Manusia Dan Ilmu Pengetahuan
Manusia Dan Ilmu Pengetahuan
MANUSIA
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentu tidaklah
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga.
PENGERTIAN
2..ABINENO J.
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang
berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
3.UPANISADS
6.ERBE SENTANU
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-
insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti
suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti
manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam
berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
sebagai hamba Allah dimuka bumi memiliki tugas untuk mengabdi atau
beribadah kepadaNya. Sebagaimana firmannya Q.S.Adz Dzaariyat, 51: 56:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya ”
Bila direnungkan dengan mata batin yang mendalam, kemudian dipakai daya
nalar dengan pikiran yang tajam, akan disadari betapa kehadiran manusia
di muka bumi ini bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan merupakan
kreasi terindah dari Al Khalik. Manusia dilahirkan sebagai khalifah, yang
harus mampu mengubah dunia menjadi “Alam abdiyah yang terang
benderang” karena peran manusia sebagai rahmatan lil ’ alamin.
Dalam hal ini Allah berfirman:Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah,
Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
(az-Zaariyaat, 51:56-58).
ILMU PENGETAHUAN
LATAR BELAKANG
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal
ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu
dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak
memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah
penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al –sunah
mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan
,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi.
Arti wahyu dari segi bahasa adalah petunjuk yang di sampaikan secara
sembunyi, atau dengan kata lain wahyu tersebut menggunakan metode
sembunyi-sembunyi dalam penyampaiannya. Pengertian wahyu Menurut
syara' wahyu adalah pemberitahuan Allah SWT kepada orang yang dipilih
dari beberapa hamba-Nya mengenai beberapa petunjuk dan ilmu
pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara yang tidak
biasa bagi manusia, baik dengan perantaraan atau tidak dengan perantaraan.
2.ilham
ilham ialah jiwa suatu pengetahuan kedalam jiwa yang meminta supaya
dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan
ijtihad dalam menyelidiki hujjah- hujjah agama.[2]
3.naluri
Naluri ialah pembawaan alami yang tidak disadari atau tidak perlu
dipelajari karena memang sudah bawaan (fitrah atau kodrat) dari Allah Sang
Pencipta, yang mendorong untuk berbuat sesuatu, dan terdapat pada semua
jenis makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia. Biasanya kata naluri
digunakan untuk menunjuk sesuatu berupa pembawaan khas suatu makhluk
atau berupa kasih sayang induk pada anaknya.
4.panca indra
Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, telinga / kuping, kulit dan
lidah.
3.Fungsi prediksi: meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga dapat
dicari tindakan percegahannya
1. Objektif, Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
5. Religius, segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam
upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
KESIMPULAN