Anda di halaman 1dari 21

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA LIMBAH CAIR

PABRIK KELAPA SAWIT DI PT CERENTI SUBUR


KABUPATEN KUANTAN SINGINGI SEBAGAI
RANCANGAN HANDOUT PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA
KELAS X

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jac) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang mendominasi Indonesia yang dijadikan sebagai salah satu
sumber perekonomian masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Kuantan
Singingi. Kelapa sawit akan diolah menjadi minyak nabati yang dihasilkan dari
pengolahan kelapa sawit berupa minyak mentah (Crude Palm Oil: CPO) yang
berwarna kuning dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil : PKO) yang tidak
berwarna (jernih) (Ismail, et al., 2014). Pengelolaan kelapa sawit menghasilkan
limbah yang dapat mencemari lingkungan. Limbah pabrik kelapa sawit yang
berasal dari proses pengolahan tandan buah sawit segar menghasilkan tiga jenis
limbah yaitu dalam bentuk padat, gas dan cair atau Palm Oil Mill Effluent
(POME) (Utari, 2019).
Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) berbentuk seperti bubur,
berwarna kecokelatan dan berbau tidak enak (Cahyanto, 2015). LCPKS yang
mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi menyebabkan
pencemaran di lingkungan sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit dan apabila
dibuang ke badan air secara langsung dapat mengakibatkan terganggunya kualitas
air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan disekitar pabrik. Penurunan
daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air,
terjadinya blooming alga sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya
dan dapat menimbulkan bau yang tidap sedap (Priyatna, 2018). LCPKS memiliki
konsentrasi BOD (Biological Oxygen Demand) sebesar 25000 mg/L, COD
(Chemical Oxygen Demand) sebesar 55630 mg/L, serta minyak dan lemak sebesar
1
8370 mg/L, yang membahayakan lingkungan jika langsung dibuang ke badan air
(Rajagukguk, 2018). Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan limbah secara tepat
agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Selama ini telah dilakukan beberapa cara pengelolaan limbah industri
pabrik kelapa sawit dengan metode pengelolaan baik secara fisika, kimia dan
biologi maupun kombinasinya, seperti mengupayakan pengolahan limbah cair
secara biologis dengan menerapkan sistem lagoon (kolam) dan memanfaatkan
mikroba seperti bakteri sebagai agen pendegradasi bahan-bahan organik yang
terkandung didalam limbah dan menetralisir keasaman cairan limbah (Nurmiati, et
al., 2015). Bakteri yang hidup didalam limbah pabrik kelapa sawit mampu
mendegradasi atau menghancurkan limbah-limbah cair pabrik kelapa sawit
tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
wawasan bagi peneliti pemula mengenai jenis-jenis bakteri yang hidup dan
terdapat pada limbah cair kelapa sawit serta mampu mendegradasi limbah cair
kelapa sawit tersebut.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil dari isolasi
bakteri pada limbah cair kelapa sawit seperti penelitian yang dilakukan Melita
Utari (2019) didapatkan 4 jenis bakteri yaitu Bacillus sp, Enterobacter sp,
Bacillus sp dan Enterobacter sp dan memiliki sel bakteri kokus dan basil. Hasil
penelitian Monica Kharisma Swandi, et al (2015) menyebutkan bahwa limbah
cair pabrik kelapa sawit memiliki karakter yaitu bentuk sel bakteri basil dan
memiliki sifat Gram positif yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada
sel bakteri. Hasil penelitian lainnya Fandry (2006) terdapat 8 jenis bakteri lipolitik
yang diisolasi dari limbah cair kelapa sawit yaitu Aeromonas hydrohilia,
Enterobacter aerogenes, Klebsiella peneumonia, Morasella sp, Proteus vulgaris,
Bacillus lichenformis, Bacillus sp, dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian
juga dilakukan oleh Bala et al., (2014) tentang identifikasi bakteri pendegradasi
limbah cair kelapa sawit terdapat jenis bakteri Bacillus cereus memiliki
kemampuan biodegradasi dan dapat mengurangi polutan dari limbah cair kelapa
sawit. Bakteri ini mampu memproduksi enzim ekstraseluler sehingga menurunkan
kadar minyak dan lemak pada limbah. Setiap bakteri yang hidup di suatu tempat
2
memiliki karakteristik yang berbeda dengaan bakteri yang hidup di tempat lain.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu suhu, nutrisi, pH dan
ketersediaan oksigen (Utari, 2019).
Seorang guru biologi yang profesional harus senantiasa memperkaya
wawasan keilmuannya dengan hasil-hasil penelitian terbaru yang relevan dengan
materi esensial yang diajarkannya kepada peserta didik, termasuk penggunaan
bahan ajar yang memadai dan dapat menunjang proses pembelajaran.
Ketersediaan bahan ajar yang belum secara spesifik membahas tentang
pengisolasian dan pengidentifikasian bakteri pada limbah cair pabrik kelapa sawit,
menyebabkan siswa menjadi dominan mengandalkan sumber belajar yang hanya
berupa buku. Hal ini diperkuat dengan pernyataan oleh Depdiknas (2008) yang
mengemukakan bahwa kualitas buku pelajaran sains dilapangan, ditinjau dari segi
jumlah, jenis, maupun kualitasnya sangat bervariasi, tidak jarang ditemukan buku
teks yang tidak sesuai dengan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan guna menyempurnakan kurikulum
sebelumnya. Oleh sebab itu melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan serta informasi awal mengenai isolasi dan identifikasi bakteri pada
limbah cair pabrik kelapa sawit yang nantinya informasi ini akan dijadikan bahan
ajar berupa Handout.
Handout merupakan media cetak yang meliputi bahan-bahan di atas kertas
yang disiapkan oleh guru sebagai bahan pengajaran dan informasi belajar
(Daryanto dan Aris Cahyono, 2014). Berdasarkan hasil analisis terhadap
kurikulum 2013 di SMA, Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengayaan sumber
belajar pada KD 3.5 dan 4.5 materi kingdom monera di kelas X. Handout
menyajikan materi yang ringkas namun padat dan sesuai dengan indikator tujuan
pembelajaran, sehingga menghemat waktu dan siswa akan lebih mudah
mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Isolasi Dan Identifikasi Bakteri pada Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit di PT Cerenti Subur Kabupaten Kuantan Singingi Sebagai
Rancangan Handout Pada Pembelajaran Biologi SMA Kelas X”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana jenis bakteri yang terdapat pada limbah cair pabrik kelapa sawit
di PT Cerenti Subur?
2. Bagaimana potensi hasil penelitian dapat dijadikan rancangan Handout
untuk pembelajaran biologi SMA?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis bakteri yang terdapat pada limbah cair pabrik kelapa
sawit di PT Cerenti Subur.
2. Membuat rancangan Handout dalam pembelajaran Biologi SMA.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya :
1. Memberikan informasi ilmiah bagi masyarakat tentang jenis bakteri dari
limbah cair pabrik kelapa sawit.
2. Menggunakam hasil penelitian untuk memperkaya bahan ajar berupa
rancangan Handout Biologi SMA.

E. Definisi Operasional
1. Isolasi bakteri merupakan proses pengambilan dan pemisahan bakteri dari
lingkungan asalnya dan menumbuhkan pada medium buatan sehingga
diperoleh biakkan atau kultur murni hasil isolasi tersebut (Ngalih, 2013).
Isolasi bakteri limbah pabrik kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan
sampel limbah cair kelapa sawit dari kolam aerob satu dan dua.
2. Identifikasi merupakan pengamatan terhadap suatu bakteri untuk
mengetahui ciri- ciri bakteri, bentuk bakteri, komponen penyusun dan
proses biokimia bakteri. Dengan menanam bakteri pada medium, maka akan
diketahui sifat suatu koloni bakteri. Sifat metabolisme bakteri dalam uji
4
biokimia dapat dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan
dengan reagen kimia yang digunakan (Waluyo, 2007).
3. Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan air buangan yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air
hidrosiklon, dan sludge separator (Hermanto, 2014). Limbah cair yang
diteliti yaitu kolam aerob satu dan dua.
4. Handout merupakan media cetak yang meliputi bahan-bahan di atas kertas
yang disiapkan oleh guru sebagai bahan pengajaran dan informasi belajar
(Daryanto dan Aris Cahyono, 2014). Handout yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Handout pada konsep kingdom monera.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariot yang tidak memiliki
membran inti. Struktur tubuh bakteri tersusun dari materi genetik, ribosom,
plasma sel, dinding sel, membran sel, dan cadangan makanan. Materi genetik
berupa struktur nukleoid yang berupa molekul DNA melingkar berisi beribu-ribu
gen untuk mengendalikan aktivitas sel bakteri tersebut. DNA mengandung
seperangkat informasi genetik (Siregar, et al.,2008).
Berdasarkan bentuknya bakteri dibagi menjadi tiga bentuk yaitu bulat
(coccus), batang (basil), dan spiral. Bakteri berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,0 µm
dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 µm. Berdasarkan pergerakannya (motilitas)
dibedakan menjadi motil (bergerak) dan immotil (tidak bergerak). Beberapa
bakteri dapat tumbuh pada suhu 00 C dan ada yang mampu tumbuh dengan baik
pada sumber air panas yang suhunya 900 C (Pelczar dan Chan, 2007). Membran
permukaan sel memiliki sifat permeabel terhadap sebagian glukosa, asam amino,
dan gliserol. terdiri darimembran plasma tipis yang menyelubungi sitoplasma
(Ngalih, 2013).
Berdasarkan cara hidupnya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu heterotrof dan
autotrof (Setyaningsih dan Susilo, 2015). Berdasarkan kebutuhan oksigennya
dibedakan menjadi 2 yaitu aerob dan anaerob. Organisme aerobik atau aerob
adalah organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen
sedangkan anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri anaerob
ini terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung
oksigen. Berdasarkan tempat dan jumlah flagelnya terdiri dari; Monotrik,
Lopotrik, Ampitrik, Peritrik. Monotrik memiliki satu flagel yang terletak di salah
satu ujungnya, misalnya pada Pseudomonas aeruginosa. Amfitrik memiliki dua
flagel pada kedua ujungnya, misalnya pada Aquaspirillum serpens. Lopotrik
memiliki banyak flagel di salah satu ujungnya, misalnya pada Pseudomonas

6
tluorescens. Peritrik memiliki banyak flagel di seluruh tubuhnya, misalnya pada
Salmonella typhosa. Atrik tidak memiliki flagel (Siregar, 2008).

Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang diistilahkan sebagai


“koloni morfologi”. Koloni morfologi adalah cara para ilmuwan dapat
mengidentifikasi bakteri. Pengamatan makroskopis pada medium dalam cawan
petri meliputi pengamatan bentuk koloni, warna, elevasi dan tepian koloni.
Bentuk koloni dibagi menjadi circular (sekeliling tepi koloni rata), irregular
(sekeliling tepi koloni berlekuk), rhizoid (pertumbuhan menyebar seperti akar).
Tepian koloni meliputi entire (rata), lobate (berlekuk), undulate (bergelombang),
serrate (bergerigi), dan filamentous (tepi melebar seperti benang). Elevasi
merupakan derajat kenaikan pertumbuhan koloni di atas permukaan agar yang
dikelompokan menjadi flat, raised, convex dan umbonate (Cappucino dan
Sherman, 2012). Pengamatan mikroskopis dapat dilihat dari bentuk sel bakteri,
bakteri dibedakan atas tiga bentuk yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan
spiral (sprillum). Pada Gambar 2.2 tampak dengan jelas bentuk koloni bakteri
berdasarkan ukuran, bentuk, elevasi dan margin.

