Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS

A. DEFINISI
Ketidakefektifan pola napas adalah keadaan inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat (Nanda, 2015).
B. PERUBAHAN POLA NAPAS
Perubahan pola nafas yang dapat terjadi pada seseorang antara lain (Rakhman & Khodijah,
2014):
1. Bradipnea : Pernapasan yang polanya lambat dan kurang dari 10x per menit.
Pola pernapasan ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial
yang disertai narkotik atau sedative.
2. Hypoventilasi : Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen
yang ditandai dengan adanya pernapasan yang dangkal, ireguler dan lambat nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau keseimbangan elektrolit yang dapat
terjadi akibat atelektasi, lumpuhnya otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan ,
peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan trakea, serta
penurunan compliance paru dan toraks. Keadaaan demikian dapat menyebabkan
hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga pCO2 meningkat (akibat
hypoventilasi) dan mengakibatkan depresi susunan saraf pusat.
3. Takipnea : Pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per menit.
Frekuensi pernapasan yaitu >24x/menit. Proses ini terjadi larena paru dalam keadaan
atekletasis atau terjadinya emboli.
4. Hyperventilasi : cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses tersebut ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2 tubuh dibawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat
pernapasan menurun.
5. Dispnea : Perasaan sesak berat saat pernapasan. Hal tersbut dapat disebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan pengaruh
pasien. (didada dan leher), biasanya dengan keluhan napas pendek
6. Apnea : kondisi henti napas (ketidakmampuan bernapasan sama sekali)
7. Ortopnea : kondisi dimana seseorang bisa bernapas dengan mudah dalam
posisi tegak
C. PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN
Pengkajian sistem pernapasan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah dengan
anamnesis misalnya menanyakan terkait kebiasaan merokok ataupun adanya masalah pada
paru-paru selain itu juga bisa ditunjang dengan pemeriksaan secara inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi.
1. Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mendapatkan data dengan cara melihat pernapasan pasien:
 Keadaan secara umum dan pola napas klien. Apakah pasien mengalami distress
atau diaphoresis? Apakah pernapasan pasien regular dan dalam?
 Tipe jalan napas pasien, apakah spontan melalui hidung, mulut, nasal ataukah
menggunakan selang endotracheal atau trakeostomi
 Adakah penggunaan otot bantu pernapasan pada pasien
 Ada tidaknyaretraksi intercostal atau retraksi supraclaviculer
 Menghitung frekuensi pernapasan pasien
 Perhatikan waktu ekspirasi dan inspirasi. Pada orang normal ekspirasi akan
lebih lama dari inspirasi, yaitu 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi
menunjukkan seseorang mengalami sesak napas.
 Dangkal dan dalamnya pernapasan. Pada pernapasan yang dangkal dinding
thorax hampir tidak bergerak yang menunjukkan bahwa seseorang sedang
mengalami penimbunan cairan

2. Palpasi
Pemeriksaan dengan palpasi berguna untuk menentukkan kelainan seperti nyeri,
adanya pembengkakan maupun tonjolan sehingga dengan menggunakan cara palpasi
perawat/petugas kesehatan dapat mengetahui penyebab adanya masalah pernapasan
pada pasien. Palpasi dapat memberikan data mengenai :
 Gerakan dinding dada. Pada orang dengan gangguan paru-paru akan mengalami
ekspansi dada yang tidak simetris ataupun tidak ada ekspansi dada contohnya
pada orang dengan fibrosis, proses tuberkolosis atau tumor, maka tidak akan
ditemukan pengembangan bagian atas pada thorax.
 Membandingkan fremitus atau getaran pada dinding thorax. Normalnya akan
simetris antara kanan dan kiri, sehingga pada pasien dengan gangguan paru
akan mengalami penurunan ataupun peningkatan fremitus. Orang dengan
rongga pleura terisi oleh cairan atau udara maka fremitus menjadi lemah
 Menanyakan terkait nyeri ketika ditekan juga menjadi bagian dari pemeriksaan
secara palpasi
3. Perkusi
Perkusi merupakan cara pemeriksaan fisik yang menilai terkait bunyi maupun letak
organ. Hal tersebut akan membantu perawat/petugas kesehatan mengetahui adakah
masalah pada organ seseorang. Adanya gangguan pada organ paru-paru akan
menunjang data untuk menentukkan penyebab dari terjadinya ketidakefektifan pola
napas pada seseorang. Suara perkusi paru normalnya adalah sonor seperti kata “dug-
dug.” Bunyi tidak normal yang dihasilkan ketika perkusi yaitu:
 Redup menunjukkan adanya efusi pleura
 Pekak menunjukkan adanya nanah pada rongga pleura, tumor pada permukaan
paru atau fibrosis paru dengan penebalan pleura
 Hyperesonor jika udara lebih padat yang biasanya ditemukan pada enfisema
dan pneumothorax

Perkusi untuk mengetahui letak paru maka perawat atau petugas kesehatan perlu
mengetahui batas normalnya. Untuk menentukkan batasan normal paru cukup dengan
melakukan perkusi dengan adanya suara sonor didengar sampai iga keenam garis
midaksilaris, iga kedelapan midaksilaris dan iga kesepuluh garis skapularis. Normalnya
batas paru-paru lebih rendah pada orang tua dan akan lebih tinggi pada anak-anak.

4. Auskultasi
Pemeriksaan dengan auskultasi bertujuan untuk menilai adanya suara napas,
diantaranya suara napas normal atau tambahan. Suara napas normal yaitu:
 vesikuler dimana suara inspirasi lebih keras dan tinggi nadanya
 bronchial dimana suara yang bisa didengar saat inspirasi maupun ekspirasi
bunyinya sama atau lebih panjang, antara inspirasi dan ekspirasi ada jarak pause
(jeda) yang jelas. Suara bronchial bisa terdengar di daerah trakea dekt bronkus,
dalam keadaan abnormal dapat terdengar diseluruh daerah paru.
 Bronkovasikular yaitu suara yang terdengar antara vesicular dan bronchial,
ketika ekspirasi menjadi lebih panjang hingga hamper menyamai inspirasi.
Suara ini lebih jelas terdengar pada manibrium sterni.

Adapun suara napas tambahan adalah :

 Suara mengi (wheezing) yang bisa terdengar pada orang yang mengalami sesak
napas biasanya pada orang asma
 Suara ronkhi basah yang menunjukkan adanya udara yang melewati cairan.
Suara ini biasanya muncul pada orang yang mengalami gangguan bersihan jalan
napas
D. BATASAN KARAKTERISTIK
Batasan karakteristik yang dapat dilihat untuk menegakkan diagnose keperawatan
ketidakefektifan pola napas menurut buku Nanda tahun 2015-2017 adalah:
 Bradipnea
 Dyspnea
 Fase ekspirasi memanjang
 Ortopnea
 Penggunaan otot bantu pernapasan
 Penggunaan posisi tiga titik
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Penurunan kapasitas vital
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Penurunan ventilasi semenit
 Pernapasan bibir
 Pernapasan cuping hidung
 Perubahan ekskursi dada
 Pola napas abnormal (irama, frekuensi dan kedalaman)
 Takipnea

E. TINDAKAN KEPERAWATAN
Dalam mengatasi masalah pada system pernapasan pasien dengan diagnosa
ketidakefektifan pola napas adalah :
1. Melakukan oksigenasi
Pemberian oksigenasi dapat melalui system aliran rendah maupun tinggi.
a. System aliran rendah:
 Kateter nasal (1-3 L)
 Kateter binasal (1-6 L)
b. System aliran tinggi:
 Sungkup muka sederhana (5-8 L)
 Sungkup muka dengan kantong “rebreathing” (8-12 L)
 Sungkup muka dengan kantong “nonreabreathing” (8-12 L)
2. Memposisikan klien semi fowler yaitu dengan meninggikan posisi klien 45o
3. Melakukan latihan napas.
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas.
Prosedur kerjanya yaitu:
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Atur posisi (duduk atau tidur terlentang)
 Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas melalui hidung
dengan mulut tertutup
 Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian disusulkan
hebuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut mencucu atau seperti orang
meniup
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R. D. 2009. Respiratologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC


Hidayar, Aziz Alimul. 2006. Kebutuhsn Dasar Manusia. Jakarta Selatan: Salemba Medika

Putri, Ambar Novita. 2016. Upaya Penanganan Pola Nafas Tidak Efektif pada Sirosis
Hepatitis di Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Skripsi. Program Studi
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai