Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan hewan adalah hal utama yang harus dipertimbangkan saat


mengembangkan usaha peternakan. Hal ini berkaitan erat dengan munculnya berbagai
macam penyakit di ternak. Profil usaha peternakan di Indonesia menunjukkan bahwa
usaha perunggasan menyediakan kesempatan usaha yang lebih baik selama manajemen
peternakannya memiliki manajemen kesehatan hewan yang sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku saat ini. Dengan kata lain, jika manajemen kesehatan ternak
dilakukan secara optimal, maka munculnya berbagai penyakit dapat ditekan sebanyak
mungkin.

Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang


memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi
masyarakat Indonesia.Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya mengalami
peningkatan, karena harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat..
Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat,
karena dapat dipanen pada umur 5 minggu.Keunggulan broiler didukung oleh sifat
genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan
pemeliharaan. Penampilan ayam pedaging yang bagus dapat dicapai dengan sistem
peternakan intensif modern yang bercirikan pemakaian bibit unggul, pakan berkualitas,
serta perkandangan yang memperhatikan aspek kenyamanan dan kesehatan ternak
(Nuriyasa, 2003).

Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan,


menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan
kualitas produknya.Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen
namun ada standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus
sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas,
ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan
pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga
pengemasan.Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor

1
hulu sampai ke sektor hilir. Yang melatar belakangi pembuatan makalah ini untuk
mengetahui tentang manajemen kesehatan ayam broiler.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana manajemen kesehatan ayam broiler?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen kesehatan ayam
broiler.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai acuan bagi peternak ayam broiler
bahwa manajemen kesehatan ayam broiler secara teoritis perlu diketahui dan
penting untuk diterapkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Kesehatan Ayam Broiler


Program pencegahan penyakit merupakan salah satu kunci sukses usaha
beternak ayam broiler secara komersil. Program ini mutlak dijalankan, apalagi iklim di
Indonesia termasuk iklim tropis hingga faktor stress sebagai pemicu terjadinya penyakit
cukup tinggi, waktu setiap satu siklus pemeliharaan ayam broiler komersil sangat
pendek, biasanya jika ayam terinfeksi penyakit, sampai proses pemanenan, performa
ayam menjadi jelek dan harga jual menjadi murah.
Program pencegahan penyakit erat hubungannya dengan program sanitasi,
vaksinasi, biosecurity, dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala
ayam sakit mulai tampak, program ini dikatakan berhasil, jika dalam satu siklus
pemeliharaan ayam broiler yang dipelihara terbebas dari gangguan penyakit yang
merugikan.
Beberapa kerugian jika ayam broiler komersil terserang penyakit adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat kematian yang relatif tinggi
2. Konversi pakan yang tinggi
3. Tingkat pertumbuhan menurun dan BB lebih rendah dari standar
4. Pertumbuhan ayam tidak merata, lemas dan mudah mati
5. Performa ayam jadi jelek dan karkas berwarna merah
6. Biaya produksi menjadi tinggi