Gambar 2.2. Bentuk morfologi koloni bakteri (James G. Cappucino and Natalie
Sherman, 1987)

Beberapa penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil dari isolasi


bakteri pada limbah cair kelapa sawit seperti penelitian yang dilakukan Melita
Utari (2019) didapatkan 2 jenis bakteri yaitu Bacillus sp dan Enterobacter sp yang

7
memiliki sel berbentuk bakteri kokus dan basil. Hasil penelitian Monica Kharisma
Swandi, et al (2015) menyebutkan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit
memiliki karakter yaitu bentuk sel bakteri basil dan memiliki sifat gram positif
yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada sel bakteri. Hasil penelitian
lainnya Fandry (2006) terdapat 8 jenis bakteri lipolitik yang diisolasi dari limbah
cair kelapa sawit yaitu Aeromonas hydrohilia, Enterobacter aerogenes, Klebsiella
peneumonia, Morasella sp, Proteus vulgaris, Bacillus lichenformis, Bacillus sp,
dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian juga dilakukan oleh Bala et al., (2014)
tentang identifikasi bakteri pendegradasi limbah cair kelapa sawit terdapat jenis
bakteri Bacillus cereus memiliki kemampuan biodegradasi dan dapat mengurangi
polutan dari limbah cair kelapa sawit. Bakteri ini mampu memproduksi enzim
ekstraseluler sehingga menurunkan kadar minyak dan lemak pada limbah. Setiap
bakteri yang hidup di suatu tempat memiliki karakteristik yang berbeda dengaan
bakteri yang hidup di tempat lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu suhu, nutrisi, pH dan ketersediaan oksigen (Utari, 2019).
Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit salah satunya menggunakan
metode biologi yaitu pemanfaatan agen biologis seperti mikroorganisme untuk
menguraikan material yang terkandung dalam air limbah. Metode biologi atau
biodegradasi oleh mikroorganisme merupakan salah satu cara yang tepat, efektif
dan hampir tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan karena tidak
menghasilkan racun dan blooming karena mikroba ini akan mati seiring dengan
habisnya minyak.

B. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas
manusia atau proses alami yang belum mempunyai nilai ekonomi, tetapi justru
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik
(Utari, 2019). Secara umum limbah pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga bentuk,
yaitu limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit yang
mengandung sejumlah padatan tersuspensi, terlarut dan mengambang merupakan
bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi sehingga limbah dapat menjadi

8
substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri (Priyatna,
2017). Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) berbentuk seperti bubur,
berwarna kecokelatan dan berbau tidak enak.
Menurut Utomo (2001), setiap ton tandan buah sawit menghasilkan CPO
(Crude Palm Oil) ± 23%, limbah cair ± 8,5%, tandan kosong ± 16%, serat perasan
± 26 %, bungkil inti sawit ± 4%, cangkang ± 6%, solid ± 3%, dan limbah lain ±
13,5%. Limbah cair industri kelapa sawit memiliki kadar air 95%, padatan dalam
bentuk terlarut/tersuspensi 4,5%, sisa minyak dan lemak emulsi 0,5% – 1%.
Limbah cair industri kelapa sawit juga memiliki temperature yang tinggi yaitu
600C–800C karena limbah tersebut berasal dari proses kondensasi serta
mengandung bahan organik yang tinggi sehingga limbah tersebut berpotensi
untuk mencemari air tanah dan badan air (Kasnawati, 2011).
Limbah cair pabrik kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan POME
(Palm Oil Mill Effluent) ialah air buangan yang dihasilkan oleh pabrik kelapa
sawit utamanya berasal dari kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan sludge
separator. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan terbentuk sekitar
0,6 hingga 1 m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai COD lebih
40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 g/L sebagai nitrogen ammonia
dan total nitrogen. Sumber POME berasal dari unit pengolahan yang berbeda,
terdiri dari:
1. 60% dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi
2. 36% dari total POME berasal dari stasiun rebusan
3. 4 % dari total POME berasal stasiun inti.
Teknologi pengelolaan POME umumnya dengan menggunakan teknologi
kolam terbuka yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan aerobik dengan
total waktu retensi sekitar 90-120 hari. Teknologi kolam terbuka ini memerlukan
lahan yang luas (5-7 ha), biaya pemeliharaan yang cukup besar dan menghasilkan
emisi gas metana ke udara bebas (Utari, 2019). Dibawah ini gambar 2.1
merupakan limbah cair pabrik kelapa PT Cerenti Subur Kabupaten Kuantan
Singingi.

9
Gambar 2.1. PT Cerenti Subur Kabupaten Kuantan Singingi.
C. Potensi Penelitian sebagai Rancangan Handout
Handout merupakan media cetak yang meliputi bahan-bahan di atas kertas
yang disiapkan oleh guru sebagai bahan pengajaran dan informasi belajar yang
diambil dari bebrapa Literatur yang relevan dengan materi dan kompetensi dasar
(Daryanto dan Aris Cahyono, 2014). Handout merupakan bahan pembelajaran
yang ringkas. Penggunaan bahan ajar berupa handout diperlukan untuk
menambah pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga
peserta didik lebih mudah untuk memahami konsep-konsep materi yang diajarkan.
Selain untuk kebutuhan di sekolah, handout dibuat untuk membantu siswa dalam
belajar secara mandiri di rumah sebelum pelajaran yang dilakukan dikelas.
Handout juga dapat dikembangkan dengan memberikan kegiatan praktikum dan
evaluasi di dalamnya sehingga proses belajar semakin aktif dan kontekstual
(Arasyid, 2019).
Menurut Prastowo dalam Sukma (2015) handout memiliki banyak fungsi
dalam pembelajarn, diantaranya:
1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik
3. Sebagai bahan rujukan peserta didik
4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6. Memberi umpan balik
7. Menilai hasil belajar
10
Handout dirancang untuk menutup kelemahan atau sebagai komplemen
dari moodul, buku, atau sumber belajar lain yang digunakan. Menurut Pradipta
dalam Arasyid (2019) dalam penyusunan nya, format handout terdiri atas:
1. Cover (Judul, Nama Penulis, Pokok Bahasan)
Judul dalam rancangan handout ini didasarkan pada analisis
kurikulum, analisi tugas dan analisis konsep. Cover / halaman judul
memuat judul dan pokok bahasan. Pada halaman ini dapat juga
ditambahkan bebrapa hal misalnya nama penulis, nama mata pelajaran
dan keterangan lain yang dirasa sangat perlu sebagai informasi.
2. Kata pengantar, daftar isi, daftar gambar.
Kata pengantar dalam rancangan handout ini berisikan pjian terhadap
tuhan YME, shalawat nabi, ucapan terimakasih dan permohonan kritik
dan saran pembaca.
3. Daftar isi
Daftar isi merujuk kepada isi handout yang akan dirancang/disajikan.
Daftar gambar berisi gambar-gambar pendukung informasi/ teori pada
sajian handout.
4. Petunjuk Belajar
Petunjuk belajar merupukan petunjuk bagi peserta didik maupun guru
dalam menggunakan handout yang melampirkan langkah-langkah
pembelajaran, metode dan model pembelajaran.
5. Pendahuluan
Bagian pendahuluan handout berisi penjelasan tentang materi/topik
tentang bakteri. Bagian ini memuat peta konsep materi/topik
pembahasan supaya peserta didik lebih mudah dalam memhami sajian
handout.
6. Kompetensi yang ingin dicapai (KI, KD, Indikator Pencapaian)
Berisi tingkatan kurikulum yang melampirkan kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator pencapaian yang merumuskan kemampuan
tertentu yang harus dicapai peserta didik setelah mengadakan
pengalaman tertentu/proses pembelajaran.
11
7. Penjelasan Materi pokok
Pada masing-masing sub pokok bahasan dengan mnyajikan uraian
materi dilengkapi dengan data, gambar, dan tabel-tabel informasi dari
hasil penelitian yang mampu meningkatkan rasa ingin tahu peserta
didik.
8. Evaluasi (soal-soal)
Pada akhir handout pembelajaran disajikan evaluasi berbentuk essay
sebanyak 5 soal yang bertujuan untuk mengukur kemajuan belajar
peserta didik dalam satu unit pembelajaran.
9. Sumber referensi
Bagian tambahannya dengan melampirkan sumber referensi berupa
daftar pustaka.
Menurut Oktaviani, et al (2014) adapun langkah-langkah dalam
penyusunan handout adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisi kurikulum
2. Menentukan judul handout yang disesuaikan dengan KD dan materi
pokok yang akan dicapai
3. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
4. Menulis handout
5. Mengevaluasi hasil tulisan

12
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap uji isolasi dan
identifikasi bakteri pada limbah cair pabrik kelapa sawit dan tahap rancangan
handout pada pembelajaran biologi SMA kelas X.
A. Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Riau pada bulan November 2019 – Januari 2020.
2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah botol sampel,
mikropipet, kapas, ice box, kamera, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, cawan
petri, jarum ose, bunsen, autoklaf, inkubator, mikroskop, dan loupe. Bahan-bahan
yang digunakan adalah sampel limbah cair pabrik kelapa sawit, aquades, kapas,
Nutrient agar, crystal violet, iodine, safranin, alkohol 96 %, bahan uji biokimia
(triple sugar ion agar, sitrat cimon agar, sulphite indole motility,) dan buku
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology Seventh Edition.
3. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Riset dilakukan di
laboratorium dengan bahan uji berupa sampel limbah cair pabrik kelapa sawit di
PT Cerenti Subur Kabupaten Kuantan Singingi. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling yang artinya penentuan lokasi pengambilan sampel
berdasarkan atas pertimbangan tertentu yaitu pada dua kolam aerob. Kolam yang
dipilih adalah kolam pertama diletakkannya limbah cair kelapa sawit. Kolam ini
dipilih karena terletak paling dekat dengan pabrik kelapa sawit yang berwarna
hitam pekat dan kental, hal ini diduga pada kolam pertama tersebut belum terjadi
penurunan kadar BOD (Biological Oxygen Demand) dan pH serta kadar organik
yang tinggi. Sedangkan untuk pengambilan sampel yang kedua dilakukan pada

13
kolam aerob yang kedua yang berwarna kecoklatan diduga telah terjadi penurunan
pH dan kadar BOD dalam limbah tersebut.
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari
sterilisasi alat dan bahan, pengambilan sampel, pembuatan media, pengenceran
sampel, isolasi bakteri dan identifikasi bakteri.
Secara umum skema prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

Sterilkan alat dan bahan

Pengambilan sampel limbah cair pabrik kelapa sawit di PT.Cerenti Subur Kabupaten Kuantan
Singingi

Pengenceran sampel limbah cair dari 10-1 sampai 10-6

Pindahkan isolat 10-4 , 10-5, 10-6 kedalan cawan petri yang berisi media nutrient agar dengan
metode pour plate

Inkubasi selama 2 x 24 jam, Kemudian dilakukan biakan murni 1 x 24 jam

Identifikasi bakteri limbah cair pabrik kelapa sawit

Pengamatan morfologi : Uji Biokimia :


1. Warnakoloni 1. Triple Sugar Iron Agar
2. Elevasi koloni (TSIA)
3. Tepi koloni 2. Sitrat Cimons Agar (SCA)
4. Bentuk koloni 3. Sulphite Indole Motility
(SIM)

Uji Pewarnaan Gram

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian

a) Sterilisasi alat dan bahan


Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan selama penelitian disterlikan
terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dan tekan 2 atm
selama 15 menit. Proses sterilisasi dilakukan agar peralatan dan bahan-bahan yang
14
digunakan selama penelitian tidak terkontaminasi oleh mikroba-mikroba yang
tidak diinginkan.
b) Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian adalah limbah cair yang diambil
dari kolam instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sampel diambil secara
purpossive sampling pada 2 kolam aerob. Sampel tersebut diambil dengan
menggunakan botol steril dengan cara melepaskan tutup botol kemudian
menenggelamkannya kedalam kolam limbah, setelah terisi penuh segera diangkat
ke permukaan dan ditutup kembali. Beberapa kriteria dari sampel yang diambil
adalah berwarna coklat kehitaman dan terlihat seperti adanya lapisan minyak di
permukaan air limbah. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk diuji
laboratorium. Setelah sampel diperoleh dilakukan pengawetan sampel dengan cara
pendinginan yaitu penyimpanan di dalam ice box. Pendinginan pada suhu 40C
akan menghambat aktivitas mikroorganisme dan mengurangi penguapan gas serta
bahan-bahan organik.
c) Pembuatan media
Media yang digunakan dalam isolasi bakteri pada limbah cair pabrik kelapa
sawit adalah Pembuatan Media Nutrient agar (NA) yaitu disiapkan semua alat-
alat dan bahan-bahan yang akan digunakan. Kemudian ditimbang serbuk NA
sebanyak 5 gr dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 250 ml. Selanjutnya
dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanas dan pengadukan. Pelarutan tidak
boleh sampai mendidih (pelarutan harus sempurna sehingga tidak ada kristal yang
bersisa). Setelah itu media dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan disterilisasi
menggunakan autoklaf. Kemudian tuang media steril ke tabung erlenmeyer secara
aseptis.
d) Pengenceran sampel
Pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan sampel limbah cair
pabrik kelapa sawit dengan memasukkan 1 ml limbah cair kedalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml akuades steril. Hasil pengenceran tersebut adalah 10-1.
Selanjutnya diambil 1 ml larutan pengenceran 10-1 dimasukkan kedalam tabung

15
reaksi kedua yang berisi 9 ml air akuades steril di aduk hingga homogen maka
akan diperoleh pengenceran 10-2, demikian seterusnya hingga pengenceran 10-6.
e) Isolasi bakteri limbah cair pabrik kelapa sawit
Pengisolasian bakteri dilakukan dengan metoda pour plate untuk
menumbuhkan bakteri pada media nutrient agar. Setelah mendapat hasil
pengenceran 10-4, 10-5,dan 10-6 , maka diambil masing-masing 1 ml sampel
bakteri hasil pengenceran dan dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi
media Nutrien Agar. Selanjutnya media yang telah diisolasi bakteri diinkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 28-300C di dalam inkubator dengan posisi cawan petri
terbalik. Isolasi bakteri yang didapatkan kemudian diamati morfologi koloni dan
sel bakterinya. Semua tahapan dilakukan dalam kondisi steril. Setelah masa
inkubasi, isolat murni diidentifikasi dengan melakukaan pengamatan morfologi
dan uji biokimia.
f) Identifikasi Bakteri limbah cair pabrik kelapa sawit
Isolat bakteri yang didapatkan kemudian diidentifikasi dengan pengamatan
morfologi, uji pewarnaan gram, dan uji biokimia sebagai berikut :
1) Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi/makroskopis meliputi pengamatan bentuk, warna
dan tepi koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok massa sel yang dapat
dilihat dengan mata langsung. Penampakan koloni bakteri pada media tumbuh
bakteri menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas dapat dilihat dari
bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi, dan permukaan koloni.
2) Uji Pewarnaan Gram
Isolat yang diperoleh dari kultur media agar selajutnya diidentifikasi dengan
pewarnaan gram. Isolat yang berumur 24 jam diambil dari cawan petri dengan
menggunakan jarum ose kemudian diletakkan pada gelas objek, difiksasi diatas
bunsen. Preparat ditetesi dengan larutan crystal violet, didiamkan selama 30 menit
dan dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan. Selanjutnya preparat
ditetesi larutan iodine dan didiamkan selama 2 menit, dicuci dengan air mengalir
dan dikering anginkan.

16
Selajutnya preparat ditetesi dengan alkohol 96 % sampai warna ungu hilang.
Preparat ditetesi denga safranin dan didiamkan selama 30 detik, dicuci dengan air
mengalir dan didiamkan. Kemudian preparat diamati dengan menggunakan
mikroskop. Uji gram positif jika sel berwarna ungu dan negatif jika sel berwarna
merah (Lud Waluyo, 2008)
3) Uji Biokimia
Pengujian sifat biokimia bakteri dilakukan untuk mengetahui sifat dari
bakteri tersebut. Pengujian sifat biokimia yang dilakukan adalah uji Triple Sugar
Iron Agar (TSIA), Simon Citrat Agar (SCA) dan Sulphite Indole Motility (SIM).
(a) Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Tujuan dari uji biokimia dengan menggunakan media Triple Sugar Iron
Agar (TSIA) adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat
yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang
menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana
asam. Komposisi media ini terdiri dari beef extrac 3 gr, yeast extrac 3 gr, peptone
15 gr, proteose-peptone 5 gr, lactose 10 gr, saccharose 10 gr, dexote 1 gr, ferrous
sufat 0,2 gr, sodium chloride 5 gr, sodium thiosulfate 0,3 gr, phenol red 0,024 gr
dan agar 12 gr.
Media ini dibuat dengan komposisi 65 gram serbuk Triple Sugar Iron Agar
(TSIA) dan 1000 ml akuades yag dipanaskan dan diaduk homogen. Media
dituangkan ke dalam erlenmeyer dan disterilkan dengan autaklaf pada suhu 1210
C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Uji positif TSIA ditandai dengan lereng
media berwarna kuning dan bagian dasar media berwarna kuning yang
menunjukkan laktosa dan sukrosa mampu difermentasikan.
(b) Uji Simon Citrat Agar (SCA)
Menurut Bungaria Nababan (2008) Uji Sitrat Cimon Agar (SCA) dilakukan
untuk menguji bakteri dalam menggunaka sitrat sebagai sumber karbon. James G.
Capuccino and Natalie Suherman(1987) menambahkan bahan-bahan dalam
pembuatan SCA terdiri dari ammonium dihydrogen phospate 1 gr, diotassium

17
phospate 1 gr , sodium chloride 5 gr, sodium citrate 2 gr, magnesium sulfate 0,2
gr, agar 15 gr dan brom thymol blue 0,08 gr.
Semua bahan dicampur dan dilarutkan dalam 1000 ml akuades, kemudian
dipanaskan hingga mendidih dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil
sebanyak 3 ml lalu disterilkan menggunakan autaklaf pada suhu 1210 C dengan
tekanan 1,5 atm selama 15 menit. Hasil uji SCA apabilaterjadi perubahan warna
media dari hijau menjadi biru yang merupakan indikator bahwa bakteri mampu
menggunakan sitrat sebagai sumber energi.
(c) Uji Sulphita Indole Motility ( SIM)
Pengujian dengan menggunakan media Shulpite Indole Motility (SIM)
bertujuan untuk mengetahui kemampuan motilitas bakteri. Selain itu juga sebagai
petunjuk adanya aktivitas motilitas dapat diamati daerah bekas tusukan dari media
yang telah diinokuasi oleh biakan yang telah diinkubasi. Komposisi pembuatan
media Shulpite Indole Motility (SIM) terdiri dari peptone 30 gr, beef extrac 3 gr,
ferrous ammonium sulphate 0,2 gr, sodium thiosulfate 0,025 gr dan agar 3 gr.
Semua bahan dilarutkan ke dalam akuades hingga volume mencapai 1000
ml, pH diatur pada kisaran 7,3 kemudian diaduk hingga homogen. Selanjutnya
media dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 8 ml dan disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 1,5 atm selama 15 menit.
Apabila hasilnya negatif menunjukkan jika penyebaran berwarna putih seperti
akar hanya pada bekas tusukan inokulasi. Sebaliknya jika hasilnya positif maka
akan terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar
inokulasi.
4. Parameter Penelitian
Parameter dalam penelitian ini meliputi identifikasi bakteri limbah cair
pabrik kelapa sawit di PT Cerenti Subur Kabupaten Kuantan Singingi pada
tingkatan genus.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan atau uji sampel air limbah di laboratorium dan data yang
dikumpulkan melalui pencatatan hasil identifikasi biakan bakteri berdasarkan
18
pengamatan makroskopis (bentuk koloni, tepi koloni, warna koloni dan elevasi
koloni), mikroskopis (bentuk sel, dan pewarnaan gram), dan uji biokimia (TSIA,
SCA, dan SIM). Bakteri diidentifikasi secara bertahap sesuai dengan ciri-ciri pada
buku identifikasi bakteri Bergey’s Manual Of Determinative Bacteriology.
6. Teknik analisis data
Pada penelitian ini data yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi
yang meliputi pengamatan makroskopis (bentuk koloni, tepi koloni, warna koloni
dan elevasi koloni), mikroskopis (bentuk sel, dan pewarnaan gram), dan uji
biokimia (TSIA, SCA, dan SIM) disajikan dalam bentuk tabel dan gambar data
tersebut dibahas secara deskriptif untuk diambil suatu kesimpulan.

19

Anda mungkin juga menyukai