Anda di halaman 1dari 5

Keracunan Merkuri

Keracunan merkuri atau raksa terjadi ketika seseorang terpapar merkuri dalam
jumlah tertentu. Racun merkuri umumnya menyerang sistem saraf, saluran
pencernaan, dan ginjal. Keracunan ini bisa terjadi melalui uap yang dihirup,
konsumsi makanan tercemar merkuri, suntikan, dan penyerapan kulit. Merkuri
adalah unsur logam yang terdapat secara alami dalam produk sehari-hari, seperti
produk makanan, namun jumlahnya di lingkungan meningkat seiring perkembangan
industri.

Merkuri terdiri dari 3 bentuk, yaitu:

 Merkuri elemental atau merkuri cair (Air Raksa). Jenis ini biasanya
terdapat pada tabung termometer, saklar listrik, dan lampu neon. Merkuri
jenis ini berbahaya jika menjadi uap dan terhirup oleh manusia.
 Merkuri organik. Jenis ini bisa ditemukan pada ikan dan asap pembakaran
batubara, serta berbahaya jika terpapar, baik tertelan, terhirup, atau terkena
kulit dalam waktu yang lama. Dalam jangka panjang, paparan merkuri organik
bisa mengakibatkan kulit terasa pedih atau bahkan mati rasa, tremor,
kebutaan, kesulitan berjalan, gangguan daya ingat, kejang, serta kematian.
 Merkuri anorganik. Jenis ini terdapat pada baterai, laboratorium kimia, serta
beberapa disinfektan, dan berbahaya jika tertelan. Gejala yang timbul
tergantung dari jumlah merkuri yang tertelan, namun biasanya penderita
mengalami rasa terbakar di tenggorokan dan perut, muntah serta diare
berdarah. Merkuri anorganik juga bisa menimbulkan dampak buruk pada otak
dan ginjal jika masuk ke aliran darah.

Jenis merkuri yang dianggap paling berbahaya adalah metil-merkuri, yang termasuk
ke dalam kategori merkuri organik. 90% dari kadar metil merkuri yang tertelan akan
terserap ke dalam darah. Angka ini sangat besar jika dibandingkan merkuri jenis lain
yang bila tertelan hanya diserap 2-10% ke dalam darah.
Kadar metil-merkuri akan meningkat sesuai dengan rantai makanan. Sebagai
gambaran, metil-merkuri yang dihasilkan dari limbah industri akan mencemari air,
ikan dan makhluk hidup lain yang hidup di lingkungan air tersebut. Ikan kecil yang
tercemar merkuri dapat dimakan oleh ikan yang lebih besar. Saat ikan yang lebih
besar memakan ikan kecil yang tercemar, kadar metil-merkuri pada ikan yang lebih
besar akan meningkat, dan begitu seterusnya sesuai dengan rantai makanan. Hal ini
disebut biomagnifikasi pada rantai makanan.
Kadar metil-merkuri pada ikan yang tercemar juga tidak akan berkurang meski
diolah dengan berbagai macam cara memasak. Oleh karena itu, memakan ikan
yang berada di tingkatan atas rantai makanan, seperti ikan makarel raja, ikan hiu,
ikan tuna mata besar, ikan todak, dan ikan marlin, lebih berisiko untuk keracunan
merkuri.

Penyebab Keracunan Merkuri


Seseorang dapat keracunan merkuri berdasarkan beberapa keadaan yang berbeda,
seperti:

 Mengonsumsi ikan yang tercemar merkuri.


 Menghirup asap gunung meletus atau kebakaran hutan.
 Menghirup udara yang tercemar akibat proses industri, seperti asap
pembakaran batubara, pembakaran bahan bakar minyak, dan pembakaran
kayu
 Tambalan gigi yang mengandung amalgam dapat melepas merkuri, sehingga
dapat terhirup atau tertelan.
 Terhirup uap merkuri saat lampu neon pecah.
 Terhirup uap merkuri saat termometer raksa pecah atau tertelan air raksa
ketika tidak sengaja termometer pecah di dalam mulut.
 Terhirup uap merkuri saat pemanasan bijih emas di pertambangan emas.
 Menggunakan krim pencerah kulit yang mengandung merkuri.

Gejala Keracunan Merkuri


Gejala keracunan merkuri dapat nampak sangat bahaya, ringan, atau bahkan tidak
timbul sama sekali. Semua itu tergantung dari bentuk dari merkuri yang masuk ke
dalam tubuh, cara masuknya, banyaknya merkuri yang masuk, lamanya paparan,
usia seseorang, dan kondisi kesehatan orang tersebut secara umum. Gejala-gejala
yang ditimbulkan dapat menyerang sistem saraf, ginjal, jantung, paru-paru, dan
sistem kekebalan tubuh. Berikut gejala yang dapat ditimbulkan berdasarkan sistem
organ tubuh, antara lain:

 Sistem saraf. Sistem saraf dapat dipengaruhi oleh merkuri, sehingga


menimbulkan gejala, antara lain:
o Sakit kepala.
o Tremor
o Kesemutan, terutama di sekitar tangan dan kaki, serta mulut.
o Gangguan penglihatan.
o Gangguan bicara dan mendengar.
o Kelemahan otot.
o Sulit berjalan.
o Hilang ingatan.
 Ginjal. Keracunan merkuri dapat menyebabkan gagal ginjal.
 Jantung. Keracunan merkuri dapat mengakibatkan nyeri dada, serta
penumpukan merkuri di jantung akan menimbulkan kardiomiopati, yaitu
kelainan pada otot jantung.
 Saluran pernapasan. Menghirup uap merkuri dapat menyebabkan radang
tenggorokan sampai mengakibatkan gagal napas, bila terpapar dalam jumlah
besar.
 Kulit. Merkuri yang terpapar pada kulit dapat menimbulkan ruam dan
peradangan.

Diagnosis Keracunan Merkuri


Untuk menetapkan diagnosis keracunan merkuri, dokter akan bertanya pada pasien
tentang apa gejala yang dirasakan dan kapan gejala tersebut mulai muncul. Dokter
juga akan menanyakan tentang pola makan dan gaya hidup yang pasien jalani, serta
kondisi yang memungkinkan pasien keracunan merkuri. Setelah itu, pasien akan
menjalani pemeriksaan fisik, dan cek darah atau urin untuk mengukur kadar merkuri
dalam tubuh.

Pengobatan dan Pencegahan Keracunan Merkuri


Penanganan pertama pada pasien keracunan merkuri adalah dengan memindahkan
pasien dari sumber paparan. Pada saat yang sama, hindarkan orang lain dari kontak
dengan pasien. Bila memungkinkan, lepaskan pakaian pasien yang terkontaminasi
merkuri. Jika pasien menghirup merkuri dalam jumlah besar, pasien mungkin
memerlukan bantuan dengan prosedur intubasi atau obat-obatan bronkodilator.
Pasien yang keracunan karena menelan merkuri tidak disarankan mengonsumsi
obat yang merangsang untuk muntah. Hal tersebut karena muntah bisa
meningkatkan risiko jaringan sehat terpapar merkuri. Sedangkan pada kasus
keracunan berkepanjangan, sumber merkuri harus diketahui dan diisolasi dari
manusia agar tidak terjadi kontak.
Untuk keracunan akut, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah memastikan
sistem pernapasan dan jantung masih bekerja. Bila diperlukan, dokter dapat
melakukan kompresi dada dan pernapasan buatan bila terjadi henti napas maupun
henti jantung. Hal ini dapat terjadi pada keracunan merkuri baik karena menghirup
uap atau tertelan. Bila pasien tertelan merkuri dan mengalami keracunan akut,
dokter akan melakukan kumbah atau bilas lambung. Prosedur ini dilakukan dengan
memasukkan selang dari hidung yang terhubung ke lambung, untuk mencuci
lambung dan menghisap seluruh isi lambung. Harap diingat, jangan rangsang pasien
untuk muntah saat menjalani prosedur ini. Untuk mengikat racun yang masih ada di
dalam saluran pencernaan, pasien juga dapat diberikan arang aktif. Hal ini dapat
dilakukan bila keracunan belum lama terjadi.
Bila terdapat peningkatan kadar merkuri dalam darah atau urin, perlu dilakukan
terapi kelasi sebagai langkah awal. Terapi kelasi merupakan terapi yang diberikan
melalui infus berisi obat yang berfungsi mengikat logam dalam darah. Obat yang
biasa diberikan dalam keracunan merkuri adalah dimercapol (BAL)
atau succimer (DMSA). Pada pasien yang sudah mengalami gangguan fungsi ginjal,
prosedur cuci darah dapat dilakukan.
Anda bisa mencegah keracunan merkuri dengan menghindari hal-hal yang menjadi
penyebab umum keracunan, seperti menghindari konsumsi makanan laut dengan
kadar merkuri tinggi seperti ikan hiu dan ikan pemangsa lain. Ikan besar yang
memangsa ikan kecil umumnya memiliki kadar merkuri lebih tinggi dibanding ikan
pemakan tumbuhan.
Berhati-hatilah dalam memegang tabung termometer atau bola lampu. Jika sampai
pecah, sejumlah kecil merkuri cair mungkin tumpah lalu tersebar dalam butiran kecil,
atau menguap. Pada kondisi demikian, lakukan langkah-langkah berikut untuk
mencegah paparan merkuri:

 Buka pintu dan jendela, biarkan terbuka selama sedikitnya 15 menit.


 Pergi ke luar dari ruangan dan pastikan anak-anak dan hewan peliharaan
berada dalam jarak aman.
 Kenakan sarung tangan sebelum membersihkan tumpahan dan pecahan.
 Ambil pecahan kaca dari termometer atau lampu dengan hati-hati, lalu
masukkan pada kantong plastik.
 Kumpulkan pecahan kaca yang berukuran kecil menggunakan kartu atau
selotip.
 Pel area yang baru dibersihkan dengan lap basah, lalu satukan lap basah tadi
dengan pecahan di kantong plastik.
 Biarkan ruangan tetap steril dan terbuka selama 24 jam setelah dibersihkan.

Hal yang perlu diperhatikan saat membersihkan ruangan yang terpapar merkuri
antara lain:

 Jangan menggunakan alat penyedot debu atau sapu untuk membersihkan


merkuri.
 Jangan menyentuh merkuri tanpa mengenakan pelindung.
 Jangan membuang merkuri ke saluran air.
 Buang pakaian yang terkontaminasi merkuri dalam kantong tertutup.
 Jangan letakkan kantong yang berisi barang-barang terkontaminasi merkuri di
tempat sampah di rumah

Anda mungkin juga menyukai