3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198
Received : 23 Juni 2018. Accepted 26 Juli 2018. Published online 6 September 2018
ABSTRAK
Daerah Pasaman Barat merupakan daerah yang memiliki potensi lahan perkebunan maupun
pertanian yang cukup luas. Kinali merupakan salah satu nagari di Pasaman Barat dengan luas wilayah
489.64 km₂ merupakan salah satu nagari di Kabupaten ini yang memiliki daya dukung lahan yang luas
dan berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan sapi. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan informasi pada peternak dan masyarakat tentang optimalisasi penggunaan “DEEA GestDect”
sebagai deteksi kebuntingan dini pada sapi rakyat dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
peternak dalam penangan reproduksi/ kebuntingan ternak di daerah Kinali Pasaman Barat. Metoda yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah (1) Penyuluhan (ceramah), dan (2) Demontrasi pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) dan desiminasi teknologi penggunaan “DEEA GestDect” sebagai alat deteksi
kebuntingan dini pada sapi rakyat. Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut: Pengetahuan dan keterampilan peternak dan masyarakat di daerah Kinali
Pasaman Barat sebelum dilaksanakan kegiatan ini belum mengenal deteksi kebuntingan dini pada sapi.
Namun demikian motivasi atau keinginan peternak dan masyarakat untuk melakukan usaha budidaya
ternak sapi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari keinginan peternak dan masyarakat untuk menguasai
teknologi teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” terhadap sapi rakyat sangat tinggi. Lebih
jauh dari kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam penangan
reproduksi/ kebuntingan dini ternak di daerah Kinali Pasaman Barat.
Kata Kunci : diseminasi, teknologi, deteksi kebuntingan dini, DEEA GestDect, sapi potong.
ABSTRACT
The West Pasaman area is an area that has a large enough potential for plantation and agricultural
land. Kinali is one of the nagari in Pasaman Barat with an area of 489.64 km₂ is one of the nagari in this
Regency which has a large carrying capacity of land and has the potential to develop cattle breeding
business. Community service activities are carried out with the aim of providing information to farmers
and the public about optimizing the use of "DEEA GestDect" as early pregnancy detection in popular
cattle and increasing the knowledge and skills of farmers in livestock reproductive / pregnancy handling
in the Kinali Pasaman Barat area. The methods used in this activity are (1) Counseling, and (2)
Demonstration of the implementation of Artificial Insemination (IB) and the dissemination of technology
using "DEEA GestDect" as a means of early pregnancy detection in popular cattle. From the results of the
dedication activities that have been carried out, some conclusions can be drawn as follows: Knowledge
and skills of farmers and communities in the Kinali Pasaman Barat area prior to the implementation of
this community service are not familiar with early pregnancy detection in cattle. However, the motivation
or desire of farmers and the community to undertake cattle breeding business is very large. This can be
seen from the desire of farmers and the community to master the technology of early pregnancy detection
technology "DEEA Gestdect" on people's cattle is very high. Furthermore, from community service
activities can increase the knowledge and skills of the community in early reproductive / pregnancy
handling of livestock in the Kinali Pasaman Barat area.
Keywords: dissemination, technology, early pregnancy detection, DEEA GestDect, beef cattle.
PENDAHULUAN
yang perlu dipertimbangkan sebagai hal penting bagi manajemen reproduksi yang harus
diterapkan.
Beberapa metode deteksi kebuntingan yang digunakan untuk mendeteksi
kebuntingan pada ternak antara lain adalah palpasi abdominal dan pengukuran
hormonal. Metode palpasi abdominal sulit dilakukan dan membutuhkan sensitifittas
pelaksana. Metode hormonal dilakukan dengan mengukur kadar progesteron dan
estrogen dalam darah (Hafez, 1993). Pengukuran kadar hormon dilakukan dengan
menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Radio
Immunoassay (RIA) membutuhkan biaya mahal (Hunter, 1981).
Pemilihan metode tergantung pada spesies, umur kebuntingan, biaya, ketepatan dan
kecepatan diagnosa. Pemeriksaan kebuntingan adalah salah satu cara dengan
menggunakan metode khusus untuk menentukan keadaan hewan bunting atau tidak.
Menurut Jainudeen dan Hafez, (2000) secara umum diagnosa kebuntingan dini
diperlukan dalam hal: 1. mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah
perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat
ditekan dengan penanganan yang tepat, 2. sebagai pertimbangan apabila ternak harus
di jual atau di culling, 3. untuk menekan biaya pada program breeding menggunakan
teknik hormonal yang mahal dan 4. membantu manajemen ternak yang ekonomis.
Metode/cara yang digunakan untuk deteksi kebuntingan tergantung spesies, umur
kebuntingan, biaya, ketepatan dan kecepatan diagnosa. Tujuan dari metode pemeriksaan
kebuntingan adalah untuk menentukan status kebuntingan dengan ketepatan 100 %, dan
tidak mempunyai positif palsu atau negatif palsu, menentukan kebuntingan sedini
mungkin, menentukan usia kebuntingan, menentukan kemampuan keberlangsungan
kebuntingan dan menentukan jenis kelamin fetus dan bisa berhasil dalam waktu singkat.
Salah satu cara paling akurat dan paling aman untuk mengetahui kebuntingan serta
umur kebuntingan pada sapi adalah dengan metode palpasi rectal. Namun cara ini sulit
dilakukan terutama oleh para pemula, untuk itu perlu dubutuhkan ketrampilan dan
latihan secara terus-menerus dan dibimbing oleh instruktur yang telah berpengalaman.
Jika menggunakan palpasi rektal paling cepat 2-3 bulan setelah IB/ dikawinkan baru
sapi bisa di cek kebuntingannya. Jika palpasi rektal dilakukan kurang dari dua bulan
setelah ternak sapi di IB akan sulit mendeteksi kebuntingannya. Pelaksanaan palpasi
rektum, tidak semua orang bisa melakukannya namun hanya orang tertentu yang
memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Namun ketersediaan orang-orang tersebut
tidaklah merata di seluruh daerah khususnya daerah Sumatera Barat.
Sekarang dengan adanya test kit “DEAA GestDect” peternak bisa melakukan
deteksi kebuntinga lebih dini yaitu mulai umur 15 hari dan hanya membutuhkan waktu
60 menit dalam pelaksanaannya. Penggunaan “DEAA GestDect” sebenarnya cukup
mudah yaitu dengan memasukan 1/3 urine sapi ke dalam tabung “DEAA GestDect”
kemudian teteskan 2-3 tetes larutan pendahuluan dan segera teteskan larutan penegas
sebanyak 5 tetes. Amati reaksi yang terjadi, jika sapi terdeksi bunting maka ditemukan
endapan di dalam tabung dan homogen jika sapi terdeksi tidak bunting. Adanya test kit
tersebut tentunya memberikan peluang untuk mengetahui sapi bunting pada usia
kebuntingan dini.
Selain mudah dan akurat, deteksi kebuntingan dengan “DEAA GestDect”
berpotensi meningkatkan reproduksi ternak. Jika sapi terdeteksi tidak bunting lebih awal
maka bisa dikawinkan lagi dan akan menurunkan waktu calving interval atau jarak
kelahiran yang serta merta akan menurunkan tingkat kerugian yang lebih bagi peternak.
Tujuan kegiatan ini adalah: 1. untuk meningkatkan ketepatan deteksi berahi dan
diagnosis kebuntingan dini pada sapi maka IB dapat dilakukan dengan tepat sehingga
dapat meningkatkan efisiensi usaha peternakan, 2. memperpendek interval beranak dan
meningkatkan efisiensi usahan dan pendapatan peternak, 3. meningkatkan populasi sapi
dengan memperbaiki nilai angka kawin per kebuntingan dan angka kelahiran serta
memperpendek selang beranak dan 4. desiminasi teknologi kebuntingan dini pada sapi
potong dengan test kit “DEAA GestDect” terhadap di daerah Kinali Pasaman Barat.
METODE
A. Persiapan
Tahap awal dilakukan penentuan lokasi di daerah Kinali Pasaman Barat.
Melakukan koordinasi dengan Kelompok tani maupun tokoh masyarakat untuk
menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Masyarakat Kinali Pasaman Barat sebagian besar memiliki usaha peternakan sapi.
Untuk meningkatkan pengetahuan para petani peternak maupun masyarakat maka tim
pelaksana berusaha memberi motivasi maupun alih teknologi tepat guna. Adapun
materi-materi yang diberikan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. manajemen
pemeliharaan sapi, 2. manajemen kesehatan dan reproduksi sapi, dan 3. deteksi
kebuntingan dini pada sapi.
Secara umum para peserta kegiatan dapat menerima dengan baik materi dan misi
yang disampaikan sebagai alternatif solusi yang berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan produksi. Dari
antusiasme para peserta sangat dimungkinkan tujuan akhir kegiatan ini tercapainya
peningkatan produktivitas peternakan sapinya, sehingga pada akhirnya kesejahteraan
peternak dengan sendirinya dapat meningkat pula.
Pemilihan metode tergantung pada spesies, umur kebuntingan, biaya, ketepatan dan
kecepatan diagnosa. Pemeriksaan kebuntingan adalah salah satu cara dengan
menggunakan metode khusus untuk menentukan keadaan hewan bunting atau tidak.
Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan dengan tepat
pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Dalam hal ini yang ingin dilakukan
adalah palpasi rektal pada umur kebuntingan dini karena metode ini adalah salah satu
dari beberapa metode yang sering dilakukan dan tanpa memakan biaya dan tenaga yang
cukup lama, tetapi yang sering dilakukan adalah palpasi pada umur kebuntingan tua.
Keterampilan untuk menentukan kebuntingan secara dini sangat perlu untuk dimiliki,
dalam hal ini semakin cepat kita mengetahui ternak itu bunting atau tidak bunting maka
semakin baik.
Mengingat hal ini waktu yang menjadi tolak ukur dalam manajemen pemeliharaan
ternak yang hanya akan mendatangkan kerugian bagi para peternak, maka salah satu
aletrnatifnya melakukan deteksi kebuntingan dini, dengan diketahuinya status
kebuntingan dalam waktu yang lebih cepat dan akurat, peternak dapat mengambil
tindakan lanjutan, misal menyesuaikan pakan apabila induk bunting atau menjual
ternaknya apabila tidak bunting akibat infertilitas, sehingga peternak tidak akan
mengalami kerugian yang besar akibat biaya pemeliharaan yang dikeluarkan pada sapi
yang di Inseminasi.
Untuk diketahui deteksi kebuntingan secara dini dengan teknik palpasi rektal dan
USG dapat digunakan yakni eksplorasi rectal adalah palpasi/meraba uterus melalui
dinding rectum (anus) untuk meraba apakah terjadi pembesaran yang terjadi selama
kebuntingan atau adanya membrane fetus maupun fetus. Teknik ini hasilnya dapat
diketahui dan cukup akurat namun harus dilakukan oleh tenaga profesional seperti
inseminator maupun dokter hewan. Disamping itu metode deteksi kebuntingan pada
ternak sapi dilakukan secara konvensional yaitu dengan pengecekan fisik secara
langsung (perogohan/palpasi rectal) yang hanya bisa dilakukan 60 hari setelah
inseminasi.
Sedangkan USG dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntingan secara dini yakni
menggunakan probe yang dapat mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga
abdomen yakni bentuk dan ukuran dari comua uteri. Alat ini dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya gangguan reproduksi, kematian embrio dini, jenis kelamin pedet
maupun abnormalitas pedet, akan tetapi harganya cukup mahal dan memerlukan
operator yang sudah terlatih.
Adanya teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” tentunya
memberikan peluang untuk mengetahui sapi bunting pada usia kebuntingan dini sesudah
dilakukan inseminasi atau kawin secara alami. Penggunaan “DEEA GestDect” ini
deteksi kebuntingan sapi dapat dilakukan lebih dini dan tanpa beresiko. Uji deteksi
kebuntingan hanya membutuhkan urine sapi saja untuk mendeteksi kebuntingan
tersebut. Disamping itu waktu deteksi kebuntingan sangat singkat hanya membutuhkan
waktu 60 menit dalam pelaksanaannya.
Teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” dapat digunakan untuk
mengetes kebuntingan sapi yang sudah diinseminasikan (Gambar 3). Deteksi
kebuntingan dini pada sapi induk ini dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sehingga
dapi induk yang diketahui belum bunting dapat segera dikawinkan kembali. “Hal ini
bisa memperpendek masa kosong atau kering dan sapi induk yang telah secara dini
diketahui bunting dapat segera dipelihara secara lebih baik untuk menjaga dan
menyelamatkan kebuntingan sampai lahir dengan selamat. Disamping itu peternak juga
dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sapi dan menekan biaya produksi.
Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan adalah: 1.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peternak tentang cara pemeliharaan sapi
perah yang baik dan benar, cara mendeteksi birahi secara benar agar tingkat
kebuntingannya meningkat, cara penanganan gangguan reproduksi dan kasus-kasus
penyakit yang sering terjadi, dan deteksi kebuntingan dini pada sapi dapat terjadi bila
dilakukan sinergi yang berkesinambungan antara peternak dan perguruan tinggi, 2.
Peternak bisa melakukan deteksi kebuntingan dini sapi dengan menggunakan “DEAA
GestDect”, selain mudah dan akurat, deteksi kebuntingan dengan DEAA Gest Dect
yang berpotensi dalam meningkatkan reproduksi ternak. Disamping itu akan
menurunkan tingkat kerugian yang lebih bagi peternak.
Saran
Dari hasil kegiatan ini perlu adanya kerjasama yang berkesinambungan antara
pihak perguruan tinggi sebagai tempat sumber informasi tentang adanya teknologi tepat
guna yang dapat diaplikasikan langsung pada peternakan agar peternakan lebih cepat
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Jainudeen, M.R. and Hafez. E.S.E. 2000. Pregnancy Diagnosis, dalam Hafez, E.S.E and
Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Karen, A., K. Szabadoz, J. Reiczigel, J.F. Beckers and O. Szenci. 2004. Accuracy of
transrectal ultrasonography for determination of pregnancy in sheep : effect of
fasting and handling of the animals. Theriogenology 61(7– 8): 1291 – 1298.
Samsudewa, D., A. Lukman dan E. Sugiyanto. 2003. Identifikasi ion fenol dalam
urine sebagai alternatif metode deteksi kebuntingan ternak. Prosiding Workshop
”Inovasi Teknologi menghadapi AFTA 2004”. Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Jawa Tengah, Semarang. hlm. 17 – 25.
Syaiful, F.L. 2018. Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya sapi potong terintegrasi
sawit dan penanaman rumput gajah sebagai bahan pakan ternak di nagari Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Unes Journal of Community Service. 2(2): 142-149.