BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS Pendekatan A PDF
BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS Pendekatan A PDF
i
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagaian atau seluruhan isi
buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapatkan izin tertulis dari
penerbit.
©Copyrigt, 2017
Judul Buku : Bimbingan Kelompok Religius (Pendekatan
alternatif Membentuk Karakter Anak Islami)
Penulis : Akhmad Rizkhi Ridhani, M.Pd
Desain Sampul : Ahmad Habibi
Perwajahan Isi : Yulianoor
Penerbit : LP2M UNISKA M A B
Cetakan Pertama : 18 Januari 2017
ISBN : 978-602-71393-7-4
ii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan manusia secara lahir dalam
kedaaan suci (fitrah). Sebagaimana manusia yang diciptakan oleh Allah
SWT tentunya kita harus selalu taat kepada-Nya, menjauhi segala laranga-
Nya, serta mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya sebagai ungkapan
rasa syukur kita kepada yang Maha Segala-galanya. Namun ketika kita
melihat fenomena yang terjadi saat ini sungguh miris hati kita, karena
fenomena yang terjadi saat ini jauh dari apa yang diperintahkan-Nya.
Sebagai salah satu contoh nyata yang terjadi saat ini ialah adab atau
perilaku etik anak terhadap orang tua yang jauh dari apa yang telah
ditetapkan-Nya dalam Al-Qur‘an sebagai pedoman hidup manusia dimuka
bumi. Anak saat ini sangat berani melawan orang tua baik secara verbal
(ucapan) maupun non verbal (tingkah laku), bahkan ada yang sampai
tega membunuh orang tua kandung mereka sendiri.
Pendidikan formal merupakan salah satu jalur untuk membentuk
kepribadian anak agar menjadi seorang anak memiliki akhlaq mulia sesuai
dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1
Butir No 1. Buku panduan ini hadir ditangan anda tentunya untuk
menjawab fenormena yang terjadi saat ini khususnya untuk menangani
perilaku etik berkomunikasi anak terhadap orang tua. Buku panduan ini
disusun bagi para praktisi bidang bimbingan dan konseling di jalur formal,
namun tidak menutup kemungkinan buku panduan ini diimplementasikan
di jalur non formal. Isi buku panduan ini disusun berdasarkan hasil
penelitian tentang bimbingan kelompok berbasis religius untuk
meningkatkan perilaku etik berkomunikasi anak terhadap orang tua. Selain
itu pula isi buku panduan ini didasarkan atas pengkajian mendalam
terhadap Al-Qur‘an dan Hadist yang menjadi pondasi utama dalam
penyusunan buku panduan ini.
Buku panduan ini merupakan tulisan awal yang akan terus
berkembang agar mencapai tingkatan kedalaman dan keluasan yang
iii
memadai sebagai sumber belajar. untuk itu, maka koreksi, komentar, dan
saran bagi pembaca sangat diharapkan untuk kepentingan pengembangan
dan penyempurnaannya. Sekecil apapun bentuknya akan sangat
dimanfaatkan bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber
belajar bagi para praktisi bimbingan dan konseling sekolah, para
mahasiswa, serta masyarakat umum yang memerlukanya dalam
membentuk karakter anak islami.
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAGIAN I
ESENSI PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI
Islam mengajarkan hal yang baik dan benar menurut syari‘at yang
telah ditetapkan oleh Al-Qur‘an dan Hadist, kaitanya dengan prinsip
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua atau orang yang dianggap
lebih tua.
―Sederhanalha dalam berjalan dan lunakkanlah suarmu, sesungguhnya
seburuk-buruk suara adalah suara keledai.‖ (QS. 31/Luqman: 19).
Pada paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadist ini terdapat dua pelajaran
yang dapat ditarik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam masyarakat sekitar ataupun dalam lingkungan keluarga terlebih
kepada orang yang lebih tua.
Pertama yakni Allah SWT dan Rasullulah SAW mengajarkan kepada
kita umat-Nya agar ketika kita berjalan baik itu dirumah, dijalan, ataupun
ditempat-tempat yang sering kita lalui, ketika kita berjalan kita selalu
sederhana terlebih kepada orang yang lebih tua/ orang tua. sebagai
contoh : ketika kita berjalan hendaklah kita mendahulukan orang yang
lebih tua apabila ada, kemudian ketika kita berpapasan dengan orang tua/
lebih tua hendaknya kita membungkukan badan agar orang yang lebih tua
dari kita merasa bahwa dirinya dihormati dan dihargai tanpa memandang
status sosialnya dimasyarakat. Kedua yakni Allah SWT dan Rasullulah SAW
mengajarkan kepada kita sebagai umat-Nya berbicara dengan perkataan
yang mulia, artinya yaitu lemah lembut (halus) yang tidak membuat
melukai perasaan orang lain.
Muhammad Rasullullah SAW bersabda, ― Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (kalau tidak
bisa) lebih baik diam‖ (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Pada tiga hadist yang dikemukan tentu kita sebagai umat muslim
dapat menjadikan acuan atau pedoman dalam berbicara. Pada Hadist
yang pertama kita mendapat pelajaran yang penting yakni ketika kita
berkumpul dengan orang-orang sekitar kita dan berbicara tentang hal-hal
yang tidak berguna ataupun tidak memperoleh manfaat dari hasil
pembicara tersebut maka lebih baik kita diam, terlebih jika lawan bicara
kita tidak membicarakan hal yang baik dan bermanfaat.
Selanjutnya masih pada Hadist yang pertama, ketika kita berbicara
dengan lawan bicara kita menggunakan kata-kata yang sopan, sebab
adakalanya ketika kita asik dalam berbicara terlebih dengan teman akrab,
kaka, ataupun orang tua, kita menggunakan kata-kata kasar sehingga
tidak enak didengar, bahkan cenderung membuat orang lain tersinggung
karena merasa tidak dihargai. Pada Hadist yang kedua ini kita dianjurkan
untuk berbicara dengan menggunakan istilah yang benar. Penggunaan
istilah kata dalam berbicara ini penting juga untuk diperhatikan ketika kita
berbicara dengan lawan bicara kita, karena ketika kita tidak menggunakan
Pada Hadist ini kita dianjurkan ketika kita berada dalam kerumunan
orang baik baik itu bertiga atupun lebih maka perilaku kita, janglah
berbisik-bisik kepada satu orang lawan bicara kita melainkan kita harus
bersuara dengan suara yang dapat didengar oleh orang banyak. Tidak
jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekitar
kita, sekolah, tempat kerja, ketika seseorang berbicara didekat kita
dengan suara yang pelan (berbisik-bisik) hati kita merasa bahwa kedua
orang yang saling berbicara dengan nada pelan itu menggujing kita,
sehingga kita merasa bahwa mereka sedang membicara diri kita walaupun
pembicara mereka bukan mengenai kita. Oleh sebab itu pula maka kita
harus benar-benar memperhatikan masalah ini, agar kita terhidar dari
perasangga orang terhadap kita tidak baik. Selain itu juga karena syaitan
telah bersumpah untuk membuat uman manusia/cucu anak adam untuk
Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya juga dengan susah payah. (QS. 46/ Al Achqof:15)
Selain itu juga Reska, Sofah & Gani (2014) menambahkan selain
didalam Al Quran, landasan bimbingan kelompok religius juga terdapat
pada hadist Rasulullah yaitu pada HR Bukhori dan Abu Daud yang artinya:
―Seorang mukmin adalah cermin dari mukmin yang lain‖. Ayat-ayat diatas
cocok untuk dijadikan sebagai landasan bimbingan kelompok berbasis
religius dimana dalam bimbingan kelompok terjadi saling interaksi antar
anggota kelompok, saling mengenal satu dengan yang lainnya, saling
tukar pendapat dan berbagi pengalaman, saling membantu, seolah bisa
merasakan kesedihan maupun kebahagiaan yang dirasakananggota
kelompok lainnya.
Pada ayat Al-Quran dan Hadits diatas dapat dijelaskan tujuan umum
pelaksanakan bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan
perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang tua, yakni membantu
setiap individu dalam kelompok untuk berkomunikasi dan berinteraksi
melalui verbal maupun non verbal dalam situasi kelompok, untuk saling
mengenal satu dengan yang lainnya dan atau dengan sesama ciptaan
Allah SWT. Selanjutnya saling memahami dan menghargai antara anggota
kelompok satu dengan yang lainnya, agar komunikasi interpersonal antar
anggota kelompok terjalin baik. Hal ini untuk memunculkan keterbukaan
dari masing-masing anggota kelompok sehingga nantinya dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman, dinamika kelompok
berjalan sesuai dengan tujuan umum dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok itu sendiri. Selain itu juga menurut Al-Qur‘an manusia secara
Bimbingan Kelompok Religius 36
fitrah adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang merupakan makhluk sosial,
hidup dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, dan berdamping-
dampingan merupakan keniscayaan. Oleh sebab itu pula tidak semua
masalah bisa terselesaikan tanpa bantuan atau masukan dari orang lain.
Selain itu pula tujuan umum layanan bimbingan kelompok religius
keislaman ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
anggota kelompok pentingnya berbakti kepada orang tua, menghargai
orang tua, menjaga keharmonisan dengan orang tua terlebih kepada
orang yang lebih tua.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua dengan berlandaskan pada Al-
Qur‘an dan Hadits sebagai berikut :
― Serulah (manusia) kepada jalan tuhamu dengan hikmat dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik
sesungguhnya tuhanmui dialah yang lebih mengetahui tetang siapa yang
tersesat dari jalanya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk‖. (QS. An- Nahl 16:125).
b. Anggota Kelompok
Bimbingan kelompok religius keislaman beranggotakan 8-10 orang
anggota kelompok hal ini dikarenakan, apabila anggota kelompok terlalu
kecil akan mengurangi efektifitas layanan bimbingan kelompok religius
keislaman. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (2012:
15) kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi
tingkat efektifitas BKp dan KKp, selain itu kedalaman dan variasi
pembahasan menjadi terbatas, karena sumbernya (yaitu para anggota
kelompok) memang terbatas. Prayitno (2012:157) juga mengungkapkan
terlalu besarnya anggota kelompok juga tidak baik karena partisipasi aktif
individual dalam dinamika kelompok kurang intensif, kesepatan berbicara,
dan memberi/ menerima ―sentuhan dalam kelompok kurang. Padahal
sentuhan-sentuahn dengan frekuensi tinggi (high touch) itulah individu
memperoleh manfaat langsung dalam layanan BKp dan KKp.
Bimbingan Kelompok Religius 43
Tingkat homogen dan heterogen anggota kelompok juga menjadi
pertimbangan dalam menentukan anggota kelompok untuk mencapai
keefektifan/tujuan dari layanan bimbingan kelompok religius keislaman.
Anggota kelompok dalam bimbingan kelompok religius keislaman tidak
efektif apabila beranggotakan homogen, hal ini dikarenakan layanan
bimbingan kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi
sumber yang bervariasi untuk membahas topik tertentu atau memecahkan
masalah tertentu. Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan
menjadi sumber yang lebih kaya untuk mencapai tujuan lauanan.
Kelompok heterogen akan mampu mendorbrak dan memecahkan
kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok.
Tinggkat anggota heterogen yang dimaksudkan tidak asal beda.
Prayitno (2012:160) mengungkapkan untuk tingkat perkembangan atau
pendidikan, hendaklah jangan dicampur siswa SD dan SLTP atau SLTA
dalam suatu kelompok, demikian juga orang dewasa dengan anak-anak
dalam satu kelompok. Dalam kondisi ini diperlukan kondisi yang relatif
homogen untuk menghidari kesenjangan yang terlalu besar dalam kinerja
kelompok. Setelah homogenitas terpenuhi, maka kondisi heterogen
diupayakan. Sebagai contoh apabila membahas masalah perilaku etik
berkomunikasi yang rendah maka dalam penarikan sample anggota
kelompok harus homogen yakni berada dikelas yang sama kemudian
tinggkat perkembangan yang sama namun beranggotakan pada anggota
kelompok yang memiliki perilaku etik berkomunikasi yang baik dan
perilaku etik berkomunikasi yang tidak baik, sehingga dinamika kelompok
berjalan dengan baik dan mempunyai variasi, tidak monoton, dan lebih
Bimbingan Kelompok Religius 44
terbuka untuk mencapai tujuan dari layanan bimbingan kelompok yang
telah ditetapkan.
1. Tahap Pra-kegiatan
Pada tahap pra-kegiatan/ awal kegiatan ini pemimpin kelompok
menyambut anggota kelompok masuk kedalam ruanganan bimbingan
kelompok, selain itu juga pada tahap ini pemimpin kelompok menyediakan
makan dan minuman ringan untuk disuguhkan kepada anggota kelompok,
serta mengajak anggota kelompok berbicara santai untuk mencairkan
suasana sehingga ketika anggota kelompok masuk kedalam ruangan
bimbingan kelompok merasa nyaman dan aman didalamnya. Sebagai
contoh pemimpin kelompok menanyakan kabar kepada anggota kelompok
dan atau menyanyakan kegiatan apa yang sebelumnya dilakukan sebelum
masuk kedalam ruangan bimbingan kelompok. Hal ini dilakukan agar
anggota kelompok merasa diperhatikan dan nyaman sehingga ketika
memasuki tahap kegiatan nantinya anggota kelompok harapan menjadi
lebih terbuka dan aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok religius
keislaman.
Hasbi (2007:104) memulaikan tamu adalah menerima mereka
yang datang ketempat kita untuk bermalam semalam dua malam , serta
menjamunya dan memberikan perbekalan kepadanya dikala ia pergi
(pulang). Menjamu tamu yang datang dipandang suatu hal yang paling
diutaman hal ini termasuk suatu kemulian budi, bahkan memuliakan tamu
sebagaimana mestinya dipandang tanda kebenaran iman.
2. Tahap Pembentukan
Tahapan ini disebut juga tahapan awal dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok religius keislaman. Anggota kelompok yang sudah
saling berinteraksi dan saling mengenal pada tahap pra-kegiatan baik
dengan sesama anggota kelompok maupun kepada pemimpin kelompok
lebih memperdalam pengenalannya dan masing-masing anggota kelompok
melibatkan diri secara penuh pada tahap pembentukan ini.
Konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok yang juga secara
penuh juga ikut dalam kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman,
sebelum memasuki inti dari tahap pembentukan ini, pemimpin kelompok
secara bersama-sama dengan anggota kelompok untuk memasang niat
dan selanjutnya bedoa kepada Allah SWT, hal ini dilakukan agar anggota
kelompok dan pemimpin kelompok benar-benar menjalankan fungsi dan
perannya masing-masing. Niatan dan doa-nya yakni berniat untuk
menjalankan dan mengikuti setiap sesi dari layanan bimbingan kelompok
secara sungguh-sungguh tanpa ada kepura-puraan, serta mengharap
ridho, rahmat, dan hidayah maupun petunjuk dari Allah SWT dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman.
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ―Sesungguhnya setiap
amalan itu dinilai dengan niatnya. Dan bagi setiap orang akan
mendapatkan balasan sebagaimana apa yang dia niatkan. Barangsiapa
Bimbingan Kelompok Religius 51
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin
dia dapatkan atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya
hanyalah kepada apa yang dia niatkan.‖ (HR. Bukhari dan Muslim dari
‗Umar bin al-Khaththab radhiyallahu‘anhu).
3. Tahap Peralihan
Pada tahapan ini peranan pemimpin kelompok sangkatlah penting
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
sudah terjadi. Kemudian dari pada itu juga pemimpin kelompok harus
Bimbingan Kelompok Religius 52
benar-benar memperhatikan masing-masing anggota kelompok apakah
dari masing-masing anggota kelompok sudah benar-benar siap untuk
memasuki tahap selanjutnya yakni tahap kegiatan, yang merupakan inti
dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman. Tahap
peralihan ini merupakan tahap mengalihkan kegiatan awal kelompok
kebagian berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap peralihan ini yakni
memotivasi anggota kelompok secara tulus, ikhlas dan halus agar anggota
kelompok merasa bahwa dirinya benar-banar diperhatikan dan hendak
benar-benar dibantu oleh pemimpin kelompok. Selain itu juga motivasi
dari pemimpin kelompok kepada anggota kelompok ini agar supaya
anggota kelompok benar-benar siap dan mantap untuk memasuki tahap
inti dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman yakni
tahap kegiatan.
Peranan pemimpin kelompok selanjutnya kepada anggota kelompok
yakni menanyakan atau melakukan tanya jawab kepada anggota
kelompok apakah anggota kelompok benar-benar siap, mengerti alur/ tata
cara pelaksanaan serta menanyakan tentang kepemahaman anggota
kelompok akan peranan-nya dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok
religius keislaman. Bentuk motivasi dalam bimbingan kelompok religius
keislaman ini adalah penyampaian ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dapat
mendongkrak motivasi anggota kelompok dalam kesiapannya mengikuti
tahap selanjutnya (tahap kegiatan) dalam kegiatan kelompok.
5. Tahap Evaluasi
Setelah tahapan kegiatan terlalui selanjutnya masuk pada tahap
evaluasi, pada tahap ini konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok
mengevaluasi kegiatan menjadi dua yakni evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Pada tahap evaluasi proses pemimpin kelompok menganalisa proses
yang telah terjadi dalam kegiatan kelompok dari tahap pra-kegiatan
sampai kepada tahap inti kegiatan. Evaluasi proses ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang terjadi pada
tahap awal sampai tahap kegiatan, serta untuk melihat peluang dan
tantangan untuk menyikapi pertemuan berikutnya, sehingga untuk
pertemuan berikutnya pemimpin kelompok bisa lebih memantabkan diri
agar anggota kelompok benar-benar merasakan manfaat yang didapat
Bimbingan Kelompok Religius 55
dari keikutsertaan anggota kelompok dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok religius keislaman.
Pada tahap evaluasi hasil ini pemimpin kelompok melihat dan
menganalisa sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota
kelompok dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan masing-
masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman materi yang
dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap kegiatan. Selain itu juga
untuk melihat dampak dari pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
dalam hal ini terkait dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua yang tadinya buruk menjadi baik. Kemudian untuk melihat keefektifan
model, dilakukan tes skala sikap untuk melihat perbandingan antara
pretes (sebelum diberi layanan bimbingan kelompok religius keislaman)
dan postet (setelah diberikan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman). Apabila hasil postes lebih tinggi dari pada pretes maka model
bimbingan kelompok religius keislaman efektif untuk meningkatkan prilaku
etik berkomunikasi terhadap orang tua.
6. Tahap Penutup.
Pada tahap penutup ini pemimpin kelompok menutup sesi
pertemuan layanan bimbingan kelompok religius keislaman. Pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama berdoa kepada
Allah SWT agar mendapatkan rahmat dan hidayah dari proses yang telah
dilalui dan memohon selalu perlindungan-Nya. Pemimpin kelompok
membicarakan atau mengajur jadwal pertemuan selanjutnya kepada
Bimbingan Kelompok Religius 56
anggota kelompok seraya mengantarkan anggota kelompok keluar pintu
ruangan bimbingan kelompok.
A. Rasional
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
lingkungan sekitarnya (sekolah, tempat bekerja, keluarga, maupun
masyarakat) karena manusia membutuhkan orang lain untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai tujuan
yang diinginkannya. Manusia juga membutuhkan orang lain dalam
menyelesaikan tugas perkembanganya. Manusia sebagai makhluk sosial
tidak dapat lepas dari interaksi dengan orang lain karena interaksi tersebut
merupakan suatu fitrah yang dimiliki oleh manusia yang diberikan oleh
Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT :
― Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa,
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal‖. (QS. Al-Hujarad 45:13).
b. Misi
Misi dari bimbingan kelompok berbasis Islam adalah
memberikan informasi seluas-luasnya di berbagai bindang (pribadi,
sosial, belajar, dan spritual) belandaskan Al-Qur‘an dan Hadist
kepada siswa untuk mengembangkan potensi/ fitrah yang dimilikinya
secara optimal melalui pencapian tugas-tugas perkembangan dan
mencegah munculnya masalah yang dapat menghambat
perkembangan pontensi. Dalam rangka menyiapkan kemampuan
individu menghadapi masa depan, layanan bimbingan kelompok
harus mampu nyentuh seluruh aspek perkembangan, perilaku, dan
kebutuhan individu. Pemberian informasi dalam hal ini ialah
informasi atau tuntunan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‘an
dan Hadist yang mampu menumbuhkan perilaku etik dalam
berkomunikasi terhadap orang tua/ lebih tua. Misalnya seperti sopan
dalam berbicara, berbicara halus, tidak membentak orang tua,
santun dalam berperilaku, dan lain-lain.
Pada ayat Al-Quran dan Hadits diatas dapat dijelaskan tujuan umum
pelaksanakan bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan
perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang tua, yakni membantu
individu/ anggota kelompok untuk berkomunikasi dan berinteraksi melalui
verbal maupun non verbal dalam situasi kelompok, untuk saling mengenal
satu dengan yang lainnya (anggota kelompok) dan atau dengan sesama
ciptaan Allah SWT. Selanjutnya saling memahami dan menghargai antara
anggota kelompok satu dengan yang lainnya, agar komunikasi
interpersonal antar anggota kelompok terjalin baik. Hal ini untuk
memunculkan keterbukaan dari masing-masing anggota kelompok
sehingga nantinya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis
Islam, dinamika kelompok berjalan sesuai dengan tujuan umum dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok itu sendiri. Selain itu juga menurut Al-
Qur‘an manusia secara fitrah adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
merupakan makhluk sosial, hidup dalam ruang lingkup keluarga,
masyarakat, dan berdamping-dampingan merupakan keniscayaan. Oleh
sebab itu pula tidak semua masalah bisa terselesaikan tanpa bantuan atau
masukan dari orang lain. Selain itu pula tujuan umum layanan bimbingan
kelompok religius keislaman ini dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada anggota kelompok pentingnya berbakti kepada orang
tua, menghargai orang tua, menjaga keharmonisan dengan orang tua
terlebih kepada orang yang lebih tua.
Pada paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadits ini dapat dirumuskan tujuan
khusus lainnya dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman untuk meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap
orang tua ialah membantu serta memberikan informasi kepada anggota
kelompok agar mereka memahami bertapa pentingnya menjaga ucapan
ketika berbicara kepada orang tua (berkata halus, lemah lembut, tidak
menyinggung perasaan, tidak mencaci maki, dan lain sebagainya).
Kemudian menjaga tingkah laku atau adab berperilaku kepada orang tua
maupun lebih tua dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah,
maupun di lingkungan sekitar individu berinteraksi yang sesuai, dengan
beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam
Bimbingan Kelompok Religius 70
(mendahulukan orang tua ketika berjalan, membungkukkan badan saat
beselisihan, tidak duduk lebih tinggi dari orang tua, dan lain-lain).
2. Bidang Sosial
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman membantu
peserta didik untuk memahami dan menilai, serta mengambangkan
kemampuan sosial dalam berinteraksi dengan sesama umat
manusia dengan menunjukan akhlak mulia (berpedoman dengan
Al-Qur‘an dan Hadist) kepada teman sebaya, anggota keluarga,
dan warga lingkungan sosial yang luas.
4. Bidang Karir
Layanan bimbingan kelompok berbasis Islam, membantu peserta
didik dalam menerima, memahami, menilai informasi dan
pengalaman, serta memilih dan mengoptimalkan seluruh potensi
(fitrahnya sebagai manusia yang memiliki akal) dalam mengambil
keputusan arah karir secara objektif, bijak, dan bertafakur
(mendekatkan diri kepada Allah SWT).
5. Bidang Spritual
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman mengembalikan
peserta didik kembali kepada fitrah-nya sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT ( mendekatkan diri kepada sang pencipta) dengan
berpegangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur‘an dan berpegang pada perkataan Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat (Hadist).
b. Pengembangan Staf
Progam pengebangan staf bertujuan agar para konselor atau
guru bimbingan dan konseling memiliki kompetensi sebagai faktor
penunjang keterlaksananya layanan bimbingan kelompok berbasis
Islam, antara lain sebagai berikut :
a) Karakteristik konselor bimbingan konseling berbasis Islam harus
orang yang beriman (muslim).
b) Memahami konsep dasar dari bimbingan kelompok.
b. Tahap Pembentukan
Tahapan ini disebut juga tahapan kedua dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok berbasis Islam. Anggota kelompok yang sudah saling
berinteraksi dan saling mengenal pada tahap pra-kegiatan baik dengan
sesama anggota kelompok maupun kepada pemimpin kelompok lebih
memperdalam pengenalannya (memperkenalkan nama) dan masing-
masing anggota kelompok melibatkan diri secara penuh pada tahap
pembentukan ini.
c. Tahap Peralihan
Pada tahapan ini peranan pemimpin kelompok sangkatlah penting
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
sudah terjadi. Kemudian dari pada itu juga pemimpin kelompok harus
benar-benar memperhatikan masing-masing anggota kelompok apakah
Bimbingan Kelompok Religius 84
dari masing-masing anggota kelompok sudah benar-benar siap untuk
memasuki tahap selanjutnya yakni tahap kegiatan, yang merupakan inti
dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam. Tahap
peralihan ini merupakan tahap mengalihkan kegiatan awal kelompok
kebagian berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap peralihan ini yakni
memotivasi anggota kelompok secara tulus, ikhlas dan halus agar anggota
kelompok merasa bahwa dirinya benar-banar diperhatikan dan hendak
benar-benar dibantu oleh pemimpin kelompok. Selain itu juga motivasi
dari pemimpin kelompok kepada anggota kelompok ini agar supaya
anggota kelompok benar-benar siap dan mantap untuk memasuki tahap
inti dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman yakni
tahap kegiatan.
Peranan pemimpin kelompok selanjutnya kepada anggota kelompok
yakni menanyakan atau melakukan tanya jawab kepada anggota
kelompok apakah anggota kelompok benar-benar siap, mengerti alur/ tata
cara pelaksanaan serta menanyakan tentang kepemahaman anggota
kelompok akan peranan-nya dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok
berbasis Islam. Bentuk motivasi dalam bimbingan kelompok religius
keislaman ini adalah penyampaian ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dapat
mendongkrak motivasi anggota kelompok dalam kesiapannya mengikuti
tahap selanjutnya (tahap kegiatan) dalam kegiatan kelompok.
Secara terperinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahapan peralihan ini ialah sebagai berikut :
Bimbingan Kelompok Religius 85
1. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang akan
ditempuh oleh anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memperhatikan dan mengamati dinamika
kelompok yang ada dalam kegiatan bimbingan kelompok apakah
sudah berjalan dengan baik.
3. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok
apakah masing-masing dari anggota kelompok sudah benar-benar
siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam bimbingan
kelompok berbasis Islam.
4. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat Al-
Qur‘an ataupun Hadist yang dapat mendongkrak motivasi anggota
kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam layanan
bimbingan kelompok berbasis Islam.
5. Pemimpin kelompok memberikan penjelasan dampak positif dari
keikutsertaan anggota kelompok dalam layanan bimbingan
kelompok, hal ini dilakukan apabila pemimpin kelompok masih
melihat keraguan dari anggota kelompok.
6. Pemimpin kelompok harus benar-benar memperhatikan kesiapan
dari masing-masing individu dalam anggota kelompok agar
dinamika kelompok berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati.
Tujuan dalam tahap peralihan ini antara lain adalah (1) terbebasnya
anggota kelompok dari sikap enggan, ragu, malu, atau saling tidak
percaya, (2) suasana kelompok dan kersamaan semakin terrjalin dengan
d. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok berbasis Islam. Pada tahapan ini juga pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama membahas
topik/tema yang ditelah ditetapkan oleh pemimpin kelompok untuk
dibahas dalam kegiatan kelompok. Selain itu juga pembahasan secara
mendalam dan bersama-sama baik dari pemimpin kelompok maupun
anggota kelompok, tentang konflik-konflik yang dihadapi oleh masing-
masing anggota kelompok berkenaan topik yang dibahas pada tahap
kegiatan ini.
Tahap kegiatan ini mempunyai tujuan yakni, terbahasnya isi topik
yang telah dikemukan oleh pemimpin kelompok secara mendalam dan
tuntas. Keikut sertaan dan keaktifan anggota kelompok pada tahap ini
menentukan tercapainya tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman ini. Pada tahap ini juga perlu diperhatikan
bahwasanya pemimpin kelompok tidak hanya melihat dinamika kelompok
yang terjadi pada kegiatan ini, namum lebih dari itu pemimpin kelompok
juga ikut serta dalam kegiatan kelompok/ memberi penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh anggota
kelompok, khususnya keikutsertaan secara aktif dan dinamis para anggota
kelompok dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota
kelompok.
Bimbingan Kelompok Religius 87
Pada tahap kegiatan ini pula untuk alokasi waktu tentu berbeda
dengan tahap-tahap yang lain. pada tahap kegiatan ini memerlukan
alokasi waktu yang cukup lama, karena dalam tahap kegiatan ini tidak
hanya membahas suatu topik secara umum saja namun membahas topik
secara mendalam dan menyeluruh serta membahas secara tuntas. Pada
tahap kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman ini juga pemimpin
kelompok bisa menggunakan beberapa variasi perlakuan (treatment) agar
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam, anggota
kelompok tidak jenuh dan bosan, sealain itu juga untuk menghindari
kegiatan yang monoton. Variasi perlakuan (treatment) tersebut antara lain
: Ceramah dan halaqah, Film Strip, Stroy Telling dan Diskusi, Fun Game,
serta Sosiodrama. Panduan pelaksanaan tretment model ini berada di
dalam lampiran model hipotetik ini.
Secara terpirinci yang dilakukan oleh konselor (pemimpin kelompok)
pada tahap kegiatan ini ialah, sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok mengemukan suatu permasalahan atau topik
antaranya sebagai berikut :
Pertemuan Ke Materi
1 Berbakti Kepada Orang Tua
2 Sosok Utuh Pribadi Muslim
3 Kisah Teladan Anak Soleh
4 Moral. Etika, dan Ahklaq
5 Adab Berkomunikasi Dalam Islam
6 Berdiskusi Dalam Berkeluarga
7 Kesederhanan dan Tolaransi Dalam
Berkeluarga
8 Kesopan Santunan Dalam Berkomunikasi
e. Tahap Evaluasi
Setelah tahapan kegiatan terlalui selanjutnya masuk pada tahap
evaluasi, pada tahap ini konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok
mengevaluasi kegiatan menjadi dua yakni evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Pada tahap evaluasi proses pemimpin kelompok menganalisa
proses yang telah terjadi dalam kegiatan kelompok dari tahap pra-
kegiatan sampai kepada tahap inti kegiatan. Evaluasi proses ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
terjadi pada tahap awal sampai tahap kegiatan, serta untuk melihat
Bimbingan Kelompok Religius 89
peluang dan tantangan untuk menyikapi pertemuan berikutnya, sehingga
untuk pertemuan berikutnya pemimpin kelompok bisa lebih memantabkan
diri agar anggota kelompok benar-benar merasakan manfaat yang didapat
dari keikutsertaan anggota kelompok dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok berbasis Islam.
Pada tahap evaluasi hasil ini pemimpin kelompok melihat dan
menganalisa sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota
kelompok dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan masing-
masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman materi yang
dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap kegiatan. Selain itu juga
untuk melihat dampak dari pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
dalam hal ini terkait dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua yang tadinya buruk menjadi baik.
Secara terpirinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahap evaluasi ini, yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang
telah dilalui mulai dari tahap awal hingga tahap kegiatan.
2. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap proses
terlaksanaanya kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman
mulai tahap awal hingga tahap kegiatan untuk melihat faktor
pendukung dan faktor penghambat sebagai referensi untuk
melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya.
3. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi hasil untuk menganalisa
sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 90
dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan
masing-masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman
materi yang dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap
kegiatan. Selain itu juga untuk melihat dampak dari pelaksanaan
kegiatan bimbingan kelompok.
f. Tahap Pengakhiran
Pada tahap penutup ini pemimpin kelompok menutup sesi
pertemuan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam. Pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama berdoa kepada
Allah SWT agar mendapatkan rahmat dan hidayah dari proses yang telah
dilalui dan memohon selalu perlindungan-Nya. Pemimpin kelompok
membicarakan atau mengajur jadwal pertemuan selanjutnya kepada
anggota kelompok seraya mengantarkan anggota kelompok keluar pintu
ruangan bimbingan kelompok.
Secara terperinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahap pengakhiran ini, yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok mengemukan bahwa kegiatan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman akan diakhiri.
2. Pemimpin kelompok melakukan refleksi sebagai penguatan
terhadap materi layanan yang telah disampaikan, agar para
anggota kelompok benar-benar mengamalkan atau
mengimplementasikan pemahaman terhadap materi layanan yang
telah disampaikan.
Bimbingan Kelompok Religius 91
3. Pemimpin kelompok menyimpulkan materi layanan dan hasil
diskusi secara keseluruhan.
4. Pemimpin kelompok mengucapkan terimakasih kepada perserta
layanan yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan
kelompok berbasis Islam.
5. Pemimpin kelompok bisa menanyakan pesan dan kesan kepada
anggota kelompok terhadap terlaksananya layanan bimbingan
kelompok religius keislaman dari tahap awal hingga tahap akhir.
6. Pemimpin kelompok menawarakan dan berdiskusi tentang kegiatan
yang akan dilakukan selanjutnya kepada anggota kelompok yang
sekiranya anggota kelompok dapat berhadir. Kegiatan ini
digunakan supaya konselor/ guru bimbingan dan konseling mampu
merencanakan kegiatan dan mepersiapakan materi yang akan
dibahas dalam kegiatan kelompok.
7. Pemimpin dan anggota kelompok berdoa secara bersama-sama.
c. Pertemuan Pertama
A. Topik pembahasan : Berbakti kepada orang tua
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 104
E. Metode/ Teknik : Ceramah
F. Tujuan Layanan :
1. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa berbakti
kepada orang tua itu penting.
2. Agar anggota kelompok mampu mematuhi perintah orang tua
dalam kegiatan yang positif.
3. Agar anggota kelompok mampu mendengarkan nasehat yang
positif dari orang tua .
4. Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua.
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak berkata kasar/keji
G. Materi layanan :
1. Esensi berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam.
2. Jasa orang tua terhadap anak.
3. Beberapa tindakan berbakti kepada orang tua.
4. Keutamaan berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam.
5. Balasan berbakti kepada orang tua.
H. Sasaran layanan : siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
d. Pertemuan Kedua
A. Topik pembahasan : Sosok Utuh Pribadi Muslim
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Film Strip
F. Tujuan Layanan :
1. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa berbakti
kepada orang tua itu penting
2. Agar anggota kelompok mampu mematuhi perintah orang tua
dalam kegiatan yang positif
3. Agar anggota kelompok mampu mendengarkan nasehat yang
positif dari orang tua
4. Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak berkata kasar
G. Materi layanan :
1. Memberikan informasi berkenaan sosok utuh pribadi muslim
2. Aspek-aspek kepribadian manusia
3. Pembentuakan kepribadian muslim melalui sekolah
Bimbingan Kelompok Religius 109
4. Memberikan informasi berkenaan ciri kepribadian muslim
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
Bimbingan Kelompok Religius 110
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
d. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar—
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan kedua.
b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.
e. Pertemuan Ketiga
A. Topik pembahasan : Kisah teladan seorang muslim
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : story telling
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang baik terhadap
orang tua maupun lebih tua
2. Agar anggota kelompok memiliki kesederhanaan diri ketika
berbicara kepada orang tua maupun lebih tua (tidak sombong)
3. Agar anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah
lembut kepada orang tua maupun lebih tua
4. Agar anggota kelompok mampu untuk berkata jujur dan memiliki
kepribadian yang jujur
f. Pertemuan Keempat
A. Topik pembahasan : Etika, Moral, dan Akhlaq
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Discution and Feed-back
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang baik terhadap
orang tua maupun lebih tua
2. Agar anggota kelompok memiliki kesederhanaan diri ketika
berbicara kepada orang tua maupun lebih tua (tidak sombong)
3. Agar anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah
lembut kepada orang tua maupun lebih tua
g. Pertemuan Kelima
A. Topik pembahasan : Adab berkomunikasi dalam islam
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Halaqah
F. Tujuan Layanan :
h. Pertemuan Keenam
A. Topik pembahasan : Berdiskusi dalam keluarga
Bimbingan Kelompok Religius 125
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu mengutamakan kepentinngan
orang lain ketimbang kepentingan pribadi
2. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak membentak orang
tua ketika sedang emosi
3. Agar anggota kelompok memiliki perilaku yang baik (tidak
berbisik-bisik ketika didepan orang tua)
4. Agar anggota kelompok mampu untuk berbicara sesuai dengan
pemahaman orang tua
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak banyak mendebat
orang tua
6. Agar anggota kelompok memahami bahwa ketika ada orang tua
menghapiri maka berdiri untuk menghormatinya
G. Materi layanan : Akhir Semester (tesk drama)
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
i. Pertemuan Ketujuh
A. Topik pembahasan : Kesederhanaan dan toleransi dalam
keluarga
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu ketika orang tua memanggil
maka langsung menghampirinya
2. Agar anggota kelompok mampu memuliakan kerabat, keluarga
ketika ia masih hidup atau setelah meninggal
3. Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan simpati
4. Agar anggota kelompok memiliki perilaku santun terhadap orang
tua
j. Pertemuan Kedelapan
A. Topik pembahasan : Kesopan santunan dalam berkomunikasi
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 134
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu ketika orang tua memanggil
maka langsung menghampirinya
2. Agar anggota kelompok mampu memuliakan kerabat, keluarga
ketika ia masih hidup atau setelah meninggal
3. Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan simpati
4. Agar anggota kelompok memiliki perilaku santun terhadap orang
tua
5. Agar anggota kelompok mampu membungkukkan badan ketika
berselisihan dengan orang tua
6. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak duduk membelakangi
orang tua
7. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak memotong
pembicara orang tua maupun lebih tua
G. Materi layanan : Dompet yang hilang (teks drama)
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi terhadap orang tua rendah
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
Al-Fauzan, Abdul Aziz. Fikih Sosial Tuntutan & etika Hidup Bermasyarakat.
Jakarta: Qisti Press.
Hamid, Syamsul Rijal. 2009. Mutiara Hadist, Seputar Masalah Etika. Bogor:
Cahaya Salam.
Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk
Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ulwan, Abdullah Nashih. 2015. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak
Dalam Islam). Sukoharjo: Al-Andalus.
Winkel, WS. & Hastuti, Sri. 2012. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Bimbingan Kelompok Religius 144
KISI-KISI SKALA PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI SISWA TERHADAP ORANG TUA
A. Petunjuk Umum
1. Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk mengisi pernyataan
tersebut dengan memberi tanda (√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan
tanpa ada yang terlewatkan.
2. Gunakanlah lembar jawaban yang telah disediakan untuk mengisi skala psikologis ini.
3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada hanya sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai, atau, sangat tidak sesuai dengan diri anda. Oleh sebab itu jawablah sendiri tanpa
melihat pekerjaan teman saudara.
4. Apapun yang anda isi dalam skala ini akan dijaga kerahasiaannya, dan tidak memberikan
pengaruh buruk pada hasil belajar anda.
B. Petunjuk Khusus
Berikan tanggapan terhadap semua pernyataan yang tercantum dalam daftar pernyataan di
bawah ini dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu kolom dibawah ini:
SS : Jika pernyataan yang dikemukan Sangat Sesuai
S : Jika pernyataan yang dikemukan Sesuai
TS : Jika pernyataan yang dikemukan Tidak Sesuai
STS : Jika pernyataan yang dikemukan Sangat Tidak Sesuai
CONTOH :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya selalu mengucapkan Alhamdulillah setelah √
selesai mengerjakan tugas
Jika anda merasa bahwa diri anda SANGAT SESUAI karena anda selalu mengucapkan Alhamdulillah
setelah selesai mengerjakan tugas maka berilah tanda (√) pada kolom (SS).
SELAMAT MENGERJAKAN
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saat masuk rumah, saya tidak mengucapkan
salam
2 Selalu menjawab salam ketika ayah pulang
berkerja
3 Ketika ibu memanggil, saya menjawab dengan
suara pelan
4 Berdebat jika tidak sependapat dengan orang tua
5 Menghargai dan mendengarkan nasehat orang tua
6 Mengerjakan perintah yang ibu berikan
7 Menutupi kesalahan saya dari orang tua saya
8 Menjawab dengan apa adanya ketika orang tua
bertanya
9 Mengakui kesalahan yang saya perbuat di depan
ayah atau ibu
10 Menunda pekerjaan yang diperintahkan ayah atau
Bimbingan Kelompok Religius 148
No Pernyataan SS S TS STS
ibu
11 Memotong pembicaraan apabila tidak sependapat
dalam diskusi keluarga
12 Mendengarkan nasehat orang tua hingga selesai
13 Menjawab panggilan ayah atau ibu dengan suara
keras
14 Saya tidak pernah membentak orang tua
15 Pamit setiap mengakhiri pembicaraan dengan
orang tua
16 Mengerjakan kepentingan saya terlebih dahulu,
baru mengerjakan perintah orang tua
Berjanji bersedia mengikuti serta berpartisipasi aktif dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok yang diberikan oleh pemimpin kelompok
Tempat, tanggal-bulan-tahun
Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana
(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………
Tempat, tanggal-bulan-tahun
Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana
(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………
2. Hal-hal atau pemahaman baru apakah yang anda peroleh dari layanan tersebut?
4. Hal-hal apa yang akan anda lakukan setelah mengikuti layanan terebut?
5. Apakah layanan yang anda ikuti berkaitan langsung dengan masalah yang anda alami?
a. Apabila ya, keuntungan apa yang anda peroleh?
6. Tanggapan, saran, pesan, atau harapan apa yang ingin anda sampaikan kepada pemberi layanan?
Tempat, Tanggal-Bulan-Tahun
Yang Menyatakan,
Tanda Tangan
(Nama........................................)
Tempat, tanggal-bulan-tahun
Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana
(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua/ lebih tua memerlukan topik/ materi yang berkaitan dengan
masalah dan kondisi serta karakter siswa.
A. Pertemuan Pertama
1. Topik Pembahasan : Berbakti Kepada Orang Tua
2. Teknik : Ceramah
3. Materi : Konsep Dasar Berbakti Kepada Orang Tua
4. Uraian Materi :
Kita semua pasti memiliki orang tua, baik yang masih dapat kita kecup tangannya
ataupun yang sudah tiada. Ibu bapak yang nun jauh di sana ataupun yang kita mintai izin
setiap harinya. Telah jelas bahwa kedua orang tua sangat berjasa kepada kita. Betapa banyak
pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita. Mulai dari kita kecil hingga sekarang. Mereka
mengorbankan raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Sudah sepatutnya kita menempatkan
mereka pada kedudukan yang semestinya. Islam telah mengatur segala hal termasuk
menjunjung hak-hak kedua orang tua kita dan mengajarkan untuk berbuat baik pada keduanya.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman dalam kitab-Nya yang agung: Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ―ah‖ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: ―Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil‖. (QS. Al-Israa‘: 23-24)
Dari ayat di atas kita tahu bahwa Allah `azza wa jalla memerintahkan kita untuk berbakti
pada keduanya dengan berbuat baik kepada mereka. Allah menggandengkan perintah berbuat baik
pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. Hal ini menandakan betapa pentingnya berbuat
baik pada keduanya. Karena tauhid adalah pokok utama agama ini yang terpenting. Sesuatu
yang digandengkan dengan perintah bertauhid tentu adalah sesuatu yang penting.
Pengertian “birru al-walidain”
Kata al birr artinya adalah kebaikan, berdasarkan sabda beliau shalallahu `alaihi wa sallam:
…ال خ لق حسن ال بر
―Al birr adalah baiknya akhlaq.‖ (HR Muslim No. 1794)
Sedangkan al `uquuq yaitu kejelekan dan menyianyiakan hak, yang merupakan lawan dari
kalimat al birr.
Begitu juga bapak kita yang berusaha untuk menghidupi kita dan menguatkan kita dari sejak
kita kecil hingga menjadi kita yang sekarang. Bapak juga berusaha mendidik dan mengarahkan
kita dari kecil yang ketika itu kita tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang merugikan dan
bermanfaat untuk diri kita sendiri. Oleh sebab itu Allah memerintahkan seorang anak untuk
berbuat baik dan berterima kasih pada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah ta`ala:
―Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.‖(QS. Luqmaan: 14)
B. Pertemuan Kedua
1. Topik Pembahasan : Sosok Utuh Pribadi Muslim
2. Teknik : Film Strip
3. Materi : Pribadi Muslim Yang Baik dan Buruk
Setiap madrasah atau sekolah yang beridentitas Islam, ingin mengantarkan peserta didiknya
menjadi anak sholeh-sholikhah atau berkepribadian Islami. Hanya saja, betapa beratnya tugas ini
harus diemban. Sebab, ternyata belum semua lulusan lembaga pendidikan yang beridentitas Islam
tersebut mampu melahirkan lulusan yang diidamkan. Walaupun ini baru sebatas informasi, tidak
sedikit orang tua mengeluhkan anaknya lantaran perilakunya kurang menggembirakan. Padahal ia
sudah menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan Islam. Beban berat ini, kiranya tidak
terlalu sulit dipahami, sebab betapa kompleknya lingkungan di luar kehidupan keluarga dan sekolah
pada saat ini. Sekalipun di sekolah dan juga di lingkungan keluarga telah dibiasakan berperilaku
santun, tetapi ternyata di luar kedua lingkungan itu anak memperoleh contoh kehidupan yang
berlawanan dengan nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah atau di keluarga. Problem inilah yang
saat ini dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam atau madrasah.
Pendidikan yang diharapkan pada era global sekarang ini ialah pendidikan yang dapat
mendorong manusia yang memiliki pemikiran cepat dan kreatif dalam memahami pesan-pesan
kemanusiaan Islam secara benar dan realistik. Benar, karena ia tetap berada dalam kawalan iman,
realistik, karena ia berpijak di atas bumi kenyataan pada abad informasi ini. Jalan untuk mendekati
tujuan ini adalah dilakukan dengan mengkaji ulang Islam secara komprehenshif dan bertanggung
jawab terus menerus untuk memperoleh konsep-konsep kunci bagi penyelesaian masalah-masalah
mendasar yang sedang dihadapi
C. Pertemuan Ketiga
1. Topik Pembahasan : Kisah Teladan Seorang Muslim
2. Teknik : Story Telling
3. Materi :
Kisah Pemuda Beribu Bapak Babi
Nabi Musa AS adalah satu-satunya Nabi yang sering berbicara dengan Allah SWT setiap kali dia
hendak bermunajat. Nabi Musa akan naik ke bukit Tursina, di atas bukit itu dia akan berbicara dengan
Allah SWT. Nabi Musa akan bertanya dan Allah SWT akan menjawab pada waktu itu juga, inilah
kelebihan yang tidak ada pada Nabi-Nabi yang lain.
Suatu Hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah SWT, ―Ya Allah siapa orang di surga nanti
yang akan berjiran dengan ku?‖. Allah SWT pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu,
Bimbingan Kelompok Religius 166
kampung serta tempat tinggalnya. Setalah terjawab pertanyaan tersebut turunlah Nabi Musa dari bukit
Tursina dan terus berjalan mengikuti petunjuk yang Allah SWT berikan, setlah beberapa hari perjalan
akhirnya sampai juga Nabi Musa ketempat yang sudah diberitahukan, dengan pertolongan beberapa
penduduk di kampung tersebut. Beliau (Nabi Musa AS) bertemu dengan orang tersebut, setalah
memberi salam beliau dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu. Tuan rumah itu tidak melayani
Nabi Musa, dia malahan masuk dan melakukan sesuatu di ruangan dalam rumah tersebut, setelah itu
dia keluar membawa seekor babi betina besar, babi tersebut dituntunnya dengan penuh perasaan.
Nabi Musa AS pada saat itu terkejut melihatnya, ―Apa hal ini‖ kata Nabi Musa di dalam hati penuh
keheranan.
Babi tersebut dimandikan dan dibersihkan dengan baik, kemudian babi tersebut dilap sampai
kering serta dipeluk dan dicium oleh orang tersebut kemudian diantarkan kembali kedalam suatu
ruangan. Tidak berlangsung lama orang tersebut kemudian membawa babi jantan yang lebih besar
keluar ruangan tersebut, kemudian orang tersebut memandikannya hingga bersih dan dilapnya hingga
kering serta dicium dan dipeluk dengan penuh kasih sayang oleh orang tersebut, babi tersebut
diantarkan kembali oleh orang tersebut kedalam ruangan di dalam rumah. Setelah selesai barulah
pemuda tersebut melayani Nabi Musa AS. Kemudia Nabi Musa bertanya kepada orang tersebut ―wahai
saudara! Apa agama kamu?‖, ―aku agama tauhid, jawab orang itu agama islam‖. Kemudian Nabi Musa
mengatakan ―habis, mengapa kau membela babi tersebut, kita tidak boleh berbuat seperti itu‖ kata
Nabi Musa AS.
―Wahai tuan hamba‖, kata orang tersebut, ―sebenarnya kedua babi tersebut ialah orang tua
kandungku oleh karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah SWT telah menukar rupa
mereka menjadi babi yang hodohrupanya. Soal dosa mereka dengan Allah SWT itu soal lain, itu
urusanya dengan Allah SWT, aku sebagai anak tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Hari-
hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku sepertimana yang tuan hamba lihat tadi, walaupun rupa
mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku sebagai anak‖. Sambung orang tadi.
―Setiap hari aku berdoa kepada Allah SWT agar rupa kedua orang tua kembali seperti sedia kala, akan
tetapi Allah SWT belum mengabulkan doaku untuk orang tuaku‖ tambah orang itu lagi.
Maka ketika itu Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS, ― Wahai Musa, inilah orang
yang akan berjiran denganmu disurga nanti, hasil bakti orang ini kepada kedua orang tuanya. Ibu
bapak yang rupanya sudah buruk seperti babi tetap dia berbakti. Oleh sebab itu kami naikan maqam
nya sebagai anak sholeh disisi kami‖. Kemudian Allah SWT berfirman layang bermaksud : ―oleh karena
dia telah berda dimaqam anak sholeh disisi kami, maka kami angkat doanya. Tempat kedua orang
tuanya di neraka kami pindahkan kedalam surga‖.
D. Pertemuan Keempat
1. Topik Pembahasan : Etika, Moral, dan Akhlak
2. Teknik : Discution and Feed-Back
3. Materi :
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal
pikiran manusia. (Daud Ali, 2008) Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan
buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Berbeda
dengan etika dan moral, akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan buruk dengan
ukuran wahyu atau al Qur‘an dan hadits.
Persoalan baik (al husnu) dan buruk (al khutb) telah menjadi perdebatan sejak era awal
kebangkitan Islam. (Kahar, tt) Pada era itu kaum Mu‘tazilah berpandangan bahwa ukuran baik dan
buruk adalah ditentukan oleh akal manusia. Manusia memiliki kualitas akal yang menyebabkannya
mampu bahkan menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Berbeda dengan aliran Mu‘tazilah,
aliran Ahlu Sunnah berpandangan bahwa ukuran tentang al husnu dan al khutb adalah ditentukan oleh
wahyu, bukan oleh akal atau rasio manusia. Memang Allah telah mengkaruniai manusia dengan
kualitas akal, akan tetapi akal tersebut terbatas hanya mampumengenal hal-hal yang kongkrit, sesuatu
yang bisa dinalar (rasional).
Masalah perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela adalah wilayah kajian akhlak. Akhlak
merupakan barometer yang menyebabkan seseorang mulia dalam pandangan Allah dan manusia.
Akhlak adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dan diperankan
oleh seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak yang terpuji
E. Pertemuan Kelima
1. Topik Pembahasan : Adab Berkomunikasi Dalam Islam
2. Teknik : Halaqah
3. Materi :
Berbicara (talk) merupakan karunia luar biasa yang diberikan Allah SAW kepada seluruh
manusia. Berbicara bukanlah hal yang sulit. setiap hari kita berbicara, setiap hari kita berkomunikasi.
Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur lagi kita sering berbicara dan berkomunikasi. Bahkan sejak
lahir kita sudah berbicara. Menangis, tertawa, teriak adalah bentuk berbicara yang telah kita lakukan
sejak bayi. Ketika kita berdoa, misalanya, sesungguhnya kita sedang berbicara dengan Allah SAW.
Berbicara dan berkomunikasi adalah kebutuhan setiap insan. Oleh sebab itu, bicara dan
komunikasi yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman akan membawa dampak positif serta
mendatangkan beragam kebaikan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Dan sebaliknya,
kesalahan dalam berbicara dan berkomunikasi akan membawa dampak negatif yang sangat besar baik
dalam tatanan kehidupan bernegara, bermasyarakat maupun keluarga. Betapa banyak konflik yang
terjadi antar desa, karyawan dengan atasannya karena perkataan dan tidak adanya komunikasi yang
baik.Tidak sedikit problema dalam rumah tangga muncul disebabkan oleh kata-kata dan kurangnya
komunikasi antar pasangan. Dan berapa banyak masalah antara anak dan orang tuanya timbul
disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang baik.
F. Pertemuan Keenam
1. Topik Pembahasan :Berdiskusi Dalam Keluarga
2. Teknik : Sosiodrama
3. Materi :
“ Akhir Semester ”
Pada topik layanan keenam ini berisikan tentang dialog nyata yang diperankan oleh beberapa
perserta didik mengenai berdiskusi dalam keluarga. Pada materi yang ada dalam dialog ini berdiskusi
berkenaan dengan kejujuran dan kesopanan yudi mengenai nilai hasil ujian di akhir semester yudi
yang kurang memuaskan, kemudian anggota keluarga mendiskusikan dan mencari solusi agar nilai
yudi menjadi baik. Berikut dibawah ini disajikan dialog sosiodrama :
Ayah : Sudah lah bu, tidak usah mengkhawatirkan hal-hal yang seperti itu secara berlebihan.
Ibu : Iya yah ibu tahu,tapi kan ini perlu kita pertanyakan. Bagaimana kita bias tahu keadaan sekolah
anak-anak kita kalau kita tidak memperhatikanya.
Ayah : Baik lah kalau begitu coba kau panggil rahmat,neneng dan yudinya kemari.
Ibu : Baik yah. Rahmat,neneng,yudi.. coba kemari ada yang ingin ibu dan ayah tanyakan kepada
kalian.
Rahmad : Iya bu..
Ayah : Coba kalian duduk disini.
Bimbingan Kelompok Religius 175
Neneng : Ada apa ibu,ayah kami jadi dipanggil keruang tamu.
Yudi : Iya bu,ada apa ini kami dipanggil kesini?.kami jadi merasa penasaran ada apa ini.
Ayah : Tidak ada apa-apa nak. Begini ibumu hanya mau bertanya bagaimana keadaan sekolah
kalian.. Cuma itu saja
Neneng : Oohh.. kami kira ada apa..
Ibu : Begini,ibu dengar-dengar tahun ajaran kan mau habis.jadi ibu mau bertanya bagaimana nilai
sekolah kalian semester ini.
Neneng : Alhamdulillah bu kalau nilai neneng masih baik,bahkan neneng masuk lima besar nilai trbaik
dikelas.
Ibu : Bagus kalo begitu ibu jadi bangga kalo anak ibu termasuk orang yang pintar di kelas
nya.pertahankan itu jangan sampai nilaimu menurun.
Neneng : Baik bu,saya akan selalu belajar dengan giat.neneng tidak mau mengecewakan ibu dan
ayah.
Ayah : Nah,itu baru anak ibu dan ayah..
Ibu : Kalo Rahmad bagaimana nilai kamu disekolah mad?
Rahmad : Alhamdulillah bu nilai rahmad juga baik.. masih bias bersaing dengan kawan-kawan
rahmad di kelas.. walaupun tidak termasuk lima besar seperti kak neneng tapi rahmad masih masuk
sepuluh besar dikelas.
Ibu : Sukurlah kalau bagitu.tapi jangan lupa terus rajin belajar mad supaya bias seperti kakamu
neneng.
Rahmad : Iya bu,saya akan selalu berusaha sebaik mungkin.
Kakek : Wah,lagi berkumpul disini ya ternyata.
Nenek : Iya.nenek kira sudah tidur semua cucu-cucu nenek.
Neneng : Belum nek,kami lagi membicarakan masalah sekolah kami.
Kakek : Klau begitu lanjutkan perbincangan kalin.kakek dan nenek disini ikut mendengarkan.
Ibu : Nah,berhubung ada kakek dan nenek yang sudah siap mendengarkan ayo sekarang giliran yudi
yang bercerita tentang keadaan nilainya disekolah.
Ayah : Iya,ayo yudi sekarang giliran kamu bercerita.
Yudi : Eee.. yudi malu bu bercerita hasil-hasil nilai yudi di kelas
Ibu : Kenapa yudi jadi malu?
Yudi : Nilai saya rendah bu dibanding kak neneg dan kak rahmad.
Ayah : Kenapa bisa bagitu yud?
Rahmad : Yudi malas belajar yah,saya lihat kerjaanya hanya bermain saja.
Neneng : Rahmad,kamu jangan seperti itu kasian dia akan semakin terpojok nantinya.
G. Pertemuan Ketujuh
1. Topik Pembahasan : Kesederhanaan dan Toleransi Dalam
Keluarga
2. Teknik : Sosiodrama
H. Pertemuan Kedelapan
1. Topik Pembahasan : Kesopan Santunan Dalam Berkomunikasi
2. Teknik : Sosiodrama