Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i
1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
2 Pengertian Homeostatis ........................................................................................................... 3
3 Dasar – Dasar Homeostatis ..................................................................................................... 5
4 Mekanisme Homeostatis ......................................................................................................... 5
5 Fungsi Homeostatis Bagi Kehidupan ...................................................................................... 7
6 Faktor – Faktor Yang Dipertahankan Secara Homeostatis ..................................................... 8
7 Kontribusi Berbagai Sistem Bagi Homeostatis ....................................................................... 9
8 Sistem Kontrol Homeostatis .................................................................................................. 12
9 Homeostatis Fisiologis .......................................................................................................... 14
10 Tahapan – Tahapan Homeostatis ....................................................................................... 15
11 Ketidakseimbangan Homeostatis ....................................................................................... 16
12 Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 18

i
1 Latar Belakang

Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di dalam lingkungan internal

tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan

kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan

salah satu konsep yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat

mengklasifkasikan mekanisme homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik

homeostasis terjadi pada setiap organisme (Resha,2009).

Contoh homeostasis yang ringkas ialah apabila cuaca panas, sistem kulit akan

merespon dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk

mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh darah akan mengembang untuk

mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit berwarna merah.

Homeostasis pada dasar nya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme

multisel yaitu cairan ekstrasel (CES) yang merupakan interface antara sel dengan

lingkungan liar. Oleh karena itu parameter CES yang harus dipertahankan melalui

homeostasis adalah :

1) Kadar Nutrien
2) Kadar O2 dan CO2
3) Kadar Sisa Metabolisme
4) PH
5) Kadar Air,Suhu,Volume dan Tekanan.

Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa memantau adanya

perubahan-perubahan nilai berbagai parameter,lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai

sehingga perubahan yang terjadi dapat di redam.Untuk itu,sel-sel tubuh harus mampu

berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang

1
menopang pengendalian fungsi sel organ tubuh.Pengendalian yang paling sederhana terjadi

secara lokal (intrinsik) yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang

berdekatan.Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dan dimungkinkan melalui

refleks yang dapat melibatkan system syaraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin

(umpan balik) (Minarma, 2004).

Banyak gejala-gejala yang dapat merangsang organ-organ pertahanan atau

homeostasis dalam tubuh kita seperti misalnya dehidrasi yang artinya ialah keadaan dimana

tubuh manusia mengalami kekurangan cairan tubuh atau lebih lengkapnya mengalami

kekurangan air dan zat natrium. Dehidrasi ini terdapat dalam berbagai tingkatan baik mulai

tingkatan dehidrasi ringan sampai dengan dehidrasi akut. Kemudian saat tubuh mengalami

dehidrasi banyak gejala penunjang yang dirasakan oleh manusia seperti misalnya rasa haus.

Hal ini menunjukkan bahwa organ-organ homeostasis tubuh masih berfungsi dengan baik.

Setelah itu, kita dapat melakukan pencegahan atau pengobatan dengan cara memberikan

tambahan cairan dari luar tubuh misalnya oralit (Kuntarti, 2005).

Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keimbangan yang

sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Macam-macam pengaturan

yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi (Silverthorn, 2001) :

1) Umpan balik positif : Contohnya adalah pada saat demam,badan akan bertambah panas

untuk membunuh bakteri dan virus.

2) Umpan balik negatif : Contoh pada saat keadaan panas,badan akan diatur untuk

mengurangi panas badan.

2
Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik,tetapi dapat juga bersifat kedepan

(feed forward control) yang memungkinkan tubuh mengantisipasi perubahan yang akan

datang.Bahkan besar respons juga dapat dimodulasi melalui up-regulation atau down-

regulation jumlah dan /atau kinerja reseptor sel (Resha,2009).

Sistem-sistem yang terlibat dalam homeostasis meliputi: transportasi,perolehan

sumber nutrien, pembuangan sisa metabolisme, kontrol oleh saraf dan hormon, dan

reproduksi.

2 Pengertian Homeostatis

Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti “sama”, stasis “

mempertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk

mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah

ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang

3
hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Homeostasis adalah segala upaya yang

dilakukan oleh tubuh kita agar lingkungan hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan

extrasel selalu dalam keadaan statis, konstan, atau menetap (Setiadi, 2007). Homeostasis

adalah pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam

(Guyton et al, 2008). Homeostasis adalah mempertahankan lingkungan dalam yang relatif

stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar sangat

bervariasi (Sherwood, 2001). Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan

yang melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat

halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state) (Minarma Siagian, 2004).

Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan-keadaan stabil dalam tubuh melalui koordinasi

proses-proses fisiologi (Kamus FK UI). Homeostasis adalah kecenderungan stabilitas pada

keadaan fisiologi organisme normal (Santana,D., 2007). Homeostasis adalah berbagai

proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan normal setelah terjadi gangguan

(Ganong,W.F,. 2002). Homeostasis adalah kestabilan relatif lingkungan internal dalam

menjaga fungsi sel. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa homeostasis merupakan

mekanisme pengaturan mempertahankan kestabilan internal tubuh. Perlu diketahui kata

stabil dalam homeostasis ini tidak sama dengan kaku namun stabil tersebut dapat bervariasi

dalam limit atau batasan tertentu serta merupakan suatu proses yang dinamis (Guyton et al,

2008).

Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi

tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh

sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian

dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan

4
cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya ditujukan untuk

memberi kontribusi bagi homeostasis.

3 Dasar – Dasar Homeostatis

Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang

mendasari homeostasis (Sherwood, L. 2001), yaitu :

1) Peran system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan

kehidupan.

2) Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.

3) Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.

4) Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh

berbeda.

4 Mekanisme Homeostatis (Guy Ton, A. C. 2007)

Mekanisme homeostasis melibatkan ham pir seluruh sistem organ tubuh.

Walaupun kondisi internal berubah secara konstan, tubuh dilindungi

terhadap perubahan yang besar dengan mekanisme control pengaturan sendiri seperti

sistem umpan balik. Sistem ini mengacu pada pemberian informasi dari suatu

sistem (output) kembali ke dalam sistem (input) untuk menimbulkan respons.

1) Komponen sistem umpan balik

a) Setpoint adalah nilai fisologis normal dari masing-masing variabel tubuh, seperti

suhu normal, konsentrasi zat dalam cairan ekstraseluler, atau kadar keasaman

atau kadar kebasaan darah.

b) Sensor (penerima) mendeteksi suatu penyimpangan dari variabel normal.

5
c) Pusat pengendali menerima informasi dari berbagai sensor, mengintegrasi dan

memproses informasi tersebut, kemudian menentukan respon balasan untuk

kembali ke setpoint.

d) Efektor menjalankan respons, yang terus berlangsung sampai setpoint tercapai

kembali.

2) Contoh sistem umpan balik

a) Mekanisme umpan balik negatif adalah mekanisme dimana informasi balasan

untuk sistem (input) mengurangi perubahan (output) sehingga dapat kembali ke

setpoint yang sesuai. Salah satu contoh adalah kemampuan untuk

mempertahankan glukosa darah pada kadar yang relatif konstan yaitu 90 sampai

110/100 ml darah.

 Setelah makan, peningkatan kadar glukosa darah merangsang keluarnya

insulin dari sel-sel khusus dalam pankreas.

 Insulin memfasilitasi masuknya glukosa ke dalam sel-sel tubuh sehhingga

mengurangi kadar glukosa darah.

 Penurunan kadar glukosa darah kemudian mempengaruhi sel-sel pelepas

insulin (umpan balik negatif) untuk mengurangi pelepasan insulin dan

glukosa darah dipertahankan pada kadar yang sesuai.

b) Mekanisme umpan balik positif adalah mekanisme dimana informasi balasan ke

sistem meningkatkan atau memperlama, bukannya mengurangi, pemyimpangan

dari kondisi fisiologi asal. Salah satu umpan balik positif terjadi saat membran

syaraf dirangsang.

