Keracunan merkuri atau raksa terjadi ketika seseorang terpapar merkuri dalam
jumlah tertentu. Racun merkuri umumnya menyerang sistem saraf, saluran
pencernaan, dan ginjal. Keracunan ini bisa terjadi melalui uap yang dihirup,
konsumsi makanan tercemar merkuri, suntikan, dan penyerapan kulit. Merkuri
adalah unsur logam yang terdapat secara alami dalam produk sehari-hari, seperti
produk makanan, namun jumlahnya di lingkungan meningkat seiring perkembangan
industri.
Merkuri elemental atau merkuri cair (Air Raksa). Jenis ini biasanya
terdapat pada tabung termometer, saklar listrik, dan lampu neon. Merkuri
jenis ini berbahaya jika menjadi uap dan terhirup oleh manusia.
Merkuri organik. Jenis ini bisa ditemukan pada ikan dan asap pembakaran
batubara, serta berbahaya jika terpapar, baik tertelan, terhirup, atau terkena
kulit dalam waktu yang lama. Dalam jangka panjang, paparan merkuri organik
bisa mengakibatkan kulit terasa pedih atau bahkan mati rasa, tremor,
kebutaan, kesulitan berjalan, gangguan daya ingat, kejang, serta kematian.
Merkuri anorganik. Jenis ini terdapat pada baterai, laboratorium kimia, serta
beberapa disinfektan, dan berbahaya jika tertelan. Gejala yang timbul
tergantung dari jumlah merkuri yang tertelan, namun biasanya penderita
mengalami rasa terbakar di tenggorokan dan perut, muntah serta diare
berdarah. Merkuri anorganik juga bisa menimbulkan dampak buruk pada otak
dan ginjal jika masuk ke aliran darah.
Jenis merkuri yang dianggap paling berbahaya adalah metil-merkuri, yang termasuk
ke dalam kategori merkuri organik. 90% dari kadar metil merkuri yang tertelan akan
terserap ke dalam darah. Angka ini sangat besar jika dibandingkan merkuri jenis lain
yang bila tertelan hanya diserap 2-10% ke dalam darah.
Kadar metil-merkuri akan meningkat sesuai dengan rantai makanan. Sebagai
gambaran, metil-merkuri yang dihasilkan dari limbah industri akan mencemari air,
ikan dan makhluk hidup lain yang hidup di lingkungan air tersebut. Ikan kecil yang
tercemar merkuri dapat dimakan oleh ikan yang lebih besar. Saat ikan yang lebih
besar memakan ikan kecil yang tercemar, kadar metil-merkuri pada ikan yang lebih
besar akan meningkat, dan begitu seterusnya sesuai dengan rantai makanan. Hal ini
disebut biomagnifikasi pada rantai makanan.
Kadar metil-merkuri pada ikan yang tercemar juga tidak akan berkurang meski
diolah dengan berbagai macam cara memasak. Oleh karena itu, memakan ikan
yang berada di tingkatan atas rantai makanan, seperti ikan makarel raja, ikan hiu,
ikan tuna mata besar, ikan todak, dan ikan marlin, lebih berisiko untuk keracunan
merkuri.
Hal yang perlu diperhatikan saat membersihkan ruangan yang terpapar merkuri
antara lain: