Anda di halaman 1dari 13

BAB 6

KERJASAMA

1. Qiradh

A. Pengertian Qiradh
Qiradh berasal dari kata al-Qith’u yang artinya potongan. Qiradh yaitu memberikan
modal dari seseorang kepada orang lain untuk modal usaha, sedangkan keuntungan untuk
keduanya menurut perjanjian antara keduanya pada waktu akad, dibagi dua atau tiga.
Menurut pengertian syar’i, yaitu akad yang mengharuskan seseorang yang memiliki
harta memberikan hartanya kepada seorang pekerja untuk dia berusaha sedangkan
keuntungan dibagi di antara keduanya.
Seperti yang dikutip oleh Ali Fikri, ulama Hanabilah mendefinisikan qardh sebagai
berikut :
‫ض دَ ْف ُع َما ٍل ِل َم ْن يَ ْنت َ ِف ُع بِ ِه َو َي ُردُّ بَدَ َله‬
ٌ ‫ال َق ْر‬
Qardh adalah memberikan harta kepada orang yang memanfaatkannya dan kemudian
mengembalikan penggantinya.

B. Dalil Qiradh
َ ‫ض ُم ْس ِل ًما قَ ْرضًا َم َّرتَي ِْن اِالَّ كَا نَ َك‬
.ً‫صدَقَ ٍة َم َّرة‬ ُ ‫ َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يُ ْق ِر‬: ‫قَا َل‬.‫م‬,‫ي ص‬ َّ ِ‫َع ِن اب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد ا َ َّن النَّب‬
)‫(رواه ابن ماجه وابن حبا ن‬
Artinya:
“dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah SAW. bersabda, tidaka ada seorang muslim
yang menukarkan kepada seorang muslim qaradh dua kali, maka seperti sedekah
sekali.
Dari Anas r.a, Nabi bersabda:
‫ما بال القؤض‬,‫ياخبريل‬:‫فقلت‬.‫الصدقة بعشرامثا لهاوالقؤض بثمانية عشر‬:‫رايت ليلة اسري بي عل باب الخنة مكتوبا‬
‫ والمستقرض اليستقرض إالمن حخة‬,.‫أل ن السائل يسأل وعنده‬:‫افضل من الصدقة؟قال‬
"Pada malam diisra'kan aku melihat tulisan di pintu surga, tertulis: 'sedekah mendapat
balasan sepuluh kali lipat dan Qiradh mendapat balasan delapan balasan kali lipat'. Aku
katakan: ' mengapa Qiradh itu dapat lebih afdhal daripada sedekah'? Jibril menjawab:
'karena (biasanya) orang yang meminta waktu ia (sedekah) ia sendiri punya, sedangkan
orang yang minta diQiradhkan ia tidak akan minta diQiradhkan kecuali ia butuh.