2.1.1 Sanitasi
Sanitasi adalah usaha pemeliharaan atau penjagaan melalui kebersihan meliputi
menjaga litter tetap kering, rajin membersihkan kotoran, menjaga kebersihan makanan
dan minuman, pemberian feed supplement, sebelum ayam masuk kandang dan
peralatannya dibersihkan serta didesinfektan dan dilakukan istirahat kandang. Sanitasi
merupakan tindakan yang sangat penting bagi kesehatan ayam agar produksinya tidak
menurun dan ayam tersebut tetap terpelihara dengan baik. Di Indonesia yang suhunya
selalu hangat dan udaranya lembab, mikroorganisme penyebab penyakit
(mikroorganisme infeksius) dapat berkembang dengan cepat. Menurut Sudarmono
(2003) sanitasi secara sederhana merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui
3
kebersihan ayam, petugas, dan lingkungan. Sanitasi terhadap ayam misalnya adalah
karantina terhadap ayam sakit, pembakaran bangkai ayam yang sudah mati dan
sebagainya. Sebagai catatan, penguburan bangkai dan pemanfaatan bangkai ayam
untuk paka hewan lain adalah tidak benar, karena hal itu akan membantu penyebaran
bibit penyakit (sudarmono, 2003).
Progam sanitasi mencegah tumbuhnya bibit-bibit penyakit untuk tumbuh atau
masuk ke dalam peternakan dari lingkugan sekitar maupun dari peternak lain. Selain
dari kekebalan ternak dan factor yang begitu penting yaitu mengenai dosis infeksi, atau
banyak penyakit dapat terjadi oleh satu mokroorganisme, biasanya disebabkan oleh
beberapa organisme. Jadi apabila progam sanitasi dilakukan dan dikerjakan terus
menerus maka penyebaran infeksi bias ditekan (Williamson, 1993). Sanitasi petugas
adalah prosedur agar petugas senantiasa bebas kuman sebelum melakukan aktivitasnya
di dalam kandang. Misalnya petugas wajib mencelupkan kakinya dalam larutan
desinfektan sebelum masuk ke kandang, petugas tidak dibenarkan berpindah-pindah
kandang terutama pada kelompok-kelompok yang memiliki umur berbeda, dan petugas
harus mengenakan pakaian kerja harian (sudarmono, 2003).
Sanitasi lingkungan meliputi seluruh kandang dan semua peralatannya. Pada
ayam-ayam dikandang yang sudah terserang wabah maka benda-benda yang ada
didalam kandang seperti litter, kotoran, dan sisa-sisa makanan harus didesinfeksi
sampai merata, kemudian dibakar atau ditanam. Alat-alat perlengkapan kandang yang
berada didalam kandang disemprot dengan desinfektan kemudian dikeluarkan dan
dijemur selama beberapa hari. Untuk melakukan desinfeksi ini perlu mengenal macam-
macam desinfektan, sifat dan cara penggunaan (Sudarmono, 2003).
Desinfektan adalah bahan untuk mematikan mikroorganisme. Menurut Smith
(1997) desinfektan adalah kegiatan merusak seluruh bentuk mikroorgannisme
vegetative dan bentuk spora tidak dapat dirusak dengan cara ini. Beberapa desinfektan
yang dapat dipakai baik untuk semprot kandang maupun deeping antara lain:
1. Golongan phenol (alcohol, lysil dll)
2. Detergen
3. Iodine
Untuk campuran air minum biasanya menggunakan virusidal, iodine. Namun
untuk iodine ini mempunyai sifat korosif, sehingga dalam penggunaanya harus hati-
hati untuk kandang berbahan besi (Indartono dan Widodo, 2005). Sedangkan untuk
semprot lingkungan farm atau deeping dapat diginakan Lysol atau ditergen sehingga
4
menghemat biaya operasional. Air minum berklorinasi juga efektif untuk menhambat
virus, namun harus dibuat minimal 100 ppm (Indartono dan Widodo, 2005)
Keberadaan penyakit pada ternak pun sulit dibatasi keberadaannya pada ternak
yang dipelihara. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
diantaranya memperhatikan sumber bibit, vaksinasi yang teratur, menjauhi tempat-
tempat yang sebagai sumber penyakit, kurangi hal-hal yang dapat menyebabkan stress,
pengawasan yang teratur dan pencatatan yang tertib.
Sanitasi harus disertai dengan pencegahan penyakit agar ayam betul-betul
terjaga kesehatannya. Tujuan dari usaha pencegahan penyakit adalah mengurangi
terjangkitnya penyakit seminimal mungkin, sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat
seminimal mungkin (Murtidjo, 1992).
Pengolahan terhadap kandang, ternak ayam, dan peralatannya sehari-hari harus
selalu menerapkan prinsip kesehatan. Orang-orang dan makhluk-makhluk lain yang
berkepentingan sebaiknya tidak masuk kedalam kandang untuk mengurangi resiko
masuknya bibit penyakit.

2.1.2 Vaksinasi
Vaksin adalah suatu produk hayati yang berasal dari jasad renik (bakteri, virus,
dan lain-lain) yang bersifat merangsang pembentukan antibodi. Sedangkan vaksinasi
sendiri berarti suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam agar kekebalan
terhadap serangan suatu penyakit (Murtidjo, 1992).
Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Vaksin aktif
Vaksin aktif adalah mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
lama daripada dengan vaksi inaktif/pasif.
2. Vaksin inaktif
Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah
dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu
membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungan
disuntuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
a. Ayam yang divaksin harus sehat.
b. Dosis dan kemasan harus tepat.
c. Sterilisasi alat-alat. (Anonymous, 2008)
5
Berikut ini program vaksinasi yang biasa dilakukan peternak yang sudah
berpengalaman, terutama untuk penyakit populer, yakni marek, ND atau tetelo, dan
gumboro.
Jenis
Pelaksanaan Vaksinasi Metode Vaksinasi
Penyakit
Hari pertama Subcutan atau
Marek
pemeliharaan intramuskuler
Hari ketiga dan diulang Air minum atau
ND
pd hari ke 21 spray
Air
Gumboro Hari ke 14 – ke 21
minum

Beberapa tahun terakhir berkembang suatu preparat baru yang di sebut


probiotik. Probiotik merupakan suatu cairan yang berisi media transport dengan satu
atau beberapa mikroorganisme yang bias diberikan kepada ayam ras dengan tujuan
menekan pertumbuhan mikroorganisme berbahaya di dalam tubuh ayam. Beberapa
mikroorganisme yang digunakan dan biasanya terdapat probiotik adalah Lactobacillus
acidophilus, L.casey, dan L. bulgericus. Pemberian probiotik ini diyakini mampu
meningkatkan kekebalan ayam terhadap serangan bakteri E. coli, Karen
mikroorganisme yang terkandung di dalamnya mampu memacu pertumbuhan dan
pembentukan sel-sel linfosit ( sel darah putih ), menyerap antigen, serta membunuh
bakteri.

2.1.3 Biosecurity
Menurut Jeffrey (2006), Biosecurity memiliki arti sebagai upaya untuk
mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak antara
hewan dan mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006), Biosecurity adalah
semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan
dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan penularan/ kontak dengan ternak
tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan. WHO (2008)
menambahkan bahwa tindakan Biosecurity meliputi sekumpulan penerapan
manajemen yang dilakukan bersamaan untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit,
misalnya virus flu burung pada hewan atau manusia.
Menurut Rusny (2013) terdapat 8 tahap penerapan Biosecurity yaitu:
1. Biosecurity pada sumber ayam
2. Biosecurity terhadap ternak penggangu
6
3. Biosecurity tamu dan pekerja peternakan
4. Biosecurity ayam sakit/mati
5. Biosecurity pakan
6. Biosecurity kandang
7. Biosecurity limbah
8. Higiene peternak ayam

2.1.3.1 Biosecurity pada sumber ayam


Menurut Rusny (2013). Ayam hidup yang akan masuk ke dalam peternakan
berpotensi membawa agen penyakit. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan terhadap sumber ayam yang akan masuk ke dalam wilayah peternakan,
yaitu:
1. Ayam yang datang berasal dari peternakan atau peternakan bibit yang bebas
penyakit. Ayam yang boleh masuk ke area kandang adalah yang telah diperiksa oleh
dokter hewan dan hasilnya harus negatif dari keberadaan agen-agen patogen dalam
unggas tersebut.
2. Ayam yang datang harus disertai Surat Keterangan Kesehatan Ternak (SKKH) yang
dikeluarkan oleh Dinas yang membawahi Kesehatan Ternak dan ditandatangani
oleh dokter hewan yang terkait.
Ditambahkan oleh Shulaw dan Bowman, (2001). Ayam yang akan masuk ke
area peternakan diisolasi terlebih dahulu dalam ruang tertutup sempurna agar tidak ada
agen-agen penyakit yang dapat keluar atau masuk ke area isolasi.

2.1.3.2 Biosecurity terhadap ternak penggangu


Menurut Rusny (2013). Biosecurity terhadap hewan pengganggu seperti
burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau dan
serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB, Psitakosis,
influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoar sejumlah besar
infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis, pasteurellosis dan
koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit termasuk
pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri penyebab
penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat
menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Beberapa ternak yang potensial sebagai ternak

7
penganggu adalah unggas/burung liar, tikus, dan insekta. Hal yang harus diperhatikan
oleh pemilik ataupun pekerja peternakan, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan mempunyai/merawat unggas lain, babi, dan segala ternak
yang bisa menimbulkan risiko penyakit atau bahaya terhadap ayam (tikus dan
unggas liar merupakan vektor yang potensial),
2. Melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan ternak lain sebelum masuk
atau kontak dengan unggas.
2.1.3.3 Biosecurity tamu dan pekerja peternakan
Penerapan Biosecurity dalam pengawasan lalu lintas manusia meliputi ( Rusny 2013).
a. Karyawan atau orang yang terlibat di bisnis peternakan pembibitan ayam tidak
diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya. Begitu pula untuk
peternakan komersial.
b. Orang yang akan masuk ke dalam peternakan, sebelumnya tidak mengunjungi
peternakan pada tingkat di bawahnya (peternakan komersial, processing dan lain-
lain) yang status higienenya tidak diketahui, minimum dua hari setelah kunjungan
tersebut.
c. Tamu sebaiknya tidak mengunjungi peternakan bibit tetua (grand parent), kecuali
profesional (ahli).

2.1.3.4 Biosecurity ayam sakit/mati


Menurut Rusny (2013). Ayam yang sakit/mati dapat menjadi sumber penyakit
berbahaya bagi ayam sehat yang berdekatan. Oleh karena itu, ayam yang sakit/mati
harus segera dikeluarkan dan dipisahkan sejauh mungkin dari kandang ayam sehat
sehingga tidak menulari ayam yang sehat. Ayam yang sakit/mati segera diisolasikan
dan didiagnosa di laboratorium oleh dokter ternak peternakan untuk segera diketahui
penyakitnya. Setelah itu, ayam tersebut harus segera dibakar di crematorium.
2.1.3.5 Biosecurity pakan
Biosecurity pakan meliputi penyimpanan pakan, memperhatikan lama
penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan pakan jadi. Pakan terhindar dari ternak
pengganggu ain seperti tikus, kutu dan kecoa. (Rusny 2013).
2.1.3.6 Biosecurity kandang
Pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh dilakukan diantara setiap
kelompok umur remaja sangat dianjurkan. Kandang dan peralatan harus dibersihkan
secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap flok
8
dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian kandang
secara parsial hanya dilakukan pada kandang petelur dan peralatannya setelah flok
dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang baru (Rusny 2013).
Menurut Hadi (2001) Pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh.
Kandang dan peralatan harus dibersihkan secara menyeluruh dari atas sampai bawah
dan didesinfeksi setelah setiap flok dipindahkan dari kandang semula dan sebelum flok
baru dimulai. Pencucian kandang secara parsial hanya dilakukan pada kandang dan
peralatannya setelah flok dipindahkan dari tempat awalnya ke tempat yang baru cara-
cara yang dianjurkan dalam pencucian kandang secara menyeluruhadalah sebagai
berikut :
a. Litter diangkat keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak menjauhi
kandang. Usahakan litter tidak berceceran, tidak terkena air, tidak mencemari jalan
atau pintu masuk kandang, dan tutuplah rapat-rapat.
b. Alat kandang dibersihkan, membersihkan sampai dasar kandang atau lantai,
termasuk seluruh rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lampu-
lampu dibersikan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.
c. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan
lainnya, setelah dibersihkan debunya, dibersihkan dengan air (air sabun), dibilas
dengan air bersih, lalu didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan
larut dalam air seperti senyawa fenol dengan konsentrasi sesuai aturan.
Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum 200 psi (pounds per square inch)
agar penetrasi bahan kimia berlangsung baik. Semprotan mengenai bagian dalam
motor listrik, oleh karena itu harus diselubungi dahulu sebelum disemprot, setelah
selesai dibuka kembali atau motor dilepas dahulu. Seluruh korden atau penutup
pada kedua sisi harus disemprot dengan air sabun, dibilas dengan air bersih, dan
didesinfeksi. Ketika kering, korden harus digulung dan dibiarkan udara mengalir
dengan sempurna.
d. Bila terdapat kerusakan kandang maka perbaikan dilakukan secepatnya. Setelah
selesai perbaikan, maka persiapan datangnya flok baru bisa dilakukan. Masa kosong
kandang sekitar dua minggu (minimal 14 hari).
e. Bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan pula baskom
dekontaminasi untuk mencuci kandang.
2.1.3.7 Biosecurity limbah

