Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, biasanya berwarna
hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ penting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia.
Daun memiliki umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada
batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya
menjadi pirang. Jadi daun yang lebih tua kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai
warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna ini terlihat pula bila
dibandingkan antara warna daun yang masih muda dengan daun yang sudah dewasa. Daun muda
berwarna keputih-putihan, kadang juga ungu atau kemerah-merahan, sedangkan yang sudah
dewasa berwarna hijau sungguh.
Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang
terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakin besar
didapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama
makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu menggugurkan semua
daunnya, sehingga tumbuhan nampak gundul seperti tumbuhan mati. Peristiwa seperti ini dapat
dilihat ketika musim kemarau pada jenis-jenis tumbuhan tertentu, yang menjelang datangnya
musim hujan membentuk tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali.
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil
(diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air serta garam-garam diambil dari tanah
oleh akar tumbuhan, sedangkan gas asam arang (CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi
tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk
ke dalam daun.
Zat-zat tersebut belum sesuai dengan kebutuhan tumbuhan, sehingga harus diubah, diolah
dijadikan zat-zat organik agar sesuai kebutuhan tumbuhan. Pengolahan zat anorganik menjadi zat
organik ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijua atau klorofil-nya) dengan bantuan sinar
matahari. Proses ini disebut asimilasi, jadi daun dapat dikatakan sebagai dapurnya tumbuhan.
Misalnya gas CO2 yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah, di dalam daun
diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organik yang terbuka di dalam daun seterusnya diangkut ke
tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang memerlukan atau diangkut ke tempat-tempat
penimbunan dan disitu merupakan zat makanan cadangan. Karena dalam proses asimilasi daun
memerlukan sinar matahari, maka daun bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap ke atas
untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya.
Setiap benda basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan uap air akan menguapkan
air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang di alam terkenal sebagai
peristiwa difusi, yang bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan air antara
ruangan dengan benda yang basah itu. Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau
kadar air dalam ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam
ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air (udara dalam ruangan telah jenuh
dengan uap air).
Tumbuhan yang sebagian tubuhnya ada di dalam udara, pada hakekatnya pun merupakan
suatu benda basah, suatu benda yang mengandung banyak air. Sehingga selama udara tempat
tumbuhan tersebut belum jenuh dengan uap air, selama itu pula tumbuhan akan terus menerus
menguapkan air dari tubuhnya. Hanya saja tumbuhan sebagai makhluk hidup dapat mengatur
penguapan ini, dapat mencegah atau mengurangi penguapan sesuai dengan kepentingan
hidupnya. Walaupun tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam kebutuhan
hidupnya, adanya penguapan air tak dapat dihindarkan, lagi pula penguapan air yang terjadi pada
tumbuhan penting pula baginya.
Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di
dalam tubuh tumbuhan dalam keadaan bergerak, mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting
dalam pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan dan oleh arus
air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat sampai di daun untuk diubah menjadi zat-zat organik.
Demikian pentingnya adanya arus air dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara,
misalnya udara tempat tumbuhan itu berada, telah jenuh dengan uap air, tumbuhan lalu
mengeluarkan air dalam bentuk cair, sehingga dengan demikian dalam tubuh tumbuhan tetap ada
aliran air dari bawah ke atas. Peristiwa demikian dapat dilihat pada pagi hari dalam musim hujan,
misalnya pada tanaman keladi atau talas yang menguncurkan air ke tanah melalui suatu liang
yang terdapat pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes ini
dinamakan penetesan air atau gutasi.
Semua bagian tubuh tumbuhan yang hidup memerlukan tenaga untuk menjalankan
berbagai macam perkerjaan hidup (tumbuh. bergerak, dll), dan seperti halnya hewan dan mausia
tenaga itu diperoleh dari pernapasan pula. Artinya tumbuhan pun mengambil O2 dari udara dan
zat tersebut kemudian digunakan untuk membakar (mengoksidasikan) hasil asimiasi, misalnya
gula, sehingga diperoleh tenaga dan dikeluarkan sisa pembakaran berupa CO2 dan H2O.
Daun-daun sebagai bagian tubuh tumbuhan yang tersusun atas sel-sel yang hidup
melakukan pernapasan sebagaimana halnya dengan bagian yang masih hidup lainnya. Mengingat
bahwa daun memiliki stoma yang banyak sekali yang dapat menjadi jalan masuknya udara ke
dalam tubuh tumbuhan, maka daun dapat dianggap sebagai suatu alat yang penting untuk
pernapasan.
Morfologi
Selain bagian-bagian tersebut di atas dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi,
daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat atau pelengkap, antaralain berupa:
1. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa
selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas
batang. Jadi terdapat diatas suatu tangkai daun. Selaput
bumbung dianggap daun penumpu yang kedua sisinya
saling berlekatan dan melingkari batang, terdapat antara lain
pada Polygonum sp.
Tidak semua tumbuhan mempunya daun yang berupih. Daun yang berupih umumnya
hanya terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal
(Monocotyledoneae) saja, antara lain suku rumput (Gramineae), suku empon-empon
(Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L.), golongan palma (Palmae), dll.
Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat
mempunyai fungsi lain:
1. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.),
2. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya
membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang
dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini terjadi jika upih daun amat besar seperti pada
pisang (Musa sapientum L.). Batang yang tampak pada pohon pisang sebenarnya bukan
batang tanaman yang sesungguhnya dari itu disebut batang semu.
Upih daun sebagai pelindung kuncup yang masih muda pada tanaman tebu
Upih daun sebagai pelindung kuncup yang masih muda pada tanaman bambu
Upih daun memberi kekuatan pada batang tanaman pisang (batang semu)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk
menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa hingga dapat memperoleh cahaya
matahari sebanyak-banyaknya.
Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhannya, bahkan pada
satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda. Umumnya tangkai daun berbentuk silinder
dengan sisi agak tegak pipih dan menebal pada pangkalnya.
Tangkai daun berbentuk setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal
atau beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang
Walaupun tangkai daun biasanya nemebal pada pangkalnya, ada pula tangkai daun yang
menebal pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea
L.).
Tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya pada daun pohon kupu-kupu
(Bauhinia purpurea L.)
Tumbuhan yang demikian banyak dan ragamnya itu mempunyai daun yang helaiannya
berbeda-beda pula, baik mengenai ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menentukan
dua jenis tumbuhan-tumbuhan yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh
karena itu walaupun tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang
membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan
yang dihadapi untuk dikenal.
Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas menarik
perhatian, maka perlu suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya,
disebut sifat daun. Contoh jika kita mengatakan "daun nangka bangun jorong", sesungguhnya
yang jorong itu bukan daunnya, melainkan helaiannya. Dalam uraian ciri-ciri yang seharusnya
disebut ciri helaian daun, akan disebut sebagai ciri daun.
Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helai daun saja, misalnya pisang,
tetapi dapat pula sebatang pohon mempunya ribuan daun, misalnya pohon beringin (Ficus
benjamina L.). Apakah jumlah daun pada suatu tumbuhan banyak atau sedikit, umumnya dapat
dikatakan bahwa ciri-ciri daun pada suatu jenis tumbuhan adalah sama satu sama lain, terutama
bentuk atau bangun helaiannya. Jika ada perbedaan, maka biasanya hanya mengenai ukurannya
atau warnanya (daun yang masih muda biasanya mempunyai warna yang berlainan dengan daun
yang telah dewasa).
Meskipun demikian perkecualian tetap ada. Pada tanaman lobak (Raphanus sativus L.)
daun-daun yang dekat dengan permukaan tanah tidak hanya lebih besar, tetapi bentuknya pun
lain dengan daun-daun yang letaknya jauh dengan tanah. Juga seringkali dapat dilihat bahwa
tumbuhan yang masih muda mempunyai bentuk daun yang berbeda dengan setelah menjadi tua.
Pohon nangka (Artocarpus integra Merr.) dan pohon benda (Artocarpus elastica Reinw.) waktu
muda mempunyai daun yang tepinya bertoreh, sedangkan jika sudah besar daunnya bertepi
rata. Suatu tanaman yang memperlihatkan bentuk daun yang berlainan pada satu pohon
dikatakan memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada cabang yang
berlainan. Jika pada satu cabang yang sama disebut anisofili.
3. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari
ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan hingga
terbentuk sudut yang tumpul (>900). Sering dijumpai pada daun
bangun bulat telut terbalik atau bangun sudip. Contohnya pada
ujung daun Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub.).
4. Membulat (rotundatus), sepperti pada ujung daun tumpul, tetapi tidak membentuk sudut
sama sekali sehingga ujung daun merupakan semacam suatu busur. Biasanya terdapat pada
daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun ginjal. Contohnya pada ujung daun
Kaki Kuda (Centella asiatica Urb.), dan ujung daun Teratai Besar (Nelumbium nelumbo
Druce).
5. Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contohnya pada ujung
daun Semanggi (Marsilea crenata Presl.), dan ujung daun Jambu Monyet (Anacardium
occidentale L.).
6. Terbelah (retusus), ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang sangat jelas
contohnya pada ujung daun Sidaguri (Sida retusa L.),
kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan terlihat jelas jika dilakukan pemeriksaan teliti
contohnya pada ujung daun Bayam (Amaranthus hybridus L.).
7. Berduri (mucronatus), jika ujung daun ditutupi oleh suatu bagian yang runcing keras atau
duri. Contohnya pada ujung daun Nenas Sebrang (Agave sp.).
DAUN
(PELEPAH, TANGKAI, HELAI, DAN UJUNG DAUN)
Kelompok 3:
1. Ari Tumbor Prima Sinaga 193020404077
2. Erin Hebriana Br Ginting 193020404051
3. Enjel Eka Saputra Sihombing 193020404100
4. Kevin R.P. Tampubolon 193020404088
5. Nur Pramesthi Setyaningrum 193020404096
6. Yosefhyn Agrido 193020404063
https://belajar-di-rumah.blogspot.com/