Naspub Safira PDF
Naspub Safira PDF
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Oleh:
Abstraks
Terkait dengan pemilihan material yang akan digunakan sebagai bahan jalan,
kharakteristik sumber quarry akan memberikan pengaruh terhadap produk akhir, tidak
terkecuali kebersihan material pasir terhadap lumpur pada campuran AC. Fenomena ini
lebih ekstrim pada tatanan implementasi yang umumnya supplier mendapatkannya
material halus dari berbagai macam sumber quarry dengan variasi kadar lumpur yang
berbeda, nilai sand equivalent (SE) yang berbeda akan berdampak pada kualitas campuran
dan keawetan campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai sand
equivalent terhadap karakteristik Marshall dan durabilitas pada campuran AC (Asphalt
Concrete), serta mendapatkan nilai SE yang masih dapat ditolerir dalam kerangka tinjauan
spesifikasi karakteristik Marshall AC dan durabilitas.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang
dilakukan di Laboratorium Bahan Jalan dengan variasi kadar aspal : 5%, 5,5%, 6%, 6,5%,
7% terhadap berat total agregat untuk menentukan Kadar Aspal Optimum (KAO). Setelah
didapatkan KAO, maka dibuat benda uji dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%,
40%, 20% kemudian sampel dilakukan pengujian Marshall dan durabilitas berdasarkan
prosedur pengujian menurut SNI 06-2480-1991.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa, variasi nilai SE mempengaruhi
karakteristik Marshall dan durabilitas campuran AC. Pada nilai KAO 5,73%, nilai stabilitas
cenderung menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent, flow cenderung
naik seiring dengan menurunnya nilai sand equivalent, VFWA cenderung menurun seiring
dengan bertambahnya nilai sand equivalent, VIM cenderung menurun seiring dengan
berkurangnya nilai sand equivalent, MQ cenderung menurun seiring dengan berkurangnya
nilai sand equivalent, density semakin besar seiring dengan berkurangnya nilai sand
equivalent. Berdasarkan parameter Marshall, nilai density dan VIM dapat diketahui, bahwa
lumpur yang ada pada material pasir justru lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler)
yang dapat meningkatkan kinerja material AC, sedang untuk aspek durabilitas semua benda
uji dengan variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r (indeks penurunan stabilitas) ≤
1% yang berarti, bahwa bahan perkerasan yang dihasilkan tergolong bahan yang durabel
(awet). Nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir, pada kisaran 48,31% - 80% untuk
properties Marshall dan kisaran 54,86% - 80% untuk nilai durabilitas.
1
value can be tolerated within the framework of reviews specification Marshall
characteristics and durability.
The method used in this study is an experimental method that is carried out in the
Laboratory of Civil Engineering University of Muhammadiyah Surakarta . Variations used
bitumen content of 5% , 5.5 % , 6 % , 6.5 % , 7 % of the total weight of the aggregate to
determine the optimum bitumen content . Having obtained the optimum bitumen content it
created specimens with variations of sand equivalent value of 80% , 60 % , 40 % , 20 %
and then soaked for 24 hours and 48 hours . Further testing specimen Marshall and
durability .
Based on the results showed that the variation of sand equivalent affect the
Marshall characteristics and durability of AC the mixture. At the optimum bitumen content
results obtained (5.73%), clay particles contained in the fine aggregates act more as a filler,
clay particles contained in the fine aggregates act more as a filler, so that the value of
stability actually increases with decreasing value of sand equivalent, flow tends to rise in
line with the declining value of sand equivalent, VFWA tends to decrease with increasing
sand equivalent value, VIM tends to decrease with decreasing sand equivalent value, MQ
tends to decrease with decreasing sand equivalent value, the greater density along with the
reduced sand equivalent value. Sand equivalent value that can be tolerated is 48.31% -
80% for a 24-hour immersion and 54.86% - 80% for immersion of 48 hours. Based on the
density and VIM parameter values can be seen that the sludge contained in the mixture to
act more as filler. All specimens with variations of sand equivalent value indicates the
value of r (a decrease in the stability index) ≤ 1%, which means that the resulting durable
pavement materials.
1. PENDAHULUAN
Terkait dengan pemanfaatan bahan jalan raya (hot mix) , umumnya pemilihan
material yang akan digunakan sebagai campuran aspal-agregat, material yang
dipergunakan berasal dari berbagai sumber quarry, termasuk pengadaan material pasir
sebagai butiran halus dalam campuran beton aspal (AC). Dalam tatanan implementasi
material pasir umumnya didatangkan dari berbagai macam sumber quarry di sekitar
proyek, dan pengadaannya disupport oleh berbagai supplier material / sub rekanan,
sebagai konsekuensinya, fenomena ini akan mendatangkan ragam kebersihan material
pasir terhadap lumpur yang bervariatip, ragam kharakteristik teknis, sifat fisik material dan
sebagainya yang berbeda, kondisi ini tentu memberikan dampak terhadap kualitas mutu
campuran dan daya keawetan campuran aspal – agregat (beton aspal). Terkait dengan
persoalan ini diperlukan pengujian kebersihan material pasir terhadap lumpur / kesetaraan
pasir (sand equivalent) terhadap agregat halus (pasir). Pengujian kesetaraan pasir (sand
equivalent) bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kandungan bahan plastis (lempung
atau lanau) yang ada pada agregat halus. Agregat halus atau pasir dari sumber quarry satu
2
dengan lainnya akan mempunyai kualitas dan nilai sand equivalent yang berbeda, sehingga
hal tersebut akan mempengaruhi kualitas bahan perkerasan. Begitu pula pasir yang ada di
berbagai supplier, rentan sekali terjaga dari kebersihan lumpurnya, mengingat keterbatasan
penguasaan teknis supplier, aspek pengadaannya, ragam asal quarry, penyimpanan dan
aspek ekonomis kepentingan supplier dan lain sebagainya, sehingga keberadaan nilai sand
equivalent sangatlah bervariatip dan dapat memberikan dampak terhadap kinerja bahan
perkerasan jalan secara umum.
Terkait dengan kondisi di atas penelitian ini akan mencoba menganalisis tentang
pengaruh variasi nilai sand equivalent terhadap karakteristik Marshall dan durabilitas pada
campuran Asphalt Concrete, sekaligus ingin mendapatkan kerangka nilai SE yang masih
ditolerir dalam pemanfaatannya untuk material AC.
Agar penelitian ini terfokus pada rumusan masalah, maka perlu diberikan batasan –
batasan sebagai berikut :
1. Bahan pengikat menggunakan aspal penetrasi 60/70 produksi Pertamina Cilacap
3
dengan variasi kadar aspal, yaitu : 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap berat total
campuran.
2. Material agregat halus yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan No.4 (4,75
mm).
3. Variasi nilai sand equivalent yang digunakan adalah 80%, 60%, 40%, 20% sesuai
perhitungan.
4. Variasi waktu perendaman yang digunakan untuk uji durabilitas yaitu 24 jam dan 48
jam.
5. Spesifikasi yang digunakan adalah spesifikasi umum Bina Marga 2010 revisi 3.
Nilai sand equivalent adalah perbandingan pembacaan skala pasir terhadap skala
pembacaan lumpur pada alat uji sand equivalent yang dinyatakan dalam persen. Pengujian
sand equivalent sendiri merupakan suatu metode pengujian agregat halus atau pasir yang
lolos saringan No.4 (4,75 mm), menggunakan suatu alat uji cara setara pasir dan larutan
Calcium Cloride.
Spesifikasi umum Bina Marga Revisi 3 (2010), menyatakan bahwa nilai setara
pasir (sand equivalent) untuk agregat halus pada campuran agregat - aspal panas minimal
sebesar 60%.
5
1.8. Durabilitas
Durabilitas adalah kemampuan campuran beton aspal menerima repetisi beban lalu
lintas, seperti : berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan jalan,
serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim seperti udara, air, atau temperatur.
Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori
dalam campuran, kepadatan, dan kedap air. Nilai durabilitas yang menyatakan keawetan
atau daya tahan campuran dihitung dari prosentase nilai stabilitas dengan variasi waktu
perendaman 48 jam dibandingkan nilai stabilitas pada perendaman normal 24 jam.
2. METODE
6
2.2.2.5 Pemeriksaan daktilitas.
2.3. Tahap III : Mix design aggregate
Pada tahap ini dilakukan perencanaan campuran (mix design) dan pembuatan benda uji
dengan kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap total berat agregat. Perencanaan
campuran (mix design) dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan yang tepat
antara agregat halus, agregat sedang dan agregat kasar. Pada penetilian ini desain
campuran mengacu pada Spisifikasi Umum Bina Marga Revisi 3.
2.4. Tahap IV : Pengujian benda uji dengan Marshall test untuk menentukan
kadar aspal optimum
Pada tahap ini benda uji dengan variasi kadar aspal dilakukan pengujian Marshall yang
sebelumnya telah ditimbang berat kering (setelah pemadatan), berat kering permukaan
jenuh dan beratsampel dalam air. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar aspal
optimum, properties Marshall dan durabilitas benda uji.
2.5. Tahap V : Pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent
Pada tahap ini dilakukan pembuatan benda uji dengan variasi nilai sand equivalent
menggunakan kadar aspal optimum yang telah didapat dari pengujian sebelumnya. Variasi
nilai sand equivalent yang digunakan, yaitu : 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji,
yaitu : 3 buah pada masing – masing nilai sand equivalent.
2.6. Tahap VI : Pengujian benda uji dengan Marshall Test untuk analisa AC
berdasarkan parameter Marshall dan durabilitas
Pada tahap ini benda uji dengan variasi nilai sand equivalent direndam terlebih dahalu
sebelum dilakukan pengujian Marshall. Variasi perendaman yaitu 24 jam (uji Marshall)
dan 48 jam (uji Durabilitas). Setelah benda uji dilakukan pengujian Marshall dan
Durabilitas, didapatkan data – data Marshall, maka selanjutnya benda uji (AC) dilakukan
dianalisis berdasarkan parameter Marshall dan durabilitas.
2.7. Tahap VII : Kesimpulan dan saran
Semua data pengujian diinventarisir dan dianalisis, selanjutnya didapat berbagai
kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian pengujian yang telah dilakukan.
7
bahwa kualitas agregat yang diperiksa telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitas Agregat
No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan.
1 Berat jenis semu agregat kasar - 2,09 - -
2 Absorbsi agregat kasar maks. 3 1,51 % memenuhi
3 Berat jenis semu agregat halus - 2,86 - -
4 Absorbsi agregat halus maks. 5 2,25 % memenuhi
5 Kelekatan terhadap aspal min. 95 98,11 % memenuhi
6 Sand Equivalent min. 60 88,65 % memenuhi
7 Keausan agregat maks. 40 31,76 % memenuhi
3.1.2. Aspal
Hasil pemeriksaan aspal di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas aspal yang
diperiksa telah memenuhi pesyaratan yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Kualitas Aspal
No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan.
1 Penetrasi 60 -70 64,2 0,1 mm memenuhi
2 Titik Lembek min. 48 50 ⁰C memenuhi
3 Berat jenis aspal min. 1 1,08 - -
4 Titik nyala min. 232 256 ⁰C memenuhi
5 Titik bakar min. 232 261 ⁰C memenuhi
6 Daktilitas 1200 – 1500 mm 1261 mm memenuhi
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah meninjau karakteristik campuran
AC dengan menggunakan parameter Marshall Test. Dari pemeriksaan Marshall diperoleh
nilai stabilitas, flow, Void in Mix (VIM), Void Filled with Asphalt (VFWA), dan Marshall
Quotients (MQ). Nilai – nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
8
Tabel 4. Hasil Marshall Test Rata – rata dari Tiga Benda Uji Untuk Penentuan Kadar
Aspal Optimum
Karekteristik Kadar aspal (%)
Spesifikasi
Marshall 5 5.5 6 6.5 7
Stabilitas (kg) 1283.90 1575.02 2024.02 2097.28 2052.02 >800
Flow (mm) 3.03 3.50 3.60 3.83 3.83 2-4
VFWA (%) 69.65 73.18 75.44 80.35 88.46 >65
VIM (%) 4.15 3.95 3.81 3.21 2.09 3-5
MQ (kg/mm) 425.56 461.13 559.22 567.48 540.28 -
Penentuan kadar aspal optimum diperoleh berdasarkan nilai tengah dari rentang kadar
aspal terkecil hingga kadar aspal terbesar. Penentuan kadar aspal optimum dapat dilihat
pada Gambar 2.
3.4 Pemeriksaan Marshall Test dengan Variasi Nilai Sand Equivalent dan
Perendaman.
Setelah didapatkan kadar aspal optimum sebesar 5,73%, maka selanjutnya dibuat
benda uji dengan variasi nilai sand equivalent 80%, 60%, 40% dan 20%. Jumlah benda uji
16 sampel, dengan 8 sampel benda uji untuk perendaman 24 jam dan 8 sampel benda uji
untuk perendaman 48 jam dengan masing – masing 2 benda uji pada variasi nilai sand
equivalent. Selanjutnya semua benda uji dengan perendaman 24 jam dan 48 jam diuji
dengan parameter Marshall Test yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan nilai dari
faktor kehilangan stabilitas (R) dan indeks penurunan stabilitas (r), dari nilai – nilai
tersebut akan diketahui durabilitas dari campuran yang dibuat. Adapun hasil Marshall Test
rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3
sampai Gambar 8.
9
Tabel 5 Hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent
Kadar Sand Equivalent
Karekteristik
80% 60% 40% 20% Spek
Marshall
24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam
Stabilitas (kg) 964.04 926.29 1016.06 990.61 1070.48 1036.75 1131.44 1106.69 > 800
Flow (mm) 2.75 2.95 3.30 3.35 3.60 3.70 3.75 3.88 2-4
VFWA (%) 68.25 70.46 71.58 73.65 78.77 81.91 88.49 89.48 >65
VIM (%) 4.43 3.96 3.74 3.35 2.48 1.99 1.05 0.94 3-5
MQ (kg/mm) 350.33 314.31 308.37 295.30 302.76 281.02 297.75 285.66 -
Density (gr/cc) 2.012 2.022 2.027 2.035 2.053 2.063 2.083 2.085 -
Maks
Min
10
oleh butiran halus akibat kadar lumpur / lempung yang ada. Berkurangnya nilai sand
equivalent secara proporsional berarti kadar lempung/ lumpur yang ada pada campuran
semakin besar. Kadar lempung yang semakin besar pada kadar aspal yang sama berakibat
mengurangi fleksibilitas pada benda uji. Pada gambar tersebut juga menjelaskan nilai flow
meningkat pada perendaman 48 jam dibandingkan perendaman 24 jam, yang artinya
kelelehan plastis benda uji pada perendaman selama 48 jam lebih tinggi dari pada
perendaman 24 jam.
Maks
Min
Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa nilai sand equivalent yang kecil akan
menyebabkan nilai VIM yang semakin menurun atau sebaliknya. Hal ini disebabkan kadar
11
lempung yang tinggi mampu mengisi lebih banyak rongga udara, sehingga dapat
memperkecil rongga yang ada pada campuran, sehingga peran filler karena pengaruh SE
yang rendah atau kadar lempung / lumpur yang besar semakin tampak jelas, selain itu dari
Gambar 6. juga memperlihatkan bahwa nilai VIM cenderung turun pada perendaman 48
jam dibanding perendaman 24 jam. Hal ini disebabkan sifat lempung yang cenderung
menyerap air, lempung sebagai material kohesif masih tampak jelas, sehingga semakin
lama benda uji direndam dalam, maka rongga yang ada pada campuran semakin kecil.
12
Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai sand equivalent
ternyata nilai density semakin besar. Hal ini disebabkan kadar lempung yang semakin
tinggi mengisi rongga butiran yang masih ada, sehingga campuran semakin rapat,
sekaligus hal ini menunjukkan kontribusi kadar lempung / lumpur pada nilai SE yang
rendah lebih berperan sebagai filler material (lempung / lumpur bukan sebagai material
kotor).
Berdasarkan hasil analisis didapat nilai r (indeks penurunan stabilitas) < 1%,
sehingga dapat dinyatakan bahwa campuran termasuk material yang awet (durable).
13
density dan VIM, pada kadar lumpur / lempung yang tinggi atau penurunan nilai sand
equivalent, peran lumpur / lempung lebih berperan sebagai bahan pengisi (filler). Terbukti
dari bertambahnya nilai density dan penurunan nilai VIM pada penurunan nilai sand
equivalent material pasir. Hal ini disebabkan butiran lumpur mampu mengisi rongga yang
kosong, sehingga struktur campuran menjadi lebih rapat dan solid, sehingga nilai
kepadatan meningkat dan nilai VIM yang semakin kecil.
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
14
4.1.2.1. Semua benda uji dengan variasi nilai sand equivalent menunjukkan nilai r
(indeks penurunan stabilitas) ≤ 1% yang berarti bahwa lapis perkerasan
tersebut durable (awet).
4.1.2.2. Nilai r optimum, yaitu pada nilai sand equivalent 40% sebesar 0,13 %/jam.
4.1.3. Nilai sand equivalent yang masih dapat ditolerir, yaitu 48,31% sampai 80% untuk
perendaman 24 jam dan 54,86% sampai 80% untuk perendaman 48 jam.
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran – saran agar penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut, diantaranya sebagai berikut :
4.2.1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan sebelum melakukan penelitian pelajari lebih
dalam definisi lumpur (clay) dan apakah pasir yang telah diayak dan lolos saringan
no. 200 benar – benar lumpur atau bukan.
4.2.2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya, pasir yang telah lolos saringan no. 200
sebaiknya diuji sand equivalent kembali.
DAFTAR PUSTAKA
15