnolen,
kadang sampai soporokomateus).
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi (Suraatmaja, 2005)
Komplikasi paling penting (walaupun jarang)
a.) Hipernatremia
b.) Hiponatremia
c.) Demam
d.) Edema/ overhidrasi
e.) Asidosis
f.) Hipokalemia
g.) Ileus paralitikus
h.) kejang
i.) intoleransi laktosa
j.) Malabsorpsi gukosa
k.) Muntah
l.) Gagal ginjal
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Identitas : sering terjadi pada usia balita
3.2 RiwayatKesehatan
a. keluhan utama : BAB cair
b. Riwayatpenyakitsekarang : Frekuensi BAB meningkat, bentuk dan konsistensi
dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala panas, muntah,
anoreksia, mual, dan muntah.
c. Riwayatpenyakitdahulu : ditemukan faktor pendukung diare antara lain penyakit
infeksi enteral, saluran pencernaan, infeksi parenteral, saluran pernafasan, SSP,
sistem pendengaran, malabsorbsi, faktor makanan, psikology dan imunodefisiensi,
menyebabkan suhu meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
d. Riwayatpenyakitkeluarga :mengkaji apakah ada anggota keluarga pernah
mengalami penyakit yang sama dengan klien.
3.3 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : biasanya lemah
b. Tingkat kesadaran : composmentis
c. Tanda- tanda vital : TD : menurun
Suhu : meningkat
Nadi : menurun
Pernafasan : meningkat
d. -Kepala : tidak ada benjolan, kulit kepala bersih
- Rambut : bersih tidak ada ketombe, rambut rapi dan tidak rontok
- Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
- Hidung : penciuman tajam (normal), tidak ada pernafasan cuping hidung
- Telinga : tidak ada benjolan, tidak ada serumen
- Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk
e. Dada
- Inspeksi : dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
- Palpasi : tidak ada benjolan
-Perkusi : paru-paru sonor
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
f. Abdomen
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
- Auskultasi : peristaltik meningkat 40x/menit
f. Genital : tidak ada odem, tidak ada kelainan, kulit perianal kemerahan
g. Ekstremitas : bergerak bebas, tidak ada odem
3.4 Pengkajian fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya ibu klien mengetahui tentang penyebab penyakit klien, sehingga jika
klien sakit segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanyasebelumsakitpolamakanklienteratur, tetapi
selamasakitnafsumakanmenurunsehinggaterjadipenurunan BB
3. Pola eliminasi
Biasanya sebelum sakit pola eliminasi (BAB) teratur setiap pagi hari namun
selama sakit pola eliminasi klien terganggu dan lebih sering BAB
4. Pola aktivitas dan latihan.
Klien lemah dan mengeluh kesakitan
5. Polaistirahatdantidur
Klien sulit tidur dan mudah terbangun ketika tidur karena seringnya BAB
6. Pola kognitif dan persepsi
Tidak dilakukan pengkajian
7. Pola peran dan hubungan.
Anakdapatberhubungandengan orang lain, tetapikadangtakutdengan orang yang
tidakdikenal
8. Pola seksualitas dan produksi
Tidakmengalamigangguanhubunganseksual
9. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak dilakukan pengkajian
10. Pola koping dan toleransi stress
Klien biasanya mengalami stres sehingga sering menangis
11. Pola nilai dan keyakinan
Tidak dilakukan pengkajian
4.1 KESIMPULAN
Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu keadaan
dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi buang air besar
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
feces encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Berbagai etiologi yang ada GE disebabkan adanya virus. Masalah utama yang sering
muncul yaitu dehidrasi, oleh karena itu perlu adanya rehidrasi agar klien kembali sehat.
Guyton &Hall . 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief et al. 2000. Fakultas Kedokteran UI Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jillid
1 Jakarta : Media Aesculapius
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak 2. Jakarta : Salemba
Medika
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Kapita Selekta Gastroenterologi anak. Jakarta : Sagung Seto
Yuliana elin, Andrajat Retnosari, dkk. ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta. 2009
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-noc. Jogjakarta: Mediaction.