Anda di halaman 1dari 14

Daun(Folium)

Daun adalah salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting, biasanya berwarna
hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari
cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan organ penting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya matahari menjadi energi kimia.

Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting


dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar
daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah
terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang
tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku
(nodus) batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut
antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).

Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna


hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena itu daun biasanya
berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-
daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan tampak hijau pula.

Daun memiliki umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada
batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya
menjadi pirang. Jadi daun yang lebih tua kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai
warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna ini terlihat pula bila
dibandingkan antara warna daun yang masih muda dengan daun yang sudah dewasa. Daun muda
berwarna keputih-putihan, kadang juga ungu atau kemerah-merahan, sedangkan yang sudah
dewasa berwarna hijau sungguh.

Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang
terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakin besar
didapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama
makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu menggugurkan semua
daunnya, sehingga tumbuhan nampak gundul seperti tumbuhan mati. Peristiwa seperti ini dapat
dilihat ketika musim kemarau pada jenis-jenis tumbuhan tertentu, yang menjelang datangnya
musim hujan membentuk tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali.

Jenis-jenis pohon yang memiliki sifat demikian disebut tumbuhan meranggas


(tripophyta) yang banyak dijumpai di Indonesia, seperti misalnya: pohon jati (Tectona
grandis L.), kedondong (Spondias dulcis Forst.), kapuk randu (Ceiba pentandra Gaertn.), pohon
para (Hevea brasiliensis Muell.) dan lain sebagainya.
Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan dudukannya pada batang menghadap
ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk:

1. pengambilan zat-zat makanan (resorbsi), berupa zat gas (CO2),


2. pengolahan zat-zat makanan (asimilasi),
3. penguapan air (transpirasi),
4. pernapasan (respirasi).

Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil
(diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air serta garam-garam diambil dari tanah
oleh akar tumbuhan, sedangkan gas asam arang (CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi
tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk
ke dalam daun.

Zat-zat tersebut belum sesuai dengan kebutuhan tumbuhan, sehingga harus diubah, diolah
dijadikan zat-zat organik agar sesuai kebutuhan tumbuhan. Pengolahan zat anorganik menjadi zat
organik ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijua atau klorofil-nya) dengan bantuan sinar
matahari. Proses ini disebut asimilasi, jadi daun dapat dikatakan sebagai dapurnya tumbuhan.
Misalnya gas CO2 yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah, di dalam daun
diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organik yang terbuka di dalam daun seterusnya diangkut ke
tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang memerlukan atau diangkut ke tempat-tempat
penimbunan dan disitu merupakan zat makanan cadangan. Karena dalam proses asimilasi daun
memerlukan sinar matahari, maka daun bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap ke atas
untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya.

Setiap benda basah, di dalam ruang yang belum jenuh dengan uap air akan menguapkan
air ke dalam ruang tadi. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang di alam terkenal sebagai
peristiwa difusi, yang bertujuan untuk meniadakan perbedaan konsentrasi kandungan air antara
ruangan dengan benda yang basah itu. Penguapan itu akan berjalan terus sampai konsentrasi atau
kadar air dalam ruangan tempat benda itu sama dengan kadar air dalam benda, atau udara dalam
ruangan tadi tidak sanggup lagi menerima tambahan uap air (udara dalam ruangan telah jenuh
dengan uap air).

Tumbuhan yang sebagian tubuhnya ada di dalam udara, pada hakekatnya pun merupakan
suatu benda basah, suatu benda yang mengandung banyak air. Sehingga selama udara tempat
tumbuhan tersebut belum jenuh dengan uap air, selama itu pula tumbuhan akan terus menerus
menguapkan air dari tubuhnya. Hanya saja tumbuhan sebagai makhluk hidup dapat mengatur
penguapan ini, dapat mencegah atau mengurangi penguapan sesuai dengan kepentingan
hidupnya. Walaupun tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam kebutuhan
hidupnya, adanya penguapan air tak dapat dihindarkan, lagi pula penguapan air yang terjadi pada
tumbuhan penting pula baginya.

Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di
dalam tubuh tumbuhan dalam keadaan bergerak, mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting
dalam pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan dan oleh arus
air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat sampai di daun untuk diubah menjadi zat-zat organik.
Demikian pentingnya adanya arus air dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara,
misalnya udara tempat tumbuhan itu berada, telah jenuh dengan uap air, tumbuhan lalu
mengeluarkan air dalam bentuk cair, sehingga dengan demikian dalam tubuh tumbuhan tetap ada
aliran air dari bawah ke atas. Peristiwa demikian dapat dilihat pada pagi hari dalam musim hujan,
misalnya pada tanaman keladi atau talas yang menguncurkan air ke tanah melalui suatu liang
yang terdapat pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes ini
dinamakan penetesan air atau gutasi.

Semua bagian tubuh tumbuhan yang hidup memerlukan tenaga untuk menjalankan
berbagai macam perkerjaan hidup (tumbuh. bergerak, dll), dan seperti halnya hewan dan mausia
tenaga itu diperoleh dari pernapasan pula. Artinya tumbuhan pun mengambil O2 dari udara dan
zat tersebut kemudian digunakan untuk membakar (mengoksidasikan) hasil asimiasi, misalnya
gula, sehingga diperoleh tenaga dan dikeluarkan sisa pembakaran berupa CO2 dan H2O.

Daun-daun sebagai bagian tubuh tumbuhan yang tersusun atas sel-sel yang hidup
melakukan pernapasan sebagaimana halnya dengan bagian yang masih hidup lainnya. Mengingat
bahwa daun memiliki stoma yang banyak sekali yang dapat menjadi jalan masuknya udara ke
dalam tubuh tumbuhan, maka daun dapat dianggap sebagai suatu alat yang penting untuk
pernapasan.

Morfologi

Daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut:

1. Upih daun atau pelepah daun (vagina)


2. Tangkai daun (petiolus)
3. Helaian daun (lamina)

Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam


tumbuhan, misalnya pohon pisang (Musa paradisiaca L). Pohon
pinang (Areca catechu L), bambu (Bambusa sp), dll. Tumbuhan
yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu banyak jumlah
jenisnya. Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun, yang
kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut diatas,
dinaman daun tidak lengkap.

Mengenai susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan:

1. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja,


disebut daun bertangkai. Susunan daun yang
demikian itulah yang paling banyak kita temukan
misalnya pada nangka (Artocarpus integra Merr),
Mangga (Mangifera indica L.), dll.
2. Daun terdiri dari atas upih dan helaian, disebut daun
berupih atau daun berpelepah pada tumbuhan suku
rumput, misalnya padi (Oryza sativa L.), jagung (Zea
mays L.), dll.

3. Daun hanya terdiri atas helaian saja (tanpa upih dan


tangkai) sehingga helaian langsung melekat atau duduk
pada batang, disebut daun duduk (sessilis), seperti pada
biduri (Calotropisgigantea R.Br.).

Daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat


mempunyai pangkal yang lebar, hingga seakan-akan
melingkari batang atau memeluk batang, disebut daun
memeluk batang (amplexi calius) seperti pada tempuyung
(Sonchus oleraceus L.). Bagian samping pangkal daun yang
memeluk batang itu sering kali bangunnya membulat dan
disebut telinga daun.

4. Daun hanya terdiri atas tangkai tangkai saja, tangkai biasanya


menjadi pipih sehingga menyarupai helaian daun, jadi
merupakan suatu helaian daun semu atau palsu,
disebut filodia, seperti pada berbagai jenis
pohon Acacia Australia (Acacia auriculiformis A. Cunn.)

Selain bagian-bagian tersebut di atas dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi,
daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat atau pelengkap, antaralain berupa:
1. Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa
selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas
batang. Jadi terdapat diatas suatu tangkai daun. Selaput
bumbung dianggap daun penumpu yang kedua sisinya
saling berlekatan dan melingkari batang, terdapat antara lain
pada Polygonum sp.

2. Lidah-lidah (ligula). Suatu selaput kecil yang biasanya


terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada
rumput (Graminae). Alat ini berguna untuk mencegah
mengalirnya aliran air hujan kedalam ketiak antara batang dan upih daun, sehingga
kemungkinan pembusukan daun dapat dihindarkan.

3. Daun penumpu (stipula), biasanya berupa dua helai


lembaran serupa daun yang kecil, yang terdapat dekat
dengan pangkal tangkai daun dan berguna untuk melindungi
kuncup yang masih muda. Ada kalanya daun penumpu itu
besar dan lebar seperti daun biasa dan berguna pula sebagai
alat untuk berasimilasi seperti pada kacang kapri (Pisum
sativum L.). Daun penumpu ada yang mudah sekali gugur
seperti pada pohon nangka (Artocarpus integra Merr).
Tetapi ada pula yang tinggal lama dan baru gugur bersama-
sama daunnya, misalnya pada mawar (Rosa sp.).

Menurut letaknya daun penumpu dapat dibedakan dalam:


 Daun penumpu yang bebas terdapat dikanan kiri pangkal
tangkai daun disebut daun penumpu (stipulae liberae) pada
kacang tanah (Arachis hypongaea L.).

 Daun penumpu yang melekat kanan kiri pangkal tangkai


daun (stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp)

 Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan mengambil tempat


di dalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula
intrapetioloris).

 Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat


berhadapan dengan tangkai dan biasanya agak lebar hingga
melingkari (stipula petiolo opposite atau stipula antridoma).
 Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat
diantara dua tangkai daun seperti sering kali terjadi
pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang
mempunyai dua daun yang duduk berhadapan.
Misalnya pada pohon mengkudu (Morinda citrifolia
L.). Daun penumpu yang demikian disebut daun
penumpu antara (stipula interpetiolaris).

Upih Daun atau Pelepah Daun (Vagina)

Tidak semua tumbuhan mempunya daun yang berupih. Daun yang berupih umumnya
hanya terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal
(Monocotyledoneae) saja, antara lain suku rumput (Gramineae), suku empon-empon
(Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L.), golongan palma (Palmae), dll.

Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat
mempunyai fungsi lain:
1. Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.),
2. Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya
membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang
dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini terjadi jika upih daun amat besar seperti pada
pisang (Musa sapientum L.). Batang yang tampak pada pohon pisang sebenarnya bukan
batang tanaman yang sesungguhnya dari itu disebut batang semu.

Upih daun sebagai pelindung kuncup yang masih muda pada tanaman tebu
Upih daun sebagai pelindung kuncup yang masih muda pada tanaman bambu

Upih daun memberi kekuatan pada batang tanaman pisang (batang semu)

Tangkai Daun (Petiolus)

Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk
menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa hingga dapat memperoleh cahaya
matahari sebanyak-banyaknya.

Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenis tumbuhannya, bahkan pada
satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda. Umumnya tangkai daun berbentuk silinder
dengan sisi agak tegak pipih dan menebal pada pangkalnya.

Jika dilihat pada penampang melintangnya dapat dijumpai kemungkinan-kemungkinan


berikut:
 bulat dan berongga, misalnya tangkai daun pepaya (Carica papaya L.),
 pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp.),
 bersegi
 setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam
seperti pada tangkai daun pisang.

Tangkai daun berbentuk bulat dan berongga pada tanaman pepaya


Tangkai daun berbentuk pipih dan tepinya melebar (bersayap) pada tanaman jeruk

Tangkai daun berbentuk setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal
atau beralur dalam seperti pada tangkai daun pisang

Walaupun tangkai daun biasanya nemebal pada pangkalnya, ada pula tangkai daun yang
menebal pada pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun pohon kupu-kupu (Bauhinia purpurea
L.).

Tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya pada daun pohon kupu-kupu
(Bauhinia purpurea L.)

Jika ditinjau keadaan permukaannya, tangkai daun dapat memperlihatkan adanya


kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, dll.

Tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk (metamorfosis) menjadi semacam


helaian daun yang disebut fildia.
Helaian Daun (Lamina)

Tumbuhan yang demikian banyak dan ragamnya itu mempunyai daun yang helaiannya
berbeda-beda pula, baik mengenai ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menentukan
dua jenis tumbuhan-tumbuhan yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh
karena itu walaupun tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang
membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan
yang dihadapi untuk dikenal.

Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan lekas menarik
perhatian, maka perlu suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya,
disebut sifat daun. Contoh jika kita mengatakan "daun nangka bangun jorong", sesungguhnya
yang jorong itu bukan daunnya, melainkan helaiannya. Dalam uraian ciri-ciri yang seharusnya
disebut ciri helaian daun, akan disebut sebagai ciri daun.

Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helai daun saja, misalnya pisang,
tetapi dapat pula sebatang pohon mempunya ribuan daun, misalnya pohon beringin (Ficus
benjamina L.). Apakah jumlah daun pada suatu tumbuhan banyak atau sedikit, umumnya dapat
dikatakan bahwa ciri-ciri daun pada suatu jenis tumbuhan adalah sama satu sama lain, terutama
bentuk atau bangun helaiannya. Jika ada perbedaan, maka biasanya hanya mengenai ukurannya
atau warnanya (daun yang masih muda biasanya mempunyai warna yang berlainan dengan daun
yang telah dewasa).

Meskipun demikian perkecualian tetap ada. Pada tanaman lobak (Raphanus sativus L.)
daun-daun yang dekat dengan permukaan tanah tidak hanya lebih besar, tetapi bentuknya pun
lain dengan daun-daun yang letaknya jauh dengan tanah. Juga seringkali dapat dilihat bahwa
tumbuhan yang masih muda mempunyai bentuk daun yang berbeda dengan setelah menjadi tua.
Pohon nangka (Artocarpus integra Merr.) dan pohon benda (Artocarpus elastica Reinw.) waktu
muda mempunyai daun yang tepinya bertoreh, sedangkan jika sudah besar daunnya bertepi
rata. Suatu tanaman yang memperlihatkan bentuk daun yang berlainan pada satu pohon
dikatakan memperlihatkan sifat heterofili, jika masing-masing terdapat pada cabang yang
berlainan. Jika pada satu cabang yang sama disebut anisofili.

anisofili pada tanaman lobak


Sifat-sifat daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengenal suatu jenis
tumbuhan. Sifat-sifat dari helaian daun yang perlu diperhatikan adalah :
 Bangunnya (sesungguhnya bangun helaiannya circumscription)
 Ujungnya (apex)
 Pangkalnya (basis)
 Susunan tulang-tulangnya (nervatio atau venatio)
 Tepinya (margo)
 Daging daunnya (intervenium)
 Dan sifat-sifat lain lagi, misalnya : keadaan permukaan atas maupun bahwanya
(gundul, berambut, atau lainnya), warna, dll.

Bentuk Ujung Daun (Apex Folii)


Bentuk-bentuk ujung daun:
1. Runcing (acutus), jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada
puncak daun membentuk suatu sudut lancip (<900). Ujung daun
yang runcing lazim dijumpai pada bangun: bulat memanjang,
lanset, segi tiga, delta, belah ketupat dll. Contohnya pada ujung
daun Oleander (Nerium oleander L.).

2. Meruncing (acuminatus), seperti pada ujung daun yang runcing


tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya lebih tinggi dari
dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan
runcing. Contohnya pada ujung daun Sirsat (Annona muricata
L.).

3. Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari
ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan hingga
terbentuk sudut yang tumpul (>900). Sering dijumpai pada daun
bangun bulat telut terbalik atau bangun sudip. Contohnya pada
ujung daun Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub.).

4. Membulat (rotundatus), sepperti pada ujung daun tumpul, tetapi tidak membentuk sudut
sama sekali sehingga ujung daun merupakan semacam suatu busur. Biasanya terdapat pada
daun yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun ginjal. Contohnya pada ujung daun
Kaki Kuda (Centella asiatica Urb.), dan ujung daun Teratai Besar (Nelumbium nelumbo
Druce).
5. Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contohnya pada ujung
daun Semanggi (Marsilea crenata Presl.), dan ujung daun Jambu Monyet (Anacardium
occidentale L.).

6. Terbelah (retusus), ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang sangat jelas
contohnya pada ujung daun Sidaguri (Sida retusa L.),

kadang-kadang terbelahnya ujung hanya akan terlihat jelas jika dilakukan pemeriksaan teliti
contohnya pada ujung daun Bayam (Amaranthus hybridus L.).

7. Berduri (mucronatus), jika ujung daun ditutupi oleh suatu bagian yang runcing keras atau
duri. Contohnya pada ujung daun Nenas Sebrang (Agave sp.).
DAUN
(PELEPAH, TANGKAI, HELAI, DAN UJUNG DAUN)

Kelompok 3:
1. Ari Tumbor Prima Sinaga 193020404077
2. Erin Hebriana Br Ginting 193020404051
3. Enjel Eka Saputra Sihombing 193020404100
4. Kevin R.P. Tampubolon 193020404088
5. Nur Pramesthi Setyaningrum 193020404096
6. Yosefhyn Agrido 193020404063

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK


INDONESIA
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN KEHUTANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daun

https://belajar-di-rumah.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai