Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUNA GRAHITA
Oleh :
Uci Rahmawati Utami ( P2.06.37.0.17.038)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan berkah
dan karunia-Nya dan atas ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.
Makalah ini disusun dengan tujuan supaya dapat membantu mendalami dan memahami
bagaimana keadaan anak gifted and talented. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, kami mohon kepada para pembaca atau bapak/ibu dosen untuk memberikan
saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
emoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya, Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang
terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif.
Secara harafiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran, dengan
demikian ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar.
Kurangnya kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata (Mulyono
Abdulrachman, 1994: 19). Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, anak
tunagrahita diberikan cara pelayanan pendidikan yang berbeda dengan anak normal dan
harus disesuaikan dengan taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency
(AAMD) dalam Mumpuniarti (2007 : 13) mengatakan klasifikasi tunagrahita adalah
tunagrahita ringan dengan IQ berkisar 50-70, tunagrahita sedang dengan IQ berkisar 30-
50 dan tunagrahita berat dan sangat berat dengan IQ berkisar < 30. Dari ketiga jenis taraf
ketunagrahitaan tersebut, salah satunya adalah kelompok tunagrahita ringan. Anak
tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam berbagai aspek,
diantaranya dalam kemampuan mental, bahasa, motorik, emosi dan social. Menurut Edgar
Dole dalam Moh Efendi (2006 : 89) mengatakan bahwa sesorang dikatakan tunagrahita
jika (1) secara social tidak cakap, (2) secara mental di bawah anak 2 normal sebayanya,
(3) Kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda dan (4) kematangannya
terhambat. Layanan pendidikan bagi anak tunagrahita ringan harus disesuaikan dengan
karakteristik dan kemampuan anak. Layanan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah
berupa rancangan program pembelajaran yang diberikan dalam bentuk mata pelajaran
umum dan mata pelajaran khusus. Mata pelajaran umum seperti pelejaran Agama, Bahasa
Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan
Kewaraganegaraan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan sedangka untuk mata pelajaran
khusus adalah Pembelajaran Bina Diri.
B. RumusanMasalah
2. Bagaimanakahkarakteristikanaktunagrahita?
1
C. Tujuan
1. Untukmengetahuipengertianmengenaitunagrahita.
2. Untuk mengetahui karakteristik pada anak tunagrahita.
3. Untukmengetahuideteksi atau identifikasi tunagrahita.
4. Untukmengetahuiintervensi atau treatmenttunagrahita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DefinisiTunagrahita
Tunagrahita adalah keterbatasan dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai
dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata -rata (IQ
50-70) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2
area atau lebih. (tingkah laku adaptif berupa kemampuan komunikasi, merawat diri,
menyesuaikan dalam kehidupan rumah, keterampilan sosial, pemanfaatan sarana umum,
mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisian
waktu luang, dan kerja) disebut Tunagrahita bila manifestasinya terjadi pada usia
dibawah 18 tahun.
Banyak istilah yang digunakan dalam bahasa inggris tentang tunagrahita yaitu mental
retardation, mental disorder, mentally retarded, mental deficiency, feeblemindedness,
mental defective, down sydrom.Istilah tunagrahita dalam bahasa Indonesia yaitu lemah
ingatan,terbelakang mental, lemah pikir, lemah otak dan sebagainya.
Adapun pengertian tunagrahita menurut AAMD (American Association on Mental
Deficiency) “Mental retardaction refers to significantly subaverage general Intellectual
functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the developmental
period”. Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara
nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan
dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung (termanifestasi) pada
masa perkembangannya.
AAMR (American Association on Mentak Retardation) dalam Woolfolk (2009)
mendefinisikan Tunagrahita, retardasi mental adalah disabilitas yang ditandai oleh
keterbatasan signifikan pada fungsi intelektual dan perilaku adaptif seperti yang
diekspresikan dalam keterampilan konseptual, sosial dan adaftif praktis. Disabilitas ini
muncul sebelum usia 18 tahun.
Sementara pendapat lain menurut (Friend, Marilyn, 2005; Abdurrahman dan Sudjadi,
1994; Hardman, at.al, 1990 dalam jurnal Asep Supena) menyatakan,anak tunagrahita
merupakan salah satu jenis dari kelompok anak berkebutuhan khusus. Mereka mengalami
hambatan atau keterbelakangan fungsi kecerdasan atau intelektual secara signifikan,
sehingga membutuhkan suatu layanan pendidikan yang khusus untuk bisa
mengembangkan potensi–potensi yang ada dalam dirinya secara optimal.
3
Sementara menurut dalam jurnal Armatas, (2009) keakuratan dan kekonsistenan
definisi dari keterbelakangan mental sangat penting karena dampaknya terhadap
prevalensi, atau menghitung, pada orang-orang yang mental retarded. Namun, meskipun
pentingnya konsistensi, mental retarded tidak selalu didefinisikan dengan cara yang sama
di seluruh penelitian atau layanan instansi, bahkan di dalam negara yang sama. Sementara
beberapa definisi lain dengan mengandalkan atau menentukan nilai IQ yang berbeda
untuk mengklasifikasikan individu dengan mental retarded, beberapa klasifikasi hanya
menggunakan adaptif perilaku untuk, dan orang lain termasuk kedua IQ keterampilan
nilai dan tindakan adaptif.
B. KarakteristikTunagrahita
Adapun karakteristik tunagtahita menurut Mumpuniarti (2000):
1. KarakteristikTunagrahitaRingan
a. Karakteristikkognitif
1) Mempunyai IQ berkisar 50-70.
2) Kapasitasbelajarnyasangatterbatasterutamauntukhal-hal yang abstrak,
makalebihbanyakbelajardengancaramembeo (rote learning)
bukandenganpengertian.
3) Kemampuanberpikirrendah, lambatperhatiandaningatannyarendah.
4) Masihmampuuntukmenulis, membaca, menghitung.
5) Mengalamikesulitandalamkonsentrasi, sukaruntukdiajakfokus.
6) Umurkecerdasannyaapabilasudahdewasasamadengananak normal yang berusia
12 tahun.
b. Karakteristikfisik
Anaktunagrahitaringannampaksepertianak normal,
hanyasedikitmengalamikelambatandalamkemampuansensomotorik.
c. Karakteristiksosial/perilaku
Anak tunagrahita ringan mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang
tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam
masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya
secara penuh sebagai orang dewasa.
d. Karakteristikemosi
Anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki
kemampuan analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu
mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis
karena tidak mampu menilai baik
buruk.Tidakmampumendeteksikesalahanpadadirinya, sehinggaacuhtakacuh.
e. Karakteristikmotoric
4
Anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan
sensorimotorik.Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan kata
masih minim.
2. KarakteristikTunagrahitaSedang
a. Karakteristikkognitif
1) Mempunyai IQ berkisar 30-50.
2) Anaktunagrahitasedangsangatsulitbahkantidakdapatbelajarsecaraakademiksepe
rtibelajarmenulis, membacadanberhitungtetapidapatdilatihdalamhal yang
sederhanasekedardiperkenalkanmembacadanmenulisnamanyasendiridanmenge
nalangka.
3) Rendahnyaperhatiananakdalambelajarakanmenghambatdayaingat.
Merekamengalamikesukarandalammemusatkanperhatian, cepatberalih.
4) Kurangtangguhdalammenghadapitugas,
pelupadansukarmengungkapkaningatandanmudahbosan.
5) Mudahberalihperhatiannyakehal yang
dianggapnyalebihmenarikdanketerbatasannyadalamkemampuanintelektualnyas
ehinggakemampuandalambidangakademiksangatbersifatsederhana.
6) Padaumurdewasaanaktunagrahitabarumencapaikecerdasansetarafanak normal
umur 7 tahunatau 8 tahun.
b. Karakteristikfisik
Penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, lebih menampakkan
kecacatannya.
c. Karakteristiksosial/ perilaku
1) Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik,
rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas
kasihan dan rasa keadilan.
2) Masih mampu untuk mengurus, memimpin, memelihara dirinya sendiri dan
bersosialisasi dengan lingkungannya, walaupun butuh proses yang lama.
Contohnyamandi, makan, minum, berpakaian.
3) Sangattergantungpada orang lain.
4) Bersikapkekanak-kanakan, seringmelamunatauhiperaktif.
5) Mampu melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap
dalam pengawasan karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal.
d. Karakteristikemosi
1) Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat
ketunagrahitaannya.Kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali
menghayati perasaan tanggung jawab dan hak sosialnya.
2) Memilikiimajinasi yang tinggi.
e. Karakteristikmotorik
Kurangmampuuntukmengkoordinasikangeraktubuhnya.Tangan-tangannyakaku.
5
3. KarakteristikTunagrahitaBerat
Anaktunagrahitaberatmemiliki IQ di bawah 30.
Anakinisepanjanghidupnyamemerlukanpertolongan dan bantuan orang lain,
sehinggaberpakaian, ke WC, dan sebagainyaharusdibantu.
Merekatidaktahubahayaatautidakbahaya. Kata-kata dan ucapannyasangatsederhana.
Kecerdasannyasampaisetinggianak normal yang berusiatigatahun.
6
sulit dilatih agar bisa merawat diri sendiri (harus dibantu), seringkali tidak
memiliki keterampilan berkomunikasi.
7
3. Proses kelahiran bayi, seperti prematur atau normal, lamanya proses kelahiran.
4. Setelah kelahiran, diukurnya lingkaran kepala serta panjang kepala bayi dan
disesuaikan dengan grafik. Selain itu, proses bayi ketika menelan, menghisap, pola
tidur bayi, kejang-kejang pada bayi, perkembangan mental pada bayi.
5. Serta tes intelegensi.
8
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan
bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai
kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru
Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber.
Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita
ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai
kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban
belajar (Slow Learner).
4. Program sekolah di rumah
Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram
dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal
ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
5. Pendidikan inklusif
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan
guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) orang
guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk
memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai
kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta
kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap
rintisan.
6. Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang
mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki
kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih
terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal:
a. Pengenalan diri
b. Sensorimotor dan persepsi
c. Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
d. Kemampuan berbahasa dan dan komunikasi
e. Bina diri dan kemampuan sosial.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunagrahita adalah keterbatasan dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai
dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata -rata (IQ
50-70) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2
area atau lebih. Tunagarahita dibagi atas tiga tingkatan yaitu, Golongan Tunagrahita
Ringan dengan rata-rata IQ 55-69, Tunagrahita Golongan Sedang rata-rata IQ 40-51,
dan Tunagrahita Golongan Berat rata-rata IQ 25-29. Mereka mempunyai ciri-ciri yang
berbeda tergantung pada tingkatan ketunagrahitaannya. Namun, jika ada yang IQ dibawah
50 jangan langsung mendiagnosis karena tunagrahita diikuti dengan munculnya masalah
perilaku adaftif, kemandiriannya serta aktivitas sosialnya.
Tunagrahita bisa diidentifikasi ketika prenatal, natal dan postnatal. Sementara
treatment bagi penyandang tunagrahita yaitu dengan mengajarkan merawat diri,
menghaluskan anggoa gerak, pembendaharaan kata.
B. Saran
1. Bagi penyandang tunagrahita, sebaiknya tetap semangat menjalani hidup. Karena
semuanya sama, mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Belajarlah
untuk mandiri, jangan menyerah.
2. Bagi orangtua penyandang tunagrahita, sebaiknya untuk selalu memberikan kasih
sayang dan kesabaran yang penuh karena penyandang tunagrahita membutuhkan
dukungan untuk belajar lebih mandiri lagi.
3. Bagi pendidik penyandang tunagrahita, sebaiknya membimbing dengan kesabaran
supaya mengangkat derajat penyandang tunagrahita pada kemandirian yang penuh
dan melepaskan label bahwa penyandang tunagrahita itu idiot dan sama sekali tidak
bisa diajak berkomunikasi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. 1955. OrtopedagogikAnakTunagrahita. Bandung:
DepartemenPendidikandanKebudayaanDirektoratJenderalPendidikan.
Armatas, V. 2009. Mental retardation: definitions, etiology, epidemiology and
diagnosis. Journal of Sport and Health Research.1(2):112-122.
Delphie, P. 2006. PembelajaranAnakBerkebutuhanKhusus (dalam SettingPendidikanInklusi).
Bandung: PT. RefikaAditama.
Kuntojojo. 2009. Psikologi Abnormal. Kediri.
Mumpuniarti. (2000). PenangananAnakTunagrahita
(KajiandarisegipendidikanSosialPsikologidanTindakLanjutUsiaDewasa).Yogyakarta:
UNY.
Supena, Asep. 2009. Model Pendidikan Inklusi Bagi Anak Tunagrahita Di Sekolah Dasar.
jurnal pendidikan dasar,vol.10 no. 1,Maret 2009 (9-18).
Wibowo, Sutji Martiningsih. Penanganan Anak Tuna Grahita. semi-loka ” Penata laksanaan
Anak-anak Tuna Grahita” Di Rumah Sakit Santosa, Bandung.
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology Active Learning Edition. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
11