Anda di halaman 1dari 44

NASKAH KARYA PERORANGAN

(NKP)

OPTIMALISASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN


JALANAN OLEH SAT RESKRIM POLRES PELABUHAN TANJUNG
PERAK GUNA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT DALAM
RANGKA TERWUJUDNYA KAMTIBMAS YANG KONDUSIF

INDRA TRINUGRAHA HERLAMBANG


IPTU NRP 89100607

SURABAYA, JANUARI 2015


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan dapat terwujud
dengan adanya peran serta dari unsur pemerintahan (eksekutif), legislatif,
dan yudikatif serta elemen masyarakat lainnya. Suatu negara yang ingin
menjadi maju dan modern harus memiliki kehidupan masyarakat yang
tertib. Kehidupan yang tertib ini merupakan cerminan dari
terselenggaranya keadilan melalui penegakan hukum. Sebagai alat
negara, Polri memiliki tanggung jawab sebagai pengawal dan penegak
hukum.
Peran dan fungsi Polri sebagai aparatur negara yaitu memberikan
pelayanan keamanan dengan tujuan melindungi harkat dan martabat
manusia sehingga masyarakat dapat melakukan produktivitasnya dengan
aman, dimana menjadi hak bagi seluruh warga negara. Dapat dikatakan
juga prinsip yang hakiki dari peran dan fungsi Polri adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menyadari bahwa
sumber daya manusia (masyarakat) adalah sebagai asset utama
bangsa.1
Tugas Kepolisian di seluruh dunia secara umum merupakan
upaya yang berhubungan dengan penegakan hukum dan pelayanan
masyarakat di bidang hukum dan ketertiban, begitu pula di Indonesia.

1
(Chryshnanda, 2008).

2
Tugas Pokok Polri menurut Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002
tentang Polri adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan amanat dari Undang-
undang tersebut tidak bisa dengan setengah hati tetapi harus dengan
dedikasi tinggi, disiplin serta profesionalisme dari para anggota Polri itu
sendiri untuk berusaha melakukan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan baik dan bertanggung jawab.
Namun situasi yang kondusif tidak dapat hanya diciptakan secara
satu arah, yaitu hanya oleh pelaksanaan tugas-tugas Polri saja, tetapi
juga dibutuhkan kerja sama dengan masyarakat. Kerja sama tersebut
tidak dapat tercipta tanpa adanya kepercayaan masyarakat kepada Polri.
Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat tersebut, Polri harus
mampu membuktikan bahwa sebagai aparatur negara, Polri mampu
melaksanakan tugas pokoknya seperti yang diamanatkan undang-
undang. Karena terlaksananya tugas pokok Polri ini menjadi salah satu
jaminan masyarakat dapat hidup dalam situasi yang aman, nyaman, dan
kondusif.
Salah satu hal yang mengganggu situasi ideal ini adalah
kejahatan, dan kejahatan jalanan adalah tipe kejahatan yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat. Kejahatan jalanan (street crime)
merupakan jenis kejahatan conventional yang belakangan ini jenis
kejahatan ini sudah sangat berkembang, baik secara kuantitas maupun
kualitas, sehingga hampir di semua kota di Indonesia kejahatan jalanan
sudah sangat meresahkan masyarakat. Kejahatan jalanan ini hadir di
tengah-tengah masyarakat yang setiap saat dan kapan saja dapat terjadi
sehingga mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat.
Implementasi mewujudkan rasa aman terhadap tindak pidana
yang dilakukan oleh pelaku kejahatan jalanan mewajibkan Polri selaku
aparat penegak hukum, pelindung dan pengayom masyarakat untuk
melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh dengan dilandasi
profesionalisme menuju Polri yang mandiri dan dipercaya masyarakat
harus mengambil langkah-langkah strategik guna menanggulangi
kejahatan jalanan. Walaupun pemberantasan kejahatan jalanan ini sudah

3
masuk dalam sepuluh program prioritas Polri, namun kejahatan jalanan
ini masih tetap ada.
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, yang merupakan
pengemban fungsi represif terhadap tindak pidana yang salah satunya
adalah kejahatan jalanan di wilayah hukum Polres Pelabuhan Tanjung
Perak sudah mengambil langkah-langkah dalam menjawab persoalan ini.
Berdasarkan data dari Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
terkait dengan pengungkapan kasus khususnya menyangkut kejahatan
jalanan (pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan
pemberatan, pencurian kendaraan bermotor, dan pencurian biasa
lainnya) di wilayah hukum Polres Pelabuhan Tanjung Perak, dapat dilihat
pada table sebagai berikut :

Tabel 1
Rekapitulasi Kriminalitas Kejahatan Jalanan
pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak 2013 – 2014
2013 2014
NO JENIS KASUS
LAP SELESAI LAP SELESAI

1 Curas 16 10 19 5
2 Curat 31 46 38 16
3 Curanmor 110 31 100 28
4 Curi Biasa 24 14 23 15
JUMLAH KASUS 181 101 180 64

Sumber : Urmin Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa pengungkapan terhadap


kejahatan jalanan tidak pernah mencapai 60%, bahkan pada tahun 2014
tidak mencapai 50% atau setengah dari kejadian kejahatan jalanan
tersebut. Hal ini harus mendapat perhatian serius khususnya oleh Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak selaku pengemban fungsi
represif terhadap tindak pidana sehingga masyarakat dapat tetap memiliki
kepercayaan terhadap Polri. Untuk meningkatkan pelayanan dan
perlindungan terhadap masyarakat terkait banyaknya kejahatan jalanan
yang terjadi dan belum mampu terungkap, maka perlu adanya

4
optimalisasi Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak terkait dengan
penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan dengan tujuan dapat
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat dari
keresahan terhadap kejahatan jalanan tersebut. Hal ini sejalan dengan
strategi Kapolri Jenderal Polisi Drs. Sutarman yang disampaikan pada
saat pidato pertama di Mabes Polri pada bulan Oktober 2013 yang salah
satu isinya terkait dengan pemberantasan kejahatan jalanan dan
premanisme untuk mencapai kepercayaan masyarakat2.

2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan naskah ini adalah
“Bagaimana optimalisasi penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam rangka terwujudnya
kamibmas yang kondusif ?”

3. Persoalan
Berdasarkan latar belakang masalah dan pokok permasalahan di
atas, maka pokok-pokok persoalan yang akan dibahas dalam tulisan ini
adalah :
a. Bagaimana sumber daya manusia anggota Polri yang terlibat dalam
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak ?
b. Bagaimana dukungan anggaran terkait Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak ?
c. Bagaimana dukungan sarana-prasarana terkait Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak ?
d. Bagaimana metode yang digunakan pada Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak ?

2
www.jurnalsrigunting.com, disadur pada 21 Januari 2015

5
4. Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini untuk memudahkan melakukan pembahasan
maka penulis membatasi pembahasan pada optimalisasi penegakan
hukum terhadap kejahatan jalanan dalam hal ini adalah pencurian dengan
kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pencurian kendaraan
bermotor, dan pencabulan.

5. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Maksud dari penulisan ini adalah sebagai salah satu
persyaratan dalam mengikuti pendaftaran PTIK TA. 2015 sesuai STR
Kapolda Jatim Nomor : ST/ 80/ I /2015 tanggal 15 Januari 2015,
serta memberikan gambaran tentang optimalisasi penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak guna meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam
mewujudkan kamtibmas yang kondusif.

b. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran
kepada Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak dan Kasat Reskrim
Polres Pelabuhan Tanjung Perak berkaitan dengan optimalisasi
penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim
Polres Pelabuhan Tanjung Perak guna meningkatkan kepercayaan
masyarakat dalam mewujudkan kamtibmas yang kondusif.

6. Metode Pendekatan
a. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk
menggambarkan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang ada atau sedang terjadi di lapangan dan

6
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini
serta melihat hubungan antar variabel-variabel yang ada.3

b. Pendekatan
Pendekatan dalam penulisan ini adalah pendekatan
manajemen sumber daya organisasi dan berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis selama bertugas di
Kepolisian serta fakta empirik yang terjadi dilapangan.

7. Sistematika
Penulisan NKP ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi latar belakang,
permasalahan dan persoalan, ruang lingkup,
maksud dan tujuan, metode pendekatan,
sistematika serta pengertian-pengertian.

BAB II : LANDASAN TEORI


Bab ini mengurai tentang landasan teori atau
konsep yang digunakan, adalah : (1) Teori
Manajemen dari George R. Terry; (2) Teori
Manajemen Strategi; (3) Teori Penegakan
Hukum; dan (4) Analisa SWOT.

BAB III : KONDISI SAAT INI


Bab ini akan menguraikan kondisi kegiatan Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak saat
ini, yang meliputi: sumber daya manusia,
dukungan anggaran, dukungan sarana dan
prasarana, serta metode penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan yang digunakan oleh
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

3 Mardalis.1995.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara

7
BAB IV : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Penegakan Hukum terhadap
kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak saat ini.

BAB V : KONDISI YANG DIHARAPKAN


Bab ini akan membahas mengenai kondisi
Penegakan Hukum terhadap kejahatan jalanan
yang ideal terkait dengan kondisi sumber daya
dan tata kelola dalam pelaksanaan penegakan
hukum oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak.

BAB VI : OPTIMALISASI
Bab ini merupakan isi dari optimalisasi
penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan
oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak guna meningkatkan kepercayaan
masyarakat dalam rangka terwujudnya
kamtibmas yang kondusif.

BAB VII : PENUTUP


Bab ini terdiri dari kesimpulan atas penjelasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
dan diakhiri dengan rekomendasi.

8. Pengertian-Pengertian
a. Optimalisasi
Optimalisasi adalah suatu proses yang merubah strategi dan
kebijakan menjadi aksi melalui pengembangan program, anggaran,

8
dan prosedur yang ada 4 . Sedangkan dalam penulisan ini, yang
dimaksud optimalisasi adalah upaya yang dilakukan oleh Bidpropam
Polda Jatim untuk mengoptimalkan pelayanan terhadap masyarakat
melalui media sosial pada sentra pelayanan pengaduan masyarakat
guna meningkatkan kepercayaan masyarakat.

b. Kejahatan Jalanan
Dalam dunia kriminal, dikenal istilah White Collar Crimes
(Kejahatan ”kerah putih”) dan Street Crimes (Kejahatan jalanan).
Kejahatan kerah putih berbenturan dengan kejahatan jalanan. Contoh
dari jenis kejahatan kerah putih, antara lain korupsi, penyuapan,
penggelapan pajak, penipuan, dll. Jika kejahatan kerah putih
dilakukan oleh para profesional di bidangnya dan ”terhormat”, maka
kejahatan jalanan banyak dilakukan oleh pelaku yang berstatus sosial
rendah. Hal ini berarti, para pelakunya kebanyakan berpendidikan
rendah, berpenghasilan rendah, dan pekerja rendah atau
pengangguran. Selain itu, korban kejahatan kerah putih biasanya
tidak tampak dan dampak yang ditimbulkannya membutuhkan waktu
lama. Hal ini berbeda dengan kejahatan jalanan di mana korbannya
bersifat individu atau kelompok, dan korban kejahatannya jelas dan
langsung terasa dampak kerugiannya, karena kebanyakan jenis
kejahatan ini menggunakan kekerasan fisik untuk melukai korbannya.
Hal inilah yang menjadikan kejahatan jalanan menjadi jenis kejahatan
yang meresahkan dan menimbulkan reaksi sosial yang keras dari
masyarakat.
Kejahatan jalanan awalnya istilah yang dipakai untuk
menjelaskan kejahatan kekerasan di area publik. Dalam
perkembangannya, sekarang berbagai kejahatan ”gaya lama” yang
terjadi secara umum sering disebut sebagai kejahatan jalanan, seperti
pencurian, penjambretan, prostitusi, dan transaksi narkoba. Banyak
yang beranggapan bahwa kejahatan jalanan lebih berbahaya bila
dibandingkan dengan kejahatan kerah putih, namun sebenarnya bila

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2003. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional

9
dilihat dari dampak yang ditimbulkan, korban dari kejahatan kerah
putih lebih banyak dan kerugian material yang diakibatkan juga lebih
besar, meski tidak terdeteksi karena korban dari jenis kejahatan ini
tidak merasakan dampaknya secara langsung.
.
c. Kepercayaan Masyarakat
Kepercayaan masyarakat adalah sebuah situasi dan kondisi
dimana masyarakat percaya terhadap segala kebijakan, tindakan,
perbuatan dan kinerja organisasi Polri dalam melaksanakan tugas
pokok Polri baik dalam memelihara kamtibmas, menegakkan hukum,
melindungi, melayani, dan mengayomi masyarakat. Masyarakat yakin
bahwa segala yang diperbuat oleh Polri pasti akan bersifat positif
sehingga masyarakat tidak ragu, tidak bimbang, dan tidak khawatir
dengan apa yang dilakukan oleh Polri di tengah masyarakat5.

d. Kamtibmas
Kamtibmas adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional
dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh
terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta
terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan membina
serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam
menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat6.

5 www.wikipedia.co.id, disadur pada tanggal 25 Pebruari 2014


6
www.jurnalsrigunting.com, disadur pada 25 Pebruari 2014

10
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori merupakan seperangkat konsep-konsep, definisi dan preposisi
yang menyajikan gejala secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-
variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala-gejala yang
ada tersebut. Oleh sebab itu, maka untuk memudahkan pemahaman secara
mendalam tentang sebuah hasil penelitian dibutuhkan adanya teori-teori yang
dapat menjelaskan gejala dan fakta yang ada. Dalam Naskah Karya
Perorangan ini, penulis menggunakan beberapa teori dan konsep sebagai
berikut :

1. Teori Manajemen dari George R. Terry


Terry mendefinisikan manajemen dalam bukunya Principles of
Management7 yaitu "Suatu proses yang membedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya". Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:

a. Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan


dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk
mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala
kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang
menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan
yang bermaksud untuk mencapai tujuan;

b. Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk


mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut
kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah
direncanakan;

c. Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakkan organisasi


agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi
agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai
rencana dan bisa mencapai tujuan;

7
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, 2006, Bandung, Bumi Aksara.

11
d. Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan
dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta
mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa
terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari
rencana.

Hakikat dari fungsi manajemen dari Terry adalah apa yang


direncakan, itu yang akan dicapai. Maka itu fungsi perencanaan harus
dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses pelaksanaanya bisa
berjalan dengan baik serta segala kekurangan bisa diatasi. Sebelum kita
melakukan perencanaan, ada baiknya rumuskan dulu tujuan yang akan
dicapai.