C. Rukun dan Syarat Qiradh


Rukun-rukun Qirad antara lain:
1) Shighat
Ijab dan qabul dengan ucapan apa saja yang membawa makna qiradh atau bagi hasil
karena yang menjadi maksud adalah makna sehingga boleh dengan ucapan yang
menunjukan akad.
2) Dua pihak yang berakad
Pemilik modal dan pekerja. Keduanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut. Syarat pertama, bagi pemodal sama dengan syarat yang memberi hak wakil
dan pekerja sama dengan syarat yang menjadi wakil sebab akad qiradh merupakan
wakil dan perwakilan. Syarat kedua, ada izin secara mutlak, tidak boleh bagi
pemodal mempersempit ruang gerak pekerja. Syarat ketiga, pekerja bebas
bekerja. Harta
Harta dalam akad qiradh syarat-syaratnya sebagai berikut: Syarat pertama, berupa
uang, yaitu yang sudah di cetak atau belum yang terbuat dari emas dan perak berupa
uang dirham atau dinar yang murni; Syarat kedua, hendaknya modal di ketahui
jumlah, jenis, dan sifatnya untuk menghindari jahalah (ketidaktahuan) terhadap
keuntungan; Syarat ketiga, harta yang di qiradhkan diketahui oleh pemilik; Syarat
keempat, hendaknya harta diserahkan kepada pekerja, dan dia bebas berbuat dan
bertindak.
3) Pekerjaan
Pekerjaan ini disyaratkan harus pekerjaan dalam perdagangan dan bukan semua
pekerjaan bisa untuk qiradh, yang boleh hanya pekerjaan yang bisa mendatangkan
keuntungan didapat dengan cara menekuni satu keahlian.
4) Keuntungan
Jika ada keuntungan maka keuntungan tersebut dibagi untuk pemilik pemodal dan
pekerja dan tidak dibolehkan ada syarat untuk pihak ketiga karena pemilik modal
mengambil keuntungan karena pekerjaanya, dan jika dia memberi qiradh dengan
syarat istri, anaknya atau orang ketiga mendapat sepertiga keuntungan, maka qiradh
menjadi batal sebab dia memberi orang lain sesuatu tanpa ada jerih payah tapi jika dia
juga mensyaratkan kepada mereka harus bekerja ini artinya dia memberi qiradh
kepada dua orang.
Syarat-syaratnya antara lain:
1) Kadar pinjaman itu harus diketahui dengan timbangan atau bilangan
2) Jika barang pinjaman itu berupa binatang, maka harus diketahui sifat dan umurnya
3) Pinjaman itu hendaknya dari orang yang memang sah memberikan pinjaman.

D. Macam-macam Qiradh
Qiradh dapat dilakukan oleh perorangan, dapat pula dilakukan oleh organisasi atau
lembaga lain dengan nasabahnya. Dalam kehidupan modern, qiradh dapat berupa kredit
candak kulak, KPR, dan KMKP.
1) Kredit Candak Kulak
Kredit candak kulak ialah pinjaman modal yang diberikan kepada para pedagang kecil
dengan sistem pengembalian sekali dalam seminggu dan tanpa tanggungan atau
jaminan. Biasanya kredit candak kulak dilakukan oleh KUD (koperasi unit daerah).
Kredit jenis itu bertujuan untuk membantu masyarakat kecil agar dapat memiliki jenis
usaha tertentu, misalnya berjualan usaha yang memerlukan biaya relatif ringan.
2) KPR
KPR (kredit pemilikan rumah) bertujuan membantu masyarakat yang belum memiliki
rumah. Bank menyediakan fasilitas berupa perumahan, dari yang bertipe sederhana
hingga mewah. Masyarakat yang berniat untuk memiliki rumah terssebut diwajibkan
membayar uang muka yang besarnya bervariasi, sesuai dengan tipe rumah yang
diinginkan. Selanjutnya, pada jangka waktu tertentu orang itu membayar angsuran
sesuai dengan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.
3) KMKP
KMKP (kredit modal karya permanen) dilaksanakan baik oleh negara maupun bank
swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini sudah tidak ada, yang ada sekarang adalah KUK
(kredit usaha kecil). Kredit ini hanya melayani masyarakat yang sudah mampu
sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada.

E. Prosedur Qiradh
Dalam pinjaman, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Pinjaman harus dimilikki melalui penerimaan (Ijab Qabul), sehingga ketika pihak
peminjam menerima pinjamannya, maka ia menjadi penanggung jawab. Pinjaman
boleh ditentukan batas waktunya dan pihak yang meminjami tidak berhak menagih
sebelum habis masa perjanjian.
2) Jika barang pinjaman itu masih tetap seperti sewaktu dipinjamkan maka harus
dikembalikan dalam keadaan semula. Sedangkan jika berubah pengembaliannya
dengan barang yang serupa, kalau tidak ada, cukup seharga barang yang dipinjam.
3) Bila pengangkutan uang (barang) untuk pembayaran uang itu tidak terjamin
keamanannya., maka pembayaran boleh dilaksanakkan diluar ketentuan semula,
sesuai dengan kehendak yang meminjamkan.
4) Pihak yang meminjamkan diharamkan mengambil riba dalam pinjaman tersebut.

F. Hikmah Qiradh
Hikmahnya antara lain:
1) Terwujudnya tolong menolong sebab tidak jarang orang yang punya modal tetapi
tidak punya keahlian berdagang atau sebaliknya punya keahlian berdagang tetapi
tidak punya modal.
2) Salah satu perilaku ibadah yang lebih mendekatkan diri pada rahmat Allah karena
dapat melepaskan kesulitan orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan.
3) Bagi yang mengqiradkan akan diberikan pahala dan kemudahan oleh Allah baik
urusan dunia maupunurusan akhirat.
4) Terciptanya kerjasama antara pemberi modal dan pelaksanaan yang pada akhirnya
dapat menumbuhkan dan memperkembangkan perekonomian ummat.
5) Terbinanya pribadi-pribadi yang taaluf (rasa dekat) antara keduanya.
6) Yang memberikan pinjaman modal akan mendapat unggulan pahala hingga delapan
belas kali lipat bisa dibandingkan dengan sedekah hanya sepuluh kali.

G. Kesimpulan
Qiradh yaitu memberikan modal dari seseorang kepada orang lain untuk modal usaha,
sedangkan keuntungan untuk keduanya menurut perjanjian antara keduanya pada waktu
akad, dibagi dua atau tiga. Rukun qiradh yaitu: sighat; dua pihak yang berakad; harta;
pekerjaan; dan keuntungan. Sedangkan syaratnya yaitu: Kadar pinjaman itu harus
diketahui dengan timbangan atau bilangan; Jika barang pinjaman itu berupa binatang,
maka harus diketahui sifat dan umurnya; Pinjaman itu hendaknya dari orang yang
memang sah memberikan pinjaman. Macam-macam qirah yaitu: kredit candak kulak,
KPR, dan KMKP.
2. Syirkah
A. Pengertian Syirkah (Kerja Sama).
Syirkah secara bahasa adalah masdar dari ‫ شارك‬yaitu ‫ شركة‬- ‫ شارك – شـــارك – شركا‬yang
berarti penyatuan dua dimensi atau lebih menjadi satu kesatuan. Kata ini juga berarti
bagian yang bersyarikat. Syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath atau khalatha ahada
minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta menjadi satu.
Demikian dinyatakan oleh Taqiyudin, yang dimaksud dengan percampuran di sini adalah
seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk
dibedakan.
Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berpendapat, antara lain:
 Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah:
ْ ‫ع ْقد ٌ بَيْنَ ْال ُمتشار َكي ِْن فِى َرأْ ِس ْال َما ِل‬
ِ‫وال َّربْح‬ ُ
“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan”.
 Menurut Muhammad Al-Syarbini Al-Khatib, yang dimaksud dengan syirkah
ialah:
“Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur
(diketahui)”.
 Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah:
َ ِ‫ى َوا ْقت‬
ِ َ‫س ِام ا َ ْرب‬
‫اح ِه‬ َ ِ‫صي ِْن فَأ َ ْكث َ َر َعلَى ْالت َع ْاو ِن فِى َع َم ٍل اِ ْكت‬
ٍٍّ ‫سا ِب‬ َ ‫ع ْقد ٌ بَيْنَ ش َْخ‬
ُ
“Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk ta’awun dalam bekerja pada suatu
usaha dan membagi keuntungannya”.

Dari hadist diatas menjelaskan bahwa serikat itu adalah kerja sama atau perseroan
dalam hal bisnis baik antara dua belah pihak maupun lebih dari dua orang ‫ا َنا‬
ِ َ‫ث‬,gambaran yang diberikan oleh hadist diatas adalah implikasi yang harus
‫الث ُالشَريْكين‬
diutamakan dalam syirkah adalah kejujuran, maka tidak boleh ada perkhianayan antara kedua
belah pihak.
Perkhianatan yang dilakukan dapat merugikan pihak-pihak yang terkait, jika
ada indikasi-indikasi atau telah terjadinya pengkhianatan maka pihak yang berserikat dapat
keluar dari perserikatas tersebut.
Pada dasarnya prinsip yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip keadilan
dalam kemitraan antara pihak yang terkait untuk meraih keuntungan prinsip ini dapat di
temukan dalam prinsip Islam ta’awun dan ukhuwah dalam sektor bisnis, dalam hal ini syirkah
merupakan bentuk kerjasama antara pemilik modal untuk mendirikan suatu usaha bersama
yang lebih besar. Bentuk kerja sama antara pemilik modal dan pengusaha merupakan suatu
pilihan yang lebih efektif untuk meningkatkan etos kerja.

