Anda di halaman 1dari 24

BAB 4

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


Pekerjaan konstruksi sebaiknya dilakukan berdasarkan dengan metode
yang telah direncanakan. Metode pelaksanaan dibuat agar dalam proses
pelaksanaan konstruksi dapat menghindari atau meminimalkan kesalahan yang
dapat merusak mutu dari pembangunan tersebut. Pekerjaan konstruksi secara
umum dikelompokkan menjadi beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah
pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah, dan struktur atas. Perbedaan
dalam hal volume, kondisi medan, dan kemungkinan adanya persyaratan yang
harus dipenuhi secara garis besar menyebabkan perbedaan pada metode
pengerjaannya, tetapi untuk bagian-bagian pekerjaannya pada prinsipnya hampir
sama. Misalnya kegiatan penulangan di gedung dengan kegiatan penulangan di
pekerjaan jalan hampir sama.

4.1.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan pendahuluan yang dilakukan
sebelum tahap konstruksi dimulai. Pekerjaan persiapan akan mempermudah dan
memperlancar pekerjaan konstruksi selanjutnya. Pekerjaan persiapan pada
Proyek Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Gunadarma sudah dilakukan sebelum penulis melakukan kerja praktek, namun
penulis mencoba untuk memaparkan hasil pengumpulan informasi yang
diperoleh dari proyek karena pekerjaan persiapan ini akan tetap mempengaruhi
kelangsungan pekerjaan hingga proyek selesai dilaksanakan. Tahap-tahap pada
pekerjaan persiapan, antara lain:
1. Perizinan
Pengurusan perizinan merupakan proses legalisasi proyek yang
dilakukan oleh pihak pemrakarsa proyek. Pekerjaan konstruksi hanya
dapat dimulai setelah proyek mendapat perizinan dari pemerintah
setempat. Selain itu, bentuk sosialisasi kepada masyarakat sekitar
dalam pendekatan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) juga

26
perlu dilakukan mengingat dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan
pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan.
2. Persiapan Lahan
Pekerjaan persiapan lahan dilakukan pada awal masa pembangunan
proyek. Pekerjaan ini diperlukan untuk menunjang tahap pekerjaan
pembangunan berikutnya. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi
masalah pada tahap-tahap pekerjaaan yang akan datang, Pekerjaan ini
merupakan beberapa langkah dalam persiapan lahan yang diantaranya
sebagai berikut:
a. Pembongkaran Bangunan Eksisting
Apabila sebelum proyek didirikan sudah terdapat bangunan pada
lokasi rencana proyek, maka bangunan tersebut perlu dibongkar
seluruhnya dari mulai struktur bagian atas hingga ke pondasi.
b. Pekerjaan Pengukuran
Dalam pelaksanaan pembuatan bangunan secara umum, kegiatan
pengukuran mutlak dilaksanakan. Hal ini ditujukan agar bangunan
dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai dengan
perencanaan. Misalnya pada pekerjaan pemangkasan dan
penimbunan tanah (cut and fill) perlu adanya pedoman dalam
menentukan batas-batas bagian tanah yang akan dihilangkan atau
batas-batas penimbunan yang dibutuhkan. Tanpa pedoman ini tentu
pekerjaan yang dilakukan menjadi sulit serta tidak efektif dan efisien.
Pekerjaan yang seharusnya tidak perlu dikerjakan tetapi dikerjakan
sehingga membuang waktu dan energi. Pedoman-pedoman
pengukuran dapat berupa pedoman titik koordinat dan pedoman
elevasi. Pedoman titik koordinat diperoleh dari bench mark (patokan
yang tetap) yang berada disekitar lokasi proyek. Sedangkan
pedoman elevasi digunakan untuk menetapkan posisi nol untuk
bangunan yang bersangkutan. Pedoman-pedoman ini akan selalu
digunakan selama proyek berlangsung sebagai penentu posisi atau
lokasi suatu struktur yang sedang dikerjakan. Selain itu, dibuat juga
gambar peta kontur dari keadaan tanah asli di lapangan. Peta ini
juga menjadi salah satu pedoman dalam melakukan kegiatan
penggalian dan penimbunan tanah.
27
c. Pembersihan Lahan
Sebelum diadakan pekerjaan tanah pada lokasi bangunan, maka
perlu diadakan pekerjaan pembersihan lahan (land clearing).
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kondisi eksisting di
lokasi rencana bangunan akan didirikan. Pada umumnya digunakan
buldoser sebagai alat berat bantu untuk meratakan tanah.
3 Pendirian Identitas Proyek dan Rambu K3
Rambu-rambu K3 meliputi rambu larangan, peringatan, dan anjuran
serta persyaratan-persyaratan kerja. Berikut merupakan rambu-rambu
K3 yang digunakan di Proyek Pembangunan Gedung A Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Gunadarma.
a. Pemagaran Area Proyek
Pemagaran dilakukan pada sekeliling area proyek untuk
menjaga keamanan dalam proyek dari tindakan yang mengganggu
dari luar. Selain itu pagar proyek juga berfungsi sebagai pembatas
area kegiatan pekerjaan. Sebelum didirikan, perlu diadakan
pengukuran batas-batas area proyek. Untuk akses keluar dan
masuk proyek dibuat beberapa pintu lengkap dengan pengunci
pagar yang hanya bersifat sementara, dapat dibongkar apabila
pekerjaan pada proyek pembangunan telah selesai dilaksanakan.
b. Pendirian Bangunan Penunjang Sementara
Bangunan penunjang sementara didirikan sebagai sarana
pendukung kegiatan di proyek. Bangunan-bangunan ini diantaranya
adalah kantor-kantor, ruang pertemuan, mushola, toilet, dan
gudang logistik.

4.1.2 Pekerjaan Struktur Bawah


Pekerjaan struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung atau
bangunan yang berada di bawah permukaan tanah. Struktur bawah mempunyai
peranan yang sangat penting bagi sebuah sistem struktur. Struktur bawah
memikul beban-beban dari struktur di atasnya sehingga struktur bawah tidak
boleh runtuh terlebih dahulu dari struktur atas. Pekerjaan struktur bawah pada
Proyek Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Gunadarma sudah dilakukan sebelum penulis melakukan kerja praktek, namun
28
penulis mencoba untuk memaparkan hasil pengumpulan informasi yang
diperoleh dari proyek.
Metode yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi Proyek
Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas Gunadarma
adalah metode top-down yaitu cara pelaksanaan pembangunan gedung yang
memulai pembangunan dari atas ke bawah. Proses pelaksanaan metode ini
diawali dengan memasang dinding diafragma, kemudian pondasi dengan
menggunakan tiang pancang setelah itu pembuatan pelat lantai dasar dan ke
bawah basement bersamaan dengan galian. Metode ini dilakukan pada kondisi
dimana di sekitar proyek terdapat bangunan yang berdekatan, sehingga
dikhawatirkan akan longsor jika menggunakan metode bottom-up. Tahap-tahap
pekerjaan struktur bawah dengan metode top-down adalah sebagai berikut:
1. Memasang dinding diafragma.
2. Memasang pondasi tiang pancang.
3. Mengerjakan pelat lantai dasar.
4. Mengerjakan pengerukan, lantai basement beserta kolom lantai atas.
5. Mengerjakan lantai basement.

4.1.3 Pekerjaan Struktur Atas


Struktur atas suatu gedung merupakan seluruh bagian struktur gedung
yang berada di atas muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok
dan dinding geser yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
Struktur atas merupakan komponen dari bangunan yang menerima beban
secara langsung, beban tersebut selanjutnya akan tersalurkan ke struktur bawah.
Sekuat dan sebaik apapun daya dukung struktur bawah tetap membutuhkan
struktur atas yang kokoh dan mampu menahan beban-beban yang bekerja,
dengan demikian kegagalan konstruksi dapat dicegah, sehingga proyek
konstruksi bisa berjalan sesuai dengan rencana.
Pekerjaan struktur atas biasa dikelompokkan berdasarkan
komponen struktur atas itu sendiri. Diantaranya ialah pekerjaan balok, pekerjaan
kolom, pekerjaan pelat lantai, pekerjaan dinding struktur yakni dinding geser
(shear wall) dan dinding inti (core wall), serta pekerjaan tangga. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara serentak karena saling

