TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.1.3 Manfaat
Secara farmakologi, bunga rosella dapat digunakan untuk pengobatan,
seperti kelainan jantung dan pembuluh darah, antiobesitas, anti–asam
urat dan gangguan saluran kemih (Mun’im dkk, 2011). Efek fisiologis
positif dari ekstrak tumbuhan bunga rosella ini dapat dikaitkan dengan
kehadiran antosianin yang aktivitas antioksidannya kuat. Antosianin
selain memiliki karakteristik berwarna–warni juga memiliki sifat
antioksidan (El Sherif dkk, 2011).
2.2 Antosianin
Secara kimia antosianin merupakan turunan struktur aromatik tunggal, yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan
atau pengurangan gugus hidroksil, metilasi dan glikosilasi (Harborne, 2005).
Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah
besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Supriyono, 2008).
Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas
terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonol, flavan-3-ol, flavon, flavanon,
dan flavanonol adalah kelas dari flavonoid yang berbeda dalam oksidasi
antosianin. Senyawa flavonoid tidak berwarna atau kuning pucat (Sundari,
2008).
9
Antosianin termasuk pigmen larut air yang secara alami, terakumulasi pada
sel epidermis buah-buahan, akar, dan daun. Antosianin terdapat pada
sejumlah besar buah-buahan seperti : anggur, strawberry, cherry, ubi jalar,
serta pada sayuran seperti kol merah dan bayam merah (Hendry, 1996;
Harborne, 1987). Antosianin dapat menggantikan penggunaan pewarna
sintetik carmoisin dan amaranth sebagai pewarna merah pada produk
pangan. Antosianin dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam minuman
penyegar, kembang gula, produk susu, roti, kue, jelly, produk awetan, dan
sirup (Gross, 1991).
2.2.1.2 Suhu
Suhu mempengaruhi kestabilan antosianin. Suhu yang panas
dapat menyebabkan kerusakan struktur antosianin, oleh
karena itu proses pengolahan pangan harus dilakukan pada
suhu 50-60 ◦C yang merupakan suhu yang stabil dalam proses
pemanasan (Harborne, 1987).
2.2.1.3 Cahaya
Antosianin lebih stabil dalam larutan asam dibandingkan
dalam larutan alkali atau netral. Cahaya mempunyai dua
pengaruh yang saling berlawanan terhadap antosianin, yaitu
berperan dalam pembentukan antosianin dan cahaya juga
berperan dalam laju degradasi warna antosianin, oleh karena
itu antosianin harus disimpan di tempat yang gelap dan suhu
dingin (Harborne, 1987).
2.2.1.4 Oksigen
Oksigen dan suhu tampaknya mempercepat kerusakan
antosianin. Stabilitas warna antosianin selama pemprosesan
jus buah menjadi rusak akibat oksigen (Adil, 2010).
2.4 Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan
korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah
permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi
pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga
bibir akan nampak selalu basah, sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada
bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca
yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-
pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke
stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).
2.5 Kosmetik
Definisi kosmetik dalam Peraturan Kepala BPOM RI No.
HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang persyaratan teknis bahan
kosmetika adalah sebagai berikut : Kosmetik adalah bahan atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mebran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan/ atau memperbaiki bau badan atau melindungi
atau memlihara tubuh pada kondisi baik.
Bahan utama dari lipstik adalah asam lemak, seperti lilin, minyak dan
butter, yang memberikan konsistensi dan bekerja sebagai emolien
dalam preparasi.dalam hal ini yang sering digunakan adalah minyak
jarak, cera alba, paraffin dan lemak coklat. Lipstik juga mengandung
zat aditif seperti antioksidan, dan pewangi serta pewarna dan pigmen.
Namun ada perbedaan yang signifikan antara lipstik dan lip balm
terutama dimana fungsi lipstik digunakan untuk tujuan memberikan
warna pada bibir sedangkan lip balm lebih ditujukan untuk
memberikan perlindungan. Selanjutnya, bahan yang diperlukan dalam
formulasi lipstik lebih kompleks dibandingkan dengan formulasi lip
balm. Untuk formulasi lip balm, harus diperhatikan keseimbangan
antara bahan utama termasuk butter, minyak dan lilin, sehingga akan
diperoleh hasil sediaan yang memiliki titik lebur yang baik, yaitu
antara 65-75 ºC (Fernandes dkk, 2013).
Lilin adalah ester dari asam lemak dan alkohol lemak. Secara
fisik lilin memiliki titik lebur yang tinggi (50-100 ºC). Lilin
yang paling sering digunakan dalam kosmetik adalah cera
alba karena memiliki sifat emolen dan pengental yang baik.
Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol (95%), larut dalam kloroform, eter, minyak
lemak, dan minyak atsiri. Suhu leburnya yaitu antara 62
hingga 64 ºC. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat
tambahan (Ditjen POM, 1979). Dua lilin alami lainnya sering
22
apakah fragmen memilik cacat atau pecah selama aplikasi (Kadu dkk,
2014).
2.6.5.1 Uji Organoleptik
Formulasi lip balm yang telah dibuat dievaluasi pada
Pengujian Stabilitas awal yang termasuk organoleptik
karakteristik (warna, bau dan penampilan) dan spreadability,
selama setidaknya tiga hari pada suhu kamar (22,0 ± 3,0 ºC)
dan suhu oven (40,0 ± 2,0 ºC). Uji stabilitas lip balm
biasanya dilakukan setelah 24 atau 48 jam setelah
diformulasi, hal ini dijelaskan dalam literatur agar sediaan
yang dibuat stabil. Formulasi disiapkan untuk diuji
stabilitasnya, diamati karakter organoleptisnya (warna, bau,
penampilan), daya sebar, dan titik leburnya dievaluasi selama
90 hari dibawah kondisi suhu kamar. Formulasi disimpan
pada suhu kamar (22,0 ± 3,0 ºC) selama 48 jam dan
kemudian dievaluasi pada waktu awal (T0), saat itu disimpan
pada kondisi yang berbeda-beda, kemudian dilihat
karakteristiknya pada hari ke-3, 7, 15, 30, 60, dan hari ke-90.
Penilaian pada T0 dijadikan sebagai referensi untuk
membandingkan hasil (Fernandes dkk, 2013).
2.6.5.2 Uji pH
Untuk mengetahui apakah campuan bahan yang digunakan
dalam formula aman untuk digunakan pada bibir. pH sediaan
tropikal harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
(Rawlins, 2003).
2.6.5.3 Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah campuran bahan yang digunakan
dalam formula telah menyatu dengan baik atau tidak (Ditjen
POM, 1979).
26