 Rangsang mengubah permeabilitas membran terhadap ion-ion natrium, yang

kemudian mengalir melewati membran.

6
 Arus ion natrium ini kemudian menambah permeabilitas membran terhadap

ion natrium sehingga ion natrium yang melewatinya semakin banyak. Hasil

dari kejadian tersebut adalah cetusan impuls syaraf.

Umpan balik positif juga bisa terjadi dalam mekanisme pembekuan darah. Cetusan

pada proses pembekuan darah menyebabkan keluaranya zat-zat kimia yang mempercepat

proses pembekuan darah (Ethel Sloane, 2003, Hal : 5).

5 Fungsi Homeostatis Bagi Kehidupan (Siagian, M. 2004)

Homeostasis memiliki banyak fungsi yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

hidup, antara lain:

1) Menstabilkan cairan disekitar sel-sel organisme multi sel atau cairan extrasel (CES).

2) Untuk kelangsungan hidup sel

3) Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang mempunyai

jumlah dan habitat yang lebih luas. hbMenyediakan keadaan dalam (lingkungan

dinamis dalam badan organisme) yang stabil supaya sel-sel dapat menjalankan

hidup dengan efisien.

4) Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu.

7
5) Memungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan optimum

6 Faktor – Faktor Yang Dipertahankan Secara Homeostatis (Siagian, M. 2004)

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis,

yaitu :

1) Konsentrasi molekul zat-zat gizi.

Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai

bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan

untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.

2) Konsentrasi O2 dan CO2

Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak

mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan

selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang

dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan

keasaman di lingkungan internal.

3) Konsentrasi zat-zat sisa

Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi

sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.

4) PH

Diantara efek-efek paling mencolok dari perubahan keasaman lingkungan cairan

internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan

perubahan aktifitas enzim di semua sel.

5) Konsentrasi air, garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain

8
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel

(lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel,

konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang

sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara normal apabila mereka membengkak

atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi fital lainnya.

Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium di

cairan ekstra sel yang relative konstan.

6) Suhu

Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan

mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang

lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila

suhunya terlalu panas.

7) Volume dan tekanan

Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan

pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan

lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

7 Kontribusi Berbagai Sistem Bagi Homeostatis (Sherwood, Lauralee, 2001)

Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada

gilirannya, setiap sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai

bagian dari system tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama

oleh semua sel.

Terdapat sebelas sistem tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk

homeostasis dicantumkan sebagai berikut :

9
1) Sistem Sirkulasi

Merupakan sistem transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2,

CO2, zat-zat sisa, elektrolit dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh

lainnya.

2) Sistem Pencernaan

Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat

diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga

memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal.

System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak dicerna ke lingkungan

eksternal melalui tinja.

3) Sistem Respirasi

Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan

menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system respirasi juga

penting untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.

4) Sistem Kemih

Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine,

bersama zat-zat sisa selain CO2.

5) Sistem Rangka

Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini

juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang

konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat

10
sempit. Bersama dengan system otot , system rangka juga memungkinkan

timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.

6) Sistem Otot

Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang

homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan

dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting

untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol kesedaran, individu mampu

menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan.

Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan motorik halus yang

diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan kuat yang diperlukan

untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk mempertahankan

homeostasis.

7) Sistem Integument

Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar

dari tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga

penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari

permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur

produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke kulit.

8) Sistem Imun

Mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel tubuh yang telah

menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan

penggantian sel yang tua atau cedera.

9) Sistem Saraf

11
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara

umum, sistem ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuh yang

memerlukan respon cepat. Sistem ini sangat penting terutama untuk mendeteksidan

mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu,

sistem ini akan bertanggung jawab atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak

seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis, misalnya kesadaran,

ingatan, dan kreatifitas.

10) Sistem Endokrin

Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjar penghasil

hormone pada system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya

tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol

konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume

serta komposisi elektrolit lingkungan internal.

11) Sistem Reproduksi

Sistem ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi

kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan

hidup suatu spesies.

8 Sistem Kontrol Homeostatis (Siagian, M. 2004)

Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang

perlu dijaga dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai

sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.

12
Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada

kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi

CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2

kembali ke tingkat yang diinginkan.

Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat

dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:

1) Control intrinsic

Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren

bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas

menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan energy yang

diperlukan untuk menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan

CO2 meningkat di dalam otot tersebut. Melalui kerja langsung pada otot polos di

dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan

kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka

lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut.

Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang

optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.

2) Control ekstrinsik

Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang

dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control

ekstrinsik berbagai organ dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin,

dua sistem kontrol utama pada tubuh. Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan

13
beberapa organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control

intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja.

Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk

mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.

9 Homeostatis Fisiologis (Sherwood, L. 2001)

Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem

endokrin dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :

1) Self Regulation

Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses

pengaturan fungsi organ tubuh.

2) Kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya.

Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh

darah perifer akan mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian

dalam untuk meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan

panas sehingga suhu tubuh tetap stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan

persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat

untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.

3) Umpan Balik Negatif

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan

abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk

menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

14
4) Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis

Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan

denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.

10 Tahapan – Tahapan Homeostatis (Aziz A, 2013)

Homeostasis terdiri dari tiga tahap :

1) Homeostasis primer

Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi

homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh

darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat

trombosit. Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu,

jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan

berlanjut menuju homeostasis sekunder.

2) Homeostasis Sekunder

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi

dan sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka,

terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.

Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis

sekunder ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup

untuk menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.

3) Homeostasis Tersier

Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak

berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

15
11 Ketidakseimbangan Homeostatis (Siagian, M. 2004)

Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis terganggu

dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang

optimal tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis.

Patofisiologis mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang

berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat

sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.

Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis.

Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat

berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal

ini disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergantung pada

suhu tertentu.

Contoh lain adalah kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal

karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara

meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan

darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak

memadai sehingga berakibat fatal.

Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk

pasien-pasien yang gawat. Berbagai indikator homeostasis akan dipantau di unit intensif

seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia

darah, dan mengatur keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih

fungsi homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah

sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.

16
12 Kesimpulan

Konsep homeostatis (keadaan tetap) mengacu pada mempertahankan kondisi fisik

dan kimia yang relatif konstan dalam lingkungan sel organisme, menurut batas-batas

fisiologis. Persyaratan kimia untuk mempertahankan kondisi yang konstan meliputi volume

air yang mencukupi, nutrisi dan oksigen yang mencukupi persyaratan fisik meliputi suhu

dan tekanan atmosfir.

Homeostatis terdiri atas homeostatis fisiologis dan homeostatis psikologis.

Homeostatis fisiologis dalam tubuh manusia sapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan

sistem saraf otonom.

Mekanisme homeostatis melibatkan hampir seluruh sistem organ tubuh. Walaupun

kondisi internal berubah secara konstan, tubuh dilindungi terhadap perubahan yang besar

dengan mekanisme kontrol pengaturan sendiri seperti sistem umpan balik. Sistem ini

mengacu pada pemberian informasi dari suatu sistem (output) kembali kedalam sistem

(input) untuk menimbulkan respons. Contoh sistem umpan balik yaitu, mekanisme umpan

balik negatif dan mekanisme umpan balik positif.

17
Daftar Pustaka

Aziz.A., A. (2013). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Salemba Medika.

Guy Ton, A. C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11. . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Kuntarti. (2005). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa. Jurnal Keperawatan
Indonesia, http://staff.ui.ac.id/internal.

Pramita, A. C. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Palembang: Poltekkes Depkes


Palembang.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Siagian, M. (2004). HOMEOSTASIS: Keseimbangan yang Halus dan Dinamis. Jakarta:


Departemen Ilmu.

Silverthorn, D. (2001). Human Physiology : an integrated approach. Upper Saddle River:


Prentice-Hall.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Buku Kedokteran : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai