Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No.

3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

DISEMINASI TEKNOLOGI DETEKSI KEBUNTINGAN DINI


“DEEA GESTDECT” TERHADAP SAPI POTONG DI KINALI
KABUPATEN PASAMAN BARAT

Ferry Lismanto Syaiful


Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Email: ferrylismanto5@gmail.com

Received : 23 Juni 2018. Accepted 26 Juli 2018. Published online 6 September 2018

ABSTRAK
Daerah Pasaman Barat merupakan daerah yang memiliki potensi lahan perkebunan maupun
pertanian yang cukup luas. Kinali merupakan salah satu nagari di Pasaman Barat dengan luas wilayah
489.64 km₂ merupakan salah satu nagari di Kabupaten ini yang memiliki daya dukung lahan yang luas
dan berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan sapi. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan informasi pada peternak dan masyarakat tentang optimalisasi penggunaan “DEEA GestDect”
sebagai deteksi kebuntingan dini pada sapi rakyat dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
peternak dalam penangan reproduksi/ kebuntingan ternak di daerah Kinali Pasaman Barat. Metoda yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah (1) Penyuluhan (ceramah), dan (2) Demontrasi pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) dan desiminasi teknologi penggunaan “DEEA GestDect” sebagai alat deteksi
kebuntingan dini pada sapi rakyat. Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut: Pengetahuan dan keterampilan peternak dan masyarakat di daerah Kinali
Pasaman Barat sebelum dilaksanakan kegiatan ini belum mengenal deteksi kebuntingan dini pada sapi.
Namun demikian motivasi atau keinginan peternak dan masyarakat untuk melakukan usaha budidaya
ternak sapi sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari keinginan peternak dan masyarakat untuk menguasai
teknologi teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” terhadap sapi rakyat sangat tinggi. Lebih
jauh dari kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam penangan
reproduksi/ kebuntingan dini ternak di daerah Kinali Pasaman Barat.

Kata Kunci : diseminasi, teknologi, deteksi kebuntingan dini, DEEA GestDect, sapi potong.

Desimination of Technology of Early Defense Detection "DEEA GestDect" Against


Beef Cattle in Kinali, Pasaman Barat District

ABSTRACT
The West Pasaman area is an area that has a large enough potential for plantation and agricultural
land. Kinali is one of the nagari in Pasaman Barat with an area of 489.64 km₂ is one of the nagari in this
Regency which has a large carrying capacity of land and has the potential to develop cattle breeding
business. Community service activities are carried out with the aim of providing information to farmers
and the public about optimizing the use of "DEEA GestDect" as early pregnancy detection in popular
cattle and increasing the knowledge and skills of farmers in livestock reproductive / pregnancy handling
in the Kinali Pasaman Barat area. The methods used in this activity are (1) Counseling, and (2)
Demonstration of the implementation of Artificial Insemination (IB) and the dissemination of technology
using "DEEA GestDect" as a means of early pregnancy detection in popular cattle. From the results of the
dedication activities that have been carried out, some conclusions can be drawn as follows: Knowledge
and skills of farmers and communities in the Kinali Pasaman Barat area prior to the implementation of
this community service are not familiar with early pregnancy detection in cattle. However, the motivation
or desire of farmers and the community to undertake cattle breeding business is very large. This can be
seen from the desire of farmers and the community to master the technology of early pregnancy detection
technology "DEEA Gestdect" on people's cattle is very high. Furthermore, from community service
activities can increase the knowledge and skills of the community in early reproductive / pregnancy
handling of livestock in the Kinali Pasaman Barat area.

Keywords: dissemination, technology, early pregnancy detection, DEEA GestDect, beef cattle.

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 18


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

PENDAHULUAN

Kabupaten Pasaman Barat merupakan daerah yang memiliki potensi lahan


perkebunan maupun pertanian yang cukup luas. Kinali merupakan salah satu nagari di
Pasaman Barat dengan luas wilayah 489.64 km₂ merupakan salah satu nagari di
Kabupaten Pasaman Barat yang memiliki daya dukung lahan berupa lokasi yang luas.
Daerah ini cocok untuk pemeliharaan sapi potong yang bisa memberikan keuntungan
yang baik bagi peternak jika di kelolah dengan manajemen yang baik. Disamping itu
daerah ini memiliki daya dukung lahan yang luas dan berpotensi dalam pengembangan
usaha peternakan sapi potong.
Namun saat ini dalam pengembangan peternakan sapi daerah ini masih perlu
adanya peningkatan pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan sapi yang baik dan
benar tentang reproduksi (kontrol kesehatan, sinkronisasi birahi dan inseminasi buatan),
pengolahan pakan dan penanganan limbah (sebagai bio gas dan pupuk). Hal ini
merupakan masalah utama bagi peternak sapi di daerah Kinali Pasaman Barat sehingga
karena kurangnya pengetahuan tersebut maka hasil produktivitas ternak juga kurang
optimal.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas susu dan menurunkan angka kawin
berulang maka perlu pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan sapi perah yang
baik dan benar serta tentang reproduksi (kontrol kesehatan, sinkronisasi birahi dan
inseminasi buatan). Sehingga kedepan seiring cara pemeliharaan yang baik dan benar
maka produktivitas diharapkan akan lebih meningkat dan seiring pengetahuan tentang
reproduksi yang semakin baik maka angka kawin berulang dapat ditekan. Sehingga
peternak dapat mengetahui waktu yang tepat dilakukan IB ataupun bila terjadi masalah
pada birahinya sapi.
Deteksi kebuntingan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan setelah
ternak dikawinkan. Deteksi kebuntingan yang lebih dini akan lebih cepat memberikan
informasi tentang keberhasilan perkawinan sehingga dapat segera dilakukan evaluasi
kegagalan. Evaluasi yang lebih cepat akan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi
(Karen et al. 2004). Namun, upaya tersebut membutuhkan deteksi kebuntingan yang
mempunyai akurasi tinggi, mudah digunakan, murah dan tidak berbahaya bagi ternak.
Deteksi kebuntingan dini diperlukan dalam hal mengindentifikasi ternak yang tidak
bunting segera setelah perkawinan atau Inseminasi Buatan (IB), sehingga waktu
produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat
seperti ternak harus dijual atau di culling (di potong). Hal ini bertujuan untuk menekan
biaya pada breeding program dan membantu manajemen ternak secara ekonomis.
Deteksi kebuntingan dini pada sapi induk ini dapat meningkatkan efisiensi
reproduksi sehingga dapi induk yang diketahui belum bunting dapat segera dikawinkan
kembali. “Hal ini bisa memperpendek masa kosong atau kering dan sapi induk yang
telah secara dini diketahui bunting dapat segera dipelihara secara lebih baik untuk
menjaga dan menyelamatkan kebuntingan sampai lahir dengan selamat.
Deteksi kebuntingan dini pada ternak sangat penting bagi sebuah manajemen
reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi. Deteksi kebuntingan pada sapi
sangat penting bagi peternak bila ditinjau dari segi ekonomi karena dengan mengetahui
ternaknya bunting atau tidak dalam waktu yang lebih cepat dan akurat maka peternak
dapat lebih cepat mengambil tindakan selanjutnya yakni memperbaiki pakan apabila
ternaknya bunting atau dapat dijadikan petunjuk untuk memotong atau menjual
ternaknya. Mengetahui bahwa ternaknya bunting atau tidak mempunyai nilai ekonomis

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 19


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

yang perlu dipertimbangkan sebagai hal penting bagi manajemen reproduksi yang harus
diterapkan.
Beberapa metode deteksi kebuntingan yang digunakan untuk mendeteksi
kebuntingan pada ternak antara lain adalah palpasi abdominal dan pengukuran
hormonal. Metode palpasi abdominal sulit dilakukan dan membutuhkan sensitifittas
pelaksana. Metode hormonal dilakukan dengan mengukur kadar progesteron dan
estrogen dalam darah (Hafez, 1993). Pengukuran kadar hormon dilakukan dengan
menggunakan Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Radio
Immunoassay (RIA) membutuhkan biaya mahal (Hunter, 1981).
Pemilihan metode tergantung pada spesies, umur kebuntingan, biaya, ketepatan dan
kecepatan diagnosa. Pemeriksaan kebuntingan adalah salah satu cara dengan
menggunakan metode khusus untuk menentukan keadaan hewan bunting atau tidak.
Menurut Jainudeen dan Hafez, (2000) secara umum diagnosa kebuntingan dini
diperlukan dalam hal: 1. mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah
perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat
ditekan dengan penanganan yang tepat, 2. sebagai pertimbangan apabila ternak harus
di jual atau di culling, 3. untuk menekan biaya pada program breeding menggunakan
teknik hormonal yang mahal dan 4. membantu manajemen ternak yang ekonomis.
Metode/cara yang digunakan untuk deteksi kebuntingan tergantung spesies, umur
kebuntingan, biaya, ketepatan dan kecepatan diagnosa. Tujuan dari metode pemeriksaan
kebuntingan adalah untuk menentukan status kebuntingan dengan ketepatan 100 %, dan
tidak mempunyai positif palsu atau negatif palsu, menentukan kebuntingan sedini
mungkin, menentukan usia kebuntingan, menentukan kemampuan keberlangsungan
kebuntingan dan menentukan jenis kelamin fetus dan bisa berhasil dalam waktu singkat.
Salah satu cara paling akurat dan paling aman untuk mengetahui kebuntingan serta
umur kebuntingan pada sapi adalah dengan metode palpasi rectal. Namun cara ini sulit
dilakukan terutama oleh para pemula, untuk itu perlu dubutuhkan ketrampilan dan
latihan secara terus-menerus dan dibimbing oleh instruktur yang telah berpengalaman.
Jika menggunakan palpasi rektal paling cepat 2-3 bulan setelah IB/ dikawinkan baru
sapi bisa di cek kebuntingannya. Jika palpasi rektal dilakukan kurang dari dua bulan
setelah ternak sapi di IB akan sulit mendeteksi kebuntingannya. Pelaksanaan palpasi
rektum, tidak semua orang bisa melakukannya namun hanya orang tertentu yang
memiliki keahlian dalam bidang tersebut. Namun ketersediaan orang-orang tersebut
tidaklah merata di seluruh daerah khususnya daerah Sumatera Barat.
Sekarang dengan adanya test kit “DEAA GestDect” peternak bisa melakukan
deteksi kebuntinga lebih dini yaitu mulai umur 15 hari dan hanya membutuhkan waktu
60 menit dalam pelaksanaannya. Penggunaan “DEAA GestDect” sebenarnya cukup
mudah yaitu dengan memasukan 1/3 urine sapi ke dalam tabung “DEAA GestDect”
kemudian teteskan 2-3 tetes larutan pendahuluan dan segera teteskan larutan penegas
sebanyak 5 tetes. Amati reaksi yang terjadi, jika sapi terdeksi bunting maka ditemukan
endapan di dalam tabung dan homogen jika sapi terdeksi tidak bunting. Adanya test kit
tersebut tentunya memberikan peluang untuk mengetahui sapi bunting pada usia
kebuntingan dini.
Selain mudah dan akurat, deteksi kebuntingan dengan “DEAA GestDect”
berpotensi meningkatkan reproduksi ternak. Jika sapi terdeteksi tidak bunting lebih awal
maka bisa dikawinkan lagi dan akan menurunkan waktu calving interval atau jarak
kelahiran yang serta merta akan menurunkan tingkat kerugian yang lebih bagi peternak.

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 20


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

Tujuan kegiatan ini adalah: 1. untuk meningkatkan ketepatan deteksi berahi dan
diagnosis kebuntingan dini pada sapi maka IB dapat dilakukan dengan tepat sehingga
dapat meningkatkan efisiensi usaha peternakan, 2. memperpendek interval beranak dan
meningkatkan efisiensi usahan dan pendapatan peternak, 3. meningkatkan populasi sapi
dengan memperbaiki nilai angka kawin per kebuntingan dan angka kelahiran serta
memperpendek selang beranak dan 4. desiminasi teknologi kebuntingan dini pada sapi
potong dengan test kit “DEAA GestDect” terhadap di daerah Kinali Pasaman Barat.

METODE

Tahapan pelaksanaan kegiatan adalah melakukan survei ke daerah Kinali Pasaman


Barat. Selanjutnya dilakukan koordinasi antara kelompok ternak dan masyarakat di
daerah Kinali Pasaman Barat bersama Tim Universitas Andalas untuk menentukan
prioritas pemecahan masalah dan menentukan jadwal kegiatan.

A. Persiapan
Tahap awal dilakukan penentuan lokasi di daerah Kinali Pasaman Barat.
Melakukan koordinasi dengan Kelompok tani maupun tokoh masyarakat untuk
menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Masyarakat Kinali Pasaman Barat sebagian besar memiliki usaha peternakan sapi.
Untuk meningkatkan pengetahuan para petani peternak maupun masyarakat maka tim
pelaksana berusaha memberi motivasi maupun alih teknologi tepat guna. Adapun
materi-materi yang diberikan pada kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. manajemen
pemeliharaan sapi, 2. manajemen kesehatan dan reproduksi sapi, dan 3. deteksi
kebuntingan dini pada sapi.

B. Pelaksanaan dan Monitoring


Upaya untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, maka dilakukan dengan
tahap awal yakni pendekatan kepada para anggota Kelompok Tani dan masyarakat yang
nanti diharapkan mampu melaksanakan dan mengadopsi alih teknologi tepat guna di
kelompoknya. Metode pemberdayaan masyarakat peternak tersebut melalui pendidikan
(penyuluhan) dan pelatihan yang berkelanjutan tentang: 1. manajemen peternakan sapi,
2. manajemen kesehatan dan reproduksi sapi dan 3. deteksi kebuntingan dini pada sapi.
Materi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Urine sapi betina bunting dan
tidak bunting. Bahan lain yang digunakan adalah bahan deteksi kebuntingan “DEEA
GestDect”, stiker, stop watch, tabel warna, harness dan tabung reaksi.
Metode penggunaan bahan deteksi kebuntingan ternak “DEEA GestDect” adalah
sebagai berikut: 1. siapkan urine ternak yang diduga bunting di dalam tabung reaksi
sebanyak ½ bagian tabung reaksi, 2. teteskan larutan pendahuluan sebanyak 2 tetes dan
amati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk suspensi coklat kekuningan berarti
ternak kemungkinan positif bunting, namun apabila terbentuk larutan homogen berarti
ternak kemungkinan negatif bunting, 3. untuk memastikan hasil pengujian, maka
lanjutkan dengan meneteskan 5 tetes larutan penegas dan amati perubahan yang
terjadi. Apabila terbentuk endapan berarti ternak positif bunting, namun apabila larutan
tetap menunjukkan hasil homogen maka ternak negatif bunting dan 4. apabila hasil
penetesan larutan pendahuluan menunjukkan adanya suspensi coklat kekuningan,
namun pada saat penetesan larutan penegas menunjukkan hasil larutan homogen maka

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 21


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

hasil itu disebut positif negatif.


Sebagai khalayak sasaran adalah peternak sapi dan masyarakat di daerah Kinali
Pasaman Barat. Pelaksanaan kegiatan ini juga melibatkan kerjasama dengan tokoh
masyarakat di daerah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” terhadap


sapi rakyat di Kinali Kabupaten Pasaman Barat telah dilakukan oleh Tim Universitas
Andalas di Kelompok Ternak dan Masyarakat di daerah Kinali Pasaman Barat. Kegiatan
ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sapi potong. Kegiatan diikuti oleh
petani peternak sapi dan masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah
penyuluhan, diskusi, demonstrasi dan praktek yang meliputi: cara pemeliharaan sapi
yang baik dan benar, cara mendeteksi birahi secara benar agar tingkat kebuntingannya
meningkat, penanganan gangguan reproduksi dan kasus-kasus penyakit yang sering
terjadi di kelompok ternak.
Kegiatan implementasi desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA
GestDect” terhadap sapi potong dilakukan oleh peternak langsung kepada ternak sapi
melalui penggunaan DEEA GestDect (Gambar 1) untuk mendeteksi kebuntingan dini
pada sapi. Hasil implementasi kemudian dievaluasi.

Gambar 1. Kit Test deteksi kebuntingan sapi “DEEA GestDect”

Secara umum para peserta kegiatan dapat menerima dengan baik materi dan misi
yang disampaikan sebagai alternatif solusi yang berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan produksi. Dari
antusiasme para peserta sangat dimungkinkan tujuan akhir kegiatan ini tercapainya
peningkatan produktivitas peternakan sapinya, sehingga pada akhirnya kesejahteraan
peternak dengan sendirinya dapat meningkat pula.

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 22


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

Peningkatan Pengetahuan, Wawasan dan Ketrampilan Peternak


Indikator kinerja keberhasilan kegiatan penyuluhan, diskusi dan pelatihan dapat
dilihat dengan membandingkan hasil pre test dan post test peternak. Hasil pre test dari
peternak menunjukkan nilai yang masih rendah. Hal ini menunjukkan minimnya
pengetahuan dan ketrampilan dari peternak mengenai cara pemeliharaan sapi yang baik
dan benar, cara mendeteksi birahi secara benar agar tingkat kebuntingannya meningkat,
cara penanganan gangguan reproduksi, dan sekaligus praktek teknologi deteksi
kebuntingan dini “DEEA GestDect” terhadap sapi rakyat (Gambar 2).
Dari hasil post test menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Hal ini
menandakan bahwa peternak telah paham terhadap materi yang diberikan dan ingin
mengaplikasikan teknologi yang diberikan.

Gambar 2. Penyuluhan Deteksi Kebuntingan Dini Pada Sapi Potong

Deteksi Kebuntingan Dini Pada Sapi


Keberhasilan program Inseminasi Buatan (IB), peternak/ masyarakat memiliki
peran sentral dalam kegiatan pelayanan IB. Faktor manusia, sarana dan kondisi
lapangan merupakan faktor yang sangat dominan. Berkaitan dengan peternak/
masyarakat sebagai pengelola ternak, motivasi seseorang untuk mengikuti program atau
aktivitas-aktivitas baru banyak dipengaruhi oleh aspek sosial dan ekonomi. Faktor sosial
ekonomi antara lain usia, pendidikan, pengalaman, pekerjaan pokok dan jumlah
kepemilikan sapi kesemuanya akan berpengaruh terhadap manajemen pemeliharaannya
yang pada akhirnya mempengaruhi pendapatan. Ketepatan deteksi birahi dan pelaporan
yang tepat waktu dari peternak kepada inseminator serta kerja inseminator dari sikap,
sarana dan kondisi lapangan yang mendukung akan sangat menentukan keberhasilan IB.
Melihat realitas di lapangan para peternak memelihara ternaknya yang sudah di
lakukan inseminasi/ IB masih standarisasi pemahamannya mengenai kapan waktu dan
secepat mungkin untuk melaporkan dalam periksaan kebuntingan pada ternak sapi yang
dipelihara, yang terkadang tidak semua ternak sapi yang IB positif bunting, dalam hal
ini harus dilakukan Pemeriksaan Kebuntingan dini.
Deteksi kebuntingan dini pada ternak sangat penting bagi sebuah manajemen
reproduksi sebagaimana ditinjau dari segi ekonomi. Mengetahui bahwa ternaknya
bunting atau tidak mempunyai nilai ekonomis yang perlu dipertimbangkan sebagai hal
penting bagi manajemen reproduksi yang harus diterapkan.

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 23


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

Pemilihan metode tergantung pada spesies, umur kebuntingan, biaya, ketepatan dan
kecepatan diagnosa. Pemeriksaan kebuntingan adalah salah satu cara dengan
menggunakan metode khusus untuk menentukan keadaan hewan bunting atau tidak.
Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan dengan tepat
pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Dalam hal ini yang ingin dilakukan
adalah palpasi rektal pada umur kebuntingan dini karena metode ini adalah salah satu
dari beberapa metode yang sering dilakukan dan tanpa memakan biaya dan tenaga yang
cukup lama, tetapi yang sering dilakukan adalah palpasi pada umur kebuntingan tua.
Keterampilan untuk menentukan kebuntingan secara dini sangat perlu untuk dimiliki,
dalam hal ini semakin cepat kita mengetahui ternak itu bunting atau tidak bunting maka
semakin baik.
Mengingat hal ini waktu yang menjadi tolak ukur dalam manajemen pemeliharaan
ternak yang hanya akan mendatangkan kerugian bagi para peternak, maka salah satu
aletrnatifnya melakukan deteksi kebuntingan dini, dengan diketahuinya status
kebuntingan dalam waktu yang lebih cepat dan akurat, peternak dapat mengambil
tindakan lanjutan, misal menyesuaikan pakan apabila induk bunting atau menjual
ternaknya apabila tidak bunting akibat infertilitas, sehingga peternak tidak akan
mengalami kerugian yang besar akibat biaya pemeliharaan yang dikeluarkan pada sapi
yang di Inseminasi.
Untuk diketahui deteksi kebuntingan secara dini dengan teknik palpasi rektal dan
USG dapat digunakan yakni eksplorasi rectal adalah palpasi/meraba uterus melalui
dinding rectum (anus) untuk meraba apakah terjadi pembesaran yang terjadi selama
kebuntingan atau adanya membrane fetus maupun fetus. Teknik ini hasilnya dapat
diketahui dan cukup akurat namun harus dilakukan oleh tenaga profesional seperti
inseminator maupun dokter hewan. Disamping itu metode deteksi kebuntingan pada
ternak sapi dilakukan secara konvensional yaitu dengan pengecekan fisik secara
langsung (perogohan/palpasi rectal) yang hanya bisa dilakukan 60 hari setelah
inseminasi.
Sedangkan USG dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntingan secara dini yakni
menggunakan probe yang dapat mendeteksi adanya perubahan di dalam rongga
abdomen yakni bentuk dan ukuran dari comua uteri. Alat ini dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya gangguan reproduksi, kematian embrio dini, jenis kelamin pedet
maupun abnormalitas pedet, akan tetapi harganya cukup mahal dan memerlukan
operator yang sudah terlatih.
Adanya teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” tentunya
memberikan peluang untuk mengetahui sapi bunting pada usia kebuntingan dini sesudah
dilakukan inseminasi atau kawin secara alami. Penggunaan “DEEA GestDect” ini
deteksi kebuntingan sapi dapat dilakukan lebih dini dan tanpa beresiko. Uji deteksi
kebuntingan hanya membutuhkan urine sapi saja untuk mendeteksi kebuntingan
tersebut. Disamping itu waktu deteksi kebuntingan sangat singkat hanya membutuhkan
waktu 60 menit dalam pelaksanaannya.
Teknologi deteksi kebuntingan dini “DEEA GestDect” dapat digunakan untuk
mengetes kebuntingan sapi yang sudah diinseminasikan (Gambar 3). Deteksi
kebuntingan dini pada sapi induk ini dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sehingga
dapi induk yang diketahui belum bunting dapat segera dikawinkan kembali. “Hal ini
bisa memperpendek masa kosong atau kering dan sapi induk yang telah secara dini
diketahui bunting dapat segera dipelihara secara lebih baik untuk menjaga dan

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 24


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

menyelamatkan kebuntingan sampai lahir dengan selamat. Disamping itu peternak juga
dapat meningkatkan efisiensi reproduksi sapi dan menekan biaya produksi.

Gambar 3. Desiminasi Teknologi Deteksi Kebuntingan Dini Pada Sapi Potong

Untuk pengecekan kebuntingan dengan palpaci rectal, biasanya peternak hanya


mengeluarkan biaya sekitar Rp 35 ribu. Untuk test “DEEA GestDect” ini, peternak
harus merogoh kocek sampai Rp 7 ribu per sampel. Ada baiknya memang program
ujicoba dilanjutkan dengan diintegrasikan pada program SIWAB yang menjadi
keunggulan Kementerian Pertanian untuk memperbanyak populasi sapi dalam upaya
meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi di daerah Kinali Pasaman Barat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan adalah: 1.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peternak tentang cara pemeliharaan sapi
perah yang baik dan benar, cara mendeteksi birahi secara benar agar tingkat
kebuntingannya meningkat, cara penanganan gangguan reproduksi dan kasus-kasus
penyakit yang sering terjadi, dan deteksi kebuntingan dini pada sapi dapat terjadi bila
dilakukan sinergi yang berkesinambungan antara peternak dan perguruan tinggi, 2.
Peternak bisa melakukan deteksi kebuntingan dini sapi dengan menggunakan “DEAA

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 25


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol. 1 No. 3, September 2018
Website. http://hilirisasi.lppm.unand.ac.id
e-ISSN: 2621-7198

GestDect”, selain mudah dan akurat, deteksi kebuntingan dengan DEAA Gest Dect
yang berpotensi dalam meningkatkan reproduksi ternak. Disamping itu akan
menurunkan tingkat kerugian yang lebih bagi peternak.

Saran
Dari hasil kegiatan ini perlu adanya kerjasama yang berkesinambungan antara
pihak perguruan tinggi sebagai tempat sumber informasi tentang adanya teknologi tepat
guna yang dapat diaplikasikan langsung pada peternakan agar peternakan lebih cepat
berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea and Febiger,
Philadelphia.

Hunter, R. F. 1981. Fisiologi dan Anatomi Organ Reproduksi. Diterjemahkan oleh:


Harya Putra, D. K. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jainudeen, M.R. and Hafez. E.S.E. 2000. Pregnancy Diagnosis, dalam Hafez, E.S.E and
Hafez, B. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia.

Karen, A., K. Szabadoz, J. Reiczigel, J.F. Beckers and O. Szenci. 2004. Accuracy of
transrectal ultrasonography for determination of pregnancy in sheep : effect of
fasting and handling of the animals. Theriogenology 61(7– 8): 1291 – 1298.

Samsudewa, D., A. Lukman dan E. Sugiyanto. 2003. Identifikasi ion fenol dalam
urine sebagai alternatif metode deteksi kebuntingan ternak. Prosiding Workshop
”Inovasi Teknologi menghadapi AFTA 2004”. Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Jawa Tengah, Semarang. hlm. 17 – 25.

Syaiful, F.L. 2018. Pemberdayaan masyarakat melalui budidaya sapi potong terintegrasi
sawit dan penanaman rumput gajah sebagai bahan pakan ternak di nagari Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Unes Journal of Community Service. 2(2): 142-149.

Desiminasi teknologi deteksi kebuntingan dini pada sapi potong 26


Ferry Lismanto Syaifil. Hal. 18-26

Anda mungkin juga menyukai