29
mempengaruhi, maupun dilakukan secara terpisah untuk mempermudah
pengerjaan.
Pekerjaan balok dan pelat lantai dilakukan secara bersamaan
untuk memperoleh struktur yang kaku dan homogen serta dapat bekerja
sebagaimana direncanakan. Sedangkan pekerjaan dinding inti dikerjakan terlebih
dahulu, kemudian disusul dengan pekerjaan pelat lantai dan balok yang
disambungkan ke dinding inti.
1. Pekerjaan Kolom
Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai
pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah
dasar malaiui pondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban
aksial tekan serta momen lentur. Oleh karena itu, kolom dapat
didefinisikan sebagai suatu struktur yang mendukung beban aksial
dengan ataupun tanpa momen lentur. Pada struktur bangunan atas,
kolom merupakan komponen struktur yang sangat penting untuk
diperhatikan. Apabila kolom mengalami kegagalan maka dapat berakibat
keruntuhan struktur bangunan atas gedung secara keseluruhan.
Terdapat berbagai jenis kolom yang dikelompokkan berdasarkan
kategori tertentu. Apabila pengelompokkan didasarkan pada susunan
tulangan terdapat jenis kolom segi empat, kolom bulat, dan kolom
komposit. Kolom segi empat adalah kolom yang paling banyak dijumpai
dan paling umum digunakan, dengan tulangan sengkang berbentuk segi
empat serta pelaksanaannya relatif lebih mudah. Kolom bulat memiliki
bentuk sengkang spiral, sedangkan kolom komposit adalah kolom yang
pada bagian pusatnya terdapat prom baja. Pada Proyek Pembangunan
Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas Gunadarma, bentuk
kolom yang digunakan berbentuk segi empat. Proses pengerjaan kolom
ialah dengan metode seperti berikut:
a. Pabrikasi baja tulangan, disesuaikan dengan gambar kerja,
pemotongan dan pembengkokan menggunakan alat bar cutter
dan bar banding.
b. Pemasangan tulangan kolom yang telah dirakit pada saat
proses pabrikasi pada posisi yang sesuai dengan perencanaan.

30
c. Bekisting kolom dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan
perancah-perancah yang kokoh dan cukup kuat menahan beban
sendiri beton dan beban pada saat pengecoran.
d. Perlu diperhatikan pula jarak selimut beton, dapat dilakukan dengan
mengganjal permukaan kolom menggunakan beton decking agar
tulangan kolom tidak menempel pada papan bekisting.
e. Pengecekan ketepatan posisi, jumlah tulangan, jarak
sambungan lewatan, jarak antar sengkang, dan vertikalisasi kolom.
f. Pengecoran kolom dilakukan dengan penggetaran dengan
menggunakan vibrator agar mengurangi kemungkinan terjadinya
segregasi, yakni memisahnya masing-masing agregat beton.

Gambar 4.1 Pekerjaan Struktur Kolom

2. Pekerjaan Balok
Balok merupakan struktur yang menahan beban vertikal dari pelat lantai
dan meneruskannya ke komponen struktur kolom untuk kemudian
diteruskan ke pondasi lalu tanah. Struktur balok diharuskan mampu
menahan beban vertikal, momen, dan puntir. Balok yang umum
digunakan merupakan balok beton bertulang dimana komponen balok
berfungsi menahan tegangan tekan dan komponen baja tulangan
berfungsi menahan tegangan tarik. Adapun langkah pekerjaan balok
yang pada pelaksanaannya menjadi satu dengan pelat lantai ialah
dengan mempersiapkan tulangan di bagian pabrikasi tulangan,
mempersiapkan bekisting dan perancah, yang disesuaikan dengan garis
marka ukur dan gambar kerja. Hampir pada setiap tahap pekerjaan

31
sebelum pengecoran dilakukan pemeriksaan atau inspeksi atas
kelayakan dan kesesuaiannya terhadap perencanaan. Setelah dirasa
sesuai, dilanjutkan dengan pembersihan area dan dilakukan
pengecoran, curing, hingga akhirnya pembongkaran bekisting.

Gambar 4.2 Pekerjaan Struktur Balok

3. Pekerjaan Pelat Lantai


Pelat lantai merupakan struktur berupa beton bertulang dengan bidang
yang arahnya horizontal. Beban bekerja tegak lurus pada bidang
struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang ataupun lebar bidangnya. Beban
yang diterima oleh pelat lantai akan ditransfer ke kolom melalui balok.
Ada beberapa metode untuk pekerjaan pelat lantai yaitu metode
konvensional dan metode pracetak. Langkah pekerjaan pelat lantai
dengan metode konvensional secara garis besar serupa dengan
pekerjaan balok dan dalam pelaksanaan pengecorannya seringkali
dalam waktu yang bersamaan. Pada Proyek Gedung A Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Gunadarma ini menggunakan pelat konvensional
dimana proses pengerjaannya semua dilakukan di lapangan.

32
Gambar 4.3 Pekerjaan Struktur Pelat Lantai

4. Pekerjaan Tangga
Tangga merupakan struktur bangunan yang menghubungkan dua pelat
lantai dengan ketinggian berbeda, maka konstruksi tangga berbentuk
miring. Sebuah tangga terdiri dari suatu rangkaian anak tangga.
Seperti halnya pekerjaan lantai, pada pekerjaan tangga juga terdapat
metode konvensional dan metode pracetak. Pada Proyek Pembangunan
Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas Gunadarma digunakan
metode konvensional. Proses pekerjaan tangga dengan metode
konvensional secara garis besar dilakukan melalui tahap yang sama
seperti pekerjaan struktur atas lainnya. Pada pekerjaan tangga pracetak
hanya dilakukan dengan memposisikan tangga pada dudukan atau
tumpuan yang telah disediakan, yakni berupa setek tulangan tegak lurus
permukaan Iantai (setek vertikal) yang telah ditanam pada satu sisi
tangga, serta penyambungan tulangan tangga pracetak dengan
tulangan pelat lantai pada sisi yang lain. Dalam metode ini dibutuhkan
berbagai alat berat untuk mengangkat dan memposisikan tangga
pracetak tersebut.

Gambar 4.4 Pekerjaan Struktur Tangga

33
4.2 KONDISI EKSISTING
Pada saat penulis melaksanakan kerja praktek di Proyek Pembangunan
Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas Gunadarma, pekerjaan yang
sedang berlangsung adalah pekerjaan struktur atas. Pekerjaan-pekerjaan
tersebut diantaranya ialah pekerjaan balok, pekerjaan kolom, pekerjaan pelat
lantai, dan pekerjaan tangga. Dalam pelaksanaannya, masing-masing pekerjaan
tersebut pada dasarnya metewati tahap-tahap yang serupa yaitu pekerjaan
pembesian, pekerjaan bekisting dan perancah, pekerjaan pengeboran, serta
curing beton. Selain Itu, terdapat pekerjaan survei sebagai penentu dan
pembuat pedoman mengenai posisi dan letak struktur yang akan dibangun.

4.2.1 Pekerjaan Struktur Atas


Pada dasarnya, pekerjaan struktur atas bangunan gedung adalah
kumpulan pekerjaan yang bertujuan untuk membuat struktur beton bertulang
sesuai dengan perencanaan bangunan gedung tersebut. Pekerjaan struktur atas
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan bidang pekerjaannya.
1. Pekerjaan Pembesian
Struktur bangunan tinggi saat ini sebagian besar menggunakan beton
bertulang. Bahan ini lebih mudah dibuat menyesuaikan bentuk rencana
bangunan. Tulangan beton perlu dibuat terlebih dahulu menyesuaikan
dengan kebutuhan. Karena pada dasarnya produsen baja tulangan
memproduksi material yang tidak spesiflk seperti yang dibutuhkan. Maka
pada awal pekerjaan pembesian dilakukan pabrikasi dengan memotong
dan membengkokkan tulangan sesuai dengan detail gambar kerja.
Keragaman bentuk struktur beton disesuaikan dengan karakteristik
gaya-gaya yang bekekja karena bentuk dan susunan tulangannya akan
berbeda, misalnya tulangan pada kolom yang menahan beban aksial
akan cenderung menggunakan diameter tulangan utama yang besar
dan dalam jumlah relatif lebih banyak untuk mempenoleh penampang
yang besar. Berbeda dengan struktur pelat yang menahan beban yang
merata diseluruh luasan. Pekerjaan pembesian memegang peranan
penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi baja tulangan
yang penting dalam kekuatan struktur gedung bertingkat tinggi. Pada
pekerjaan pembesian tidak hanya sebatas pabrikasi, namun ada juga
34
pekerjaan penulangan. Setelah baja dipotong dan dibengkokkan, lalu
dilakukan pekerjaan penulangan sesuai dengan perencanaan baik itu
penulangan kolom, balok, pelat lantai atau struktur lainnya.

Gambar 4.5 Pekerjaan Pembesian

2. Pekerjaan Bekisting dan Perancah


Proses pembentukan struktur beton sesuai perencanaan bisa dicapai
dengan pekerjaan bekisting yang benar sesuai dengan gambar kerja
yang telah direncanakan. Penempatan bekisting yang disesuaikan
dengan lokasi dan bentuk struktur beton bertulang ditunjang oleh
perancah. Pendirian perancah dilakukan mengikuti garis marka ukur
yang telah dibuat. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah posisi
tegak dan datarnya perancah penopang bekisting, serta kekuatan
perancah dalam menahan beban struktur, beban alat-alat dan pekerja
ketika pekerjaan pengecoran berlangsung.

Gambar 4.6 Pekerjaan Beksiting dan Perancah

35
3. Pekerjaan Pengecoran
Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah mempersiapkan tulangan
beton pada pekerjaan pembesian dan diletakkan pada posisi yang
sesuai pada area kerja serta bekisting telah disiapkan. Beton diperoleh
dari pemasok beton ready mix dengan mutu yang sesuai dengan
standar. Untuk mengetahui mutu beton yang ada, dilakukan pengujian
slump sebelum beton dituangkan pada bekisting Apabila mutu beton
sesuai kebutuhan, beton akan digunakan dalam pengecoran.
Sebaliknya apabila tidak memenuhi standar, pelaksana pekerjaan harus
menukarnya dengan mutu yang sesuai standar. Saat pengecoran
berlangsung terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
ialah ketepatan ukuran dan elevasi, tidak merusak dan merubah posisi
bekisting dan tulangan, jarak selimut beton, kepadatan beton,
mempertimbangkan kondisi cuaca, keperluan instalasi listrik dan pipa
juga harus dipertimbangkan.

Gambar 4.7 Pekerjaan Pengecoran

4. Pekerjaan Curing Beton


Curing pada beton dilakukan agar beton tidak mengalami kerusakan
berupa retak akibat suhu yang tinggi. Curing dilakukan untuk menjaga
kadar air beton agar tidak cepat kering sehingga proses pemadatan
beton tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Pekerjaan ini dilakukan
langsung setelah proses pengecoran selesai. Dilakukan dengan
menambahkan air pada permukaan beton, mencegah kehilangan air
dengan menutup permukaan beton dengan kain basah atau melakukan
penyemprotan permukaan beton menggunakan cairan curing
36
compound, yakni bahan perawatan dan perlindungan beton yang
menghambat proses penguapan air. Proses curing beton juga dilakukan
dengan mempertimbangkan faktor cuaca. Pada kondisi normal dimana
cuaca tidak ekstrim, curing beton dapat dilakukan selama tiga hingga
tujuh hari.
5. Pekerjaan Surveyor
Tugas seorang surveyor pada proyek gedung saat pekerjaan struktur
atas diantaranya adalah:
a. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan
untuk diaplikasikan dilapangan.
b. Menentukan as kolom bangunan gedung agar dalam posisi yang
tepat.
c. Memeriksa posisi pembesian dan bekisting kolom sudah terletak
pada posisi yang benar.
d. Memeriksa ketegakan kolom dengan menggunakan waterpass.
e. Memantau kedataran cor beton pada pekerjaan pelat lantai.
f. Menghitung ketinggian elevasi cor kolom beton agar pas untuk
menaruh balok dan pelat lantai.
g. Memeriksa kedataran elevasi balok agar sesuai dengan gambar
rencana.
h. Membuat marka perletakan setek baja tulangan struktur dan
perletakan lubang (void) pada struktur.

Gambar 4.8 Pekerjaan Surveyor

37
4.2.2 Peralatan Konstruksi
Suatu proyek konstruksi memerlukan peralatan untuk memperlancar
proses pelaksanaan suatu pekerjaan secara manual maupun mekanik. Alat
tersebut dapat membantu pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan tenaga
manusia. Ketersediaannya peralatan yang dibutuhkan akan mempercepat waktu
pelaksanaan pekerjaan serta meningkatkan mutu dari pekerjaan itu sendiri.
Secara garis besar fungsi dari peralatan pembantu tersebut adalah
mempermudah pekerjaan, memperlancar pekerjaan, memperbesar kapasitas
kerja, menghindari pemborosan waktu, biaya dan tenaga kerja. Namun pemilihan
jenis dan jumlah alat harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi proyek, jenis
pekerjaan, volume pekerjaan material yang dipakai, waktu yang tersedia, tinggi
bangunan, luas bangunan dan sumber daya manusia yang tersedia (tenaga
kerja) sebagai operatornya, penjelasan mengenai alat yang digunakan sebagai
berikut:
1. Tower Crane
Tower Crane sangat berguna untuk membawa barang yang berat dan
besar seperti bekisting, baja tulangan, adukan beton dan lainnya.
Kapasitas tower crane pada proyek ini adalah 3,6 ton. Oleh karena itu
dalam penempatannya harus dilihat apakah tower crane itu mampu
mengangkat dan dapat mencapai seluruh lokasi karena akan
berpengaruh terhadap kelancaran distribusi bahan dan peralatan. Jika
pada proyek tersebut menggunakan tower crane lebih dari satu, maka
penempatannya harus diatur agar tidak terjadi tabrakan satu sama lain.

Gambar 4.9 Tower Crane

38
2. Concrete Pump
Concrete Pump digunakan untuk menembakkan beton dari truck mixer
pada saat pengecoran yang memiliki area yang luas. Penembakan
beton oleh concrete pump sangat fleksibel yang dilakukan apabila area
yang akan dicor berada pada tempat yang tinggi dan kondisi lapangan
sulit dijangkau. Concrete pump digerakkan oleh mesin diesel dan akan
memompa adukan pasta beton melalui pipa-pipa yang disambung pada
saat pengecoran.
Concrete pump dilengkapi dengan bak khusus untuk menampung
beton yang dikeluarkan dari truck mixer. Sistem kerjanya berdasarkan
pompa piston yang digerakkan secara hidrolis. Sebelum pipa/selang
dilalui oleh adukan beton, pipa tersebut harus dialiri terlebih dahulu
dengan adukan mortar dan air yang fungsinya sebagai pelicin
permukaan dalam. Bentuk dan ukuran pompa bervariasi dan dapat
dibongkar pasang dengan cepat. Pekerjaan pengecoran dengan
menggunakan concrete pump akan lebih menguntungkan/ lebih
produktif.

Gambar 4.10 Concrete Pump

3. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator digunakan untuk memadatkan dan meratakan beton
agar tidak terjadi segregasi. Selain itu vibrator juga berfungsi untuk
mengeluarkan gelembung udara yang terdapat pada beton yang dapat
mengurang kekuatan beton. Cara kerjanya dengan menggetarkan ujung
vibrator yang dimasukkan ke dalam adukan beton, maka tidak akan
timbul rongga sehingga bahaya keropos beton dapat dikurangi.
39
Alat ini bersifat portable, sehingga mudah untuk dipindahkan
sesuai tempat pengecoran. Penggetaran harus kuat dan sekitar 10 detik
pada satu tempat sampai permukaan beton mulai melebur. Jarum
vibrator tidak boleh menyentuh baja tulangan agar tidak merusak
tulangan yang sudah di-setting. Penggunaannya harus dilakukan sejak
adukan beton pertama diberikan hingga selesai pengecoran. Setelah
digunakan vibrator harus dibersihkan dengan air, bantalan peluru harus
dilumasi serta keadaan jarum harus bersih.

Gambar 4.11 Concrete Vibrator

4. Concrete Bucket
Cocrete Bucket digunakan digunakan untuk menampung beton dari
truck mixer pada saat pengecoran retaining wall dan pengecoran kolom.
Setelah beton dituang ke bucket dari truck mixer, beton dibawa ke atas
dengan bantuan tower crane. Setelah sampai di lokasi yang akan dicor,
seorang operator yang mengoperasikan bucket membuka pintu bagian
bawahnya sehingga beton mengalir ke luar, dimana kapasitas bucket
adalah 0,8 m3. Selain itu pada saat pengecoran kolom, concrete bucket
di beri selang (Tremi) yang berfungsi untuk menghindari berpencarnya
material beton yaitu air, split dan semen dan untuk menjangkau tempat-
tempat yang susah di jangkau/sulit pada saat pengecoran.

40
Gambar 4.12 Concrete Bucket

5. Bar Bender
Bar Bender digunakan pada saat pabrikasi untuk membengkokkan besi/
baja tulangan sesuai dengan shop drawing dan Bar Bending Schedule
(BBS) yang sudah dibuat (sesuai dengan kebutuhan), yang
penggunaannya dengan tenaga listrik. Cara kerja alat ini adalah alat
diatur sesuai dengan sudut yang diinginkan, lalu tulangan dipasang
pada alat pembengkok pada bagian yang akan dibengkokkan, handle
diinjak maka roda baja akan berjalan dalam jalur tertentu pada alat ukur
sudut, setelah roda baja menyentuh alat ukur sudut maka gerakan roda
kembali ke posisi semula sehingga tulangan baja yang dipasang
menjadi bengkok sesuai dengan keinginan.

Gambar 4.13 Bar bender

6. Bar Cutter
Bar Cutter digunakan pada saat pabrikasi untuk memotong besi
tulangan sehingga panjangnya sesuai dengan shop drawing dan Bar
Bending Schedule (BBS). Penggunaan bar cutter ini menggunakan

41
tenaga listrik. Pengoperasian alat ini adalah dengan meletakkan
tulangan yang akan dipotong diatas meja kerja kemudian tulangan
dipotong dengan menekan tombol yang terdapat dalam bar cutter listrik.

Gambar 4.14 Bar Cutter

7. Truck Mixer
Truck Mixer adalah kendaraan yang dilengkapi dengan tabung sebagai
tempat campuran beton sekaligus sebagai sarana yang digunakan untuk
mengangkut beton dari tempat pembuatan (concrete batching plant) ke
lokasi proyek. Tabung/tangki tersebut dilengkapi dengan sirip-sirip di
dalam yang berfungsi sebagai pisau untuk membantu proses
pencampuran selama perjalanan menuju ke lokasi. Beberapa truck
mixer yang datang akan diambil sampel untuk tes pengujian kuat tekan
beton.
Setibanya di lokasi, concrete harus langsung digunakan untuk
pengecoran. Setiap truk mixer mempunyai kapasitas angkut maksimal 7
m³ dan 9 m³. Hal yang penting di dalam pengangkutan beton adalah
interval waktu pengiriman yang harus sesuai dengan kecepatan
pengecoran di lapangan. Faktor lainnya adalah jarak, kondisi lalu lintas
dan suhu, hal tersebut di atas dapat mempengaruhi mutu beton
terutama nilai slump dan waktu setting adukan beton.

42
Gambar 4.15 Truck Mixer

8. Scaffolding
Scaffolding digunakan untuk menyokong bekisting sebelum dan setelah
dicor yang ketinggiannya dapat disetel sesuai dengan elevasi yang
direncanakan. Sebelum pengecoran, scaffolding berfungsi untuk
menahan beban tulangan dan bekisting. Ketika pengecoran
berlangsung, scaffolding berfungsi untuk menahan berat adukan cor
sampai beton cukup kuat untuk menahan berat sendiri. Pada proyek ini
tipe scaffolding yang dipakai adalah PCH.

Gambar 4.16 Scaffolding

9. Waterpass
Waterpass adalah alat sifat datar yang berguna untuk pengukuran beda
tinggi, ketinggian elevasi dari suatu permukaan. Pada pelaksanaan di
lapangan digunakan untuk menentukan as kolom, jarak kolom dan
pemeriksaan terhadap posisi dan ketinggian bekisting kolom,
penulangan dinding shear wall dan dinding penahan.

43
Gambar 4.17 Waterpass

10. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan sementara yang digunakan untuk
menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan
bentuk yang dirancang. Ada 2 jenis bekisting yang digunakan pada
proyek ini yaitu bekisting knock down untuk pekerjaan kolom dan
bekisting konvensional untuk pekerjaan balok dan pelat lantai.

Gambar 4.18 Bekisting

11. Dump Truck


Dump Truck merupakan kendaraan angkut yang digunakan untuk
mengakut material galian tanah dan material konstruksi lainnya seperti
semen, dan baja tulangan. Terdapat juga kendaraan pengangkut
sampah proyek berupa sisa metrial, puing, tanah dan sampah dari para
pekerja yang kemudian dibawa keluar dari area proyek.

44
Gambar 4.19 Dump Truck

4.2.3 Material
Material yang digunakan adalah material yang telah ditentukan pada
tahap perencanaan dan juga telah lolos pada uji yang di tentukan
menurut standar yang dipakai pada proyek. Material-material tersebut
diantaranya adalah:
1. Beton
Semen, agregat halus, agregat kasar, air, dan bahan tambah merupakan
komponen penyusun beton. Beton yang digunakan pada Proyek
Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Gunadarma disediakan oleh PT. Karya Beton Sudhira.
a. Beton Ready Mix
Beton Ready Mix adalah beton yang telah dipesan oleh kontraktor
kepada sub kontraktor, beton ready mix disediakan oleh sub
kontraktor sesuai dengan mutu dan kuat rencana yang diminta oleh
kontraktor.

Gambar 4.20 Beton Ready Mix


45
b. Beton Decking
Beton Decking adalah beton yang dibuat dengan fungsi untuk
membuat jarak antara tulangan dengan bagian bekisting,
difungsikan juga untuk mempertahankan ukuran selimut beton.

Gambar 4.21 Beton Decking

c. Beton Dinding Percast


Beton Dinding Precast merupakan beton yang dipesan dengan
bentuk seperti pelat, difungsikan untuk menjadi dinding. Beton
dinding precast juga dimaksudkan agar dapat mempercepat
pekerjaan lapangan.
2. Material Pelapis dan Perekat
Material pelapis dan perekat yang telah memenuhi standar uji yang
ditentukan. Uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Water Proofing
Water Proofing adalah material tambah yang digunakan untuk
mencegah masuknya air dari dalam tanah dengan
mencampurkannya dengan pelat lantai basement dan retaining wall.
b. Floor Hardener
Floor Hardener adalah material pelapis pada beton yang masih
basah, floor hardener difungsikan untuk meningkatkan kekerasan
dari beton dan ketahan abrasi, biasa digunakan pada lantai
basement sebuah gedung.
c. Mortar
Mortar berfungsi sebagai bahan perekat dari batu bata hebel dan
pekerjan konstruksi.
46
3. Baja
Material baja perlu dilakukan uji untuk mengetahui bahwa material
tersebut telah memenuhi standar agar aman digunakan. Material baja
terdapat 3 macam yaitu baja tulangan, baja profil dan kawat baja.
a. Baja Tulangan
Baja Tulangan merupakan komponen struktur yang digunakan
hampir di seluruh pengerjaan struktur bangunan, baja yang
digunakan pada proyek yaitu baja tulangan ulir.

Gambar 4.22 Baja Tulangan

b. Baja Profil
Baja Profil merupakan baja dengan berbagai bentuk (profil) yang
digunakan sebagai struktur bangunan.

Gambar 4.23 Baja Profil

47
c. Kawat Baja
Kawat Baja adalah kawat yang digunakan untuk mengikat tulangan
agar tidak bergeser dari lokasi yang ditentukan dan sebagai
pengikat antara tulangan yang akan dirakit pada pembesian.

.
Gambar 4.24 Kawat Baja

4. Plumbing
Plumbing merupakan sistem perpipaan dalam bangunan, perpipaan
dalam bangunan proyek ini sebagian besar menggunakan pipa PVC.
5. Bata Ringan
Batako adalah salah satu bahan bangunan penyusun dinding pada
bangunan sebagai pengganti batu bata merah. Batako yang digunakan
pada proyek ini yaitu jenis hebel atau bata ringan.

4.2.4 Permasalahan Di Lapangan dan Solusi


Pelaksanaan kegiatan konstruksi tidak selalu berjalan dengan lancar.
Kendala di lapangan merupakan hal yang sangat wajar ditemui di setiap kegiatan
konstruksi. Kendala konstruksi dapat berpengaruh dalam sistem manajemen
proyek tersebut.
Kendala yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dari pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dihindari seperti
faktor cuaca. Kontraktor utama harus membuat solusi dari permasalahan
tersebut agar tidak mengganggu jadwal yang telah direncanakan.
Kendala teknis yang terjadi di lapangan serta solusi yang dilakukan
pada Proyek Pembangunan Gedung A Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Gunadarma adalah sebagai berikut:
48
1. Quality Control yang kurang maksimal
Kebersihan yang tidak maksimal akan mengurangi kualitas beton
tersebut dari segi mutu maupun bentuk. Dalam proyek ini terjadi
beberapa cacat pada beton akibat kebersihan yang kurang maksimal
seperti sampah-sampah yang masih ada di lapangan yang tidak
dibersihkan sehingga sampah ikut di dalam cor beton. Solusi dari
permasalahan ini adalah Quality Control harus lebih maksimal dalam
melakukan pengecekkan area dan bagi orang di lapangan dapat
memberitahu bila ada sampah yang masih ada di lapangan sehingga
sampah tidak terikut pada saat pengecoran. Apabila hal-hal tersebut
tidak diperhatikan, maka akan terjadi penurunan kualitas pada beton.
2. Tidak adanya void pada struktur bangunan
Struktur gedung kuliah Universitas Gunadarma di desain tidak
mempunyai void sehingga mengakibatkan pemindahan material
bangunan dari lantai satu ke lantai lainnya mengalami kesulitan. Solusi
untuk penanganan masalah ini adalah dengan membuat terminal
tambahan sebagai tempat penyimpanan sementara untuk material
bangunan, agar proses pemindahan material bangunan lebih cepat.
3. Keterlambatan Material Bekisting
Dalam pekerjaan bekisting konvensional terkadang mengalami
beberapa permasalahan terkait dengan keterlambatan material
bekisiting, terkadang material triplek yang dipakai untuk bekisting masih
bisa digunakan pada pekerjaan berikutnya. Proses pembongkaran
bekisting triplek membutuhkan waktu yang terbilang lama oleh karena
itu akan mempengaruhi tahap pekerjaan selanjutnya. Solusi dari
permasalahan ini adalah adanya penambahan material bekisting
sehingga dapat meminimalisir keterlambatan yang akan berpengaruh
pada jadwal rencana kegiatan.

49

Anda mungkin juga menyukai