Matematika PDF
Matematika PDF
c. (a )
m n
= a mn B. BENTUK AKAR
d. (a b ) = a b
m n p mp np
Sifat-sifat Bentuk Akar
p
a m a mp a. n
an = a
e. n = np , b ≠ 0
b b b. a ⋅ b = a⋅b
a a
f. a0 = 1 , a ≠ 0 c. =
1 b b
g. a−n = n , a ≠ 0
a d. n
am = a n
m
1 1 a 1
e. = × = a
a a a a
kendi_mas_media@yahoo.com
C. LOGARITMA
p
Logaritma adalah invers dari perpangkatan, yaitu log b
e. a
log b = , dengan 0 < p < 1 ∨ p > 1
p
mencari pangkat dari suatu bilangan pokok, sehingga log a
f. 1
hasilnya sesuai dengan yang telah diketahui. a
log b = b
log a
a
log b = c ⇔ a c = b g. a
a
log b
=b
Di mana:
h. a
log b ⋅ b log c ⋅ c log d = a log d
1. a dinamakan bilangan pokok dengan 0 < a < 1 atau
a > 1,
2. b dinamakan numerus, yaitu bilangan yang dicari 2. Persamaan Logaritma
logaritmanya, dengan b > 0,
3. c dinamakan hasil logaritma.
a
log f (x) = a log g(x) ⇒ f (x) = g(x)
ax 2 + bx + c = 0 x12 − x22 = ( x1 + x2 )( x1 − x2 )
dengan a, b, c bilangan real dan a ≠ 0 .
x13 + x23 = ( x1 + x2 ) − 3x1 ⋅ x2 ( x1 + x2 )
3
1. Jenis-jenis Akar 1 1 x1 + x2
+ =
Persamaan kuadrat ax 2 + bx + c = 0 mempunyai: x1 x2 x1 ⋅ x2
1. akar real jika D ≥ 0 ,
2. akar real berlainan jika D > 0 , 3. Sifat-sifat Akar Persamaan Kuadrat
3. akar real kembar jika D = 0 ,
4. akar imajiner/ khayal jika D < 0 , Diketahui persamaan kuadrat ax 2 + bx + c = 0 de-
dengan D = b2 − 4ac . ngan x1 dan x2 akar-akarnya, maka sifat akar-akar
persamaan kuadrat yang diketahui:
2. Jumlah dan Hasil Kali Akar-akar
1. Kedua akarnya positif, jika:
Diketahui x1 dan x2 adalah akar-akar dari persamaan x1 + x2 > 0 ; x1 ⋅ x2 > 0 ; D ≥ 0
kuadrat ax 2 + bx + c = 0 , maka:
kendi_mas_media@yahoo.com
2. Kedua akarnya negatif, jika: dua titik.
ii. D = 0 ⇒ parabola menyinggung sumbu x.
x1 + x2 < 0 ; x1 ⋅ x2 > 0 ; D ≥ 0
iii. D < 0 ⇒ parabola tidak memotong sumbu x.
3. Kedua akarnya berlainan tanda, jika:
2. Nilai Ekstrem Dari Fungsi Kuadrat
x1 ⋅ x2 < 0 ; D > 0
Fungsi kuadrat f (x) = ax 2 + bx + c mempunyai:
4. Kedua akarnya berlawanan, jika:
−b
x1 + x2 = 0 1. Sumbu simetri: x =
2a
5. Kedua akarnya berkebalikan, jika: D b2 − 4ac
2. Nilai ekstrem: =
x1 ⋅ x2 = 1 −4a −4a
Nilai ekstrem maksimum jika a < 0.
Nilai ekstrem minimum jika a > 0.
