TRANSISTOR
Disusun Oleh :
A. LATAR BELAKANG
B. DASAR TEORI
Transistor pertama kali ditemukan oleh tiga orang fisikawan yang berasal Amerika
Serikat pada akhir tahun 1947 adalah Transistor jenis Bipolar. Mereka adalah John Bardeen,
Walter Brattain, dan William Shockley. Dengan penemuan tersebut, perangkat-perangkat
elektronik yang pada saat itu berukuran besar dapat dirancang dalam kemasan yang lebih
kecil dan portabel (dapat dibawa kemana-mana). Ketiga fisikawan tersebut mendapatkan
Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1956 atas penemuan Transistor ini. Namun sebelum ketiga
fisikawan Amerika Serikat tersebut menemukan Transistor Bipolar, seorang fisikawan
Jerman yang bernama Julius Edgar Lilienfeld sudah mempatenkan Transistor jenis Field
Effect Transistor di Kanada pada tahun 1925 tetapi Julius Edgar Lilienfeld tidak pernah
mempublikasikan hasil penelitiannya baik dalam bentuk tulisan maupun perangkat
prototype-nya. Pada tahun 1932, seorang inventor Jerman yang bernama Oskar Heil juga
mendaftarkan paten yang hampir sama di Eropa.
Seiring dengan perkembangannya, Transistor pada saat ini telah dirancang telah berbagai
jenis desain dengan fitur aliran arus dan pengendali yang unik. Ada jenis Transistor yang
berada dalam kondisi OFF hingga terminal Basis diberikan arus listrik untuk dapat berubah
menjadi ON sedangkan ada jenis lain yang berada dalam kondisi ON hingga harus diberikan
arus listrik pada terminal Basis untuk merubahnya menjadi kondisi OFF. Ada juga Transistor
yang membutuhkan arus kecil dan tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang
hanya memerlukan tegangan untuk mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang
memerlukan tegangan positif untuk memicu pengendalinya di terminal Basis sedangkan ada
Transistor yang memerlukan tegangan negatif sebagai pemicunya.
Jenis-jenis Transistor
Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu Transistor
Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang paling utama
diantara dua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau Output) yang
digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk mengendalikan terminal
lainnya sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan tegangan saja (tidak
memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan muatan
pembawa (carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya memerlukan salah satunya.
Pengertian Transistor dan Jenis-jenis Transistor
Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya memerlukan
perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif untuk mengisi kekurangan
electon atau hole di kutub positif. Bipolar berasal dari kata “bi” yang artinya adalah “dua”
dan kata “polar” yang artinya adalah “kutub”. Transistor Bipolar juga sering disebut juga
dengan singkatan BJT yang kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.
Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga
Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.
Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan yang
lebih besar dari Kolektor ke Emitor. Transistor PNP adalah transistor bipolar yang
menggunakan arus listrik kecil dan tegangan negatif pada terminal Basis untuk
mengendalikan aliran arus dan tegangan yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.
Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect Transistor (JFET),
Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET) dan Uni Junction Transistor
(UJT). JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medanyang
menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik sebagai isolator antara Gerbang
(Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-channel) dan JFET
Kanal N (n-channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang masing-masing terminal
tersebut diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S). MOSFET (Metal Oxide
Semiconductor Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medan yang menggunakan
Isolator (biasanya menggunakan Silicon Dioksida atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan
Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis konfigurasi yaitu MOSFET Depletion dan
MOSFET Enhancement yang masing-masing jenis MOSFET ini juga terbagi menjadi
MOSFET Kanal-P (P-channel) dan MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari
tiga kaki terminal yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan sebagai Field
Effect Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan listrik atau
tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT mememiliki dua
terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan khusus sebagai
pengendali (switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat seperti jenis transistor
lainnya.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Percobaan 1
a. Power supply
b. Transistor BC 108
c. Resistor 480Ω
d. Amperemeter
e. Voltmeter
f. Kabel jumper
g. Penjepit buaya
h. Breadboard
2. Percobaan 2
a. Power supply
b. Transistor BD 135
c. Resistor 2kΩ
d. Amperemeter
e. Kabel jumper
f. Penjepit buaya
g. Breadboard
3. Percobaan 3
a. Power supply
b. Transistor BD 135
c. Transistor Amplifire
d. Resistor 100Ω
e. Resistor 6,8kΩ
f. Amperemeter
g. Voltmeter
h. Kabel jumper
i. Penjepit buaya
j. Breadboard
B. Langkah Kerja
1. Percobaan 1
b. Pilih arus basis IB sesuai harga yang diberikan dalam tabel modul dan ukur
tegangan basis emitor VBE.
d. Gambar grafik basis IB sebagai fungsi tegangan basik emitor VBE sedangkan
tegangan kolektor emitor VCE tetap 0 Volt.
2. Percobaan 2
b. Pilih arus basis IB sesuai dengan harga yang diberikan dalam tabel modul dan
ukur arus kolektor IC. Hitung penguatan arus β dan catat hasilnya.
3. Percobaan 3
b. Atur arus basis IB 0,3 mA dengan memutar R2. Pilih tegangan kolektor-
emitor VCE sesuai dengan harga yang diberikan pada tabel modul dan ukur
arus kolektor IC. Ulangi pengukuran arus basis dengan IB = 0,6mA, 0,9mA,
1,2mA. Catat hasilnya.
HASIL PRAKTIKUM
A. Tabel
20
15
IB(mA)
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
VBE (V)
2. Percobaan 2 Karakteristik Kontrol Arus Resistor
VCE = 12 Volt
0.8
0.7
0.6
0.5
IB(mA)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250
IB(mA)
100 Ib = 9 mA
80 Ib = 6 mA
60 Ib = 3 mA
40 Ib = 0 mA
20
Garis Beban DC
0
0 1 2 3 4
Vce (Volt)
B. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran Ib dan juga Vbe. Data tabel 1 menunjukkan
bahwa Ib akan naik pada nilai tegangan ±0,7 V. Hal ini karena transistor juga memiliki sifat
dioda semi konduktor yang aktif setelah melewati tegangan tertentu. Di percobaan ini
tegangan kolektor dibuat nol, maka transistor akan berfungsi sama sebagai dioda. Jika
tegangan kolektor diaktifkan maka transistor akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu, transistor bisa berfungsi sebagai pengatur arus, amplifire(arus
dilipatgandakan), dll.
Dalam percobaan ini tegangan kolektor diberi arus dan tegangan tetap 12V, maka
transistor akan bisa berfungsi normal. Arus pada kolektor sebanding dengan arus pada basis.
Namun sejatinya arus kolektor berfungsi sebagai pematik supaya arus dari basis bisa
mengalir. Hal ini terlihat pada data tabel 2 dan grafik 2. Dengan sifat yang seperti itu maka
transistor dapat digunakan juga sebagai pengatur arus rangkaian.
Sedangkan nilai βDC pada transistor tersebut sekitar 200-300. Β merupakan nilai
penguatan arus pada transistor yang dihitung dari IB/IC. Nilai β bisa bermanfaat saat transistor
digunakan sebagai amplifire dan penguat arus listrik.
Pada data di atas, percobaan hanya dapat diamati sampai Ib 0,8 mA, hal ini tersebut
dikarenakan pada alat percobaan yang digunakan sudah mencapai skala yang maksimal
untuk mengukurnya atau bagi alat nilai sebesar itu sudah maksimal dan tidak bisa lagi
merespon nilai yang lebih besar lagi. Jika dipaksakan alat akan rusak nantinya.
Pada percobaan ini kita menghitung IC dan VCE saat IB tetap nilainya. Pada tabel 3 dapat
dilihat hasilnya. Kemudia dari data tersebut dibuat grafik kurva karakteristiknya. Dari grafik
tersebut kita dapat melihat sifat-sifat transistor, daerah cutoff, daerah saturasi, dan daerah
aktifnya. Dapat juga ditarik garis beban, garis beban dapat memberikan padangan lebih
banyak bagaimana transistor beroperasi. Garis beban ditarik dari titik saat IC = IB saturasinya
sampai saat VCE = VCC.
Data di atas kurang bisa menunjukkan daerah-daerah tersebut dengan tepat dikarenakan
banyak sekali pengaruh luar rangkaian bahkan kebocoran arus. Sehingga grafik yang
ditunjukkan dari percobaan tidak sama dengan yang ada di teori.
KESIMPULAN
2. Transistor dapat digunakan sebagai pengatur arus pada rangkaian dengan kombinasi
arus IB dan IC.
3. Dalam kurva karakteristik transistor terdapat daerah cutoff, daerah aktif, dan daerah
saturasi.
Kho, Dickson. 2017. Pengertian Transistor dan Jenis-Jenis Transistor. Dikutip dari
https://teknikelektronika.com/pengertian-transistor-jenis-jenis-transistor/. Diakses pada 20
Oktober 2018.
LAMPIRAN