Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PENGUKURAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

(VES) DENGAN MENGGUNAKAN


SOFTWARE IPI2WIN

Oleh

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN...........................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2

METODOLOGI...............................................................................4

PEMBAHASAN..............................................................................5

KESIMPULAN...............................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................7

LAMPIRAN....................................................................................8
PENDAHULUAN

Pada bagian ini, penulis berusaha menjelaskan tentang hasil pengukuran Vertical Electrical
Sounding (VES) dengan menggunakan software IP2WIN. Suatu pengolahan data penting karena data
yang didapat dari pengukuran harus terlebih dahulu dilakukan pengolahan agar data yang didapat
dapat diinterpretasikan.

Pengukuran dengan metode geolistrik memiliki beberapa konfigurasi elektroda yaitu wenner,
schlumberger, dipole-pole, dipole-dipole. Pada laporan pengolahan data ini sendiri penulis
menggunakan konfigurasi elektroda schlumberger yang mana pada konfigurasi ini jarak antara AB
lebih besar dibandingkan dengan jarak antara MN. Metode geolistrik ini sendiri memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah kedalaman yang didapat tergantung dari panjang bentangan yang
dibuat dan agar menghasilkan hasil yang baik haruslah dilakukan pengukuran berulang.

Pengolahan dengan software IP2WIN menghasilkan citra 1D yang menunjukkan perbedaan


dari nilai resistivitas pada tiap lapisan batuannya. Perbedaan nilai resistivitas ini dapat diketahui
dengan adanya perubahan warna disetiap lapisannya. Adapaun dalam pengolahan data dengan
menggunakan Software IP2WIN ini data yang digunakan adalah jarak antara electroda/2 baik itu MN
maupun AB kuat arus dan tegangan.

TINJAU PUSTAKA
1. METODE GEOLISTRIK

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912.
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis
lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct
Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2
buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin
panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan
lebih dalam.

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah.
Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang
terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada
jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik
yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut
terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.

Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama
dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni),
maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-
jari AB/2.

2. KEGUNAAN GEOLISTRIK

Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat
berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang
merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan
akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan
bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air
tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat.

Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas
dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui perkiraan
kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.

Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah permukaan.
Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika yang lain untuk
mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan.

3. KONFIGURASI

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak
dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada
kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda
perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah
permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak
digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei
yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan
pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan
tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data
geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman
dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat,
perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah
dsbnya.

‘Spontaneous Potential’ yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan
disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan
pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan
lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan
konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif
pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil
pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.

Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus
listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter
dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang
benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai
fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.

4. SOFTWARE IP2WIN

IP2WIN adalah salah satu software yang digunakan untuk mengolah data hasil pengukuran
geolistrik atau VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING (VES) yang mana menghasilkan data 1
dimensi untuk melihat kedalaman dan nilai resistivitas dari lapisan material
METODOLOGI

Pada makalah ini penulis menggunakan bantuan software IP2WIN adapaun langkah langkah dalam
mengolah data dengan software IP2WIN. Pengolahan dengan menggunakan software IP2WIN diawali
dengan membuat file baru pada software tersebut dengan cara menu file > New VES Point, kemudian
masukkan nilai AB/2, nilai MN dan nilai resisitivitas semu. Pada proses pemodelan perlu dilakukan
Smoothing pada data dengan Memilih menu Edit Field Curve agar mendapatkan pola yang jelas dari
grafik tersebut. Setelah itu dilakukan pemodelan dengan menambahkan Split ataupun Join, dimana
fungsi tersebut adalah untuk menambahkan permodelan kurva ( split ) dan menggabungkan
hasil split tersebut ( join). Pada proses pemodelan dilakukan dengan memperhatikan presentase error, semakin
kecil presentase error maka data akan semakin bagus. Setelah didapatkan hasil error yang baik
maka akan didapatkan informasi nilai resistivitas, nilai ketebalan dan nilai kedalaman pada table.
Kemudian data kedua dimasukkan ke data pertama dengan memilih Add File. Dengan menggunakan data yang
didapat tersebut dapat membuat model penampang vertical. Dan langkah terakhir adalah interpretasi data
secara kualitatif dan kuantitatif.

PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengolahan denan software IP2WIN didapatkan hasil berupa terdapat 12
lapisan dengan lapisan pertama sampai ke enam dengan nilai resistivitas 45.3Ωm lapisan ke tujuh
dengan resistivitas 2.79 Ωm kemudian 1161 Ωm, 160 Ωm, 3.26 Ωm, 352 Ωm, 10,8 Ωm dengan
tebal lapisan secara berurutan 4,2E-5 m,6.3E-85m, 1,6E-4m, 3,9E-4m, 9,8E-4m, 0.0025m,
0,0041m, 0,0314m, 0,0115m, 0,119m, 0,083m, dan 4,66m. Dengan kedalaman secara berurutan
yaitu 4,2E-5m, 1 E-4m, 2,6 E-4m, 6,5 E-4m, 0,0016m, 0,0041m, 0,0082m, 0,0396m, 0,0511m,
0,17m, 0,253m dan 4,81m.

KESIMPULAN

Dari nilai resistivitas diketahui bahwa lapisan lapisan merupakan material yang berbeda
yaitu paada lapisan pertama hingga ke enam merupakan lapisan Lanau dan lapisan ke tujuh
merupakan lempung, dan lapisan selanjutnya merupakan antrachite lapisan selanjutnya merupakan
marble selanjutnya merupakan clay, selanjutnya merupakan sand stone atau lime stone dan yang
terakhir merupakan clay

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,Im.2014. PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN IP2WIN METODE RESISTIVITY


KONFIGURASI SCHLUMBERGER. (online).https://www.academia.edu/7473036/
PENGOLAHAN_DATA_MENGGUNAKAN_IP2WIN_METODE_RESISTIVITY_KONFI
GURASI_SCHLUMBERGER.(diakses pada 20 februari 2019)
LAMPIRAN
KURVA DAN DATA DARI DATA HASIL PENGUKURAN

Anda mungkin juga menyukai