B. Rukun dan Syarat Syirkah


Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama, menurut ulama’ Hanafiyah bahwa
rukun syirkah ada dua macam, yaitu ijab dan kabul, sebab ijab Kabul (akad) yang
menentukan adanya syirkah.
Di dalam kitab bidayatul mujtahid dijelaskan bahwa rukun syirkah ialah:
a) Segala sesuatu yang berhubungan dengan harta.
b) Mengetahui kadar harta yang akan di serikatkan.
c) Mengetahui kadar harta dari dua orang yang berserikat.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah. Secara garis besar syarat dari syirkah
ialah harta dan aqad. Sedangkan menurut Hanafiyah dibagi kepada empat bagian, yaitu:
1) Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta maupun
dengan yang lainnya, dalam hal ini ada dua syarat, yaitu; a) yang berkenaan dengan
benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima sebagai perwakilan, b) yang
berkenaan dengan keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak.
2) Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini terdapat dua perkara
yang harus dipenuhi yaitu; a) bahwa modal yang dijadikan objek syirkah adalah dari
alat pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal dan rupiah, b) yang dijadikan modal
(harta pokok) ada ketika akad syirkah dilakukan, baik jumlahnya sama maupun
berbeda.
3) Sesuatu yang bertalian dengan syarikat mufawadhah, bahwa dalam mufawadhah
disyaratkan a) modal (pokok harta) dalam syirkah mufawadhah harus sama, b) bagi
yang bersyirkah ahli untuk kafalah, c) bagi yang dijadikan objek akad disyaratkan
syirkah umum, yakni pada semua macam jual beli atau perdagangan.
4) Adapun syarat-syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengansyirkah
mufawadhah.

C. Macam-macam Syirkah
Ranah-ranah kajian syirkah sangatlah luas, apa lagi pada zaman sekarang ini banyak
para pemilik modal untuk melakukan syirkah dalam istilah modernnya relation bisine
atau lainnya, tetapi kalau kita kaji secara fiqh secara garis besar syirkah itu dibagi
menjadi dua macam :
a) Syirkah milk (Hak Milik) : Ibarat dua orang atau lebih memilikkan suatu benda
kepada yang lain tanpa ada akad syirkah.
Syirkah ini dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) Syirkah milk jabar (berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu
benda secara paksa).
2) syirkah milk ikhtiyar (berkumpul dua orang atau lebih dalam pemilikan benda
dengan ikhtiyar keduanya).
b) Syirkah Uqud (Transaksional) : Kerjasama antara dua orang yangbersekutu atau lebih
dalam modal dan keuntungan.
Mayoritas ulama’ membagi syirkah uqud menjadi empat bagian yaitu:
1) Syirkah ‘Inan
Mengeluarkan semua harta untuk digabung menjadi satu, kemudian dikelola
secara bersama-sama dan hasilnya dibagi dua sebagaimana kadar harta yang
dikeluarkan. Menurut para ulama’ ini adalah model syirkah yang diperbolehkan.
2) Syirkah wujuh
Kerjasama antar tiga pihak yang mana pihak kedua dan ketiga tidak mengeluarkan
modal, dan hasilnya dibagi bersama. Disini asas yang ditekankan adalah al-Siddiq
wa Al-Amanah.
3) Syirkah Mufawadhah
Kerjasama dua orang atau lebih untuk melakukan usaha dengan persyaratan
sebagai berikut:
 Modal harus sama banyak, bila ada salah satu diantara mereka lebih banyak
modalnya maka syirkah tersebut tidak sah.
 Memiliki kekuasaan absolut terhadap serikat tersebut.
 Satu agama, atau sesama muslim.
 Memiliki hak untuk mengelola dan menentukan keuntungan.

4) Syirkah Abdan
Kerjasama dua orang atau lebih untuk melakukan usaha atau pekerjaan atau lebih
mudahnya persekutuan dua orang atau lebih untuk menerima kerja yang akan
dikerjakan secara bersama-sama dan hasilnya dibagi bersama, seperti pemborong
bangunan. Instalasi listrik, atau pekerjaan diantara dua penjahit.

D. Mengakhiri Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila:
a) Salah satu pihak membatalkannya, meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainnya,
sebab syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela sama rela dari kedua belah
pihak yang tidak ada kemestian untuk dilaksanakan apabila salah satu pihak tidak
menginginkannya lagi, hal ini menunjukan pencabutan kerelaan syirkah oleh salah
satu pihak.
b) Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian mengelola harta),
baik karena gila maupun yang lainnya.
c) Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari dua orang,
yang batal hanyalah yang meninggal dunia saja.
d) Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan, baik karena boros yang terjadi pada
waktu perjanjian syirkah tengah berjalan maupun sebab yang lainnya.
e) Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa atas harta yang menjadi
saham syirkah.
f) Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah, bila
modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta hingga tidak dapat dipisah-
pisahkan lagi, yang menanggung resiko adalah para pemiliknya sendiri, apabila harta
lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak bisa dipisah-pisah lagi, maka menjadi
resiko bersama.
E. Keuntungan-keuntungan Penerapan Konsep Syirkah
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dalam konsep
pemberdayaan ekonomi manusia adalah subyek dari diri sendiri. Proses pemberdayaan
yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi
berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.
Pemberdayaan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pemberdayaan ekonomi
terhadap anggota syirkah, sebagai bagian dari masyarakat yang membutuhkan
penanganan untuk mendorong peningkatan pendapatan atau profit usaha. Sehingga
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.
Adapun keuntungan-keuntungan dari penerapan konsep syirkah terhadap pemberdayaan
ekonomi adalah sebagai berikut:
a) Perkongsian modal yang mulanya milik masing-masing individu dalam jumlah kecil
menjadi bertambah besar jumlahnya karena prinsip bagi hasil.
b) Adanya unit simpan pinjam melalui pengelolaan syirkah, sehingga para anggota lebih
mudah dalam mengakses modal usaha
c) Pada aqad syirkah lebih adil kerena pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung berdasarkan jumlah modal masing-masing, jadi tidak
ada pihak yang dirugikan.
d) Dapat menikmati peningkatan bagi hasil, pada saat keuntungan usaha anggota
meningkat.

F. Kesimpulan
a) Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan
dan kerugikannya ditanggung bersama.
b) Rukun syirkah yaitu harta, akad, dan dua orang yang berserikat. Syarat-syarat yang
pertalian dengan orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd).
c) Perbandingan pendapat mazhab imam Hanafi memperbolehkan keempat bentuk syirkah
uqud, imam Syafi’i hanya memperbolehkan syirkah ‘inan, imam Maliki melarang
syirkah wujuh, dan imam Hambali melarang syirkah mufawadlah.
d) Salah satu pihak membatalkannya, kehilangan kecakapan untuk bertasharruf, meninggal
dunia, ditaruh dibawah pengampuan, jatuh bangkrut, modal para anggota syirkah lenyap
sebelum dibelanjakan atas nama syirkah.
e) Syirkah ini memiliki manfaat kegunaannya dan keuntungan baik didunia dan akhirat.
3. Mudharabah
A. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usaha, artinya berjalan di bumi untuk mencari karunia Allah yaitu
rizeki.
Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama antara pemilik modal dengan
seorang pakar dalam berdagang, di dalam fiqh Islam di sebut dengan Mudharabah oleh
ulama fiqh Hijaz menyebutkan dengan qiradyang berarti al-qat’ (potongan). Pemilik
modal memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungannya. Mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al
ardh, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Abdurrahman al-Jaziri
mengatakan, Mudharabah menurut bahasa berarti ungkapan pemberian harta dari
seseorang kepada orang lain sebagai modal usaha di mana keuntungan yang diperoleh
dibagi diantara mereka berdua, dan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal.
Sedangkan menurut istilah syara’, Mudharabah merupakan akad antara dua pihak
untuk bekerja sama dalam usaha perdagangan dimana salah satu pihak memberikan dana
kepada pihak lain sebagai modal usaha dan keuntungan dari usaha itu akan dibagi di
antara mereka berdua sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

Para ulama fiqh mendefinisikan Mudharabah atau qirad dengan :

ِ َ‫أ َ ْن يَ ْد َفعٍ ا َ ْل َما ِلكُ اِلَى ْالع‬


‫ام ُل َم ًااليَتَ َج َر فِ ْي ِه َويَ ُك ْونُ الَّر ْب ُح ُم ْشت َِر ًكا‬
Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan
oleh pemilik modal, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi
menurut kesepakatan bersama.
Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahib al-mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu tidak disebabkan oleh kelalaian si pengelola. Namun,
apabila kerugian itu disebabkan kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

B. Dasar Hukum Mudharabah


1) Al-Qur’an
Akad Mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling
membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang.
Banyak diantara pemilik modal yang tidak pakar dalam mengelola dan
memproduktifkan uangnya, sementara itu banyak pula para pakar di bidang
perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang.
Ayat Al-Qur’an yang secara umum mengandung kebolehan akad Mudharabah
untuk bekerjasama mencari rezeki yang ditebarkan Allah di atas bumi adalah:
“Dan yang lain lagi, mereka bepergian di muka bumi mencari karunia dari
Allah”. (QS. Al-Muzammil: 20).
Maksud dari QS. al-muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama
dengan akar kata Mudharabah yang berarti melakuakn suatu perjalanan usaha.
“Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perdagangan) dari Tuhanmu”. (QS. Al-Baqarah: 198).

2) Hadis
Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah pernah melakukan
Mudharabah dengan Khadijah, dengan modal dari Khadijah. Beliau pergi ke Syam
dengan membawa modal tersebut untuk diperdagangkan.

‫ت الَ ِل ْل َبي ِْع‬


ِ ‫ش ِعي ِْر ِل ْل َب ْي‬
َّ ‫ط ْالب ِ ٍُّر ِباال‬
ُ َ‫ضةُ َواَ ْخال‬ َ ‫ث ِف ْي ِه َّن ْال َب َر َكةُ ْال َب ْي ُع ِإ‬
َ َ‫لى ا َ َج ٍل َواْلمق‬
َ ‫ار‬ ٌ َ‫سلَّ َم ثَال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫قَا َل َر‬
َ ِ‫س ُّو ُل هللا‬
Rasulullah saw bersabda: “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan,
yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (bagi hasil) dan mencampur
gandum putih dengan gandum merah untuk keperluan rumah bukan untuk
dijual.”
3) Ijma’
Ibnu Syihab pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari bapaknya dari
kakeknya: “Bahwa Umar bin Khattab pernah memberikan harta anak yatim
dengan cara Mudharabah. Kemudian Umar meminta bagian dari harta tersebut
lalu dia mendapatkan (bagian). Kemudian bagian tadi dibagikan kepadanya oleh
Al-Fadhal. ”Ibnu Qadamah dalam kitab Al-Mughni dari malik bin Ila’ bin
Abdurrahman dari bapaknya: “Bahwa Utsman telah melakukan qirad
(Mudharabah)”. Semua riwayat tadi didengarkan dan dilihat oleh sahabat
sementara tidak ada satu orang pun mengingkari dan menolaknya, maka hal itu
merupakan ijma’ mereka tentang kemubahan Mudharabah ini.

C. Syarat dan Rukun Mudharabah


Syarat yang harus dipenuhi dalam akad Mudharabah adalah:
1) Harta atau Modal
a) Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal berbentuk
barang, maka barang tersebut harus dihargakan dengan harga semasa dalam
uang yang beredar (atau sejenisnya).
b) Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
c) Modal harus diserahkan kepada mudharib, untuk memungkinkannya
melakukan usaha.
2) Keuntungan
a) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam prosentase dari keuntungan
yang mungkin dihasilkan nanti. Keuntungan yang menjadi milik pekerja dan
pemilik modal harus jelas prosentasinya.
b) Kesepakatan rasio prosentase harus dicapai melalui negosiasi dan dituangkan
dalam kontrak.
c) Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudharib
mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada shahib al-mal.

Menurut madzhab Hanafiyah rukun Mudharabah adalah ucapan tanda


penyerahan dari pihak yang menyerahkan dalam suatu perjanjian (ijab) dan
ucapan tanda setuju (terima) dari pihak yang menerima dalam suatu akad
perjanjian atau kontrak (qabul), jika pemilik modal dengan pengelola modal telah
melafalkan ijab qabul, maka akad itu telah memenuhi rukunnya dan sah.
Sedangkan menurut jumhur ulama’ ada tiga rukun dari Mudharabah yaitu:
a) Dua pihak yang berakad (pemilik modal/shahib al-mal dan pengelola
dana/pengusaha/mudharib); Keduanya hendaklah orang berakal dan sudah
baligh (berumur 15 tahun) dan bukan orang yang dipaksa. Keduanya juga
harus memiliki kemampuan untuk diwakili dan mewakili.
b) Materi yang diperjanjikan atau objek yang diakadkan terdiri dari atas modal
(mal), usaha (berdagang dan lainnya yang berhubungan dengan urusan
perdagangan tersebut), keuntungan;
c) Sighat, yakni serah/ungkapan penyerahan modal dari pemilik modal (ijab) dan
terima/ungkapan menerima modal dan persetujuan mengelola modal dari
pemilik modal (qabul).

D. Jenis-jenis Mudharabah
Mudharabah dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah (URIA)
Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahib al-mal(penyedia
dana) dengan mudharib (pengelola) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi
oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Penyedia dana melimpahkan
kekuasaan yang sebesar-besarnya kepada mudharib untuk mengelola dananya. Jadi
bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis
manapun yang diperkirakan menguntungkan.
Penerapan umum dalam produk ini adalah:
a) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara
pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan secara resiko yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicantumkan dalam akad.
b) Untuk tabungan Mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan. Sebagai
bukti penyimpanan serta kartu ATM dan atau alat penarikan lainnya kepada
penabung.
c) Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan
perjajian yang disepakati namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.
d) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabungan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2) Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet


Mudharabah muqayyadah on balance sheet adalah akad Mudharabah yang
disertai pembatasan penggunaan dana dari shahib al-mal untuk investasi-investasi
tertentu.
Contoh pengelolaan dana dapat diperintahkan untuk:
a) Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya.
b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
pinjaman, tanpa jaminan; atau
c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui
pihak ketiga.
3) Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet
Jenis Mudharabah ini merupakan penyaluran dana Mudharabah langsung
kepada pelaksanaan usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara (arranger)
yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana
dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari
bisnis (pelaksana usaha).
Karakteristik jenis simpanan ini adalah:
a) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank
wajib memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat pada pos
tersendiri dalam rekening administratif.
b) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang
diamanatkan oleh pemilik dana.
c) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara
pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.
Dalam lembaga keuangan akad tersebut diterapkan untuk proyek yang dibiayai
langsung oleh dana nasabah, sedangkan lembaga keuangan hanya bertindak
sebagai wakil yang mengadministrasikan proyek itu.

E. Hikmah Mudharabah
Sebagian orang memiliki harta, tetapi tidak berkemampuan untuk
memproduktifitaskannya. Terkadang pula ada orang yang tidak memiliki harta, tetapi ia
mempunyai kemampuan memproduktifitaskannya, oleh karena itu syariat membolehkan
muamalah ini supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaatnya.
Pemilik harta mendapatkan manfaat dengan pengalaman mudharib (orang yang diberi
modal), sedangkan mudharib dapat memperoleh manfaat dengan harta (sebagai modal)
dengan demikian tercipta kerjasama antara pemilik modal dan mudharib.
Adapun hikmah dari Mudharabah yang dikehendaki adalah mengangkat kehinaan,
kefakiran dan kemiskinan masyarakat juga mewujudkan rasa cinta kasih dan saling
menyayangi antar sesama manusia. Seorang yang berharta mau bergabung dengan orang
yang pandai memperdagangkan harta dari harta yang dipinjami oleh orang kaya tersebut.

F. Asas-asas Perjanjian Mudharabah


Asas-asas dalam perjanjian Mudharabah adalah;
1) Perjanjian Mudharabah dapat dibuat secara formal maupun informal, secara tertulis
maupun lisan. Namun, sesuai dengan ketentuan al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 282-
283 yang menekankan agar perjanjian-perjanjian dibuat secara tertulis.
2) Perjanjian Mudharabah dapat pula dilangsungkan diantara shahib al-mal dan
beberapa mudharib, dapat pula dilangsungkan diantara beberapa shahib al-mal dan
beberapa mudharib.
3) Pada hakekatnya kewajiban utama shahib al-mal ialah menyerahkan modal
Mudharabah kepada mudharib. Bila hal itu tidak dilakukan, maka perjanjian
Mudharabah menjadi tidak sah.
4) Shahib al-mal dan mudharib haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap
diangkat sebagai wakil.
5) Shahib al-mal menyediakan dana, mudharib menyediakan keahlian, waktu, pikiran,
dan upaya.
6) Mudharib berkewajiban mengembalikan pokok dana investasi kepada shahib al-mal
ditambah bagian dari keuntungan shahib al-mal.
7) Syarat-syarat perjanjian Mudharabah wajib dipatuhi mudharib.
8) Shahib al-mal berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan
perjanjian Mudharabah.
9) Shahib al-mal harus menentukan bagian tertentu dari laba kepada mudharib dengan
nisbah (prosentase).
10) Mudharabah berakhir karena telah tercapainya tujuan dari usaha tersebut.
Sebagaimana dimaksud dalam perjanjian Mudharabah atau pada saat berakhirnya
jangka waktu perjanjian Mudharabah atau karena meninggalnya salah satu pihak,
yaitu shahib al-mal atau mudharib.

G. Sebab-sebab Batalnya Mudharabah


Mudharabah menjadi batal karena hal-hal berikut:
1) Tidak terpenuhinya syarat sahnya Mudharabah. Apabila terdapat satu syarat yang
tidak dipenuhi, sedangkan mudharib sudah terlanjur menggunakan
modal Mudharabah untuk bisnis perdagangan, maka dalam keadaan seperti ini
mudharib berhak mendapatkan upah atas kerja yang dilakukannya, karena usaha yang
dilakukannya atas izin pemilik modal dan mudharib melakukan suatu pekerjaan yang
berhak untuk diberi upah.
2) Pengelola atau mudharib sengaja tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya
dalam memelihara modal, atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan
akad. Jika seperti itu dan terjadi kerugian maka, pengelola berkewajiban untuk
menjamin modal karena penyebab dari kerugian tersebut.
3) Pengelola meninggal dunia atau pemilik modalnya, maka Mudharabah akan menjadi
batal.
Jika pemilik modal yang wafat, pihak pengelola berkewajiban mengembalikan
modal kepada ahli waris pemilik modal serta keuntungan yang diperoleh diberikan
kepada ahli warisnya sebesar kadar prosentase yang disepakati. Tapi jika yang wafat
itu pengelola usaha, pemilik modal dapat menuntut kembali modal itu kepada ahli
warisnya dengan tetap membagi keuntungan yang dihasilkan berdasarkan prosentase
jumlah yang sudah disepakati.
Jika Mudharabah telah batal, sedangkan modal berbentuk ‘urudh (barang
dagangan), maka pemilik modal dan pengelola menjual atau membaginya, karena
yang demikian itu merupakan hak berdua. Dan jika si pengelola setuju dengan
penjualan, sedangkan pemilik modal tidak setuju, maka pemilik modal dipaksa
menjualnya, karena si pengelola mempunyai hak di dalam keuntungan dan dia tidak
dapat memperolehnya kecuali dengan menjualnya. Demikian menurut madzhab Asy
Syafi’i dan Hambali.

H. Kesimpulan
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan
suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus
persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.

Anda mungkin juga menyukai