9
Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah
jelas akan banyak ditemukan. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh
mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil
sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi.
Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi
di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak
mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
2.1.3.8 Higiene peternak ayam
Higiene adalah segala upaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan serta
berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. Hal ini
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pengertian higiene pangan adalah semua kondisi
dan tindakan untuk menjamin keamanan dan kelayakan makanan pada semua tahap
dalam rantai makanan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen kesehatan ayam berkaitan dengan program pencegahan penyakit.


Pencegahan penyakit erat hubungannya dengan program sanitasi, vaksinasi, biosecurity,
dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika gejala ayam sakit mulai tampak,
program ini dikatakan berhasil, jika dalam satu siklus pemeliharaan ayam broiler yang
dipelihara terbebas dari gangguan penyakit yang merugikan.

Sanitasi adalah usaha pemeliharaan atau penjagaan melalui kebersihan meliputi


menjaga litter tetap kering, rajin membersihkan kotoran, menjaga kebersihan makanan dan
minuman, pemberian feed supplement, sebelum ayam masuk kandang dan peralatannya
dibersihkan serta didesinfektan dan dilakukan istirahat kandang. Sedangkan vaksinasi
sendiri berarti suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada ayam agar kekebalan
terhadap serangan suatu penyakit. Penting pula diterapkan biosecurity yang baik pada
peternakan ayam untuk pertahanan pertama dalam pengendalian wabah dan dilakukan
untuk mencegah semua kemungkinan penularan/ kontak dengan ternak tertular sehingga
rantai penyebaran penyakit dapat diminimalkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Restrukturisasi Sistem Perunggasan Di


Indonesia.

Jeffrey J.S. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.
file://localhost/F:/Folder%20TinPus/BIOSECURITY%20FOR%20POULTRY%20FL
OCKS.htm.http://www.vetmed.ucdavis.edu/vetext/INFPO_Biosecurity.html di akses
tanggal 5 Oktober 2019.

Murtidjo, B.A. (1992). Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

Nuriyasa, I.M. 2003.Pengaruh Tingkat Kepadatan dan Kecepatan Angin Dalam Kandang
Terhadap Indeks Ketidaknyamanan dan Penampilan Ayam Pedaging. Majalah Ilmiah
Peternakan, Fakultas Peternakan, Unud. Hal 99-103.

Rusniy (2013). Tingkat adopsi inovasi biosekuriti ayam ras Petelur di Kabupaten Sidrap dan
faktor-faktor yang memepengaruhinya, program pascasarjana universitas Hasanuddin
Makassar.

Shulaw WP, Bowman GL. 2001.On-farm biosecurity: Traffic kontrol and sanitation

Sudarmono.2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur, Yogyakarta: Kanisius.

Williamson,G,dan W.J.A. Payne. 1993.Pengantar Peternakan di daerah Tropis.Gadjah Mada


UniversityPress, Yogyakarta.

World Health Organization. 2008. What is Avian Influenza.http://www.searo.who.int/en/


section di akses tanggal 5 Oktober 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai