Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
hulu sampai ke sektor hilir. Yang melatar belakangi pembuatan makalah ini untuk
mengetahui tentang manajemen kesehatan ayam broiler.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen kesehatan ayam
broiler.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai acuan bagi peternak ayam broiler
bahwa manajemen kesehatan ayam broiler secara teoritis perlu diketahui dan
penting untuk diterapkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Sanitasi
Sanitasi adalah usaha pemeliharaan atau penjagaan melalui kebersihan meliputi
menjaga litter tetap kering, rajin membersihkan kotoran, menjaga kebersihan makanan
dan minuman, pemberian feed supplement, sebelum ayam masuk kandang dan
peralatannya dibersihkan serta didesinfektan dan dilakukan istirahat kandang. Sanitasi
merupakan tindakan yang sangat penting bagi kesehatan ayam agar produksinya tidak
menurun dan ayam tersebut tetap terpelihara dengan baik. Di Indonesia yang suhunya
selalu hangat dan udaranya lembab, mikroorganisme penyebab penyakit
(mikroorganisme infeksius) dapat berkembang dengan cepat. Menurut Sudarmono
(2003) sanitasi secara sederhana merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui
3
kebersihan ayam, petugas, dan lingkungan. Sanitasi terhadap ayam misalnya adalah
karantina terhadap ayam sakit, pembakaran bangkai ayam yang sudah mati dan
sebagainya. Sebagai catatan, penguburan bangkai dan pemanfaatan bangkai ayam
untuk paka hewan lain adalah tidak benar, karena hal itu akan membantu penyebaran
bibit penyakit (sudarmono, 2003).
Progam sanitasi mencegah tumbuhnya bibit-bibit penyakit untuk tumbuh atau
masuk ke dalam peternakan dari lingkugan sekitar maupun dari peternak lain. Selain
dari kekebalan ternak dan factor yang begitu penting yaitu mengenai dosis infeksi, atau
banyak penyakit dapat terjadi oleh satu mokroorganisme, biasanya disebabkan oleh
beberapa organisme. Jadi apabila progam sanitasi dilakukan dan dikerjakan terus
menerus maka penyebaran infeksi bias ditekan (Williamson, 1993). Sanitasi petugas
adalah prosedur agar petugas senantiasa bebas kuman sebelum melakukan aktivitasnya
di dalam kandang. Misalnya petugas wajib mencelupkan kakinya dalam larutan
desinfektan sebelum masuk ke kandang, petugas tidak dibenarkan berpindah-pindah
kandang terutama pada kelompok-kelompok yang memiliki umur berbeda, dan petugas
harus mengenakan pakaian kerja harian (sudarmono, 2003).
Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua peralatannya. Pada
ayam-ayam dikandang yang sudah terserang wabah maka benda-benda yang ada
didalam kandang seperti litter, kotoran, dan sisa-sisa makanan harus didesinfeksi
sampai merata, kemudian dibakar atau ditanam. Alat-alat perlengkapan kandang yang
berada didalam kandang disemprot dengan desinfektan kemudian dikeluarkan dan
dijemur selama beberapa hari. Untuk melakukan desinfeksi ini perlu mengenal macam-
macam desinfektan, sifat dan cara penggunaan (Sudarmono, 2003).
Desinfektan adalah bahan untuk mematikan mikroorganisme. Menurut Smith
(1997) desinfektan adalah kegiatan merusak seluruh bentuk mikroorgannisme
vegetative dan bentuk spora tidak dapat dirusak dengan cara ini. Beberapa desinfektan
yang dapat dipakai baik untuk semprot kandang maupun deeping antara lain:
1. Golongan phenol (alcohol, lysil dll)
2. Detergen
3. Iodine
Untuk campuran air minum biasanya menggunakan virusidal, iodine. Namun
untuk iodine ini mempunyai sifat korosif, sehingga dalam penggunaanya harus hati-
hati untuk kandang berbahan besi (Indartono dan Widodo, 2005). Sedangkan untuk
semprot lingkungan farm atau deeping dapat diginakan Lysol atau ditergen sehingga
4
menghemat biaya operasional. Air minum berklorinasi juga efektif untuk menhambat
virus, namun harus dibuat minimal 100 ppm (Indartono dan Widodo, 2005)
Keberadaan penyakit pada ternak pun sulit dibatasi keberadaannya pada ternak
yang dipelihara. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
diantaranya memperhatikan sumber bibit, vaksinasi yang teratur, menjauhi tempat-
tempat yang sebagai sumber penyakit, kurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stress,
pengawasan yang teratur dan pencatatan yang tertib.
Sanitasi harus disertai dengan pencegahan penyakit agar ayam betul-betul
terjaga kesehatannya. Tujuan dari usaha pencegahan penyakit adalah mengurangi
terjangkitnya penyakit seminimal mungkin, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat
seminimal mungkin (Murtidjo, 1992).
Pengolahan terhadap kandang, ternak ayam, dan peralatannya sehari-hari harus
selalu menerapkan prinsip kesehatan. Orang-orang dan makhluk-makhluk lain yang
berkepentingan sebaiknya tidak masuk kedalam kandang untuk mengurangi resiko
masuknya bibit penyakit.
2.1.2 Vaksinasi
Vaksin adalah suatu produk hayati yang berasal dari jasad renik (bakteri, virus,
dan lain-lain) yang bersifat merangsang pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi
sendiri berarti suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam agar kekebalan
terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992).
Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Vaksin aktif
Vaksin aktif adalah mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
lama daripada dengan vaksi inaktif/pasif.
2. Vaksin inaktif
Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah
dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu
membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungan
disuntuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
a. Ayam yang divaksin harus sehat.
b. Dosis dan kemasan harus tepat.
c. Sterilisasi alat-alat. (Anonymous, 2008)
5
Berikut ini program vaksinasi yang biasa dilakukan peternak yang sudah
berpengalaman, terutama untuk penyakit populer, yakni marek, ND atau tetelo, dan
gumboro.
Jenis
Pelaksanaan Vaksinasi Metode Vaksinasi
Penyakit
Hari pertama Subcutan atau
Marek
pemeliharaan intramuskuler
Hari ketiga dan diulang Air minum atau
ND
pd hari ke 21 spray
Air
Gumboro Hari ke 14 – ke 21
minum
2.1.3 Biosecurity
Menurut Jeffrey (2006), Biosecurity memiliki arti sebagai upaya untuk
mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak antara
hewan dan mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006), Biosecurity adalah
semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/ kontak dengan ternak
tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. WHO (2008)
menambahkan bahwa tindakan Biosecurity meliputi sekumpulan penerapan
manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit,
misalnya virus flu burung pada hewan atau manusia.
Menurut Rusny (2013) terdapat 8 tahap penerapan Biosecurity yaitu:
1. Biosecurity pada sumber ayam
2. Biosecurity terhadap ternak penggangu
6
3. Biosecurity tamu dan pekerja peternakan
4. Biosecurity ayam sakit/mati
5. Biosecurity pakan
6. Biosecurity kandang
7. Biosecurity limbah
8. Higiene peternak ayam
7
penganggu adalah unggas/burung liar, tikus, dan insekta. Hal yang harus diperhatikan
oleh pemilik ataupun pekerja peternakan, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan mempunyai/merawat unggas lain, babi, dan segala ternak
yang bisa menimbulkan risiko penyakit atau bahaya terhadap ayam (tikus dan
unggas liar merupakan vektor yang potensial),
2. Melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan ternak lain sebelum masuk
atau kontak dengan unggas.
2.1.3.3 Biosecurity tamu dan pekerja peternakan
Penerapan Biosecurity dalam pengawasan lalu lintas manusia meliputi ( Rusny 2013).
a. Karyawan atau orang yang terlibat di bisnis peternakan pembibitan ayam tidak
diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya. Begitu pula untuk
peternakan komersial.
b. Orang yang akan masuk ke dalam peternakan, sebelumnya tidak mengunjungi
peternakan pada tingkat di bawahnya (peternakan komersial, processing dan lain-
lain) yang status higienenya tidak diketahui, minimum dua hari setelah kunjungan
tersebut.
c. Tamu sebaiknya tidak mengunjungi peternakan bibit tetua (grand parent), kecuali
profesional (ahli).
9
Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah
jelas akan banyak ditemukan. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh
mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil
sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi.
Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi
di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak
mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
2.1.3.8 Higiene peternak ayam
Higiene adalah segala upaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan serta
berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. Hal ini
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pengertian higiene pangan adalah semua kondisi
dan tindakan untuk menjamin keamanan dan kelayakan makanan pada semua tahap
dalam rantai makanan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Jeffrey J.S. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.
file://localhost/F:/Folder%20TinPus/BIOSECURITY%20FOR%20POULTRY%20FL
OCKS.htm.http://www.vetmed.ucdavis.edu/vetext/INFPO_Biosecurity.html di akses
tanggal 5 Oktober 2019.
Nuriyasa, I.M. 2003.Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam Kandang
Terhadap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam Pedaging. Majalah Ilmiah
Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud. Hal 99-103.
Rusniy (2013). Tingkat adopsi inovasi biosekuriti ayam ras Petelur di Kabupaten Sidrap dan
faktor-faktor yang memepengaruhinya, program pascasarjana universitas Hasanuddin
Makassar.
Shulaw WP, Bowman GL. 2001.On-farm biosecurity: Traffic kontrol and sanitation
12