PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan.Titik kecil yang mudah luput dari mata justru lebih esensial dari
pada apapun seperti halnya bakteri. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah salah satunya dengan teknik
pewarnaan sederhana. Ada 3 macam bentuk bakteri yaitu : batang (basil tunggal,
diplobasil, streptobasil, dan palisade), bulat (monokokus, diplokokus, tetrakokus,
sarcina, streptokokus, dan stafilkokus), dan sprilal (spiral dan vibrio).
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal
yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa
mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain
Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae,
Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose
adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan
bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).
Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan.
Pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia
dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena
dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah,
sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol
asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel
bakteri tidak berwarna.
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang
sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan
lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian
lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian
dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak
tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Sebagai tenaga analis kesehatan dibutuhkan keterampilan dalam membuat
spesimen yang berguna dalam pemeriksaan spesimen di laboratorium. Bakteri
umumnya memiliki warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan
bakteri agar bentuk dan struktur bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati
dengan mikroskop cahaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk
mengangkat permasalahan ini sebagai masalah yang akan dibahas dalam laporan
praktikum dengan judul “Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ”.
1.2 Maksud Dan Tujuan Praktikum
Adapun maksud dan tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui teknik
pewarnaan BTA metode Ziehl Neelseen dan metode Kinyoun Gabbet.
1.3 Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui teknik pewarnaan pewarnaan BTA metode
Ziehl Neelseen dan metode Kinyoun Gabbet. Serta mahasiswa dapat membeda-
kan bakteri tahan asam (BTA) yang positif dan negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bakteriologi
Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan
klasifikasi bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di
dalamnya dipelajari struktur anatomi bakteri sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel
bakteri, interasksi antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap
perubahan pada lingkungan hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian
penting dalam mikrobiologi. Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam
kehidupan manusia dan demikian pula dengan bakteriologi. Pengetahuan dalam
cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, hygiene, ilmu pangan dan gizi,
pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi). (Dini,N. 2014)
2.2 Pengertian Bakteri
Bakteri berasal dari kata latin bacterium (jamak, bacteria) adalah kelompok
raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopi) dan
kebanyakan uniseluler, dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa
nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri merupakan organisme yang termasuk ke dalam domain prokariotan
dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalan
kehidupan di bumi.
Struktur sel bakteri relatif sederhana yaitu tanpa nukleus atau inti sel,
kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
2.3 Tujuan Pewarnaan
Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat
warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan
cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat
warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang
berperan dalam memberikan warna disebut kromotor dan mempunyai muatan
positif. Sebaliknya pada zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan
negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara
lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green
dan lain-lain. Sedangkan zat basa antara lain Eosin, Congo Red, dan lain-lain.
(Irawan, 2008).
2.4 Faktor – faktor yang Mempengeruhi Pewarnaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur
warna, substrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu
preparat yang sudah menyerap warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka
zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam
encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas
bagi suatu spesies. (Dwidjoseputro, 1994).
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk
pemeriksaan mikroskopik adalah :
1. Penempatan olesan atau lapisan specimen pada kaca objek.
2. Fiksasi olesan pada kaca objek.
3. Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan
pewarna atau reagen. (Pelczar, 1986).
2.5 Tekhnik Pewarnaan Bakteri
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial, dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarnaan pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-
bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan
strukturan hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora, flagella dan pengecatan kapsul. (Waluyo, 2010).
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk,
susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna
khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal
terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion
positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna. (Volk dan Whleer,
1998).
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Huyen, Mai, dkk. 2012. Mixed Tuberculosis Infections in Rular South Vietnam.
Journal of Clinical Microbiology.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT. Raga Grafindo
Persada.
Staf pengajar FKUl. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binawa
Aksara.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta
: UI Press.