4. Menentukan Persamaan Kuadrat θ
Persamaan kuadrat baru yang akarnya α dan adalah 3. Menyusun Persamaan Fungsi Kuadrat
B. FUNGSI KUADRAT b. Diketahui titik potong dengan sumbu x, (x1 ,0) dan
Fungsi f yang didefinisikan sebagai f (x) = ax 2 + bx + c (x2 ,0) serta titik lain
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 3 PERTIDAKSAMAAN
kendi_mas_media@yahoo.com
D. EKUIVALENSI F. PENARIKAN KESIMPULAN
Pernyataan yang mempunyai nilai kebenaran sama. Modus Ponens Modus Tollens Sillogisme
Contoh: p ⇒ q ≡ q ⇒ p ≡ p ∨ q
pÞq (B) pÞq (B) p Þ q (B)
E. KONVERS, INVERS, DAN KONTRAPOSISI p (B) q (B) q Þ r (B)
\ q (B) \ p (B) \ p Þ r (B)
n Konvers dari implikasi p Þ q adalah q Þ p
n Invers dari implikasi p Þ q adalah ~ p Þ ~ q
n Kontraposisi dari implikasi p Þ q adalah ~ q Þ ~ p
x
b
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 6 STATISTIKA DAN PELUANG
1. Rata-rata/mean ( x )
1n−
Me = Q2 = tb +
2 ∑ f c
Data tunggal: fk
n
n = banyak data,
x + x + ... + xn
∑x
i =1
i xi = data ke-i,
tb = tepi bawah kelas yang memuat Me/Q2
∑ f = jumlah seluruh frekuensi sebelum kelas Me
x= 1 2 = i = 1, 2, 3, …, n.
n n
fk = frekuensi kelas yang memuat Me
Data kelompok: 4. Kuartil
n
Nilai yang membagi sekumpulan data yang telah
f x + f x + ... + fn xn
∑fx
i =1
i i
fi = banyak data xi, terurut menjadi 4 bagian.
x= 1 1 2 2 = n
Data kelompok:
f1 + f2 + ... + fn n = f1 + f2 + ... + fn .
∑f i 1n−
4 (∑ )
f
1
c
i =1
Kuartil bawah (Q1): Q1 = tb1 +
f1
2. Modus (Mo)
Modus adalah data dengan frekuensi paling banyak
atau data yang paling sering muncul. Kuartil atas (Q3): Q3 = tb3 +
3n−
4 (∑ )
f
3
c
f3
n Data tunggal:
Contoh:
Diketahui data: 3, 3, 6, 8, 7, 9, 9, 7, 5, 7, 7, 7. Dengan:
Modus dari data tersebut adalah 7. tb1 /tb3 = tepi bawah kelas yang memuat Q1 /Q3
n Data kelompok: ( ∑ f )1 / ( ∑ f )3 = jumlah frekuensi sebelum Q1/Q3
f1 / f3 = frekuensi kelas yang memuat Q1/Q3
d1
Mo = tb + c 5. Jangkauan (J)
d1 + d2
n Jangkauan atau range dirumuskan dengan:
tb = tepi bawah kelas modus J = xmax − xmin
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas
sebelumnya n Jangkauan antarkuartil (H):
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas H = Q3 − Q1
sesudahnya
n Jangkauan semi antarkuartil (Qd):
c = panjang kelas
1
3. Median (Me/Q2) Qd = (Q3 − Q1 )
2
Median adalah nilai tengah dari data yang telah
diurutkan. Median bisa disebut juga kuartil 2 atau 6. Simpangan rata-rata (SR)
kuartil tengah. Data tunggal: Data kelompok:
Data tunggal: n n
xn + xn SR = SR = n
n
Jika n genap maka: Me = 2 2
+1
∑f i
2 i =1
kendi_mas_media@yahoo.com
7. Ragam/variansi (R)
A1 × A2 × A3 × ... × In
Data tunggal: Data kelompok:
n n Notasi Faktorial
∑ | xi − x |2 ∑ f |x − x | i i
2
n! = 1 × 2 × 3 × ... (n – 1) × n
R = S2 = i =1 R = S2 = i =1
n 1! = 0! = 1
n
∑f i =1
i
dengan n bilangan asli
1. Permutasi
8. Simpangan baku/deviasi standar (S) n Permutasi dari sekumpulan unsur-unsur adalah
Data tunggal: Data kelompok: cara penyusunan unsur-unsur yang berbeda
n n
dengan memperhatikan urutannya (AB ≠ BA)
∑| x − x |
i =1
i ∑ f |x − x |
i =1
i i
n Rumus dan notasi yang digunakan dalam
permutasi adalah:
S= S= n - Banyaknya permutasi n unsur yang diambil
n
∑f i dari n unsur adalah P(n, r) = n!
i =1 - Banyaknya permutasi r unsur yang diambil
dari n unsur:
n!
9. Perubahan data P(n, r ) =
(n − r )!
Bila masing-masing data diubah dengan nilai yang
sama, berlaku n Permutasi k unsur dengan terdapat m unsur yang
sama, n unsur yang sama dan unsur yang sama
Perubahan Ukuran Ukuran
adalah:
data pemusatan penyebaran
+ + TETAP k!
- - TETAP cara
m!⋅ n!⋅ !
x x x
: : :
n Banyaknya permutasi siklis (lingkaran) dari n unsur
Catatan:
adalah
- Yang termasuk ukuran pemusatan adalah: x , Mo,
Me, Q1 . (n – 1)!
- Yang termasuk ukuran penyebaran adalah: J, H,
Qd, S, R.
2. Kombinasi
n Kombinasi dari sekumpulan unsur-unsur dengan
B. PELUANG cara penyusunan unsur-unsur yang berbeda tanpa
memperhatikan urutan-nya (AB = BA).
n Kombinasi k unsur dari n unsur dilambangkan
Aturan Perkalian
dengan nCk atau C (n, k) .
Misalkan terdapat n tempat tersedia dengan:
n Banyaknya kombinasi k unsur yang diambil dari n
n A1 adalah banyak cara untuk mengisi tempat
unsur adalah
pertama.
n A2 adalah banyak cara untuk mengisi tempat n!
kedua setelah tempat pertama terisi. C (n, k) =
(n − k)!k!
n A3 adalah banyak cara untuk mengisi tempat ketiga
setelah tempat pertama dan kedua terisi.
3. Peluang Kejadian
n An adalah banyak cara untuk mengisi tempat ke-n Peluang kejadian A ditulis P(A), ditentukan dengan
setelah tempat pertama, kedua, ..., ke (n – 1) terisi. rumus:
Banyak cara untuk mengisi n tempat yang tersedia n(A) n(S) = banyaknya anggota semesta
secara keseluruhan adalah: P(A) = n(A) = banyaknya anggota A
n(S) P(A) = peluang kejadian A
kendi_mas_media@yahoo.com
4. Peluang Komplemen Suatu Kejadian b. Kejadian Saling Lepas
Misalkan Ac adalah komplemen kejadian A, maka Dua kejadian A dan B dikatakan kejadian saling
lepas bila A dan B tidak punya irisan, yang
P(Ac ) = 1 − P(A) berakibat P(A ∩ B) = 0, sehingga
P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
5. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian
Frekuensi harapan kejadian A dari n kali percobaan c. Kejadian Saling Bebas
adalah A dan B disebut dua kejadian saling bebas bila
kejadian yang satu tidak dipengaruhi kejadian
FH(A) = n × P(A)
lainnya.
P(A ∩ B) = P(A) ⋅ P(B)
6. Peluang Kejadian Majemuk
a. Gabungan Dua Kejadian
Untuk setiap kejadian A dan B berlaku
P(A ∪ B) = P(A) + P(B) − P(A ∩ B)
BAB 7 TRIGONOMETRI
Dalam sebuah segitiga ABC berlaku hubungan: sin(90o - a) = cos a sin(180o - a) = sin a
A sin(90o + a) = cos a sin(180o + a) = -sin a
b
sin x =
c cos(90o - a) = sina cos(180o - a) = -cos a
c a
b cos x = cos(90o + a) = -sina cos(180o + a) = -cos a
c
b tan(90o - a) = cot a tan(180o - a) = - tan a
x tan x =
B a C a tan(90o + a) = -cot a tan(180o + a) = tan a
kendi_mas_media@yahoo.com
D. ATURAN SINUS DAN COSINUS 2sin x cos y = sin(x + y) + sin(x - y)
C Pada setiap segitiga sembarang 2cos x sin y = sin(x + y) - sin(x - y)
ABC berlaku aturan sinus, yaitu:
2cos x cos y = cos(x + y) + cos(x - y)
b a
a b c -2sin x sin y = cos(x + y) - cos(x - y)
= =
A c B sin A sin B sinC
H. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
Pada tiap segitiga sembarang ABC berlaku aturan TRIGONOMETRI
cosinus, yaitu:
a. Sinus
a2 = b2 + c2 - 2bc cos A sin x = sinα
b2 = a2 + c2 - 2ac cos B x1 = α + k.360o atau x1 = (180o − α ) + k.360o
c2 = a2 + b2 - 2ab cos C b. Cosinus
cos x = cosα
x = ±α + k.360o
E. MENGHITUNG LUAS SEGITIGA
c. Tan
Jika pada suatu segitiga ABC diketahui besar sudut dan
dua sisi yang mengapit sudut, maka berlaku hubungan: tan x = tanα
1 x = α + k.180o
C L = bc sin A
2 k = ..., –1, 0, 1, 2, …
b a 1
L = ac sin B
2
1
A c B L = ab sinC
2
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 8 DIMENSI TIGA
A. JARAK B. SUDUT
n Jarak Antara Dua Titik n Sudut Dua Garis Bersilangan
Adalah panjang garis lurus yang menghubungkan Misalkan garis g dan h bersilangan maka cara
kedua titik itu. melukis sudut antara garis g dan h adalah:
A B - lukis garis g’ yang sejajar g dan memotong h,
- sudutnya = sudut antara garis g’ dan h.
Panjang ruas garis AB menunjukkan jarak antara
titik A dan titik B.
n Sudut Antara Garis g dan Bidang V
n Jarak Titik ke Garis
Langkah:
Adalah panjang garis tegak lurus dari titik ke garis.
- proyeksikan garis g ke bidang V, sebut
A hasilnya g’,
- sudutnya = sudut antara garis g dan g’.
g
n Sudut Antara Dua Bidang
B Langkah:
AB menunjukkan jarak antara titik A dan garis g - tentukan perpotongan antara bidang V dan
yang ditunjukkan oleh ruas garis AB yang tegak W sebut l,
lurus g. - lukis garis di bidang V tegak lurus l, sebut g,
n Jarak antara Titik dengan Bidang - lukis garis di bidang W tegak lurus l, sebut h,
Adalah panjang garis tegak lurus dari titik ke - sudutnya = sudut antara garis g dan h.
bidang atau panjang garis lurus dari titik ke titik
proyeksinya pada bidang.
Jarak antara P dan bidang ditun-
jukkan oleh garis m yang tegak
lurus bidang.
BAB 9 LINGKARAN
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang n Persamaan lingkaran dengan pusat (a, b) dan jari-
berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. jari = r.
y
A. PERSAMAAN LINGKARAN ( x − a )2 + ( y − b )2 = r 2
(a, b) r
n Persamaan lingkaran dengan pusat (0,0) dan jari
jari = r.
y (0, 0)
x2 + y2 = r 2
x
r n Persamaan lingkaran dengan pusat (0, b) dan
(0, 0) x menyinggung sumbu x:
kendi_mas_media@yahoo.com
y B. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PADA
( x − a) + ( y − b) = b LINGKARAN
2 2 2
(0, b) r
1. Diketahui titik singgungnya ( x1 , y1 )
n Persamaan garis singgung pada lingkaran x2 +
y2 = r2 di titik (x1, y1). Rumus:
x
x1 x + y1 y = r 2
n Persamaan lingkaran dengan pusat (a, 0) dan
n Persamaan garis singgung pada lingkaran
menyinggung sumbu y:
y ( x − a )2 + ( y − b )2 = r 2 di titik (x1, y1). Rumus:
( x − a) + ( y − b) = a
2 2 2
( x − a ) ( x1 − a ) + ( y − b ) ( y1 − b ) = r 2
(a, 0) r
x n Persamaan garis singgung di titik P(x1, y1)
pada lingkaran: x2 + y2 + 2ax + 2by + c = 0.
Rumus:
n Persamaan lingkaran dengan pusat (a, b) dan x1 x + y1 y + a(x1 + x) + b(y1 + y) + c = 0
menyinggung garis px + qy + r = 0.
y 2. Diketahui gradien m
px + qy + r = 0
n Persamaan garis singgung dengan gradien m
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 10 SUKU BANYAK
Bentuk umum:
f(x) = anxn + an-1xn-1 + an-2xn-2+ ... + a1x + a0,
n Suatu suku banyak f(x) jika dibagi (ax – b) maka
dengan an ≠ 0, n bilangan cacah. an, an-1, an-2, ... , a1, sisanya = f( b ).
a
a0 disebut koefisien-koefisien suku banyak dari masing- n Jika (x – a) habis dibagi/faktor dari suku banyak f(x)
masing peubah (variabel) x yang merupakan konstanta maka f(a) = 0.
real dan an ≠ 0. Sedangkan a0 disebut suku tetap
(konstanta). D. TEOREMA FAKTOR
A. NILAI SUKU BANYAK n Jika f(a) = S = 0, sehingga a merupakan pembuat
nol suku banyak f(x), maka (x – a) adalah faktor
Nilai dari f(k) dapat dicari dengan: dari suku banyak f(k).
1. Cara Substitusi n Jika pada suku banyak f(x) berlaku f(a) = 0 dan f(b)
Jika f(x) = x4 – 2x3 + x + 5 maka nilai suku banyak = 0, maka f(x) habis dibagi (x – a) (x – b).
tersebut untuk x = 1 adalah n Jika (x – a) adalah faktor dari f(x), maka x = a adalah
f(1) = (1)4 – 2.( 1) 3 + 1 + 5 = 5 akar dari f(x).
2. Metode Horner
Jika ax3 + bx2 + cx + d adalah suku banyak maka E. OPERASI AKAR-AKAR PADA SUKU BANYAK
f(h) diperoleh cara sebagai berikut.
a b c d n Fungsi derajat tiga: ax3 + bx2 + cx + d = 0
h
ah ah2 + bh ah3 + bh2 + ch b
+ 1. x1 + x2 + x3 = −
a
a ah + b ah2 + bh + c ah3 + bh2 + ch + d
c
2. x1 x2 + x1 x3 + x2 x3 =
Berarti kalikan dengan h a
d
3. x1 . x2 . x3 = −
B. PEMBAGIAN SUKU BANYAK a
Jika suatu suku banyak f(x) berderajat n dibagi oleh n Fungsi derajat empat: ax4 + bx3 + cx2 + dx + e = 0
suku banyak g(x) berderajat kurang dari n, maka b
1. x1 + x2 + x3 + x3 = −
didapat suatu hasil bagi h(x) dan sisa pembagian s(x), a
secara matematis pembagian ini dapat ditulis: c
2. x1 x2 + x1 x3 + x1 x4 + x2 x3 + x2 x4 + x3 x4 =
f(x) = h(x) g(x) + s(x) a
d
3. x1 x2 x3 + x1 x3 x4 + x1 x2 x4 + x2 x3 x4 = −
Keterangan: a
f(x) = yang dibagi à berderajat n e
g(x) = pembagi à berderajat k 4. x1 . x2 . x3 . x4 =
h(x) = hasil bagi à berderajat (n – k) a
s(x) = sisa à berderajat (k – 1)
Catatan: k < n
C. TEOREMA SISA
n Suatu suku banyak f(x) jika dibagi (x – a) maka
sisanya = f(a).
n Suatu suku banyak f(x) jika dibagi (x + a) maka
sisanya = f(–a).
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 11 FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS
Relasi dari himpunan A ke himpunan B terjadi jika f
ada anggota A dan B yang berpasangan. Himpunan
A disebut domain/daerah asal, himpunan B disebut
x f(x)
daerah kawan/kodomain, dan himpunan bagian B
yang berpasangan dengan A disebut daerah hasil atau f-1
range. Fungsi adalah suatu relasi yang mengawankan A B
setiap anggota domain dengan tepat satu kawan Sehingga jika f(x) = y maka f (y) = x. Fungsi invers
-1
dengan anggota kodomain ditulis f : A → B . berlaku:
A B C
gof C. INVERS KOMPOSISI FUNGSI
( g f )( x ) = f ( f ( x ) ) f g
BAB 12 LIMIT
A. TEOREMA LIMIT n lim k. f(x) = k. lim f(x), k konstanta
x →a x →a
n Jika f(x) = k, maka lim f(x) = k, dengan k konstanta, n lim { f(x). g(x)} = lim f(x). lim g(x)
x →a x →a x →a x →a
k dan a ∈ real f (x) lim f ( x)
n lim = x →a
, lim g(x) ≠ 0
x →a g( x ) lim g(x) x→a
n Jika f(x) = x, maka lim f(x) = a x →a
{ }
x →a n
lim{ f (x)} = lim f (x)
n
n lim { f(x) ± g(x)} = lim f(x) ± lim g(x) n
x →a x →a
x →a x →a x →a
kendi_mas_media@yahoo.com
B. LIMIT ALJABAR C. LIMIT TRIGONOMETRI
0
1. Bentuk sin x sin mx m
0 lim =1 lim =
x →0 x x →0 nx n
a. Dengan pemfaktoran. x sin m(x − a) m
b. Dengan aturan L’Hospital diperoleh: lim =1 lim =
x →0 sin x x →a n(x − a) n
F (x) F '(x) F '(a)
lim = lim = tan x
x →a G( x ) x →a G '( x ) G '(a) lim =1
x →0 x
x
∞ lim =1
2. Bentuk tak tentu x →0 tan x
∞
Beberapa rumus bantu:
ax n + bx n−1 + ... + c 1. sin 2 x + cos 2 x = 1
lim m =L
x →∞ px + qx m−1 + ... + r
2. sin 2x = 2 sin x cos x
a 3. cos 2x = cos 2 x – sin 2 x
n Untuk n = m ⇒ L =
p 4. 1 – cos 2x = 2 sin 2 x
n Untuk n > m ⇒ L = ∞
5. 1 + cos 2x = 2cos 2 x
n Untuk n < m ⇒ L = 0
lim
x ®¥
( ax 2 + bx + c - px 2 + qx + r = ) b-q
2 a
( Jika a = p)
= ( Jika a > p)
= - ( Jika a < p)
BAB 13 TURUNAN
A. DEFINISI 3. Turunan penjumlahan/pengurangan fungsi.
kendi_mas_media@yahoo.com
7. Turunan fungsi pangkat. Gradien = nilai turunan pertama f(x) ketika x = x1.
BAB 14 INTEGRAL
Integral adalah anti turunan. C. INTEGRAL PARSIAL
1. ∫ a dx = ax + C b
1 L = ∫ ( yatas − ybawah ) dx
∫ x dx = n + 1 x
n+1
2. n
+ C , syarat n ≠ −1
a
1 b
3. ∫ x dx = ln x + C L = ∫ ( y2 − y1 )dx
4. ∫ sin x dx = − cos x + C a
5. ∫ cos x dx = sin x + C
1
∫ s in x c os xdx = m + 1s in
m+1
6.
m
x +C d
−1
L = ∫ ( xkanan − xkiri )dy
∫ cos x sinx dx = m + 1 cos x + C
m m+1
7. c
d
8. ∫ ( f (x) ± g(x)) dx = ∫ f (x) dx ± ∫ g(x) dx L = ∫ ( x2 − x1 ) dy
c
B. INTEGRAL SUBSTITUSI
n ( f (x))n+1
∫ f '(x) ⋅ ( f (x)) dx = n+1
+C
kendi_mas_media@yahoo.com
E. VOLUME BENDA PUTAR Jika x1 dan x2 dua fungsi kontinu pada r ≤ x ≤ s , maka
volume benda putar yang dibatasi oleh x1 dan x2
Jika y1 dan y2 dua fungsi kontinu pada p ≤ x ≤ q , maka
terhadap sumbu y.
volume benda putar yang dibatasi oleh y1 dan y2 bila
diputar terhadap sumbu x.
V = π ∫ (y2 )2 − (y1 )2 dx
p
q
s
V = π ∫ (x2 )2 − (x1 )2 dy
r
s
V = π ∫ (x jauh )2 − (xdekat )2 dy
r
s
BAB 15 PROGRAM LINEAR
Program linear adalah salah satu bagian dari B. NILAI OPTIMUM FUNGSI OBJEKTIF
matematika terapan yang dapat memecahkan berbagai
persoalan sehari-hari, di mana model matematika Hasil optimum terletak pada/di sekitar titik pojok
terdiri atas pertidaksamaan-pertidaksamaan linier atau pada garis batas daerah penyelesaian sistem
yang mempunyai banyak penyelesaian, satu atau pertidaksamaan, dengan demikian nilai optimum
lebih memberikan hasil yang paling baik (penyelesaian (maksimum/minimum) fungsi objektif dapat ditentu-
optimum). kan dengan:
n Masalah tersebut disajikan dalam bentuk model
Penggunaan Garis Selidik
matematika kendala/syarat/masalah berupa sis- Jika fungsi objektif f (x , y) = Ax + By + C , maka
tem pertidaksamaan linear. garis selidiknya adalah Ax + By + C = k .
n Hasil yang optimum ditentukan dengan terlebih n Nilai maksimum terjadi di titik pojok/garis
dahulu membuat model matematika. Sasaran pro- batas paling kanan yang dilintasi garis selidik.
gram berupa sebuah fungsi linier yang disebut n Nilai minimum terjadi di titik pojok/garis
fungsi sasaran/tujuan/objektif. batas paling kiri yang dilintasi garis selidik.
Pengujian Titik Pojok
A. MENENTUKAN HIMPUNAN PENYELESAIAN Jika fungsi objektif f (x , y) = Ax + By + C disubstitusi
dengan seluruh koordinat titik pojok, maka hasil
Daerah (himpunan) penyelesaian pertidaksamaan
Ax + By + C ≥ 0 atau Ax + By + C ≤ 0 dapat ditentukan yang terbesar/terkecil merupakan nilai optimum
dari fungsi objektif tersebut.
sebagai berikut.
n Jadikan A (koefisien x) bernilai positif.
n Jika tanda pertidaksamaan ≥ , maka daerah pe-
nyelesaian di sebelah kanan garis Ax + By + C = 0 .
n Jika tanda pertidaksamaan ≤ , maka daerah
penyelesaian di sebelah kiri garis Ax + By + C = 0 .
kendi_mas_media@yahoo.com
BAB 16 BARISAN DAN DERET
A. BARISAN ARITMATIKA n Suku pertama = U1 = a
Un = a ⋅ r n−1
Jika U1 ,U2 ,U3 ,...,Un merupakan suku-suku pada
barisan aritmatika maka: n Jumlah n suku pertama (Sn )
n Suku pertama = U1 = a
a (1 − r n ) a ( r n − 1)
n Beda ⇒ b = U2 − U1 = U3 − U2 = ... = Un − Un−1 Sn = atau Sn =
n Suku ke-n 1−r r −1
Un = a + (n − 1)b
C. DERET GEOMETRI TAK HINGGA
n Jumlah n suku pertama (Sn ) n Rumus jumlah deret geometri tak hingga:
a
n n S∞ =
Sn = (2a + (n − 1)b) atau Sn = (a + Un ) 1−r
2 2
n Jumlah tak hingga dari suku-suku ganjil:
B. BARISAN GEOMETRI Sganjil =
a
1 − r2
Barisan dengan rasio antara 2 suku yang berurutan n Jumlah tak hingga dari suku-suku genap:
adalah sama.
ar
Contoh: 1, 2, 4, 8, ... à rasio 2 Sgenap =
1 − r2
Jika U1 ,U2 ,U3 ,...,Un merupakan suku-suku pada
barisan geometri, maka: n Rasio deret geometri tak hingga:
Sgenap
r=
Sganjil
Deret geometri mempunyai jumlah/limit/konvergen
jika −1 < r < 1 ⇔ r < 1 .
BAB 17 MATRIKS
Matriks adalah kumpulan elemen–elemen yang Ordo dari matriks dinyatakan oleh banyaknya baris dan
disusun dalam baris dan kolom. kolom. Pada matriks A, karena banyak baris = m dan
Contoh: banyak kolom = n, maka matriks A memiliki ordo m ×
a11 a1n n, dan ditulis Amn.
A=
a Kesamaan Matriks
m1 amn
Dengan: Dua buah matriks dikatakan sama jika:
a11: anggota matriks A pada baris ke-1 dan kolom ke-1 1. ordonya sama
amn: anggota matriks A pada baris ke-m dan kolom ke-n 2. anggota yang seletak harus sama
kendi_mas_media@yahoo.com
Contoh: Determinan matriks B:
a1 a2 a3 b1 b2 b3 – – –
A= B= a b c a b c
a4 a5 a6 b4 b5 b6
det B = B = d e f d e f
Jika A = B, maka a1 = b1, a2 = b2, a3 = b3, g h i g h i
a4 = b4, a5 = b5, a6 = b6 + + +
Transpose Matriks
= (aei + bfg + cdh) – (gec + hfa + idb)
Jika pada satu matriks baris diubah menjadi kolom dan
kolom diubah menjadi baris, maka akan didapat satu C. INVERS
matriks baru yang disebut transpose matriks.
n Suatu matriks mempunyai invers jika
Transpose matriks A = At = AT determinannya tidak nol.
a b 1 d −b
A= ⇒ A−1 =
B. DETERMINAN c d ad − bc −c a
Determinan hanya dimiliki matriks-matriks persegi. n Matriks A disebut matriks singular jika det A = 0
a b
n Matriks 2 × 2: A =
n (A )
−1 −1
=A
c d n A ⋅ A−1 = A−1 ⋅ A = I
1 0 0
1 0
Determinan matriks A: det A = A = ad − bc Dengan: I2×2 = I3 x 3 = 0 1 0 , I = matriks
0 1 0 0 1
identitas.
a b c
n Matriks 3 × 3: B = d e f
g h i
BAB 18 VEKTOR
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan 2. Panjang vektor a dinotasikan sebagai
arah. Notasi vektor: a , b, c , dan seterusnya. a = a12 + a22 + a32
a dibaca “vektor a”.
B(x2 , y2 , z2 ) 3. Jika a = ( a1 , a2 , a3 ) dan b = ( b1 , b2 , b3 ) maka
A(x1 , y1 , z1 )
a + b = ( a1 + b1 , a2 + b2 , a3 + b3 )
kendi_mas_media@yahoo.com
Rumus Pembagian Ruas Garis C. PROYEKSI
Jika p adalah vektor posisi
a bc
dari titik P yang membagi garis
AB dengan perbandingan
θ a bc
AP : PB = m : n , maka a bc
m.b + n.a Bila c adalah vektor proyeksi a pada b maka:
p=
m+n
n Besar c (panjang vektor proyeksi a pada b ):
B. PERKALIAN TITIK/SKALAR (DOT PRODUCT)
c = a cosθ =
a.b
b
n Diketahui a = ( a1 , a2 , a3 ) dan b = ( b1 , b2 , b3 ) maka
n Vektor c proyeksi vektor a pada b :
a.b = a1 ⋅ b1 + a2 ⋅ b2 + a3 ⋅ b3
a.b
( )
Diketahui a , b dan ∠ a , b = α maka c = 2 .b
n b
a.b
a.b = a . b .cosθ ⇔ cos θ =
a.b
kendi_mas_media@yahoo.com
n Pencerminan titik P(x,y) terhadap garis y = –x n Rotasi dengan pusat (a,b) sebesar α
menghasilkan bayangan P’(–y, –x)
garis y =− x
P(x , y) → P '(−y , − x)
0 −1
Matriks transformasinya adalah
−1 0
n Matriks refleksi terhadap garis y = x + k
x ' 0 1 x 0
y ' = 1 0 y − k + k
x '− a cosα − sinα x − a
y '− b = sinα cosα
n Matriks refleksi terhadap y = –x + k y − b
x ' 0 −1 x 0
y ' = −1 0 y − k + k
n Refleksi terhadap garis x = h D. DILATASI
x =h
P(x , y) → P '(2h − x , k)
Dilatasi adalah suatu transformasi yang mengubah
n Refleksi terhadap garis y = k ukuran (memperbesar atau memperkecil) suatu
y =k
P(x , y) → P '(x ,2k − y) bangun, tetapi tidak mengubah bentuk bangun yang
n Refleksi terhadap garis x = h lalu y = k bersangkutan. Dilatasi ditentukan oleh titik pusat dan
x =h ,y =k
P(x , y) → P '(2h − x ,2k − y) faktor dilatasi (faktor skala).
n Matriks transformasi dilatasi dengan faktor skala k
n Pencerminan terhadap dua garis yang saling adalah
berpotongan
k 0
Pencerminan terhadap dua garis yang berpotongan 0 k
yaitu garis y1 = m1 x + c1 dan y2 = m2 x + c2
akan menghasilkan rotasi dengan: n Dilatasi dengan pusat (0, 0) dengan faktor skala k
a. pusat di titik potong dua garis, x ' k 0 x
b. besar sudut rotasi sama dengan dua kali lipat y ' = 0 k y
sudut antara kedua garis,
c. arah rotasi sama dengan arah dari garis n Dilatasi dengan pusat (a, b) dengan faktor skala k
pertama ke garis kedua. x '− a k 0 x − a
Jika α sudut yang dibentuk antara garis y '− b = 0 k y − b
y1 = m1 x + c1 dan y2 = m2 x + c2 , maka
m1 − m2 E. KOMPOSISI TRANSFORMASI
tanα = .
1 + m1 ⋅ m2
Jika transformasi T1 bersesuaian dengan matriks M1
C. ROTASI dan transformasi T2 bersesuaian dengan matriks M2 ,
Rotasi (perputaran) pada bidang geometri ditentukan maka transformasi T1 lalu transformasi T2 ditulis T2 T1
oleh titik pusat, besar sudut, dan arah sudut rotasi.
bersesuaian dengan matriks M2 ⋅ M1 .
Suatu rotasi dikatakan memiliki arah positif jika rotasi
itu berlawanan arah dengan arah putaran jarum jam,
berlaku sebaliknya.
n Rotasi dengan pusat (0, 0) sebesar α
kendi_mas_media@yahoo.com