Pertamina
Pertamina
28 Oktober 2018
Universitas Telkom
MENERAPKAN SISTEM GREEN ECONOMY PADA UMKM ATAS
DUKUNGAN PEMERINTAH DAN MENJADIKAN PLASTIK SEBAGAI
OBJEK EDI
Dengan berbagai potensi yang besar ini Green Economy dapat menjadi jaminan
terciptanya UMKM yang ramah lingkungan, guna untuk kesejahteraan rakyat bersama
dan menjadi motor perekonomian bangsa yang senantiasa tumbuh secara berkelanjutan
(pro growth). Inilah esensi dari Green Economy yaitu untuk merevitalisasi
ketergantungan antara human-economy dengan natural ecosystem yang pada akhirnya
mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Pendekatan Green Economy sudah mulai menjadi tren kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh negara-negara maju. Ironisnya, Indonesia, belum memiliki konsep
Green Economy yang jelas melalui kebijakan yang terpadu antara seluruh sektor dan
sub-sektor Pemerintahan termasuk UMKM. Padahal konsep Green Economy menjadi
benefit negara ini dengan kapasaitas sumber daya alam terbaharukan yang luar biasa
besar potensinya.
Hal inilah yang menjadikan Green Economy akan sulit diterapkan pada UMKM
ramah lingkungan. Maka dari itulah, dibutuhkan peran serta pemerintah dalam
menfasilitasi dan mendorong praktek-praktek UMKM ramah lingkungan, salah satu
peran pemerintah yaitu dengan memberikan bantuan dana kepada Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yang memproduksi barang ramah lingkungan serta tidak
menggunakan plastik lagi sesuai dengan Perwali Nomor 8 tahun 2018 tentang
pelarangan penggunaan kantong plastik.
Sedangkan dana yang diberkan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) untuk memproduksi barang ramah lingkungan "Itu akan dibuat menjadi dana
bergulir, kalau kurang lagi kita akan galang lagi dana untuk UMKM yang mendaur
ulang kemasan yang ramah lingkungan, sehingga penggantinya kantong plastik ini
menjadi kegiatan ekonomi baru," kata Rizal.
Penerapan Green Economy dalam ruang lingkup yang luas diharapkan dapat
mengurangi sampah plastik yang umumnya digunakan sebagai bahan pembungkus
makanan. Sehingga upaya pemerintah untuk membangun Green Economy dapat
terwujud dengan kesejahteraan masyarakat yang beriringan dengan pelestarian
lingkungan.
Penerapan dan pelaksanaan Green Economy yang terarah dan menyeluruh di
Indonesia harus ditunjang oleh kebijakan pemerintah untuk menjamin keberhasilan
penerapannya, seperti yang telah ditetapkan oleh Kabinet Indonesia Bersatu II dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RMPN) periode 2010-2014
sebagai dasar pengembangan perekonomian Indonesia melalui UMKM yang ramah
lingkungan dengan penerapan Green Economy.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai
saat ini adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah
menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola serta memiliki dampak negatif yang
ditimbulkan terhadap lingkungan hidup.
Plastik dapat terurai oleh tanah setidaknya setelah tertimbun selama 200 hingga
400 tahun. Bahkan ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa sampah plastik
bisa terurai dalam waktu 1000 tahun lamanya.
Apabila plastik dibakar, maka akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya
bagi kesehatan, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat
berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker,
hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
2. Destroyer (Perusak)
Penggunaan plastik yang berlebihan akan menyebabkan terganggunya
ekosistem lingkungan. Segalanya menjadi rusak, mulai dari tumbuhan,
hewan, dan manusia. Berikut dampak negatif plastik yang dapat
mengganggu lingkungan: tercemarnya air dan tanah, mengganggu
penyerapan air, dapat menyebabkan polusi udara, kualitas kondisi
lingkungan memburuk, dll.
3. Inability (ketidakmampuan)
Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di
dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat
membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.
Penggunaan plastik yang berlebihan tersebut akan mengakibatkan bumi
menjadi rusak, dikarenakan plastik baru bisa diuraikan oleh tanah
setidaknya setelah tertimbun selama 200 hingga 400 tahun. Sehingga bumi
masih belum mampu menampung penggunaan plastik yang berlebihaan.
Dengan berbagai potensi yang besar ini, Green Economy dapat menjadi
jaminan terciptanya UMKM yang ramah lingkungan tanpa menggunakan plastik
sebagai alat kebutuhan, guna untuk kesejahteraan rakyat bersama tanpa mengorbankan
lingkungan dan menjadi motor perekonomian bangsa yang senantiasa tumbuh secara
berkelanjutan (pro growth).
DAFTAR PUSTAKA
Zubaidah, Siti. (2018). Bikin Produk Ramah Lingkungan, UMKM akan Dapat Bantuan
Rp.100 Juta. [Online]. Tersedia:
http://kaltim.tribunnews.com/2018/07/03/bikin-produk-ramah-lingkungan-
umkm-akan-dapat-bantuan-rp-100-juta. [Diakses pada 30 Oktober 2018]
Khoiriah, Fiud. (2014). Edible Plastic (Plastik Layak Satap) Solusi Green Economy
Indonesia. [Online]. Tersedia: https://berandainovasi.com/edible-plastic-
plastik-layak-satap-solusi-green-economy-indonesia/. [Diakses pada 30
Oktober 2018]