2. Teori Manajemen Strategi


Manajemen strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai 8 . Sedangkan Quinn
mengartikan Manajemen strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan dan
rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang
utuh9. Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan
dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu
bentuk yang unik dan dapat bertahan.
Dari kedua pendapat diatas, maka strategi dapat diartikan sebagai
suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi : tujuan, kebijakan, dan
tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam
mempertahankan eksistensi dan memenangkan persaingan, terutama
perusahaan atau organisasi harus memilki keunggulan kompetitif.

8
Stephanie K. Marrus, Building the Strategic Plan, 2002:31
9
www.eprints.uny.ac.id, disadur pada tanggal 25 Pebruari 2014

12
3. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
usaha pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum baik yang bersifat
penindakan maupun pencegahan yang mencakup seluruh kegiatan baik
teknis maupun administratif yang dilaksanakan oleh aparat penegak
hukum sehingga dapat melahirkan suasana aman, damai dan tertib untuk
mendapatkan kepastian hukum dalam masyarakat, dalam rangka
menciptakan kondisi agar pembangunan disegala sektor itu dapat
dilaksanakan oleh pemerintah.
Penegakan hukum (law enforcement), merupakan suatu istilah
yang mempunyai keragaman dalam difinisi. Menurut Satjipto Rahardjo,
penegakan hukum diartikan sebagai suatu proses untuk mewujudkan
keinginan-keinginan hukum, yaitu pikiran-pikiran dari badan-badan
pembuat undang-undang yang dirumuskan dan ditetapkan dalam
peraturan-peraturan hukum yang kemudian menjadi kenyataan.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu mempunyai
arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam
arti sempit, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur
penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu
aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut
objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga
mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, menegakan
hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di
dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup
dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum


Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum (law enforcement)
menghendaki empat syarat, yaitu :
a. Adanya aturan
b. Adanya lembaga yang akan menjalankan peraturan itu

13
c. Adanya fasilitas untuk mendukung pelaksanaan peraturan itu
d. Adanya kesadaran hukum dari masyarakat yang terkena peraturan
itu
Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo pengamatan berlakunya hukum
secara lengkap ternyata melibatkan berbagai unsur sebagai berikut :
a. Peraturan sendiri
b. Warga negara sebagai sasaran pengaturan
c. Aktivitas birokrasi pelaksana
d. Kerangka sosial-politik-ekonomi-budaya yang ada yang turut
menentukan bagaimana setiap unsur dalam hukum tersebut di atas
menjalankan apa yang menjadi bagiannya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum di Indonesia


Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti
yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi
faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah, sebagai berikut:
a. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-
undang saja.
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan.
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena


merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur
daripada efektivitas penegakan hukum. Dengan demikian, maka kelima
faktor tersebut akan dibahas lebih lanjut dengan mengetengahkan
contoh-contoh yang diambil dari kehidupan masyarakat Indonesia.

14
a. Undang-undang
Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang
berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah
yang sah (Purbacaraka & Soerjono Soekanto, 1979).
Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa
asas yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut
mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain
(Purbacaraka & Soerjono Soekanto, 1979):
1) Undang-undang tidak berlaku surut.
2) Undang-undang yng dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
3) Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.
4) Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan
undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya
sama.
5) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan
undang-undang yang berlaku terdahulu.
6) Undang-undang tidak dapat diganggu guat.
7) Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai
kesejahteraan spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun
pribadi, melalui pelestaian ataupun pembaharuan (inovasi).

b. Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam
masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan-
kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat pengertian
dari golongan sasaran, disamping mampu menjalankan atau
membawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Ada
beberapa halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan
peranan yang seharusnya dari golongan sasaran atau penegak
hukum, Halangan-halangan tersebut, adalah :
1) Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam
peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi.
2) Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi.

15
3) Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa
depan, sehingga sulit sekali untuk membuat proyeksi.
4) Belum ada kemampuan untuk menunda pemuasan suatu
kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan material.
5) Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan
pasangan konservatisme.
Halangan-halangan tersebut dapat diatasi dengan membiasakan
diri dengan sikap-sikap, sebagai berikut:
1) Sikap yang terbuka terhadap pengalaman maupun penemuan
baru.
2) Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai
kekurangan yang ada pada saat itu.
3) Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.
4) Senantiasa mempunyai informasi yg selengkap mungkin
mengenai pendiriannya.
5) Orientasi ke masa kini dan masa depan yang sebenarnya
merupakan suatu urutan.
6) Menyadari akan potensi yang ada dalam dirinya.
7) Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada
nasib.
8) Percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan & teknologi di
dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
9) Menyadari & menghormati hak, kewajiban, maupun
kehormatan diri sendiri dan pihak lain.
10) Berpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil
atas dasar penalaran dan perhitingan yang mantap.

c. Faktor Sarana atau Fasilitas


Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak
mungkin penegakan hukum akan berjalan dengan lancar. Sarana
atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya.

16
d. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan
untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu,
dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat
mempengaruhi penegakan hukum tersebut.
Masyarakat Indonesia mempunyai kecendrungan yang besar untuk
mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dengan
petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu
akibatnya adalah, bahwa baik buruknya hukum senantiasa
dikaitkan dengan pola prilaku penegak hukum tersebut.

e. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan (system) hukum pada dasarnya mencakup nilai-
nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang
merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik
(sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga
dihindari). Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, adalah
sebagai berikut (Purbacaraka & Soerjono soekantu):
1) Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.
2) Nilai jasmani/kebendaan dan nilai rohani/keakhlakan.
3) Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai
kebaruan/inovatisme.
Di Indonesia masih berlaku hukum adat, hukum adat adalah
merupakan hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

4. Konsep Analisa SWOT


Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis
yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini
melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
a. Strength; faktor internal yang mendukung perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Faktor pendukung dapat berupa sumber

17
daya, keahlian, atau kelebihan lain yang mungkin diperoleh berkat
sumber keuangan, citra, keunggulan di pasar, serta hubungan baik
antara buyer dengan supplier;
b. Weakness; faktor internal yang menghambat perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Faktor penghambat dapat berupa fasilitas
yang tidak lengkap, kurangnya sumber keuangan, kemampuan
mengelola, keahlian pemasaran dan citra perusahaan;
c. Opportunity; faktor eksternal yang mendukung perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang mendukung dalam
pencapaian tujuan dapat berupa perubahan kebijakan, perubahan
persaingan, perubahan teknologi dan perkembangan hubungan
supplier dan buyer;
d. Threat; faktor eksternal yang menghambat perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang menghambat
perusahaan dapat berupa masuknya pesaing baru, pertumbuhan
pasar yang lambat, meningkatnya bargaining power daripada
supplier dan buyer utama, perubahan teknologi serta kebijakan
baru10.
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan
pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan
dan kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan
ancaman11.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu teknik yang


digunakan dalam menentukan strategi adalah menggunakan teknik matrik
TOSW/SWOT, yaitu matrik yang menginteraksikan faktor strategis
internal dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki.
Hasil dari interaksi faktor strategis internal dengan eksternal

10
Bambang Haffianto, FE UI, 2009.
11 Freddy Rangkuti, Analisa SWOT, 2008

18
menghasilkan alternatif-alternatif strategi. Skema matrik TOSW/SWOT
dapat dilihat gambar sebagai berikut :

Tabel 2
TABEL MATRIK TOSW/SWOT

STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)


EFI
(Tentukan faktor (Tentukan faktor kelemahan
EFE
kekuatan internal) internal)

Strategi SO Strategi WO
OPPORTUNITIES (O) Daftar kekuatan Daftar untuk memperkecil
(Tentukan faktor untuk meraih kelemahan dengan
peluang eksternal) keuntungan dari memanfaatkan keuntungan
peluang yang ada dari peluang yang ada

Strategi ST Strategi WT
THREATS (T)
Daftar kekuatan Daftar untuk memperkecil
(Tentukan faktor
untuk menghindari kelemahan dan menghindari
ancaman eksternal)
ancaman ancaman

19
BAB III
KONDISI SAAT INI

Polres Pelabuhan Tanjung Perak adalah kesatuan wilayah di dalam


wilayah hukum Kepolisian Daerah Jawa Timur. Terletak di kota Surabaya
bagian utara, wilayah hukum Polres Pelabuhan Tanjung Perak memiliki
intensitas tingkat kriminalitas yang tinggi. Selain melingkupi 5 kecamatan,
juga melingkupi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang merupakan
Pelabuhan terbesar di Indonesia bagian timur, dimana aliran barang dan
komoditas sangat deras mengalir di wilayah ini. Dengan kondisi tersebut,
tingkat kehidupan masyarakatnya sangat beragam, dari mulai masyarakat
dengan kelas ekonomi tinggi sampai tingkat ekonomi rendah.
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak sebagai salah satu
unsur pelaksana tugas pokok yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolres. Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak terdiri dari 4 (empat) unit yang
dipimpin oleh Kasat Reskrim dan bertanggung jawab kepada Kapolres.
Adapun Struktur organisasi Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
sesuai Perkap Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja pada tingkat Polres dan Polsek adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Struktur Organisasi Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak

KASAT RESKRIM

KAUR MINTU KAUR BINOPS KAUR IDENTIFIKASI

KANIT PIDUM KANIT TIPIDTER KANIT TIPIDKOR KANIT PPA

KASUBNIT 1 KASUBNIT 2 KASUBNIT 3


RESMOB RESMOB RESMOB

Sumber : Lampiran Perkap No. 23 Tahun 2010

20
1. Sumber Daya Manusia
a. Kuantitas
Jumlah anggota Sat Reskrim Polres Pelabuahan tanjung Perak
harus sesuai dengan rasio ideal, ini dimaksudkan agar pelaksanaan
tugas yang dalam hal ini adalah tugas-tugas represif atau penegakan
hukum bisa maksimal sehingga kepercayaan masyarakat akan
meningkat. Adapun jumlah personel Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3
Data Personel Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
Tahun 2014

NO SATKER DSPP RIIL KET

1 Kasat Reskrim 1 1
2 Kaurbinopsnal 1 1
3 Kaurmintu 1 1
4 Bamin 4 2 -2
5 Banum 2 2
6 Kurident 1 1
7 Baurident 8 - -8
8 Kanit Idik 4 4
9 Banit 40 31 -9
JUMLAH 62 43 -19
Sumber : Urmin Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak

Berdasarkan tabel di atas, personel Sat Reskrim Polres


Pelabuhan Tanjung Perak berjumlah 43 personel. Namun khusus
Banit yang menjadi ujung tombak operasional hanya terdiri dari 31
(tiga puluh satu) personel yang terbagi dalam 4 (empat) unit. Secara
kuantitas, jumlah tersebut masih kurang memadai untuk menjalankan
fungsi penegakan hukum dengan tingkat intensitas kejahatan jalanan
yang sangat tinggi.

21
b. Kualitas
Belum optimalnya penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
disebabkan oleh kompetensi anggota yang masih di bawah standar
serta pemahaman anggota terhadap fungsi dan tugas pokok
penegakan hukum. Adapun rincian kompetensi anggota berdasarkan
latar belakang pendidikannya, baik umum maupun khususnya
sebagai berikut :
Tabel 4
Data Latar Belakang Pendidikan Umum/Kejuruan Personel
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak Tahun 2014

Umum Kejuruan
Jenis Pelatihan
Bang-
Pendidikan SMA S1 S2 Dasar Nihil Reserse
Spes

Jumlah 14 29 - 6 3 32 24

Sumber : Urmin Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak

Dari data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa :


1) Dari 43 anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak,
yang memiliki latar belakang pendidikan dasar S1 berjumlah 29
orang, dang SMA 14 orang.
2) Dari 43 anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak,
yang sudah mengikuti kejuruan pendidikan dasar reserse hanya
6 orang, dan yang sudah mengikuti kejuruan pendidikan
pengembangan spesialis reserse hanya 3 orang.
3) Dari 43 anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak,
yang pernah mengikuti pelatihan reserse hanya 24 orang.

Selain hal tersebut diatas kekurangan-kekurangan lain yang


dapat terlihat adalah :
1) Kemampuan atau kompetensi anggota tentang penegakan
hukum dan penyidikan belum memenuhi standar seperti

22
pendidikan kejuruan atau keterampilan tidak sesuai dengan
bidang yang dikerjakannya.
2) Kurangnya pengawasan melekat kepada anggota di lapanan
dan anggota penyidik untuk setiap detail pemberkasannya.

2. Dukungan Anggaran
Dukungan anggaran memegang peranan penting dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan suatu organisasi, termasuk kegiatan
dalam penegakan hukum oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak.
Saat ini, dukungan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak sesuai Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) belum seimbang dengan total jumlah kejadian terhitung
Laporan Polisi yang masuk. Jumlah DIPA Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak sesuai RKT tahun 2014 hanya tersedia untuk 29 kasus
yang dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Sulit : 4 kasus x Rp. 14.925.000,-
b. Kasus Sedang : 12 kasus x Rp. 9.300.000,-
c. Kasus Ringan : 13 kasus x Rp. 4.740.000,-
Padahal total kasus kejahatan jalanan saja yang terjadi pada tahun 2014
sebanyak 180 kasus, yang terdiri dari 57 asus berat, 100 kasus sedang,
dan 23 kasus ringan. Terlihat bahwa anggaran yang tersedia tidak
seimbang dengan jumlah kejadian yang terjadi.

3. Dukungan Sarana dan Prasarana


Saat ini kondisi sarana-prasarana yang dimiliki sentra Sat Reskrim
Polres Pelabuhan Tanjung Perak masih jauh dari ideal dan belum mampu
menunjang seluruh kegiatannya, sehingga penyelidikan dan penyidikan
untuk penegakan hukum saat ini tidak optimal.
Adapun kondisi sarana-prasarana Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak adalah sebagai berikut :
a. Belum adanya ruang khusus interogasi tersangka yang harusnya
merupakan ruang tertutup, namun masih tergabung dalam ruang
penyidikan Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, bahkan

23
interogasi terkadang di lakukan di luar kantor, sehingga kurang
leluasa dan kurang maksimal;
b. Alat komunikasi HT masih terbatas, sehingga anggota tidak dapat
cepat mengetahui segala kejadian yang diberitakan melalui HT
oleh piket SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polres,
menyebabkan kurang maksimalnya kecepatan anggota Resmob
dalam merespon kejadian;
c. Perangkat komputer yang digunakkan oleh penyidik adalah laptop
milik pribadi, belum disediakan oleh dinas;
d. Belum adanya database sidik jari atau foto wajah, sehingga masih
sulitnya mengidentifikasi calon tersangka walau sudah diketahui
wajahnya atau sudah didapatkan sidik jarinya;
e. Belum adanya kendaraan dinas yang dapat digunakan untuk
kegiatan penyelidikan maupun penyidikan, sehingga anggota
masih menggunakan kendaraan pribadinya..

4. Metode yang Digunakan


Metode yang diterapkan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak dalam melakukan Penegakan Hukum terhadap Kejahatan
jalanan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sistem penyelidikan kebanyakan masih menggunakan cara-cara
manual, belum benar-benar dapat menerapkan sinergi antara
teknik manual dengan teknologi yang sudah ada, seperti IT;
b. Belum ada transfer data Laporan Polisi kepada anggota Resmob di
lapangan sehingga anggota Resmob belum memiliki bank data
terkait misalnya jenis, warna, dan nomor polisi dari kendaraan
bermotor yang hilang;
c. Masih sedikitnya jaringan kelompok pelaku kejahatan jalanan yang
dikuasai oleh anggota Resmob di lapangan;
d. Proses penyidikan terhadap kejahatan jalanan yang belum masuk
kategori cepat, masih membutuhkan waktu lama untuk
menyelesaikan suatu kasus kejahatan jalanan;
e. Kesinambungan pengiriman SP2HP (Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyidikan) belum baik, penyidik masih

24
cenderung berhenti mengirimkan SP2HP jika kasus tersebut
bertemu jalan buntu.

25
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Organisasi adalah suatu bentuk kerja sama dari sekelompok orang


untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara bersama dan mau
mengikuti peraturan yang ada. Stephen. P. Robbin mendefinisikan organisasi
sebagai suatu unit sosial yang dikoordinasikan secara sengaja, terdiri dari
dua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basis yang relatif
berkesinambungan untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan12.
Dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi
Penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak, penulis menggunakan analisa SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, Threath) guna mengetahui faktor internal maupun
eksternal yang dapat mendukung ataupun menghambat sehingga dapat
digunakan oleh pimpinan untuk memperbaiki kelemahan atau kendala yang
dihadapi dalam mencapai tujuan organisasi.

1. Faktor Internal
a. Kekuatan (Strength)
Adanya 12 program prioritas Kapolri Jenderal Polisi Drs.
Sutarman yang disampaikan pada saat pidato pertama di Mabes Polri
pada bulan Oktober 2013 yang salah satu isinya meningkatkan
pengungkapan kasus-kasus menonjol yang meresahkan masyarakat,
meliputi kejahatan konvensional (kejahatan jalanan/premanisme,
perjudian, kejahatan dengan kekerasan), kejahatan lintas negara /
transnational crime (cyber crime, narkoba, human trafficking, arm
smuggling, terorisme), kejahatan yang merugikan kekayaan negara
(korupsi, illegal logging, illegal fishing, illegal mining) dan kejahatan
yang berimplikasi kontinjensi (konflik sosial, demo anarkhis);
1) Kekuatan anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak yang sebagian besar memiliki kemampuan berbasis
kompetensi yang baik yang dapat mendukung pelaksanaan

12
Stephen P Robbin, Better Understanding of The Self and Others in Organizational Context.

26
tugas penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan
hukum terhadap kejahatan jalanan.
2) Sudah baiknya Urmin Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak dalam melakukan pengajuan pencairan dana DIPA
untuk mendukung pelaksanaan tugas penyelidikan dan
penyidikan termasuk dalam rangka penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan.
3) Anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
memiliki dedikasi yang tinggi dan mampu memanfaatkan
segala sarana prasarana yang tersedia bahkan menggunakan
sarana dan prasarana milik pribadi untuk mendukung kinerja
penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan hukum.
4) Selalu diadakannya gelar perkara atas kasus yang ditangani
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak yang diikuti oleh
seluruh anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
yang dapat menjadi tempat berbagi pengalaman untuk
meningkatkan pengetahuan seluruh anggota dan dapat
diterapkan cara-cara baru dalam pelaksanaan penyelidikan
dan penyidikan.

b. Kelemahan (Weakness)
1) Kurangnya personil Polri sebagai anggota Resmob yang
bertugas langsung di lapangan, dari total 43 personil, hanya 10
personil yang benar-benar efektif sebagai angora operasional
di lapangan;
2) Masih belum seimbangnya dukungan anggaran dengan
intensitas jumlah kejadian terkait kejahatan jalanan yang
terjadi;
3) Dengan masih ada anggota yang menggunakan sarana dan
prasarana pribadinya, tidak dapat dipastikan sarana prasarana
tersebut bisa secara terus enerus digunakan, ketika sangat
dibutuhkan dan tidak ada sarana maupun prasarana yang
dapat digunakan maka akan terjadi kesulitan;

27
4) Belum luasnya akses dan jaringan dalam rangka pemutakhiran
metode penyelidikan dan penyidikan pada Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak sehingga terkadang masih
mengalami kendala dalam penerapan teknologi informasi untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya.

2. Faktor Eksternal
a. Peluang (Opportunity)
1) Banyaknya anggota Polres Pelabuhan Tanjung Perak yang
memiliki dedikasi yang tinggi yang siap mendukung dan
menambah kekuatan Sat Reskrim untuk melaksanakan
tugasnya dalam rangka penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan;
2) Transparansi dan cepatnya sistem penganggaran yang dapat
membantu Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
dalam menutupi kebutuhannya guna mendukung pelaksanaan
tugas penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan
hukum.
3) Banyaknya sarana prasarana dinas satuan lain di Polres
Pelabuhan Tanjung Perak yang sewaktu waktu dapat
digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas penyelidikan
dan penyidikan bila diperlukan.
4) Banyaknya pelatihan-pelatihan atau pendidikan kejuruan baik
di dalam negeri maupun di luar negeri yang dapat diikuti untuk
meningkatkan kemampuan anggota.

b. Ancaman (Threath)
1) Ada beberapa anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak berumur lebih dari 50 tahun yang secara efektif dapat
dikatakan sudah memasuki usia tidak produktif.
2) Masih belum disiplinnya anggota Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak dalam hal melengkapi kelengkapan
administrasi untuk keperluan penyerapan anggaran atau DIPA

28
sehingga dapat menyebabkan lambatnya atau tidak
maskimalnya penyerapan dan pencairan anggaran.
3) Masih kurangnya kesadaran anggota dalam merawat dan
memelihara sarana dan prasarana dinas yang sudah ada,
sehingga dapat menyebabkan cepat rusaknya peralatan
ataupun ruang penyidikan yang sudah disediakan oleh dinas.
4) Masih adanya anggota yang kurang kemauan dalam
mempelajar teknik dan taktik penyelidikan dan penyidikan
dalam rangka pemutakhiran metode penegakan hukum.

29
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Dalam rangka optimalisasi penegakan hukum terhadap kejahatan


jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan adanya kondisi yang
mendukung baik dari aspek sumber daya manusia, anggaran, sarana-
prasarana maupun metode yang digunakan sebagaimana diuraikan di bawah
ini :

1. Sumber Daya Manusia


Untuk mengoptimalkan penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, sumber daya
(resource) yang memegang peranan penting adalah sumber daya
manusia yang memadai baik dari aspek kualitas maupun kuantitasnya
sehingga dapat dicapai hasil yang optimal. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sondang. P. Siagian yang menyatakan bahwa sumber daya
manusia merupakan sumber daya (resource) yang paling strategis namun
tidak mengabaikan resources yang lain serta faktor manusia merupakan
unsur terpenting dalam kehidupan suatu organisasi.
a. Kuantitas
Setiap organisasi memerlukan sumber daya untuk
mencapai tujuannya. Sumber daya tersebut merupakan sumber
energi, tenaga, kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan
daya, gerakan, aktivitas, kegiatan dan tindakan yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya financial, dan sumber daya
manusia. Dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia
memegang peranan yang penting dalam menjalankan organisasi,
begitu juga dalam pelaksanaan proses penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak.
Untuk optimalnya penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
seharusnya jumlah personil dialokasikan jumlah personil sesuai

30
DSPP yang telah ditentukan sebagaimana sesuai dalam Perkap
Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja pada tingkat Polres dan Polsek.
Sesuai dengan teori manajeman strategi menurut Marrus,
maka untuk optimalnya penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
diperlukan adanya rencana mengintegrasikan tujuan-tujuan
utama, kebijakan-kebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu
organisasi menjadi suatu kesatuan yang dapat dilakukan dengan
cara yang komprehensif melalui pengalokasian sumber daya
manusia yang mengawaki kesatuan tersebut.

b. Kualitas
Keberhasilan penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang
mengawakinya sehingga diharapkan personel Polri yang bertugas
pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak harus
memiliki kompetensi yang memadai baik dari aspek pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan perilaku sebagai berikut :
1) Seorang supervisor diharapkan memiliki keahlian sebagai
middle manager dalam mengawasi operasional
penyelidikan dan penyidikan terhadap setiap kasus terkait
kejahatan jalanan;
2) Setiap penyidik mampu melakukan tugas dan tanggung
jawabnya dalam proses penyelidikan dan penyidikan, teliti
dan mampu melengkapi setiap administarasi penyidikan
yang diperlukan, dan dapat melaksanakan segala tindakan
penyidikan yang baik dan sesuai dengan aturan yang
berlaku;
3) Setiap penyidik memahami teknis dan taktik penyelidikan
dan penyidikan, mampu memanfaatkan segala sumber
daya yang ada, dan mamiliki pengetahuan memadai

31
terhadap setiap persoalan dan kasus yang sedang
dihadapi.

2. Dukungan Anggaran
Untuk mendukung pelaksanaan penegakan hukum terhadap
kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
yang optimal maka diperlukan dukungan anggaran yang berorientasi
kepada anggaran berbasis kinerja. Penganggaran yang berbasis kinerja
merupakan metode yang dilaksanakan dimana penggunaan dana
disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan, program pada anggaran
berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi
satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun
sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan13.
Dalam upaya terwujudnya penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak yang optimal,
maka perlu dilakukan perencanaan (planning) untuk menyusun rencana
anggaran (Ren Gar) Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak pada
Tahun 2015 dengan memperhatikan kebutuhan operasional dari Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dengan pertimbangan dari
jumlah kejadian yang terjadi pada tahun sebelumnya tsehingga
diharapkan untuk tahun berikutnya dapat berjalan dengan maksimal.

3. Dukungan Sarana dan Prasarana


Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dalam
melaksanakan tugasnya yaitu penegakan hukum khususnya terhadap
kejahatan jalanan memerlukan dukungan sarana-prasarana yang
memadai untuk mencapai hasil yang optimal. Dukungan sarana–
prasarana tersebut sangat penting.

13 www.bpkp.go.id/unit/skad/abkrevisi.pdf

32
Oleh karena itu, diharapkan dukungan sarana-prasarana
penunjang Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dapat
dilengkapi secara memadai yang dapat dilihat dari indikator-indikator
sebagai berikut :
a. Tersedianya buku-buku yang diperlukan sebagai referensi serta
pedoman dalam melaksanakan tugas/tindakan penyelidikan dan
penyidikan, antara lain :
1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);
2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
3) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
4) Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2012 tentang
Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;

b. Tersedianya sarana-prasarana yang dapat digunakan dalam


proses penyelidikan dan penyidikan, yakni:
1) Ada ruang penyidikan yang memadai dilengkapi dengan
seluruh ATK yang dibutuhkan oleh anggota penyidik;
2) Ada ruang penyelidikan/introgasi khusus yang sesuai
dengan kriteria, tertutup dan dilengkapi dengan alat-alat
yang dibutuhkan seperti perekam suara dan kamera
perekam;
3) Tersedianya alat komuikasi berupa HT minimal untuk
setiap Unit Sidik dan Subnit Resmob;
4) Tersedianya komputer yang dapat digunakan oleh
anggota penyidik untuk melakukan pemriksaan ataupun
untuk membuat seluruh administrasi penyidikan yang
dibutuhkan;
5) Trsedianya kompuer khusus yang dapat digunakan
sebagai database untuk seluruh tindak pidana berkaitan
kejahatan jalanan, beserta data foto-foto para tersangka
ataupun para calon tersangka yang dicurigai, dilengkapi
dengan database sidik jarinya;

33
6) Tersedianya kendaraan dinas yang dapat digunakkan
oleh anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak untuk operasional kegiatan penyelidikan dan
penydikan kejahatan jalanan.

4. Metode
Proses penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan
hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak pada dasarnya harus sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP) sebagaimana diatur juga dalam KUHAP dan Perkap no.
14 tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Untuk
tercapainya optimalisasi penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan
oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak, yang tujuannya
sejalan dengan kebijakan strategis Kapolri Jenderal Polisi Sutarman yang
salah satunya adalah meningkatkan pengungkapan dan penuntasan
kasus prioritas meliputi kejahatan konvensional, kejahatan lintas negara
(transnational crime), kejahatan yang merugikan kekayaan negara dan
kejahatan yang berimplikasi kontijensi, maka perlu dilakukan terobosan
terkait proses penyelidikan dan penyidikan dalam rangka penegakan
hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak.
Dalam penguatan proses penyelidikan dan penyidikan dalam
rangka penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim
Polres Pelabuhan Tanjung Perak perlu dilakukan langkah-langkah yang
efektif dan efisien sebagai berikut :
a. Pemutakhiran sistem penyelidikan yang mensinergikan antara
teknik manual dengan penerapan teknologi IT;
b. Dibuatkannya prosedur transfer data dan informasi maupun
Laporan Polisi yang masuk ataupun yang masih menunggak
sebagai tambahan informasi bagi anggota Resmob di lapangan;
c. Memberikan informasi dan membuka wawasan serta
pengetahuan juga relasi anggota Resmob di lapangan untuk
memperkuat jaringan kelompok-kelompok pelaku kejahatan
jalanan ataupun informan;

34
d. Menerapkan proses penyidikan yang cepat dan tepat terhadap
kasus-kasus kejahatan jalanan dan penyidik memiliki target waktu
yang harus dicapai;
e. Adanya kesinambungan pengiriman SP2HP untuk semua Tindak
Pidana yang sedang dalam proses penyidikan sebagai bentuk
pekayanan prima untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Sesuai dengan Teori Manajemen dari George. R. Terry,


optimalisasi Penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dapat terwujud dengan
melakukan langkah-langkah manajerial seperti uraian di bawah ini:
a. Planning, dapat dilakukan dengan cara membuat rencana
kegiatan harian, mingguan maupun bulanan terkait dengan
penaganan perkara khususnya kejahatan jalanan;
b. Organizing, dapat dilakukan oleh para Kanit untuk melakukan
pembagian tugas antara tugas penyelidikan dan tugas
penyidikan;
c. Actuating, dapat dilakukan oleh masing-masing anggota Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak sesuai dengan job
description masing-masing serta mengacu pada rencana kegiatan
(Rengiat);
d. Controlling, dapat dilakukan oleh supervisor dalam hal ini Kasat
Reskrim dan dibantu oleh Kaurbinops Sat Reskrim Polres
Tanjung Perak.

35
BAB VI
OPTIMALISASI

Optimalisasi penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat


Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dapat dicapai dengan menerapkan
langkah-langkah manajemen strategik dengan membuat perencanaan yang
meliputi: visi dan misi, tujuan, kebijakan, strategi dan tindakan yang harus
dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan
memenangkan persaingan. Langkah-langkah manajemen strategi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Visi dan Misi


a. Visi
Terwujudnya penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh
Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak yang optimal guna
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri dalam
rangka terwujudnya situasi Kamtibmas yang kondusif.
b. Misi
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak
guna meningkatkan kepercayaan masyarakat;
2) Meningkatkan dukungan anggaran dan sarana-prasarana
yang menunjang pelaksanaan tugas pada proses
penyelidikan dan penyidikan dalam rangka melaksanakan
penegakan hukum;
3) Memutakhirkan metode yang digunakan oleh Sat Reskrim
Polres Pelabuhan Tanjung Perak dalam melakukan
penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan.

2. Tujuan
a. Tercapainya sumber daya manusia yang memadai pada Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak baik dari aspek
kuantitas maupun kualitasnya, sehingga diperoleh hasil yang
optimal;

36
b. Tercukupinya dukungan anggaran sesuai kebutuhan ideal serta
terpenuhinya kebutuhan sarana-prasarana yang menunjang
kegiatan penyelidikan dan penyidikan Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak;
c. Terwujudnya metode penyelidikan dan penyidikan yang mutakhir
dengan mengintegrasika teknik dan taktik penyelidikan manual di
lapangan dengan penerapan teknologi informasi;
d. Meningkatnya hasil pengungkapan dan penegakan hukum
khususnya terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak.

3. Sasaran
a. Sumber daya manusia pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak dapat terpenuhi secara kuantitas dan kualitas;
b. Revisi anggaran yang seimbang dengan intensitas kejadian
tindak pidana dapat terpenuhi dalam rangka mendukung efektif
dan efisiennya pelaksanaan tugas;
c. sarana-prasarana dapat terpenuhi secara memadai guna
mendukung optimalnya proses penyelidikan dan penyidikan
dalam rangka penegakan hukum;
d. Metode penyelidikan dan penyidikan yang mutakhir dapat
diterapkan dengan baik untuk meningkatkan total crime clearence
oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

4. Kebijakan
a. Menyiapkan sumber daya manusia yang terampil dan
professional dalam mengawaki Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak;
b. Melakukan revisi pada RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran –
Kementerian/ Lembaga) yang diseimbangkan dengan jumlah
kejadian yang terjadi berdasar angka crime total tahun
sebelumnya;
c. Menyiapkan sarana-prasarana yang memadai baik secara
kuantitas maupun kualitas sehingga dapat mendukung

37
optimalnya penegakan hukum oleh Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak;
d. Memberikan pelatihan-pelatihan atau coaching clinic kepada
anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak untuk
pemutakhiran metode penyelidikan dan penyidikan;
e. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan penyelidikan dan penyidikan Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak dalam rangka penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan.

5. Strategi
Untuk mengoptimalkan penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak diperlukan
strategi untuk mencapainya. Dalam menggambarkan strategi yang
dilakukan, penulis menggunakan matrik SWOT yang menggambarkan
empat sel kemungkinan formulasi strategis yang dapat dilaksanakan,
dimana setiap sel mendeskripsikan indikator-indikator yang menjadi kunci
faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap upaya-upaya
optimalisasi penegakan hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

38
Tabel 4
Matrik Analisa SWOT

INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


EKSTERNAL
PELUANG (O) 1. Kekuatan anggota Sat Reskrim Res 1. Kurangnya anggota Resmob
1. Anggota Res Pel Tg Perak Pel Tg Perak sebagian besar yang bertugas langsung di
memiliki dedikasi tinggi siap berbasis kompetensi baik yang lapangan,;
mendukung dan menambah dapat mendukung pelaksanaan 2. Belum seimbangnya dukungan
kekuatan Sat Reskrim untuk tugas penegakan hukum; anggaran dengan intensitas
melaksanakan tugas penegakan 2. Sudah baiknya Urmin Sat Reskrim jumlah kejadian terkait kejahatan
hukum; Res Pel Tg Perak dalam pengajuan jalanan;
2. Transparansi dan cepatnya pencairan dana DIPA untuk 3. Tidak dapat dipastikan sarana
sistem penganggaran yang dapat mendukung pelaksanaan tugas prasarana pribadi anggota bisa
bantu Sat Reskrim Res Pel Tg penegakan hukum; secara terus menerus digunakan;
Perak dalam mendukung tugas 3. Pemanfaatan sarana dan prasarana 4. Belum luasnya akses dan
penegakan hukum; pribadi dalam pelaksanaan tugas jaringan dalam rangka
3. Banyak sarana prasarana dinas oleh anggota; pemutakhiran metode
satuan lain di Res Pel Tg Perak 4. Selalu diadakannya gelar perkara penyelidikan dan penyidikan
yang dapat digunakan untuk atas kasus yang ditangani Sat pada Sat Reskrim Res Pel Tg
mendukung pelaksanaan tugas; Reskrim Res Pel Tg Perak yang Perak sehingga terkadang masih
4. Banyak pelatihan atau pendidikan diikuti oleh seluruh anggota yang mengalami kendala dalam
kejuruan di dalam negeri maupun dapat menjadi tempat untuk penerapan teknologi informasi
di luar negeri yang dapat diikuti meningkatkan pengetahuan seluruh untuk mendukung pelaksanaan
untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam pelaksanaan tugasnya.
anggota; penyelidikan dan penyidikan;
ANCAMAN (T) Strategi SO Strategi WO
1. Beberapa anggota Sat Reskrim 1. Menggabungkan kekuatan anggota 1. Mengikutkan anggota lain di Res
Res Pel Tg Perak berumur lebih Sat Reskrim dengan anggota Pel Tg Perak dalam
dari 50 tahun yang sudah satuan lain untuk mmenuhi melaksanakan kegiatan
memasuki usia tidak produktif; kebutuhan skala besar anggota; penegakan hukum ketika
2. Masih belum disiplinnya anggota 2. Menargetkan urmin dalam kekuatan personil kurang;
Sat Reskrim Res Pel Tg Perak pelaksanaan pengajuan DIPA 2. Membuat pengajuan revisi
dalam hal melengkapi anggaran; anggaran kepada Res Pel Tg
kelengkapan administrasi untuk 3. Menambah kekuatan sarana dan Perak berkaitan
keperluan penyerapan anggaran prasarana yang dibutuhkan dengan ketidakseimbangan dengan crime
atau DIPA; meminjam sarana dan prasarana total yang terjadi;
3. Kurangnya kesadaran anggota satuan lain dalam pelaksanaan 3. Meminjam sarana prasarana
dalam merawat dan memelihara tugas penegakan hukum; satuan lain ketika kurang dan
sarana dan prasarana dinas yang 4. Mengirimkan anggota untuk membutuhkan untuk pelaksanaan
sudah ada; mengikuti pelatihan, dan pada saat tugas
4. Masih ada anggota yang kurang pelaksanaan gelar perkara 4. Menjalin kerja sama dan
kemauan dalam mempelajar memaparkan hasil pelatihannya menyimpan kontak para pelatih
teknik dan taktik penyelidikan dan untuk berbagi ilmu pengetahuan atau peserta lain saat pelatihan
penyidikan dalam rangka dengan anggota lain. untuk memperluas jaringan.
pemutakhiran metode penegakan
hukum.
Strategi ST Strategi WT
1. Memaksimalkan anggota yang 1. Anggota yang masih muda,
sudah tidak efektif di lapangan diperintahkan untuk membantu
untuk penmeriksaan penyidikan; Resmob turun ke lapangan;
2. Membuat SOP, target, dan batas 2. Selalu menyerap habis DIPA
waktu pengumpulan administrasi sebelum tutup tahun untuk
pengajuan DIPA oleh anggota menjadi pertimbangan kurangnya
yang dibantu oleh urmin; DIPA;
3. Melakukan giliran paparan gelar
perkara terhadap seluruh anggota.

39
Berdasarkan tabel matrik SWOT di atas, optimalisasi penegakan
hukum terhadap kejahatan jalanan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak dapat diwujudkan dengan tahapan-tahapan strategi
sebagai berikut :
a. Melakukan reshuffle anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak untuk menjadi subnit Resmob yang melaksanakan
operasional di lapangan dan anggota yang sudah tidak produktif
di lapangan untuk dimaksimalkan melaksanakan pemeriksaan
dan tugas lain dalam rangka penyidikan dan memberikan latihan
dan penerangan cara penyelidikan dan penyidikan terhadap
anggota satuan lain di Polres Pelabuhan Tanjung Perak sehingga
ketika suatu saat dibutuhkan untuk kegiatan gabungan guna
menambah kekuatan, maka seluruh anggota sudah siap
melaksanakan;
b. Membuat ketentuan tentang tata cara dan semua kelengkapan
yang dibutuhkan anggota untuk mengajukan DIPA, dan
memberikan target kepada urmin dalam hal penyerapan
anggaran termasuk target menghabiskan DIPA dalam satu tahun,
kemudian mengajukan revisi terkait kekurangan DIPA karena
tidak seimbangnya anggaran dengan jumlah kejadian Tindak
Pidana berdasarkan crime total;
c. Melakukan kontrol terhadap perawatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana dinas yang telah tersedia, dan ketika pada saat
kegiatan sarana dan prasarana tersebut kurang, libatkan sarana
dan prasarana dinas dari satuan lain di Polres Pelabuhan
Tanjung Perak untuk memaksimalkan kegiatan dalam rangka
penegakan hukum;
d. Mengirimkan anggota dalam setiap pelatihan atau pendidikan
kejuruan untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, serta
jaringan anggota baik dengan pengajar maupun sesama peserta
pelatihan, dan mewajibkan seluruh anggota mengikuti gelar
perkara yang diadakan oleh Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak setiap minggunga untuk menambah pengetahuan
serta wawasan. Dalam setiap gelar perkara tersebut, diharapkan

40
semua anggota mendapatkan giliran untuk melakukanpaparan
gelar perkara, dan anggota yang sudah terlibat pelatihan atau
pendidikan kejuruan dapat memaparkan hasil pelatihannya untuk
berbagi pengetahuan dan wawasan dengan anggota lain.

6. Action Plan
a. Menyiapkan anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak untuk melakukan reshuffle dalam rangka mengawaki subnit
Resmob sebagai anggota yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan operasional di lapangan;
b. Membuat Standard Operational Procedure (SOP) dan target
waktu dalam pelaksanaan pengajuan anggaran dalam rangka
penyerapan DIPA;
c. Membuat SOP terkait masalah pemeliharaan dan perawatan
sarana dan prasarana dinas, melakukan pemeriksaan secara ruin
terhadap sarana dan prasarana tersebut;
d. Melakukan pendataan jadwal pelatihan dan pendidikan kejuruan,
serta menyiapkan anggota untuk mengikutinya. Membuat
kebijakan terkait kegiatan gelar perkara, termasuk jadwal
pemapar dan kasus unit mana yang akan dibahas.

41
BAB VII
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Sumber daya personel yang mengawaki Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak dalam melakukan penegakan hukum
terhadap kejahatan jalanan belum optimal, untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya melalui: pendidikan kejuruan dan
pelatihan Bidang Reserse Kriminal, memberikan sosialisasi dan
pengarahan, menambah jumlah personel yang memiliki
kompetensi, menerapkan mekanisme reward and punishment;
b. Dukungan anggaran pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak terkait penegakan hukum terhadap kejahatan
jalanan belum seimbang antara anggaran yang tersedia dengan
jumlah kejadian tindak pidana atau kejahatan jalanan yang terjadi,
sehingga pelaksanaan belum optimal;
c. Sarana-prasarana pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak belum memadai, masih banyak anggota yang
menggunakan sarana dan prasarana pribadinya dalam
melaksanakan tugas, untuk itu perlu dilakukan upaya – upaya
melalui pemanfaatan sarana dan prasarana satuan lain, serta
penyediaan sarana dan prasaraana sesuai yang telah ditentukan;
d. Metode yang digunakan pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak belum mutakhir, masih kurannya integrasi antara
teknik dan taktik penyelidikan dan penyidikan manual dengan
Teknologi Informasi, sehingga diperlukan adanya pelatihan-
pelatihan untuk menamah pengetahuan dan wawasan anggota.

2. Rekomendasi
a. Mengajukan secara berkala kepada Bag Sumda Polres
Pelabuhan Tanjung Perak dan Biro SDM bagi anggota Sat
Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak untuk mengikuti
pelatihan, kursus, dan pendidikan kejuruan;

42
b. Mengajukan usulan penambahan jumlah personel kepada Biro
SDM Polda Jatim;
c. Menyusun perencanaan pengajuan anggaran yang berasal dari
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2010 tentang jenis
dan tarif jasa atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Polri;
d. Melakukan revisi anggaran terkait DIPA Sat Reskrim Polres
Pelabuhan Tanjung Perak berdasar kepada ketidakseimbangan
antara anggaran yang disediakan dengan jumlah kejadian yang
terjadi.
e. Melakukan koordinasi dengan SeksI Sarpras terkait pengadaan
sarana dan prasarana serta penyediaan jaringan internet guna
mendukung komputerisasi pada Sat Reskrim Polres Pelabuhan
Tanjung Perak;
f. Mengajukan anggota Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung
Perak untuk mengikuti pelatihan-pelatihan Reserse Kriminal dan
pendidikan kejuruan, serta mengundang pakar-pakar untuk
mengadakan coaching clinic untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan anggota.

43
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Chrysnanda, Polisi Penjaga Kehidupan, YPKIK, 2008

Freddy Rangkuti, Analisa SWOT, Tehnik membedah Kasus Bisnis, 2008,


Jakarta, Gramedia.

George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, 2006, Bandung, Bumi Aksara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. 2003. Jakarta : Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional

Mardalis.1995.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi


Aksara

Siagian, Sondang P., Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi,


1995, Jakarta, Gunung Agung

Stephen P Robbin, Better Understanding of The Self and Others in


Organizational Context.

Internet :

www.jurnalsrigunting.com, disadur pada 29 Agustus 2014

www.wikipedia.co.id, disadur pada tanggal 29 Agustus 2014

www.bpkp.go.id/unit/skad/abkrevisi.pdf disadur pada tanggal 3 September


2014

www.eprints.uny.ac.id, disadur pada tanggal 3 September 2014

44

Anda mungkin juga menyukai