Anda di halaman 1dari 5

ASPEK KEPRILAKUAN PADA DESENTRALISASI

A. Pengertian Desentralisasi
Istilah desentralisasi digunakan dalam sejumlah besar literatur yang beragam, dengan
demikian,istilah ini memiliki arti bagi orang yang berbeda. Definisi yang paling populer
dari desentralisasiadalah definisi yang diberikan oleh H.A. Simon:
Suatu organisasi administratif adalah tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada
tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; terdesentralisasi sejauh keputusan
itu didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang eksekutif yang lebih
rendah.
B. Mendesentralisasi atau Tidak
Masalah yang dijelaskan di atas bukanlah suatu masalah yang hanya dialami oleg grup
XYZ. Lebih dari satu perusahaan yang bertumbuh telah menghadapi masalah untuk
melakukan reorganisasi dalam menghadapi pertumbuhan, penciutan, atau perubahan. Salah
satu dimensi dari restrukturisasi organisasional yang telah memperoleh perhatian yang
besar adalah dikotomi sentralisasi/desentralisasi. Dalam kebanyakan situasi, hal ini
dipahami sebagai tingkatan hierarki di mana keputusan dibuat dalam suatu organisasi.
Tujuan dari bab ini adalah untuk membahas mengenai persyaratan keprilakuan yang
diperlukan untuk desentralisasi yang berhasil dalam organisasi. Dua tema utama
dikembangkan dalam bab ini. Pertama, desentralisasi adalah sikap filosofis dan respons
keprilakuan terhadap kebutuhan dari suatu lingkungan.
C. LingkunganSebagai Faktor Penentu Desentralisasi
Suatu pembahasan umum mengenai alasan-alasan dibutuhkannya desentralisasi mencakup
hal-hal berikut ini :
1. Desentralisasi membebaskan manajemen puncak untuk focus kepada keputusan-
keputusan strategi jangka panjang dan bukannya terlibat dalam keputusan-keputusan
operasi.
2. Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk memberikan resons secara cepat dan
efektif terhadap masalah, karena mereka yang berada paling dekat dengan suatu
masalah (manajer local) memiliki informasi yang paling baik dan oleh sebab itu dapat
memberikan respos lebih baik terhadap kebutuhan-kebutuhan lokal.
3. Sistem yang tersentralisasi tidak mampu menangani semua informasi rumit yang
diperlukan untuk membuat keputusan yang optimal.
4. Desentralisasi menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi manajemen puncak masa
depan.
5. Desentralisasi memenuhi kebutuhan akan otonomi dan dengan demikian merupakan
suatu alat motivasional yang kuat bagi para manajer.
Landasan teoritis dan empiris yang paling komprehensif untuk memahami
desentralisasi diberikan oleh Chandler dalam dua karya besar. Pertama, strategi and
structure (1962), menyatakan bahwa struktur suatu perusahaan merupakan tanggapan
terhadap strateginya. Kedua, the visible hand (1977), menyediakan suatu survey historis
yang mendukung dalil diatas. Fitur utama dari struktur organisasi divisional bagi Chandler
adalah desentralisasi. Desentralisasi yang memungkinkan perusahaan mengatasi masalah-
masalah koordinasi dengan cara mendelegasikan keputusan-keputusan operasional
ketingkat yang lebih rendah. Tesis dasar Chandler mengenai hubungan antara lingkungan,
strategi, dan struktur diterima secara luas sebagai penjelasan dari desentralisasi dan telah
menjadi dasar bagi banyak riset berikutnya.
D. Pemilihan Struktur
Pilihan atas struktur desentralisasi yang sesuai membutuhkan dua keputusan inti, yaitu :
1. Pembagian Tugas/Keputusan
Komplikasi tambahan dalam membagi tugas/keputusan pada kebanyakan organisasi
besar adalah penyebaran geografis dari unit-unitnya. Geografi menambah masalah
koordinasi, terutama ketika unit-unit tersebut melewati batas-batas Negara. Perusahaan
sekarang harus diatur berdasarkan wilayah, dimana setiap wilayah memiliki organisasi
fungsional atau produk yang lebih lanjut. Suatu masalah yang sulit timbul ketika hanya ada
beberapa produk saja dari banyak produk perusahaan tersebtu yang dijual diberbagai
wilayah. Dalam situasi semacam itu, organisasi dihadapkan pada pilihan yang sulit antara
menduplikasikan divisi produknya disemua wilayah atau menggunakan divisi geografis
untuk seluruh produknya.
2. Merencanakan Akuntabilitas Sumber Daya]
Langkah kedua dalam memilih suatu struktur adalah merencanakan suatu system yang
sesuai untuk akuntanbilitas sumber daya pada berbagai sub unit fungsional, produk, atau
wilayah. Biasanya, suatu struktur akuntanbilitas sumber daya mengikuti logika dari
distribusi fisik aktivitas dan keputusan yang dicapai oleh penciptaan subunit. Empat jenis
unit akuntansi sumber daya yang dikenal dalam literature terdiri atas : pusat biaya, pusat
pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
E. Pengembangan Pedoman
1. Pendelegasian Aktivitas
Dalam teori, system terdesentralisasi penuh akan mendelegasikan seluruh aktivitas
yang dapat dipisahkan kepada subunit, dengan hanya sedikit atau tidak sama sekali peran
dari manajemen sentral.
2. Menetapkan Norma-Norma Keprilakuan
Norma-norma keperilakuan yang paling penting adalah sosialisasi, spesialisasi,
standarsisasi, dan formalisasi.
3. Klasifikasi Hubungan Antarunit
Anggaran dasar yang baik juga memberikan peraturan-peraturan dasar untuk mengelola
pertukaran antarunit. Pertukaran ini adalah perlu ketika subunit-subunit saling bergantung
satu sama lain untuk input atau output.
4. Pendekatan Kompetitif Versus Kolaborasi
Pendekatan kompetitif, mengandalkan pada mekanisme pasar dan mensubsitusi pasar
internal yang fiktif dengan pasar eksternal. Pendekatan kolaboratif, menekankan pada
keanggotaan organisasional dan mendorong individu untuk bekerja sebagai satu tim dengan
menggunakan aturan, penghargaan, dan nilai yang sesuai.
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pilihan
Suatu pendekatan pragmatis untuk mengembangkan anggaran dasar yang
terdesentralisasi mencoba untuk menggabungkan kedua pendekatan ini. Tugasnya adalah
menempatkan organisasi pada suatu kontinum yang ujung-ujungnya adalah kompetisi dan
kolaborasi. Ada empat faktor penting yang sebaiknya dipertimbangkan oleh suatu
organisasi dalam memutuskan ujung yang mana akan dipilih pada kontinum kompetisi-
kolaborasi tersebut. Faktor-Faktor tersebut adalah:
1) Tersedianya Pasar Eksternal
2) Saling Ketergantungan yang Strategis
3) Ketidaklengkapan Harga
4) Tersedianya Opsi untuk Keluar
6. Desentralisasi dan Penentuan Harga Transfer
Harga transfer mendukung dan mendorong jenis-jenis perilaku tertentu dalam
organisasi.
7. Jenis-jeins harga transfer
a. Harga pasar
b. Harga biaya plus
c. Biaya variabel
d. Harga yang dinegoisasikan
e. Harga yang diputuskan atau diperintahkan
8. Harga Transfer dan Anggaran Dasar Desentralisasi
Bagian ini menyatakan bahwa elemen utama dari desentralisasi adalah
kebutuhan untuk mengembangkan anggaran dasar yang sesuai. Anggaran dasar yang
semacam itu harus memutuskan aktivitas dan keputusan manakah yang akan dibuat
oleh kantor pusat dan manakah yang akan didelegasikan kepadaunit-unit individual.
F. Pengukuran dan Pengevaluasian Kinerja
1. Dimensi Kinerja
Kinerja(performance) mengacu pada pencapaian tugas-tugas yang terbentuk dari
pekerjaan karyawan dan merupakan refleksi dari seberapa baik karyawan memenuhi syarat
sebuah pekerjaan. Keefektifan kinerja seseorang dapat dilihat dengan melakukan tugas atau
peran mereka secara andal dan harus mampu memberikan kontribusi spontan dan perilaku
inovatif di luar tugas formal mereka.
2. Menilai Kinerja
Mengukur dan menilai kinerja / penilaian Kinerja (performance appraisal) adalah
proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kinerja individu
karyawan selama periode waktu tertentu. Menilai kinerja merupakan mekanisme penting
untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan, standar kerja, dan memotivasi kinerja individu
di waktu berikutnya. Menilai kinerja (performance appraisal) secara keseluruhan
merupakan proses yang berbeda dari evaluasi pekerjaan (job evaluation). Menilai kinerja
berkenaan denga seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan yang ditugaskan,
sedangkan evaluasi pekerjaan menentukan seberapa tinggi harga sebuah pekerjaan degan
kata lain seberapa gaji yang sepatutnya diberikan kepada suatu pekerjaan itu
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai