Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK 2019

PERCOBAAN 1
PEMBAGI TEGANGAN DAN ARUS

Oleh :
HAQI BAIHAQI N.M.P.Y 21060118110001
MELIAWAN NUR HIDAYAT 21060118120005
M. LUTHFI IZZULHAQ 21060118130080

KELOMPOK 22

LABORATORIUM ELEKTRONIKA
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PERCOBAAN 1

PEMBAGI TEGANGAN DAN ARUS

1.1 Tujuan Percobaan


Menyelidiki sifat-sifat suatu rangkaian yang terdiri atas tahanan linier yang
terangkai secara :
a. Rangkaian Seri
b. Rangkaian Paralel
c. Rangkaian Jembatan Wheatstone

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan
Rangkaian pembagi arus merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa
resistor yang terhubung secara paralel. Rangkaian ini membagi arus yang masuk
menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah resistor paralel yang terhubung ke
sumber.
Rangkaian pembagi tegangan merupakan rangkaian yang terdiri atas beberapa
resistor yang terhubung secara seri. Rangkaian ini membagi tegangan
input/masukan menjadi beberapa bagian sesuai jumlah resistor yang langsung Commented [v1]: Bahasa aing miringkan

terhubung ke sumber. Commented [v2]: Tambahin rumus

Dua elemen sejajar yang harganya sama, maka arus akan dibagi sama besar.
Elemen sejajar dengan harga yang berbeda, semakin kecil hambatan maka akan
semakin besar arus masukan yang lewat.
1.2.2 Rangkaian Jembatan Seimbang
Jembatan Wheatstone seimbang dipakai untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif sangat kecil.
Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah resistor yang merupakan segiempat A-B-
C-D dalam hal rangkaian ini dihubungkan dengan sumber tegangan dan sebuah
galvanometer nol. Sehingga berlaku RA.RC = RB.RD.

Rangkaian Wheatstone tidak lebih dari 2 pengaturan paralel rangkaian


paralel yang sederhana yang dihubungkan antara terminal suplai tegangan dengan
ground yang menghasilkan perbedaan tegangan nol antara dua cabang paralel jika
diimbangi. Pada rangkaian jembatan Wheatstone mempunyai 2 terminal input dan
2 terminal output yang terdiri atas 4 resistor yang dikonfigurasi dalam rangkaian.

Cara kerja rangkaian jembatan wheatstone yaitu sirkuit listrik dalam 4 tahanan
dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui 2 titik diagonal pada kedua
diagonal yang lain, yang mana galvanometer ditempelkan.

1.2.3 Rangkaian Jembatan Tak Seimbang


Jembatan Wheatstone tak seimbang dipakai untuk memperoleh ketelitian dalam
melaksanakan pengukuran terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif sangat kecil.
Rangkaian ini dibentuk oleh empat buah resistor yang merupakan segiempat A-B-
C-D dengan resistor E terletak diantara titik AB dan titik CD. Sehingga untuk
memperoleh tahanan totalnya harus menggunakan transformasi Δ-Y.
1.2.4 Pembacaan Resistor

Gambar 1.1 Tabel Warna Resistor

Contoh :

Coklat, hijau, orange, emas = 15 x 103 ± 5%


Gelang pertama sebagai angka pertama, gelang kedua sebagai angka kedua, gelang
ketiga sebagai pengali, gelang keempat merupakan toleransi.

1.3 Alat dan Bahan


1. Modul praktikum rangkaian listrik
2. Meja praktikum dan catu daya DC
3. Multimeter
4. Jumper
5. Capit Buaya Commented [v3]: typo
1.4 Gambar Rangkaian
1.4.1 Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan

5,6k Ω 8,2k Ω 10k Ω


ΩΩΩΩ

5V 10k Ω 18k Ω 1,2k Ω

Gambar 1.2 Pembagi Arus dan Tegangan

1.4.2 Rangkaian Jembatan Seimbang

10k Ω

8,2k Ω 8,2k Ω

5V

8,1k Ω 8,1k Ω

Gambar 1.3 Jembatan Seimbang

1.4.3 Rangkaian Jembatan Tak Seimbang

10k Ω

3,3k Ω 2k Ω
1,5k Ω
5V

2k Ω 4,7k Ω

Gambar 1.4 Jembatan Tak Seimbang


1.5 Langkah Percobaan
1.5.1 Rangkaian Pembagian Tegangan dan Arus (Rangkaian Tangga)
1. Ukurlah nilai tegangan R1 hingga R6 dengan menggunakan ohm meter
secara terpisah dimana nilai masing-masing tahanan harus berbeda.
2. Tentukan tegangan catu daya DC (konsultasikan besar tegangan dengan
asisten anda).
3. Buat rangkaian percobaan sebagaimana Gambar 1.2.
4. Periksalah sekali lagi rangkaian anda dan konsultasikan kepada asisten
sebelum catu daya dihidupkan.
5. Ukur dan catat semua arus dan tegangan dititik simpul terhadap titik nol
(ground).
6. Setelah selesai pengukuran matikan catu daya DC.
7. Buat analisis perhitungan secara teoritik nilai tahanan total, arus dan
tegangan ditiap titik pengukuran.
8. Buatlah simulasi dengan menggunakan software Proteus.
9. Bandingkan hasil perhitungan dan hasil pengukuran serta simulasi. Buat
kesimpulan.
1.5.2 Rangkaian Jembatan Seimbang
1. Ukurlah nilai tahanan R1 hingga R5 dengan menggunakan ohm meter
secara terpisah.
2. Tentukan tegangan catu daya DC (konsultasikan besar tegangan dengan
asisten anda).
3. Buat rangkaian percobaan sebagaimana Gambar 1.3.

4. Atur R5 hingga Ix=0 atau ubahlah komposisi R2, R3, dan R4 sehingga
diperoleh Ix=0.
5. Periksalah sekali lagi rangkaian Anda dan konsultasikan kepada asisten
sebelum catu daya dihidupkan.
6. Ukur dan catat tegangan masing-masing tahanan.

7. Setelah selesai pengukuran matikan catu daya DC.


8. Buat analisis perhitungan secara teoritik nilai tegangan ditiap tahanan.
Fenomena apa yang anda dapat.
9. Bandingkan hasil perhitungan dan hasil pengukuran. Buat kesimpulan.
1.5.3 Rangkaian Jembatan Tidak Seimbang
1. Ukurlah nilai tahanan R1 hingga R6 dengan menggunakan ohm meter
secara terpisah dimana nilai masing-masing tahanan harus berbeda.
2. Tentukan tegangan catu daya DC (konsultasikan besar tegangan dengan
asisten anda).
3. Buat rangkaian percobaan sebagaimana Gambar1.4.

4. Periksalah sekali lagi rangkaian anda dan konsultasikan kepada asisten


sebelum catu daya dihidupkan.
5. Ukur dan catat tegangan masing-masing tahanan.

6. Setelah selesai pengukuran matikan catu daya DC.

7. Buat analisis perhitungan secara teoritik nilai tegangan ditiap tahanan.


Fenomena apa yang anda dapat.
8. Buatlah simulasi dengan menggunakan Software Proteus.

9. Bandingkan hasil perhitungan dan hasil pengukuran serta simulasi. Buat


kesimpulan.
10. Berdasarkan percobaan 1.2.1 dan 1.3.1 Buktikan bahwa:

E (R 4 − R 3 )
Ix = dengan R 2 = R 5 = R
(R + 2R)(R 3 + R 4 )(2R 4 R 3 )
1.6 Data Percobaan

1.6.1 Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan


Tabel 1.1 Data Hasil Pengukuran Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan

N Hambatan Hambatan Tegangan Arus


Resistor
o Tertera (ohm) Terukur (ohm) (V) (mA)
1 R1 5,6 k ± 5% 5,5 k 2,46 0,4
2 R2 10 k ± 5% 9,8 k 2,65 0,3
3 R3 8,2 k ± 5% 8,1 k 1,44 0,2
4 R4 18 k ± 5% 17,7 k 1,21 0,1
5 R5 10 k ± 5% 9,9 k 1,08 0,1
6 R6 1,2 k ± 5% 1,2 k 0,13 0,1

1.6.2 Rangkaian Jembatan Seimbang


Tabel 1.2 Data Hasil Pengukuran Rangkaian Jembatan Seimbang

Hambatan Hambatan
No Tegangan (V)
Tertera (ohm) Terukur (ohm)
1 R1 = 10 k ±5% R1 = 9,95 k VR1 = 2,68
2 R2 = 8,2 k ±5% R2 = 8,06 k VR2 = 1,08
3 R3 = 8,2 k ±5% R3 = 10,06 k VR3 = 1,35
4 R4 = 8,13 k ±5% R4 = 10,04 k VR4 = 1,08
5 R5 = 8,1 k ±5% R5 = 8,04 k VR5 = 1,08
Rtotal = 9,04 k VAB = 0
1.6.3 Rangkaian Jembatan Tak Seimbang
Tabel 1.3 Data Hasil Pengukuran Rangkaian Jembatan Tak Seimbang
Hambatan Hambatan
No Tegangan (V)
Tertera (ohm) Terukur (ohm)
1 R1 = 10 k R1= 9,82 k 3,96
2 R2 = 3,3 k R2 = 3,24 k 0,75
3 R3 = 2 k R3 = 1,93 k 0,40
4 R4 = 2 k R4 = 1,94 k 0,37
5 R5 = 4,7 k R5 = 4,60 k 0,78
6 R6 = 1,5 k R6 = 1,50 k 0,03
Rtotal = k VAB = 0,3

1.7 Analisis dan Pembahasan


1.7.1 Analisis Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan
a) Analisis Perhitungan Nilai Tahanan Total Pada Rangkaian Pembagi
Arus dan Tegangan
R Seri 1 R Paralel 1:
= R5 + R6 Rseri 1 × R4
=
Rseri 1 + R4
= 10 k Ω + 1,2 k Ω 11,2 k × 18 k
=
= 11,2 k Ω 11,2 k + 18 k

= 3,068 k Ω

R Paralel 2:
R Seri 2:
Rseri 2 × R2
= R3 + Rparalel 1 =
Rseri 2 + R2

= 8,2 k Ω + 3,068 k Ω =
11,268 k × 10 k
11,268 k + 10 k
= 11,268 k Ω
= 5,298 k Ω

R total: R1 + Rparalel 2
= 5,6 k Ω + 5,298 k Ω = 10, 898 k Ω
Untuk mendapatkan Rtotal, pertama Rseri1 dihitung dengan
menjumlahkan R5 dan R6, kemudian Rparalel1 dihitung dengan mengalikan
Rseri1 dan R4 yang kemudian dibagi dengan penjumlahan antara Rseri1 dan
R4, lalu Rseri2 dihitung dengan menjumlahkan R3 dan Rparalel1, selanjutnya
Rparalel2 dihitung dengan mengalikan Rseri2 dan R2 yang kemudian dibagi
dengan hasil penjumlahan dari Rseri2 dan R2. Rtotal didapat lewat
penjumlahan antara R1 dan Rparalel2 dan didapatkan hasil Rtotal = 10,898 kΩ.

b) Analisis Perhitungan Nilai Arus Di Setiap Titik Pengukuran (Resistor)


Pada Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan
Untuk menghitung arus pada tiap titik pengukuran, gunakan hukum
kirchoff:
𝐕𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧
𝐈=
𝐑
Keterangan : V : Tegangan (volt)
I : Arus yang mengalir (ampere)
R : Tahanan (Ω)

VR1 2,46V
IR1 = = = 4,47 × 10−4 A
R1 5,5 k Ω
VR2 2,65 V
IR2 = = = 2,70 × 10−4 A
R2 9,8 k Ω
VR3 1,44 V
IR3 = = = 1,78 × 10−4 A
R3 8,1 k Ω
VR4 1,21 V
IR4 = = = 0,68 × 10−4 A
R4 17,7 k Ω
VR5 1,08 V
IR5 = = = 1,09 × 10−4 A
R5 9,9 k Ω
VR6 0,13 V
IR6 = = = 1,30 × 10−4 A
R6 1,0 k Ω
Nilai arus pada setiap titik pengukuran dapat diketahui dengan membagi
nilai tegangan hasil pengukuran dengan tahanan hasil pengukuran. Arus hasil
pembagian tersebut lalu dibulatkan ke dua angka penting di belakang koma.
Contoh untuk mencari nilai arus yang melalui R6 berdasarkan pengukuran
maka dapat dihitung dengan membagi nilai VR6 hasil pengukuran dengan R6
hasil pengukuran sehingga diperoleh IR6 = VR6
R6
=
0,13 V
1,0 k Ω
= 1,30 × 10−4 A

c) Analisis Perhitungan Nilai Tegangan Di Setiap Titik Pengukuran


(Resistor) Pada Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan
Untuk menghitung tegangan pada tiap titik pengukuran, gunakan
hukum kirchoff:
𝐕 = 𝐈 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐱 𝐑
Keterangan : V : Tegangan (volt)
I : Arus yang mengalir (ampere)
R : Tahanan (Ω)

V1 = IPengukuran1 x R1 = 0,4 x 10-3 A x 5,5 x 103 Ω = 2,20 V


V2 = IPengukuran2 x R2 = 0,3 x 10-3 A x 9,8 x 103 Ω = 2,94 V
V3 = IPengukuran3 x R3 = 0,2 x 10-3 A x 8,1 x 103 Ω = 1,62 V
V4 = IPengukuran4 x R4 = 0,1 x 10-3 A x 17,7 x 103 Ω = 1,77 V
V5 = IPengukuran5 x R5 = 0,1 x 10-3 A x 9,9 x 103 Ω = 0,99 V
V6 = IPengukuran6 x R6 = 0,1 x 10-3 A x 1,0 x 103 Ω = 0,10 V

Nilai tegangan pada setiap titik pengukuran dapat diketahui dengan


mengalikan nilai arus hasil pengukuran dengan tahanan hasil pengukuran.
Tegangan hasil perkalian tersebut lalu dibulatkan ke dua angka penting di
belakang koma. Contoh untuk menghitung nilai tegangan pada R1 yaitu dengan
cara mengalikan nilai IPengukuran1 hasil pengukuran dengan nilai R1 hasil
pengukuran maka diperoleh V1 = IPengukuran1 x R1 = 0,4 x 10-3 A x 5,5 x 103 Ω
= 2,20 V
d) Perbandingan Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan Pada Rangkaian
Pembagi Arus dan Tegangan
Tabel 1.4 Data Hasil Pengukuran dan Perhitungan Arus

No. Arus Pengukuran (mA) Arus Perhitungan (mA)


1. 0,4 0,447
2. 0,3 0,270
3. 0,2 0,178
4. 0,1 0,068
5. 0,1 0,109
6. 0,1 0,130

Pada tabel 1.4, ditampilkan perbandingan nilai arus hasil pengukuran


dan hasil perhitungan. Dapat dilihat terdapat perbadaan nilai antara hasil
pengukuran dan hasil perhitungan, namun perbedaanya sangat kecil, Kecuali
pada data ke 4, dimana pada data ke-4 arus pengukuran adalah 0,1 mA dan arus
perhitungan 0,068 mA, ini mungkin disebabkan karena kesalahan pada
pengukuran ketika praktikum.
.
Tabel 1.5 Data Perbandingan Tegangan Pengukuran dan Tegangan Perhitungan

No. Tegangan Pengukuran (V) Tegangan Perhitungan (V)


1. 2,46 2,20
2. 2,65 2,94
3. 1,44 1,62
4. 1,21 1,77
5. 1,08 0,99
6. 0,13 0,10
Pada tabel 1.5, ditampilkan perbandingan nilai tegangan hasil
pengukuran dan hasil perhitungan. Dapat dilihat terdapat perbadaan nilai antara
hasil pengukuran dan hasil perhitungan, namun perbedaanya sangat kecil,
kecuali pada data ke 4, selisihnya 0,56. Perbedaan ini mungkin disebabkan
karena kesalahan pada pengukuran ketika praktikum atau dikarenakan alat ukur
yang kurang akurat.

e) Simulasi proteus arus tegangan

Gambar 1.5 Simulasi Proteus Rangkaian Pembagi Arus


Pada Gambar 1.5 ditunjukan hasil dari simulasi Proteus rangkaian
pembagi arus yang didapatkan sedikit perbedaan antara nilai arus yang
didapatkan pada proteus dengan nilai yang diukur oleh kelompok kami. Contoh
nilai arus pada R3 pada proteus adalah 0.2 mA, sedangkan pada pengukuran
didapatkan nilai 0.18 mA, hal ini terjadi karena kurang presisinya alat yang
kami gunakan serta kesalahan dalam pengukuran.
Gambar 1.6 Simulasi Proteus Rangkaian Pembagi Tegangan
Pada Gambar 1.6 ditunjukan hasil dari simulasi Proteus rangkaian
pembagi tegangan yang didapatkan sedikit perbedaan antara nilai tegangan
yang didapatkan pada proteus dengan nilai yang diukur oleh kelompok kami.
Contoh nilai tegangan pada R5 pada proteus adalah 1.06 V sedangkan pada
pengukuran didapatkan nilai 1.05 V, hal ini terjadi karena kurang presisinya
alat yang kami gunakan serta kesalahan dalam pengukuran.

f) Grafik perbandingan tegangan terukur dan terhitung

Grafik Perbandingan Tegangan


Terukur dan Terhitung
3.5
2.94
3

2.5 2.2
2.7
2.5 1.77
2 1.62
1.5
0.99
1 1.45
1.23
1.1
0.5 0.1
0
R1 R2 R3 R4 R5 0.15
R6

Terhitung Terukur

Gambar 1.7 Grafik Perbandingan Tegangan Terukur dan Terhitung


Dalam Gambar 1.7, grafik tersebut terlihat bahwa nilai V terukur dan V
terhitung saling berhimpitan karena terjadi perbedaan yang sangat sedikit,
kecuali pada data ke-2 dan ke-4. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
kesalahan pada alat praktikum atau kesalahan praktikan.

g) Grafik Perbandingan Arus Terukur dan Terhitung

Grafik Perbandingan Arus Terukur dan


Terhitung
0.5
0,4
0,4
0.4

0.3 0.3
0.27
0.2 0.2
0.178
0.109 0.13
0.1 0.1 0.1 0.1
0.068
0
R1 R2 R3 R4 R5 R6

Terhitung Terukur

Gambar 1.8 Grafik Perbandingan Arus Terukur dan Terhitung


Dalam Gambar 1.8, grafik tersebut terlihat bahwa nilai I terukur dan I
terhitung saling berhimpitan karena terjadi perbedaan yang sangat sedikit,
kecuali pada data ke-2 dan ke-4. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
kesalahan pada alat praktikum atau kesalahan praktikan.

1.7.2 Analisis Rangkaian Jembatan Seimbang


a) Analisis Perhitungan Tegangan Di Titik BC Saat R4 = R5
𝑉_𝐵𝐶 = ( 𝑅3/(𝑅5 + 𝑅3) − 𝑅4/(𝑅4 + 𝑅2))𝑥 𝑉_𝑠
= ( 8,2/(8,1 + 8,2) − 8,2/(8,1 + 8,2))𝑥 5
= ( 0,50 − 0,50) 𝑥 5
= ( 0)𝑥 5 = 0 V
Ketika nilai R4 sama dengan R5, maka di titik BC akan dihasilkan
tegangan 0 volt. Tegangan di BC menghasilkan nilai 0 volt karena pada kondisi
R4 sama dengan R5, rangkaian berada pada kondisi yang seimbang. Hal ini
telah sesuai dengan prinsip jembatan wheatstone dengan rumus R2 x R4 = R3
x R5.

b) Perbandingan Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan Pada Rangkaian


Jembatan Seimbang
Tabel 1.6 Data Perbandingan Tegangan Pengukuran dan Tegangan Perhitungan

Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan


No.
Tegangan BC (Volt) Tegangan BC (Volt)
1. 0 0

Dari Tabel 1.5, dapat dibandingkan bahwa nilai Tegangan pada titik BC Commented [v4]: gausah di bold, nomor table salah

antara hasil pengukuran dan perhitungan adalah sama yaitu sama-sama bernilai
0 volt. Kondisi ini tercapai karena ditunjang dengan kondisi alat hitung yang
masih bagus.

c) Simulasi Proteus Rangkaian Jembatan Seimbang

Gambar 1.9 Simulasi Proteus Rangkaian Jembatan Seimbang


Pada Gambar 1.9 menunjukkan rangkaian jembatan seimbang. Simulasi
rangkaian tersebut sudah sesuai namun ada perbedaan kecil yang disebabkan
oleh kerugian alat.

1.7.3 Analisis Rangkaian Jembatan Tak Seimbang


a) Analisis Perhitungan Nilai Tahanan Total Pada Rangkaian Jembatan
Tak Seimbang
𝑅2 𝑥 𝑅3 4,6,𝑥 3,26
Ra: = = 1,602 k Ω
𝑅2+𝑅3+𝑅6 4,6 +3,26 +1,5
𝑅2 𝑥 𝑅6 4,6 𝑥 1,5
Rb: = = 0,737 k Ω
𝑅2+𝑅3+𝑅6 4,6 +3,26+1,5
𝑅3 𝑥 𝑅6 3,36 𝑥 1,5
Rc: = = 0,5384 k Ω
𝑅2+𝑅3+𝑅6 4,6 +3,26 +1,5
(𝑅𝑏+𝑅4) 𝑥 (𝑅𝑐+𝑅5) (0,737 + 1,97) 𝑥 (0,5384 +2,04)
R Paralel: =
(𝑅𝑏+𝑅4)+(𝑅𝑐+𝑅5) (0,737 + 1,97) + (0,5384 +2,04)

= 1,320 k Ω

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅𝑎 + 𝑅𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 9,9 + 1,602 + 1,320 = 12,822 kΩ

Berdasarkan hasil perhitungan di atas akan didapatkan nilai hambatan


total sebesar 12,822 kΩ. Gambar 1.3 merupakan gambar rangkaian delta Commented [v5]:

sehingga untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian tersebut diubah


terlebih dahulu menjadi rangkaian bintang. Dari rangkaian bintang tersebut Commented [v6]:

didapatkan nilai Ra, Rb dan Rc kemudian antara Rb, Rc dengan R4, R5


dilakukan perhitungan dengan cara paralel. Setelah itu hambatan total
didapatkan dengan menjumlahkan nilai R1, Ra dan Rparalel.

b) Analisis Perhitungan Nilai Arus Di Setiap Titik Pengukuran (Resistor)


Pada Rangkaian Jembatan Tak Seimbang
Untuk menghitung arus pada tiap titik pengukuran, gunakan hukum
kirchoff:
𝐕𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧
𝐈=
𝐑
Keterangan : V : Tegangan (volt)
I : Arus yang mengalir (ampere)
R : Tahanan (Ω)

 R1 = 9,82 kΩ  R4 = 1,94 kΩ
Vp = 3,96 V Vp = 0,37
I1 = VPengukuran/R I4 = VPengukuran/R
= 3,96 /9,82 = 0,37/1,94
= 0,40 mA = 0,19 mA

 R2 = 3,24 kΩ  R5 = 4,60 kΩ
Vp = 0,75 V Vp = 0,78 V
I2 = VPengukuran/R I5 = VPengukuran/R
= 0,75/3,24 = 0,78/4,60
= 0,23 mA = 0,17 mA

 R3 = 1,93 kΩ  R6 = 1,50 kΩ
Vp = 0,40 V Vp = 0,03 V
I3 = VPengukuran/R I6 = VPengukuran/R
= 0,40/1,93 = 0,03/1,50
= 0,20 mA = 0,02 mA

Untuk menghitung nilai I atau arus pada tiap titik, diperlukan V


pengukuran dan R pada tiap titik tersebut. Kemudian V pengukuran dibagi
dengan R pada tiap titik. Sehingga didapatkan hasil seperti pada perhitungan
diatas.
Nilai arus pada setiap titik pengukuran dapat diketahui dengan membagi
nilai tegangan hasil pengukuran dengan tahanan hasil pengukuran. Arus pada
R1 setelah melalui perhitungan didapatkan sebesar 0,40 mA, R2 sebesar 0,23
mA, R3 sebesar 0,20 mA, R4 sebesar 0,19 mA, R5 sebesar 0,17 mA, R6 sebesar
0,02 mA

c) Analisis Perhitungan Nilai Tegangan Di Setiap Titik Pengukuran


(Resistor) Pada Rangkaian Jembatan Tak Seimbang
Untuk menghitung tegangan pada tiap titik pengukuan, gunakan
hukum kirchoff:
𝐕 = 𝐈 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐱 𝐑
Keterangan : V : Tegangan (volt)
I : Arus yang mengalir (ampere)
R : Tahanan (Ω)

V1 = 0,40 mA x 10 kΩ V4 = 0,19 mA x 2 kΩ

= 4,00 V = 0,38 V

V2 = 0,23 mA x 4,7 kΩ V5 = 0,17 mA x 2 kΩ

= 1,08 V = 0,34 V

V3 = 0,20 mA x 3,3kΩ V6 = 0,02 mA x 1,5 kΩ

= 0,66 V = 0,03 V

Untuk menghitung nilai V atau tegangan pada tiap titik, diperlukan


Iperhitungan dan Rtertera pada tiap titik tersebut. Kemudian Iperhitungan dikalikan
dengan R pada tiap titik. Sehingga didapatkan hasil seperti pada perhitungan di
atas. Contoh untuk menghitung tegangan pada Rtertera1(R1) maka Iperhitungan
adalah 0,40 mA dikalikan dengan Rtertera1 adalah 10 kΩ, hasilnya adalah 4,00V.
d) Perbandingan Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan Pada Rangkaian
Jembatan Tak Seimbang

Tabel 1.7 Perbandingan Data Tegangan Hasil Pengukuran dan Hasil Perhitungan Pada
Rangkaian Jembatan Tak Seimbang

No. Tegangan Pengukuran (V) Tegangan Perhitungan (V)


1. 3,96 4.00
2. 0,75 1,08
3. 0,40 0,66
4. 0,37 0,38
5. 0,78 0,34
6. 0,03 0,03

Pada Tabel 1.7, ditampilkan perbandingan nilai tegangan hasil


pengukuran dan hasil perhitungan. Dapat dilihat terdapat perbedaan nilai antara
hasil pengukuran dan hasil perhitungan, namun perbedaan yang sangat kecil,
kecuali pada data ke 5, selisih keduanya yaitu 4,4. Perbedaan ini mungkin
disebabkan karena kesalahan pada pengukuran ketika praktikum atau
dikarenakan alat ukur yang kurang akurat.
e) Simulasi Proteus Rangkaian Jembatan Tak Seimbang

Gambar 1.10 Simulasi Proteus Rangkaian Jembatan Tak Seimbang


Pada Gambar 1.10 menunjukkan rangkaian jembatan tak seimbang
dengan menggunakan aplikasi proteus. Simulasi rangkaian tersebut sudah
sesuai namun ada perbedaan yang sangat kecil. Hal tersebut bisa disebabkan
oleh alat yang kurang akurat atau kelalaian praktikan. Contohnya seperti yang
terdapat pada R1, pada aplikasi proteus menunjukkan 3,86 v sedangkan pada
hasil pengukuran menggunakan alat menunjukkan 3,87 v
f) Grafik Perbandingan Tegangan Terukur dan Terhitung

Grafik Perbandingan Tegangan


Terukur dan Terhitung
4.5 4
4
3.5 3.96
3
2.5
2
1.5 1.08
1 0.66
0.38 0.34
0.5 0.03
0.75 0.78
0 0.4 0.37
R1 R2 R3 R4 R5 R6
0.03

Terhitung Terukur

Gambar 1.11 Grafik Perbandingan Tegangan Terukur dan Terhitung


Pada Gambar 1.11 menunjukkan perbandingan nilai tegangan yang
terhitung dengan tegangan yang terukur. Saat dimasukkan grafik, nilainya
berbeda, namun perbedaannya sangat kecil. Hal tersebut bisa disebabkan oleh alat
yang kurang akurat atau kelalaian praktikan. Commented [v7]: rapihkan
1.8 Kesimpulan
1. Nilai tahanan dapat dihitung dengan membaca kode warna yang terdapat
pada gelang resistor, di mana setiap warna menginformasikan nilai tahanan
resistor tersebut.
2. Rangkaian seri merupakan rangkaian yang membagi tegangan.
3. Rangkaian paralel merupakan rangkaian yang membagi arus.
4. Untuk menghitung tegangan dan arus, dapat menggunakan hukum ohm (V =
I.R).
5. Untuk menghitung tahanan total, dapat dengan menyederhanakan rangkaian
dengan cara menyerikan atau memaralelkan masing-masing tahanan.
6. Berdasarkan Gambar 1, nilai tahanan dapat dihitung dengan membaca kode
warna yang terdapat pada gelang resistor, di mana setiap warna
menginformasikan nilai tahanan resistor tersebut. Seperti pada rangkaian
Gambar 1.2 terdapat tahanan dengan warna hijau, biru , merah, dan emas
yang berarti gelang pertama warna hijau sebagai angka pertama, gelang
kedua warna biru sebagai angka kedua, gelang ketiga warna merah sebagai
pengali, gelang keempat warna emas merupakan toleransi. Sehingga nilainya
yaitu 56 x 102 Ω.
7. Berdasarkan percobaan pada rangkaian Gambar 1.2, nilai arus pada R1
setelah melalui perhitungan sebesar 0,4 mA, arus pada R2 sebesar 0,3 mA,
arus pada R3 sebesar 0,2 mA, arus pada R4 sebesar 0,1 mA, arus pada R5
sebesar 0,1 mA, dan arus pada R6 sebesar 0,1 mA. Nilai arus pada tiap-tiap
resistor tersebut merupakan hasil dari pembagian antara tegangan terukur
dengan tahanan terukur.
8. Berdasarkan percobaan pada rangkaian Gambar 1.3, ketika nilai tegangan
pada jembatan Wheatstone bernilai 0, maka jembatan pada posisi seimbang.
Hal tersebut dapat terjadi karena nilai R2=R3 dan R4=R5, sehingga tegangan
pada titik AB akan bernilai 0. Hal tersebut sesuai dengan prinsip jembatan
Wheatstone, R2 x R4 = R3 x R5
9. Berdasarkan percobaan pada rangkaian Gambar 1.4, jika R2xR4 ≠ R3xR5
maka rangkaian tersebut dapat disebut jembatan tidak seimbang.
10. Berdasarkan percobaan pada rangkaian Gambar 1.4, nilai arus pada tiap-tiap
resistor yaitu arus pada R1 setelah melalui perhitungan didapatkan sebesar
0,40 mA, arus pada R2 sebesar 0,23 mA, arus pada R3 sebesar 0,20 mA, arus
pada R4 sebesar 0,19 mA, arus pada R5 sebesar 0,17 mA, arus pada R6
sebesar 0,02 mA.
11. Berdasarkan percobaan pada rangkaian Gambar 1.4, nilai tegangan pada tiap
titik dapat diperoleh dengan mengalikan I terhitung dengan R terukur.
Tegangan pada R1 sebesar 4,00 V, tegangan pada R2 sebesar 1,08 V,
tegangan pada R3 sebesar 0,66V, tegangan pada R4 sebesar 0,38 V, tegangan
pada R5 sebesar 0,34 V, dan tegangan pada R6 sebesar 0,03 V.
12. Adanya selisih pada tegangan terukur dan tegangan terhitung dapat terjadi
karena beberapa faktor seperti kurang presisi alat pengukur dan adanya
toleransi pada tiap-tiap tahanan yang dipakai.
13. Pada gambar 1.5 menunjukkan simulasi rangkaian jembatan tak seimbang
dengan menggunakan aplikasi proteus yang memiliki sedikit perbedaan,
Contoh nilai arus pada R3 pada proteus adalah 0.2 mA, sedangkan pada
pengukuran didapatkan nilai 0.18 mA, hal ini terjadi karena kurang presisinya
alat yang kami gunakan serta kesalahan dalam pengukuran.
14. Pada percobaan rangkaian jembatan seimbang, tegangan yang terukur di V
BC sebesar 0V. Hal ini sesuai dengan aturan jembatan seimbang dimana v =
0V.
15. Pada percobaan rangkaian jembatan tidak seimbang, didapatkan besar
tegangan yang terukur dan terhitung mempunyai selisih sedikit kecuali pada
data ke-6 mempunyai hasil yang sama antara pengukuran dan perhitungan.
1.9 Aplikasi
1.9.1 Aplikasi Rangkaian Pembagi Arus dan Tegangan
a) Potensiometer
Track pada potensiometer bersifat resistif (beberapa jenis dapat bersifat
kapasitif). Pergeseran tangkai wiper akan mengubah-ubah besarnya hambatan
pada dua bagian track yang terbagi oleh wiper tersebut. Potensiometer ini
bekerja dengan prinsip pembagi tegangan (voltage-divider).

Gambar 1.12 Potensiometer


Amatilah contoh aplikasi potensiometer yang dirangkai dengan
mikrokontroler, seperti yang terlihat pada Gambar 1.12. Pada Gambar tersebut,
potensiometer dapat bertindak sebagai pengganti semua sensor berjenis analog.
Sebab, pada dasarnya sistem kerja sensor analog adalah mengirimkan variasi
sinyal-sinyal analog ke mikrokontroler, dan ini dapat diwakilkan oleh
potensiometer. Sebelum masuk ke mikrokontroler, sinyal tersebut harus
melewati pin ADC (analog-to-digital converter) untuk dikonversi menjadi
sinyal digital.
b) Penerapan pada Sensor
Beberapa sensor tidak dapat mengubah tegangan listrik secara langsung,
misalnya LDR. LDR (Light Dependent Resistor) akan menghasilkan perubahan
hambatan listrik berdasarkan intensitas cahaya yang mengenainya. Semakin
banyak intensitas cahaya yang mengenai sensor (semakin terang), maka
resistansi akan semakin kecil. Demikian pula sebaliknya, jika intensitas cahaya
semakin kecil (semakin gelap), maka hambatan pada sensor tersebut semakin
besar).
Nilai resistansi yang berubah tidak akan berarti apa-apa tanpa dilakukan
suatu perlakuan khusus terhadap sensor tersebut. Mengapa? Sebab, perubahan
resistansi listrik tidak akan berpengaruh apa-apa, sebelum komponen tersebut
dialirkan suatu arus listrik. Ingat, parameter yang kita inginkan dalam kaitannya
dengan mikrokontroler adalah tegangan listrik, bukan resistansi listrik. Oleh
karena itu, kita harus mengolah perubahan resistansi listrik menjadi perubahan
tegangan listrik. Agar dapat terbaca oleh mikrokontroler, kita dapat
menggunakan prinsip pembagi tegangan.

Gambar 1.13 Sensor LDR Berdasarkan Prinsip Pembagi Tegangan


Pada Gambar 1.13, sebuah sensor LDR akan menggantikan hambatan
R1. Apakah kita dapat meletakkannya di R2? Jawabannya adalah bisa. Namun,
sifatnya akan terbalik. Amatilah kedua rumus di atas, yaitu ketika R1 mendekati
nol maupun ketika R2mendekati nol. Terlihat jelas bahwa ketika sensor LDR
ditempatkan di R1, maka ketika cahaya makin terang (R1mendekati nol), input
tegangan ke mikrontroler akan makin besar. Namun, jika ditempatkan di R2,
maka ketika cahaya makin terang (R2mendekati nol), input ke mikrokontroler
akan makin kecil.

1.9.2 Aplikasi Rangkaian Jembatan Seimbang

Gambar 1.12 Strain Gauge Berdasarkan Prinsip Jembatan wheatstone


Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda
uji berupa beton atau baja. Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu
semacam pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur dilatasi benda
uji berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain
gauge ini direkatkan kuat pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji
akan sama dengan deformasi pada strain gauge. Seperti kita ketahui, jika suatu
material ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material
tersebut sesuai dengan sifat2 elastisitas benda. Perubahan dimensi pada
penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan listrik, ingat persamaan R
= ρ.L/A. Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga untuk
mendapatkan hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan
Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan Wheatstonenya sudah ada di
dalam strain gauge.
DAFTAR REFERENSI

1. Wardana, INK., 2016, Teknik Antarmuka MATLAB dan Arduino, VIP


Publication & Miarana DIY.
2. Jimbo, 2013, Voltage Dividers, https://learn.sparkfun.com/tutorials/voltage-
dividers
3. https://tutorkeren.com/artikel/pengetahuan-memahami-konsep-pembagi-
tegangan-voltage-divider-dan-penerapannya-pada
4. http://www.rajaloadcell.com/article/paper-aplikasi-jembatan-wheatstone-33

Anda mungkin juga menyukai