Anda di halaman 1dari 194

i

BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS


(Pendekatan Alternatif Membentuk Karakter Anak Islami)

Akhmad Rizkhi Ridhani, M.Pd

LP2M UNISKA MAB

i
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagaian atau seluruhan isi
buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapatkan izin tertulis dari
penerbit.
©Copyrigt, 2017
Judul Buku : Bimbingan Kelompok Religius (Pendekatan
alternatif Membentuk Karakter Anak Islami)
Penulis : Akhmad Rizkhi Ridhani, M.Pd
Desain Sampul : Ahmad Habibi
Perwajahan Isi : Yulianoor
Penerbit : LP2M UNISKA M A B
Cetakan Pertama : 18 Januari 2017
ISBN : 978-602-71393-7-4

ii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan manusia secara lahir dalam
kedaaan suci (fitrah). Sebagaimana manusia yang diciptakan oleh Allah
SWT tentunya kita harus selalu taat kepada-Nya, menjauhi segala laranga-
Nya, serta mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya sebagai ungkapan
rasa syukur kita kepada yang Maha Segala-galanya. Namun ketika kita
melihat fenomena yang terjadi saat ini sungguh miris hati kita, karena
fenomena yang terjadi saat ini jauh dari apa yang diperintahkan-Nya.
Sebagai salah satu contoh nyata yang terjadi saat ini ialah adab atau
perilaku etik anak terhadap orang tua yang jauh dari apa yang telah
ditetapkan-Nya dalam Al-Qur‘an sebagai pedoman hidup manusia dimuka
bumi. Anak saat ini sangat berani melawan orang tua baik secara verbal
(ucapan) maupun non verbal (tingkah laku), bahkan ada yang sampai
tega membunuh orang tua kandung mereka sendiri.
Pendidikan formal merupakan salah satu jalur untuk membentuk
kepribadian anak agar menjadi seorang anak memiliki akhlaq mulia sesuai
dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1
Butir No 1. Buku panduan ini hadir ditangan anda tentunya untuk
menjawab fenormena yang terjadi saat ini khususnya untuk menangani
perilaku etik berkomunikasi anak terhadap orang tua. Buku panduan ini
disusun bagi para praktisi bidang bimbingan dan konseling di jalur formal,
namun tidak menutup kemungkinan buku panduan ini diimplementasikan
di jalur non formal. Isi buku panduan ini disusun berdasarkan hasil
penelitian tentang bimbingan kelompok berbasis religius untuk
meningkatkan perilaku etik berkomunikasi anak terhadap orang tua. Selain
itu pula isi buku panduan ini didasarkan atas pengkajian mendalam
terhadap Al-Qur‘an dan Hadist yang menjadi pondasi utama dalam
penyusunan buku panduan ini.
Buku panduan ini merupakan tulisan awal yang akan terus
berkembang agar mencapai tingkatan kedalaman dan keluasan yang
iii
memadai sebagai sumber belajar. untuk itu, maka koreksi, komentar, dan
saran bagi pembaca sangat diharapkan untuk kepentingan pengembangan
dan penyempurnaannya. Sekecil apapun bentuknya akan sangat
dimanfaatkan bagi penulis. Buku ini diharapkan dapat menjadi sumber
belajar bagi para praktisi bimbingan dan konseling sekolah, para
mahasiswa, serta masyarakat umum yang memerlukanya dalam
membentuk karakter anak islami.

Banjarmasin, 18 Januari 2017


Penulis

Akhmad Rizkhi Ridhani

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................... i


HALAMAN IDENTITAS............................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... vii

BAB I ESENSI PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI


A. Pengertian Perilaku Etik Berkomunikasi ...................................... 1
B. Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua
Dalam Pandangan Islam ........................................................... 4
C. Fungsi Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua ............. 5
D. Prinsip Perilaku etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua ............. 7
E. Ciri-ciri Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua
Dalam Pandangan Islam ........................................................... 9
F. Faktor Penyebab Kurangnya Perilaku Etik Berkomunikasi
Terhadap Orang Tua ................................................................ 19
G. Membangun Kepribadian dan Pembentukan Akhalak Anak .......... 23

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS


A. Pengertian Bimbingan kelompok religius keislaman ..................... 28
B. Prinsip Bimbingan kelompok religius keislaman........................... 32
C. Tujuan Bimbingan kelompok religius keislaman .......................... 35
D. Komponen Bimbingan kelompok religius keislaman ..................... 39
E. Asas-asas Bimbingan kelompok religius keislaman ...................... 45
F. Tahapan Bimbingan kelompok religius keislaman ........................ 47

BAB III MODEL BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS UNTUK


MEMBENTUK KARAKTER ANAK ISLAMI
A. Rasional .................................................................................. 58
B. Visi dan Misi ............................................................................ 63
C. Prinsip Bimbingan Kelompok Religius ......................................... 64
D. Tujuan Bimbingan Kelompok Religius ........................................ 67
E. Isi Bimbingan Kelompok Religius ............................................... 71
F. Dukungan Sistem..................................................................... 73
G. Tahapan Bimbingan Kelompok Religius ...................................... 81
v
H. Evaluasi dan Tindak Lanjut ....................................................... 92
I. Materi, Tujuan, dan Teknik ....................................................... 94

BAGIAN IV MANUAL OPRASIONAL BIMBINGAN KELOMPOK


RELIGIUS UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK ISLAMI
A. Analisis Kebutuhan (Need Assessment) ...................................... 102
B. Pertemuan Awal (Kontrak Layanan)........................................... 103
C. Pertemuan Pertama ................................................................. 104
D. Pertemuan Kedua .................................................................... 109
E. Pertemuan Ketiga .................................................................... 113
F. Pertemuan Keempat ................................................................ 117
G. Pertemuan Kelima.................................................................... 121
H. Pertemuan Keenam.................................................................. 125
I. Pertemuan Ketujuh .................................................................. 130
J. Pertemuan Kedelapan .............................................................. 134
K. Evaluasi dan Tindak Lanjut ....................................................... 139
L. Focus Group Discussion (FGD) .................................................. 139

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 142


LAMPIRAN ............................................................................. 145

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Perilaku ........................................................... 145


Lampiran 2. Contoh Lembar Kontrak Layanan ................................ 151
Lampiran 3. Contoh Format Rencana Pelasanaan Layanan (RPL) ..... 152
Lampiran 4. Contoh Format Layanan Segera (Laiseg) ..................... 156
Lampiran 5. Contoh Daftar Hadir Peserta Layanan Bimbingan
Kelompok ................................................................. 157
Lampiran 6. Materi Layanan Bimbingan Kelompok Religius.............. 158

vii
BAGIAN I
ESENSI PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI

A. Pengertian Perilaku Etik Berkomunikasi


Perilaku ialah hal yang tampak dan dapat diamati. Perilaku
merupakan gerakan tubuh, senyum, tawa, menangis, berbicara, anggukan
dan gelengan kepala, dan lain sabagainya. Menurut Skiner (2013: 71)
perilaku merupakan suatu karakteristik utama makhluk hidup. Perilaku
ialah materi subjek yang sulit, bukan karena tidak bisa diamati melainkan
karena perilaku ini merupakan suatu hal yang kompleks tidak bisa dibuat
diam seperti benda yang mati, perilaku terus berubah secara cepat dan
dinamis. Menurut Skiner, Perilaku ini hadir karena adanya stimulus
(rangsangan) terhadap organisme dan kemudian organisme ini merespon
ranggasangan tersebut dan terjadilah perilaku, dalam hal ini disebut teori
S-O-R (Stimulus-Oranisme-Respon).
Perilaku dapat juga disebut sikap, karena sikap merupakan
interprestasi dari perilaku. Azwar (2012:6) sikap merupakan suatu kontrak
multidimensional yang terdiri dari kognisi, afeksi, dan konasi. Setiap
perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang memberi arah
terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya, baik dirasakan maupun tidak
dirasakan. Nurishan & Yusuf (2008:169) sikap adalah kondisi mental yang
relatif menetap untuk merespon biduan, dan sebagainya. Sebagai contoh :
anak merasa senang membaca koran, karena melihat ayahnya suka
membaca koran.

Bimbingan Kelompok Religius 1


Padangan Islam tentang perilaku sangat jelas tertuang dalam Al-
Qur‘an dan Hadist. Perilaku dalam Islam disebut dengan ― Akhlak‖, akhlak
berasal dari bahas arab, bentuk jamak dari kata khuluq yang diartikan
dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Bakran (2010:
616) akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian (fitrah manusia). Akhlak
Nabi Besar Muhammad Rasullulah SAW merupakan sumber nyata/
pedoman dalam berperilaku sehari-hari. Hal ini karena akhlak Rasullulah
SAW merupakan implementasi dari pesan-pesan dari Al-Qur‘an dan
sekaligus indikasi dari eksistensi manusia yang memiliki kesehatan mental
(jiwa) dan spritual yang unggul dan sempurna.
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai dan norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya berkenaan akhlak. Etika dalam kamus ―
Webster New World Dictionary‖ (Usman, 2008 : 13) disebutkan kata ethic
atau ethos dengan ― The characteristics and distuingishing attitude,
habits, believes, etc of an individual or of group‖ yang berarti etika adalah
sikap, kebiasaan atau kepercayaan dan sebagainya dari seseorang atau
kelompok orang yang menjadi ciri pembeda dengan orang atau kelompok
lain. Menurut kamus besar indonesia etik adalah kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Jadi etika itu sebagai ilmu yang
menjadi pegangang seseorang dalam berperilaku, sedangan etik adalah

Bimbingan Kelompok Religius 2


penerapan dari ilmu yang menjelaskan benar salah, baik buruk, sesuai dan
tidak sesuai yang berlaku dalam masyarakat.
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dalam
kehidupan individu untuk saling berinteraksi antar sesama individu.
Komunikasi yang digunakan ada dua macam untuk menjalin hubungan
yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal yaitu
pengucapan secara lisan atau pengucapan rangkaian kata-kata yang
menajadi sebuah kalimat. Sedangakan komunikasi non verbal yaitu
komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau panca indra, sebagai
contoh, kebanyakan orang yang memahami atau mengerti akan suatu hal
yang ia pahami akan menganggukan kepala, atau orang yang tidak
memahami akan suatu hal akan menggelengkan kepala.
Makarao (2010:52) komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari pihak (pemberi pesan) kepada pihak (penerima pesan) melalui
saluran (media) tertentu dengan harapan agar penerima memahami isi
dan makna pesan sebagaimana yang dimaksudkan pihak pemberi pesan.
Mulyana (2004:3) komunikasi adalah proses berbagi makna melalui verbal
dan non verbal, segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan
dua orang atau lebih. Hidayat (2012:1) komunikasi ialah cara pandangan
atau penilaian seseorang terhadap objek. Cara padangan (persepsi)
merupakan bagian dari proses identifikasi atau pelebelan atau pemhaman
terhadap suatu benda atau sifat tertentu.
Beracuan pada uraian yang telah dikemukan mengenai penjelasan
tentang perilaku etik berkomunikasi komunikasi, maka dapat dijelaskan
bahwa perilaku etik dalam berkomunikasi adalah seperangkat
Bimbingan Kelompok Religius 3
aturan/norma mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik sesuai
aturan dan berlaku dalam ruang lingkup masyarakat sekitar. Harapannya
dengan adanya aturan dalam berkomunikasi ini, individu
menjadikan/memiliki suatu komunikasi yang berkualitas, bermakna, dan
tidak menyalahi aturan yang dianut oleh suatu golongan masyarakat
sekitar ruang lingkup individu mereka dalam berinteraksi.

B. Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua dalam


Pandangan Islam
Sangat banyak firman Allah SWT dan Sunah Rasul menyingggung
masalah etik berkomunikasi terhadap orang tua, ada beberapa ayat Al-
qur‘an dan Hadist yang dapat dijadikan individu untuk berperilaku dalam
halnya berkata-kata terhadap orang tua ataupun orang dianggap lebih
tua. Hasbi ((2007:291) berbakti kepada bapak ibu, ialah berbuat ihsan
kepada mereka menyelesaikan segala kewajiban dan tanggung jawab kita
terhadap ibu bapak secara moral maupun finansial. Aziz (2007:234) jiwa
akan penuh dengan rasa cinta kepada orang yang telah berbuat baik
untunya, hati juga selalu bertaut kepada orang yang memperhatikannya,
tidak ada hal yang paling baik dan paling mulai karuniannya setelah Allah
SWT, kecuali orang tua. ―sembahlah Allah dan jangalah engkau
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada
dua orang ibu bapak.‖ (QS.An-Nisa: 36).
Allah SWT berfirman, ―Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandung
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
Bimbingan Kelompok Religius 4
dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku suatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada Ku lah kembalimu, maka ku-beritakan
kepadamu apa yang telah engkau kerjakan.‖ (QS. Luqman: 14-15).
Penjelasan pandangan Islam terhadap perilaku etik berkomunikasi
terhadap orang tua/orang yang lebih tua, dapat dimaknai sebagai
perbuatan yang paling baik, pengorbanan yang paling mulia dan paling
dicintai oleh Allah SWT sekalipun orang tua tersebut berbuat salah atau
menyekutukan Allah, kita sebagai mana anak tetap dan wajib berbakti
kepadanya baik dalam perbuatan maupun perkataan, tunjukanlah akhlak
yang mulia kepada orang tua/yang lebih tua serta buatlah perkataan yang
baik, sopan, lemah lembut agar keduanya merasa bahagia. Perilaku baik
ini merupakan faktor terbesar didapat-nya pahala, kebaikan dan
dihapuskan dosa. Ia juga merupakan salah satu jalan untuk mencapai
keridhaan Allah SWT dan Surga-nya.

C. Fungsi Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua


Komunikasi tentunya memiliki fungsi, menurut Mararao (2010:54)
mengemukan fungsi dari sebuah komunikasi menjadi dua yakni :
1. Fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, menunjukan iktan
orang lain, membangun dan memelihara hubungan.

Bimbingan Kelompok Religius 5


2. Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu pada suatu
saat tertentu.
Hidayat (2012:24) menjelaskan bahwa fungsi komunikasi sebagai
komunikasi sosial setidaknya megisyaratkan bahwa komunikasi itu penting
untuk membangun konsep-konsep diri, mengaktualisasikan diri, dan untuk
kelangsungan hidup. Sutoyo (2013:178) Pandangan Islam mengenai
fungsi dari prilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua adalah agar :
1. Tidak berbicara kasar.
2. Tidak berbicara kebatilan.
3. Tidak mengadu domba.
4. Tidak berbicara kotor
5. Menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata yang tidak
bermanfaat.
6. Tidak menjawab panggilan orang tua dengan perkataan tidak
sopan

Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan fungsi dari perilaku etik


terhadap orang yang lebih tua yakni :
1. Menjaga silaturahmi kepada orang yang lebih tua.
2. Menjalin silaturahmi kepada sesama umat (orang tua/lebih tua).
3. Berkata dengan sebaik-baiknya perkataan (sopan dan santun).
4. Berbicara tentang kebaikan kalau tidak bisa lebih baik diam.
5. Agar tidak terjerumus dalam godaan setan.

Bimbingan Kelompok Religius 6


D. Prinsip Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua
Prinsip merupakan hal yang mendasari seseorang untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu, berdasarkan keyakinan yang seseorang
yakini. Makarao (2010:61-63) didalam komunikasi terdapat beberapa
prinsip agar proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Intention (niat), merupakan suatu hal yang mendasar dari sebuah
komunikasi, kita harus tau apa yang ingin kita sampaikan kepada
orang lain. Kemudian kepada siapa komunikasi ini kita sampaikan,
hal ini akan menambah kepercayaan diri kita dalam
menyampaikan pesan. Pesan yang ingin kita sampaikan pun
haruslah bertujuan sehingga arah komunikasi menjadi jelas.
2. Attention (minat), Apa yang kita komunikasikan haruslah menarik
minat atau perhatian orang yang diajak berkomunikasi (sasaran).
Sehingga komunikasi kita menjadi suatu hal yang menarik untuk
didengarkan oleh orang lain.
3. Perception (pandangan), Makna dari pada informasi yang
disampaikan kepada sasaran, tergantung pada sasaran. Oleh
sebab itu kita harus membantu sasaran agar paham dengan
maksud yang kita sampaikan.
4. Retention(lekat), Sebagai komunikator kita mengharapkan
komunikasi yang kita sampaikan bermakna, melekat, serta
digunakan apabila diperlukan oleh sebab itu, pesan yang kita oleh
haruslah menarik para pendengar.

Bimbingan Kelompok Religius 7


5. Participation (keterlibatan), Partisipasi ini harus selalu diusahakan
pada setiap tahap dari proses komunikasi. Mengajak sasaran
komunikasi kita untuk ikut berpartisipasi dalam komunikasi.

Islam mengajarkan hal yang baik dan benar menurut syari‘at yang
telah ditetapkan oleh Al-Qur‘an dan Hadist, kaitanya dengan prinsip
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua atau orang yang dianggap
lebih tua.
―Sederhanalha dalam berjalan dan lunakkanlah suarmu, sesungguhnya
seburuk-buruk suara adalah suara keledai.‖ (QS. 31/Luqman: 19).

―Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan


ucapkanlah perkataan yang benar.‖(QS. 33/Al Achzab: 70).

Jabir ra. Berkata, Muhammad Rosulullah SAW. Bersabda, ― salam itu


diucapkan sebelum berbicara‖. (HR Trirmidzi).
Muhammad Rosulullah SAW bersabda, ― Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (kalu tidak
bisa) lebih lebih baik diam‖. (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Abu Huroiroh ra. Mengatakan Muhammad Rosulullah SAW bersabda, ― apa


yang telah kularang kamu mengajarkannya, hentikanlah. Dan apa yang
aku perintahkan kamu mengerjakannya, lakukanlah sekuat
kemampuanmu. Sesungguhnya umat sebelum kamu binasa karena
mereka banyak bertanya, dan banyak mendebat terhadap nabi-nabi
mereka‖. (HR. Muslim).

Paparan yang diuraikan menganai ayat Al-Qur‘an dan Hadits ini,


dapat dijelaskan bahwa prinsip dalam berkomunikasi terhadap orang tua
dalam pandangan Islam yakni (1) Mengawali pembicaraan dengan
menggunakan salam, (2) Tidak Berbicara dusta, (3) berbicara dengan
Bimbingan Kelompok Religius 8
lemah lembut, (4) Segala sesuatu diawali oleh niat, niat yang baik akan
menghasilkan yang baik pula, (5) Memberi pemahaman yang baik atas
pembicaraan yang disampaikan sehingga tidak menimbulkan fitnah, (6)
membicarakan hal yang baik kalau tidak bisa lebih baik diam, (7) menjaga
silaturahmi terhadap kedua orang tua.

E. Ciri-ciri Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua


Dalam Pandangan Islam
Islam merupakan agama yang sempurna dimata umat muslim
seluruh pelosok dunia karena Islam mengajarkan kebaikan dan
kesempurnaan yang terkandung dalam Al-Qur‘an dan Hadist sebagai
bekal untuk umat di hari akhir. Masalah perilaku etik berkomunikasi
terhadap orang tua jelas diajarkan kepada umat muslim yang terkandung
dalam Al-Qur‘an dan Hadist. Berikut paparan Al-Qur‘an dan Hadist tentang
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua :
Jabir ra. Berkata, Muhammad Rasullullah SAW. Bersabda, ― salam itu
dicupkan sebelum berbicara‖. (HR. Tirmidzi)
Dari paparan Hadits diatas jelas Rasullullah SAW mengajarkan
kepada umatnya (muslim) agar sebelum mengawali
pembicaraan/berbicara umat muslim memulainya dengan mengucapkan
salam terlebih dahulu selanjutnya berbiacaralah apa yang hendak
dibicarakan. Pada masyarakat modern saat ini sering kita temui seorang
muslim berbicara tanpa menggunakan salam, padahal jelas Rasullullah
SAW menganjurkan sebelum berbicara menggunakan salam.

Bimbingan Kelompok Religius 9


Sederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya
seburuk-buruknya suara ada suara keledai (QS. 31/Luqman : 19)

Abu Huroiroh ra. Mengatakan, Muhammad Rasullullah SAW bersabda, ―


seseorang yang mengatakan sesuatu yang belum jelas baginya (baik
hakikat maupun akibatnya), maka ia akan terlempar ke neraka sejauh
timbur dan barat‖. (HR. Muslim)

Pada paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadist ini terdapat dua pelajaran
yang dapat ditarik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam masyarakat sekitar ataupun dalam lingkungan keluarga terlebih
kepada orang yang lebih tua.
Pertama yakni Allah SWT dan Rasullulah SAW mengajarkan kepada
kita umat-Nya agar ketika kita berjalan baik itu dirumah, dijalan, ataupun
ditempat-tempat yang sering kita lalui, ketika kita berjalan kita selalu
sederhana terlebih kepada orang yang lebih tua/ orang tua. sebagai
contoh : ketika kita berjalan hendaklah kita mendahulukan orang yang
lebih tua apabila ada, kemudian ketika kita berpapasan dengan orang tua/
lebih tua hendaknya kita membungkukan badan agar orang yang lebih tua
dari kita merasa bahwa dirinya dihormati dan dihargai tanpa memandang
status sosialnya dimasyarakat. Kedua yakni Allah SWT dan Rasullulah SAW
mengajarkan kepada kita sebagai umat-Nya berbicara dengan perkataan
yang mulia, artinya yaitu lemah lembut (halus) yang tidak membuat
melukai perasaan orang lain.
Muhammad Rasullullah SAW bersabda, ― Barang siapa beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (kalau tidak
bisa) lebih baik diam‖ (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Bimbingan Kelompok Religius 10


Abu Hurairoh ra, menginformasikan, Muhammad Rasullullah SAW,
bersabda. ― Janganlah seseorang di antara kalian mengatakan : Abdi
(budakku), karena kalian semua Abdullah (budak dan hamba Allah). Dan
janganlah seorang pelayan memanggil majikannya dengan sebutan :
Rabbi (Tuhanku), tetapi ucapkanlah sayyidi (majikanku atau tuanku)‖.
(HR. Muslim)

Aisyah ra, menuturkan, Muhammad Rasullullah SAW. Bersabda, ― Kami


khususnya para Nabi Diperintahkan untuk menepatkan orang sesuai
dengan derajatnya, dan berbicara dengan mereka sesuai tingkat
pemahaman (intelektual) mereka‖. (HR. Abu Dawud)

Pada tiga hadist yang dikemukan tentu kita sebagai umat muslim
dapat menjadikan acuan atau pedoman dalam berbicara. Pada Hadist
yang pertama kita mendapat pelajaran yang penting yakni ketika kita
berkumpul dengan orang-orang sekitar kita dan berbicara tentang hal-hal
yang tidak berguna ataupun tidak memperoleh manfaat dari hasil
pembicara tersebut maka lebih baik kita diam, terlebih jika lawan bicara
kita tidak membicarakan hal yang baik dan bermanfaat.
Selanjutnya masih pada Hadist yang pertama, ketika kita berbicara
dengan lawan bicara kita menggunakan kata-kata yang sopan, sebab
adakalanya ketika kita asik dalam berbicara terlebih dengan teman akrab,
kaka, ataupun orang tua, kita menggunakan kata-kata kasar sehingga
tidak enak didengar, bahkan cenderung membuat orang lain tersinggung
karena merasa tidak dihargai. Pada Hadist yang kedua ini kita dianjurkan
untuk berbicara dengan menggunakan istilah yang benar. Penggunaan
istilah kata dalam berbicara ini penting juga untuk diperhatikan ketika kita
berbicara dengan lawan bicara kita, karena ketika kita tidak menggunakan

Bimbingan Kelompok Religius 11


istilah kata yang benar maka akan di salah artikan oleh lawan bicara kita.
Selain itu juga penggunaan istilah kata ini dalam Hadist kedua ini
berkaitan dengan Hadist yang ketiga, yakni ajuran berbicara sesuai
dengan tingkat pemahamannya atau pengetahuannya, tentang hal/kata
yang kita berbicarakan, sehingga ketika kita berbicara tidak mendapat
kesalah pahaman terhadap lawan bicara kita terlebih menimbulkan fitnah
akibat kesalah pahaman bebicara ini.
Ibnu Mas‘ud ra. Berkata, Muhammad Rasulullah SAW bersabda, ― Jika kali
bertiga, maka tidak boleh dua orang berbisik-bisik tanpa mengikutsertakan
orang ketika. (juga jangan berbisik-bisik) apabila kalian bercampur dengan
orang banyak, sebab hal itu bisa menyinggung perasaannya/mereka‖.
(HR. Jama‘ah ahli Hadist).

Pada Hadist ini kita dianjurkan ketika kita berada dalam kerumunan
orang baik baik itu bertiga atupun lebih maka perilaku kita, janglah
berbisik-bisik kepada satu orang lawan bicara kita melainkan kita harus
bersuara dengan suara yang dapat didengar oleh orang banyak. Tidak
jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekitar
kita, sekolah, tempat kerja, ketika seseorang berbicara didekat kita
dengan suara yang pelan (berbisik-bisik) hati kita merasa bahwa kedua
orang yang saling berbicara dengan nada pelan itu menggujing kita,
sehingga kita merasa bahwa mereka sedang membicara diri kita walaupun
pembicara mereka bukan mengenai kita. Oleh sebab itu pula maka kita
harus benar-benar memperhatikan masalah ini, agar kita terhidar dari
perasangga orang terhadap kita tidak baik. Selain itu juga karena syaitan
telah bersumpah untuk membuat uman manusia/cucu anak adam untuk

Bimbingan Kelompok Religius 12


saling bersengketa dengan berbagai cara termasuk dalam hal yang
dikemukan diatas.
Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah selain dia, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika salah seorang dari mereka atau
keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah
engkau katakan ― ah!‖ kepada keduanya, dan janganlah engkau bentak
keduanya, serta berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang
mulia. (QS. 17/Al Isro : 23)

Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya juga dengan susah payah. (QS. 46/ Al Achqof:15)

―Bahwasanya Allah mengharamkan atas mu mendurhakai ibumu dan


menanam hidup-hidup anak-anak perempuan. Sebagaimana tuhan
menegah kamu menahan pemberian yang perlu diberikan dan meminta
yang tidak dibenarkan. Dan tuhan tidak menyukai perkataann sia-sia,
membanyakan pertanyaan dan permintaan dan menyia-nyia harta‖ (HR.
Bukhari).

Pada ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dikemukakan, jelas


bahwasanya Allah SWT tuhan semesta alam dan kekasihnya Nabi Besar
Muhammad SAW melarang kita sebagai ciptaan-Nya dan umatnya untuk
durhaka kepada kedua orang tua kita baik orang tua perempuan maupun
laki-laki. Allah SWT berfirman janganlah kau mengatakan ― Ah‖ kepada
kedua-nya (orang tua perempuan/ laki-laki) sekalipun mereka berdua
sudah berusia lanjut (Tua). kata ― Ah‖ disini sangat dalam maknanya dari
kata ini pula kita dianjurkan oleh Allah SWT untuk taat kepada kedua
orang tua kita serta, sangat mendalam makna pendidikannya untuk kita

Bimbingan Kelompok Religius 13


umat manusia, kepada orang tua/ lebih tua kaitanya dengan perilaku etik
berkomunikasi atau berbicara kepada orang tua.
Makna pendidikan dari kata ―Ah‖ dalam firman Allah SWT diatas
berkenaan dengan cara berkomunikasi terhadap orang sangatlah
mendalam maknanya. Komunikasi menurut mulyana (2004:3) ialah proses
berbagi makna melalui verbal dan nor verbal. Segala perilaku dapat
disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Kata ―Ah‖ pada
firman Allah diatas dimaknai menjadi dua yakni ―Ah‖ dalam artinya
berbicara dengan kata-kata dan ―Ah‖ dalam arti dengan perbuatan/
tingkah laku. Selanjutnya, dan janganlah kalian mengatakan kepada
keduanya kata ― Ah‖ artinya sebagai berikut :
a. Tidak boleh kita menentang (melawan perintah), kita sebagai
umat muslim adab atau etika kita terhadap orang tua tetaplah
harus dijaga. Ketika orang kita menyuruh/ memerintahkan kita
akan sesuatu hal maka kita sebagai umat muslim mengiyakannya
selama peritah atau suruhnya (orang tua) tersebut tidak
menyengsarakan kita (Tidak melanggar ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Allah), apalagi sampai mempersekutukan dan
mendurhakai Allah SWT.
b. Berkata kasar (perkataan yang tidak terpuji), di dalam berkata-
kata kepada orang tua kita hendaklah kita berkata dengan
perkataan yang terpuji (sopan dan santun). Sopan dalam ucapan
dan santun dalam berperilaku
c. Membentak (berusara keras), ketika kita berbicara kepada orang
tua kita, maka berkata-lah kita dengan perkataan yang lemah-
Bimbingan Kelompok Religius 14
lembut (halus) yang tidak membuat perasaan orang tua kita
terluka.
d. Mendebat (tidak sependapat), ketika kita membahas persoalan/
masalah dengan orang tua maka sikap kita kepada ketua orang
tua haruslah menurut (selamat tidak melanggar aturan yang
ditetapkan oleh Allah), atau lebih baik kita diam agar tidak
menimbulkan masalah. Sesuai dengan Hadist, Abu Hurairoh ra.
Mengatakan, Muhammad Rasullullah SAW bersabda.
― Apa yang telah kularang kamu mengerjakanya, hentikanlah.
Dan apa yang aku perintahkan kamu mengerjakannya, lakukanlah
sekuat kemampuanmu. Sesungguhnya umat sebelum kamu
binasa karena mereka banyak bertanya, dan banyak mendebat
terhadap nabi-nabi mereka‖ (HR. Muslim)

Selanjutnya larangan untuk mendebat ini perlu diperhatikan


karena tidak jarang sekarang anak sering mendebat orang tuanya
karena tidak sependapat dengan orang tuanya. Oleh sebab itu
kita harus memperhatikan Hadist berikut :
Muhammad Rasullullah SAW. Bersabda, ― Tidaklah suatu kaum
tersesat setelah diberi petunjuk oleh Allah, kecuali mereka
mendatangi perdebatan‖. (HR. Tirmidzi)

Ketika berdebatan terjadi adakalanya perdebatan tersebut


membawa kepada penyesatan. Hal ini karena perdebatan yang
baik ialah perdebatan yang mencari kebenaran, buka mencari
kemenangan. Zaman sekarang anak banyak mendebat kepada
orang tua karena meraka tidak ingin mengalah, dan agar diri

Bimbingan Kelompok Religius 15


mereka dihargai oleh orang tua mereka, akhirnya kebenaran yang
telah disampaikan oleh orang tua mereka itu mereka bantah
dengan berbagai alasan, sehingga tanpa mereka dasari
sebenarnya mereka mendebat karena ingin mendapatkan
kemenangan. Perdebatan yang seperti inilah yang menyesatkan,
karena bukan mencari kebenaran akan tetapi mencari
kemenangan.
e. Ingkar janji, ketika kita melakukan kesalahan dan orang tua kita
memaafkan kesalahan yang kita perbuat selanjutnya kita berjanji
tidak mengulanginya maka janji tersebut haruslah ditepati. Hal ini
dilalukan karena Nabi Muhammad SAW berdabda, oleh Ibnu
Abbas ra.
― Janganlah mencela saudaramu, jangalah mempermainkanya,
dan janganlah menjanjikan sesuatu kepadanya, lalu enggkau
mengkhianatinya‖. (HR. Tirmidzi)
f. Berdusta/ berbohong, kita sebagai umat muslim dilarang
mengatakan suatu perkataan dusta. Perkataan dusta/bohong
tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama Islam.
Kebanyakan anak berbohong kepada orang tua agar mereka tidak
dimarahi atau juga anak berbohong kepada orang tua untuk
melengkapi kebutuhan yang tidak begitu berguna untuk diri anak
tersebut. Berbohong dalam Islam diperbolehkan kecuali dalam
tiga hal sesuai dengan Hadist berikut, yakni :
Asma binti Yazid mengabarkan, Muhammad Rasullullah SAW
bersabda, ― Tidak halal berbohong itu, kecuali dalam tiga hal: (1)
seorang suami berbohong kepada istri (atau sebaliknya) agar
istrinya merasa senang, (2) seseorang berbohong sewaktu dalam
Bimbingan Kelompok Religius 16
peperangan, sebab suasana perang itu penuh tipu-daya, dan (3)
seseorang yang berbohong diantara dua muslim yang sedang
bertengkar dengan tujuan untuk mendamaikan mereka kembali‖.
(HR. Tirmidzi)

Perilaku etik dalam berkomunikasi terhadap orang tua maupun lebih


tua ini sangat perlu untuk diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari kita sebagai umat manusia. Komunikasi terhadap orang tua ini
dalam pandangan Islam termasuk salah satu wujud akhlak Islami, oleh
sebab itu wajib untuk umat Islam di dunia untuk mentaatinya dan
menjalankan/ mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena hal
ini memang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur‘an dan
dipertegas oleh Nabi Besar Muhammad SAW dalam kumpulan Hadist/
Sabda Nabi tentang perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua/ lebih
tua.
Abdulah Nashih‘ Ulwan (2015:320) memberikan beberapa petunjuk
penting yang hendaknya di tuntunkan oleh pendidik kepada anak-anak,
antara lain sebagai berikut :
a. Menaati segala perintah kedua orang tua, kecuali dalam
persoalan yang bersifat maksiat.
b. Berbicara yang lembut dan sopan kepada mereka.
c. Berdiri menghormatinya tatkala ia masuk menghampiri.
d. Mencium tangannya di waktu pagi dan sore, serta setiap
kesempatan tertentu.
e. Menjaga nama baik, kehormatan, dan harta keduanya.
f. Memuliakan dan memberi apa yang mereka minta.
Bimbingan Kelompok Religius 17
g. Bermusyawarah denganya pada satiap perkara dan pekerjaan.
h. Memperbanyak doa dan istigfar bagi keduanya.
i. Jika mereka berdua kedatangan tamu maka hendaklah duduk di
samping pintu dan memperhatikan pandanganya barangkali
mereka akan memerintahkan sesuatu secara diam-diam.
j. Mengerjakan sesuatu yang membuat keduanya senang tanpa
disuruh olehnya.
k. Tidak mengangkat suara dengan keras di hadapannya.
l. Tidak memotong pembicaraannya.
m. Tidak keluar rumah sebelum mendapatkan izinnya.
n. Tidak mengganggu saat mereka tidur.
o. Tidak lebih mengutamakan istri dan anak dari pada mereka
berdua.
p. Tidak mencela orang tua manakala mengerjakan sesuatu yang
tidak memuaskan.
q. Tidak menertawai ketika datang kecuali memang pada
kesempatan yang pantas untuk tertawa.
r. Tidak mengambil makanan yang ada di sampingnya.
s. Tidak mendahului mengambil makanan sebelum keduanya.
t. Tidak tidur dan berbaring, padahal keduanya duduk kecuali
diizinkan olehnya.
u. Tidak duduk berselonjor kaki di hadapannya.
v. Tidak masuk mendahuluinya dan berjalan di depannya.
w. Segera memenuhi panggilannya.

Bimbingan Kelompok Religius 18


x. Memuliakan teman-temannya ketika ia masih hidup atau setelah
meninggal.
y. Tidak berteman dengan orang ynag tidak berbuat baik dengan
orang tuanya.
z. Mendoakan mereka setelah meninggal, karena keduanya akan
mendapatkan manfaat doa tersebut dan memperbanyak ucapan :
― Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil‖ (Qs. Al-Isra, 17:
24)

F. Faktor Penyebab Kurangnya Perilaku Etik Berkomunikasi


Terhadap Orang Tua
Tidak jarang dizaman sekarang kita melihat dan mendengar intraksi
anak dengan orang tua mereka terakait dengan etika berkomunikasi anak
terhadap orang yang lebih tua mereka yang tergolong kurang baik bahkan
tidak baik diucapkan oleh seorang anak kepada orang yang lebih tua
terlebih kepada kedua orang tua mereka. Tentu kita mempunyai pemikiran
―Mengapa hal itu terjadi, faktor apa yang menyebabkannya‖.Padahal
dalam sebuah hadist sudah jelas dikatakan :
Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah selain dia, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika salah seorang dari mereka atau
keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah
engkau katakan ― ah!‖ kepada keduanya, dan janganlah engkau bentak
keduanya, serta berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang
mulia. (QS. 17/Al Isro : 23)

Bimbingan Kelompok Religius 19


Hadist diatas menyiratkan makna bahwa kita sebagai seorang anak
atas kedua orang tua kita wajib hukumnya kita taat dan patuh terhadap
keduanya sampai kedua dari mereka (orang tua) berusia tua sekalipun,
selain itu juga kita wajib berkata-kata sopan dan santun kepada keduanya
dan jangan sekali-sekali kita mencacimaki orang tua kita, terlebih melukai
perasaanya karena itu akan membuat kita celaka nantinya.
Didalam sebuah artikel yang ditulis oleh Mahira (2009)
menyebutkan, yang seharusnya dilakukan orang tua adalah menetapkan
disiplin/kontrol yang seimbang dengan kasih sayang, penjelasan, pujian
dan perhatian terhadap kebutuhan anak. Ketika anak merasakan batasan
yang dibarengi dengan kasih sayang dari orang tua, kemungkinan anak
untuk membantah berkurang.Pada intinya dalam sebuah artikel ini
menekankan pada pola asuh orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang
tua yang salah menyebabkan anak melawan terhadap orang yang lebih
tua mereka sendiri, dan Pola asuh orang tua menentukan karakteristik
seorang anak baik atau buruk.
Hal ini ditekankan kembali dalam sebuah artikel tulisan Farel Tahun
2013 memaparkan, yang diperlukan orang tua adalah ketegasan,
ketegasan dan ketegasan. Ketegasan tidaklah identik dengan kekerasan.
Jika Anda tegas dari awal, maka sebenarnya Anda pun akan terhindar dari
banyak menghukum anak. Ketegasan tidaklah diukur dari seberapa besar
volume teriakan Anda pada anak. Anda bisa tegas pada anak bahkan
dengan sambil senyum.
Dari sini dapat kita dijelaskan bahwa ketegasan dari pola asuh
orang tua berperan peting untuk menjadikan anak patuh terhadap kedua
Bimbingan Kelompok Religius 20
orang tua. Ketegasan ini tidak identik dengan mendidik secara kekerasan
akan tetapi ketegasan disini berarti orang tua harus tegas dalam
memberikan padangan baik dan buruk, benar dan salah, dan sebagainya
agar anak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh orang tua.
Pendidikan karakter, yang di kemukakan sebuah artikel Tong Tahun
(2010) delapan penyebab anak berperilaku keras kepala dan suka
melawan orangtua antara lain adalah sebagai berikut :
a. Sikap otoriter orangtua, yaitu orangtua terlalu menekan atau
memaksa anak untuk menuruti semua kenginannya tanpa melihat
kondisi dan kemampuan anak sehingga anak yang merasa
tertekan atau dipaksa dan merasa tidak mampu memenuhi
semua keinginan orangtua pada akhirnya akan menunjukkan
sikap melawan.
b. Berbicara kepada anak di saat yang tidak tepat, kerap kali terjadi,
misalnya orangtua meminta anak melakukan sesuatu, padahal
anak tengah asyik bermain atau menikmati aktivitas
kesukaannya. Anak pun merasa terganggu dengan permintaan
orangtuanya tersebut. Dalam kondisi seperti ini, anak biasanya
akan mengabaikan permintaan orangtuanya, menunda
melaku¬kannya, atau langsung menolaknya. Jika orangtua terus
memaksa, sangat mungkin akan terjadi ketegangan atau konflik
dengan anak.
c. Anak sangat menginginkan sesuatu, tetapi orangtuanya tidak
dapat memenuhi keinginan tersebut. Anak pun kemudian
menunjukkan perilaku keras kepala atau suka melawan orangtua.
Bimbingan Kelompok Religius 21
d. Anak dibiarkan tumbuh tanpa bimbingan, hal ini bisa terjadi
ketika orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau memang
orangtua kurana mampu memberi perhatian dan didikan yang
dibutuhkan anak hingga nilai-nilai kebaikan, seperti sopan santun,
menghargai orang lain, atau batasan benar-salah, boleh tidak
boleh, tidak tertanam dengan baik pada diri anak.
e. Pengaruh lingkungan, anak begitu mudah meniru perilaku teman-
temannya, orang-orang lain yang dikenalnya, atau tayangan
televisi. Ketika anak mendapati teman-temannya atau orang lain
menunjukkan perilaku suka melawan kepada orangtua, anak-
anak pun akan dengan mudah melakukan hal yang sama.
f. Mencontoh perbuatan orangtuanya, mungkin anak sering melihat
kedua orangtuanya bertengkar atau bersikap keras kepala, atau,
anak melihat orangtuanya tidak patuh kepada nenek dan
kakeknya., anak pun dapat terdorong untuk melakukan hal yang
sama seperti yang dilakukan orangtuanya.
g. Anak terlalu dimanja oleh orangtuanya, semua keinginanya selalu
diberikan. Jika suatu saat ada keinginannya yang tidak dipenuhi,
anak akan memprotes dan melawan.
h. Hubungan antara orangtua dan anak tidak harmonis, ikatan kasih
sayang dan pengertian antara mereka pun kurang. Kondisi ini
rentan menimbulkan konflik antara orangtua dan anak.

Bimbingan Kelompok Religius 22


G. Membangun Kepribadian dan Pembentukan Akhalak Anak
Dalam membahas masalah membangun kepribadian dan
pembentukan anak ini sebelumnya peneliti membahas tentang fase-fase
dalam pertumbuhan manusia yang dikemukakan dalam kitab fiqih
mendidik anak karangan Khalid (2012:14-15) yaitu sebagai berikut :
a. Berawal dari fase sebelum lahir yaitu dimulai sejak masa
kehamilan hingga masa kelahiran, jangka waktunya sembila
bulan, sesuai dengan standar umum fase tersebut membutuhkan
perlindungan dan penjagaan ekstra.
b. Fase kanak-kanak awal, dimulai sejak awal pengasuhan hingga
usia 7 tahun. Ini merupakan masa yang sangat penting. Sebab,
pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, mentalitas, dan
kepribadian.
c. Fase kanak-kanak lanjutan. Ini dimulai sejak anak berusia 7 tahun
sampai 12 tahun. Pada fase ini, pertumbuhan fisik menjadi
bertambah kuat, aktif, dan giat. Oleh karenanya, jangan heran
jika pada fase ini kita menyaksikan anak memiliki kegemaran
suka menyelidiki terhadap hal-hal yang tidak semestinya, tidak
teratur, dan hal-hal yang baru baginya.
d. Fase berikutnya yaitu fase dewasa. Fase ini dimulai sejak anak
berusia 12-18 tahun. Pada fase ini pertumbuhan fisik mengerah
pada kesempurnaan dan kematangan seksual. Fase ini yang tak
kalah penting ini, perubahan-perubahan mendasar pada
pertumbuhan dan peningkatan dari fase yang telah diketahui
sebelumnya. Pada kenyataan inilah yang mengharuskan orang
Bimbingan Kelompok Religius 23
tua untuk lebih berhati-hati dalam mendidik anak laki-laki
dewasa.

Membangun kepribadian dan pembentukan anak ini adalah suatu hal


yang mudah kalau orang tua paham akan nilai-nilai yang diajarkan oleh
agama Islam, karena agama Islam merupakan suatu agama yang
membahas kompleks tentang dinamika yang terjadi sebelum dan
sesudahnya dalam dunia ini, berikut dikemukan oleh peneliti yang dikutip
dalam kitab fiqih mendidik anak karangan Khalid (2012:14-15) yaitu
sebagai berikut :
a. Pembentukan kepribadian Islam dalam jiwa anak muslim
Adapun yang dimaksud dengan pembentukan kepribadian Islami
adalah menjadikan anak memiliki kemampuan berpikir, bertutur kata,
bertindak, berakhlak, dan berperangai layaknya seorang muslim. Selain itu
anak juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam menyebarkan
ajaran Islam, membelaa kebenaran, menumpas kebatilan, serta
berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran Islam, meskipun anak dikucilkan
oleh orang disekeliling mereka.
Konsep kepribadian menurut Islam, dalam al-qur‘an telah
menceritakan kepada kita tentang nasihat Luqman yang penuh keiklasan
dan kebaikan kepada anaknya. Hendaknya, para orang tua bisa
mengambil manfaat dan memberi nasihat kepada anak berlandaskan
moral yang terdapat didalam nasihat Luqman. Didalamnya, terdapat pesan
moral yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dalam memberikan wasiat
kepada anaknya, Luqmanberpesan agar anak-anaknya menjadi pribadi
Bimbingan Kelompok Religius 24
yang shalih dengan jalan beribadah kepada Allah SWT. Dalam konsep
kepribadian Islami bagi anak menurut al-qur‘an pembentukan kepribadian
Islam adalah menjadikan anak memilki kemampuan berpikir, bertutur
kata, bertindak, berakhlak, dan berperangai layaknya seorang muslim dan
tanda-tanda kepribadian Islami adalah kesadaran seorang muslim akan
kemuliaan dirinya, sebab seorang muslim telah diberikan kekuatan yang
mulia.

b. Pembentukan kepribadian mulia pada masa kanak-kanak


Didalam mendidik anak agar tertanam nilai-nilai yang baik seloginya
orang tua memulainya sejak kecil atau sejak masa kanak-kanak yaitu pada
fase umur anak 0-7 tahun karena ini merupakan fase dimana
pertumbuhan kepribadian bagi seorang anak seperti yang dikemukan
dalam kitab fiqih mendidik anak (2012). Sifat-sifat yang harus ditanamkan
kepada anak sejak awal adalah suka menolong, giat bekerja, bersikap
berani (namun tetap dalam kesopanan), menghargai waktu, dan sifat-sifat
yang sesuai dengan norma umum dalam menghadapi berbagai macam
kondisi kehidupan.

c. Langkah-langkah pembentukan kepribadian Islami bagi anak


Ada beberapa langkah dalam pembentukan kepribadian Islami yang
harus dilalui oleh orang tua dalam membentuk kepribadian Islami bagi
anak mereka, berikut yang dikemukan oleh Khalid (2012 : 79) :
1. Memberikan contoh yang baik, hal ini dilakukan karena anak suka
meniru orang tua berprilaku dan bertindak, oleh karena itu, jika
Bimbingan Kelompok Religius 25
perilaku orang tua berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam maka hal
itu akan membekas dalam jiwa anak dan kelak ia akan
menirunya. Pemeberian contoh yang baik ini merupakan salah
satu faktor pembentukan kepribadian yang sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam
2. Menceritakan kisah-kisah Islami, Ada banyak kisah-kisah Islam
yang berisi tentang kepribadian anak-anak muslim, baik untuk
anak yang belum dewasa, sedang menginjak usia dewasa,
ataupun setelah dewasa. Sebagian dari kisah tersebut merupakan
kisah yang terjadi didalam al-quran dan sebagaian yang lain
merupuakan kisah yang terjadi pada masa Rasullullah SAW.
Kisah-kisah ini bisa menjadi pendorong bagi anak agar mampu
meneladani tokoh-tokoh yang dikisahkan.
3. Cara memperlakukan anak sesuai dengan fase
perkembangannya, dalam perkembangan anak memiliki fase-fase
tertentu seiring dengan bertambah umur mereka, peran orang
tua disini juga peting dalam memperhatikan anak, tak jarang
pada fase ini para orang tua kurang detail dalam memperhatikan
anak mereka, sehingga perilaku anak yang negatif kurang
mendapat sorotan dari orang tua yang tanpa disadari menjadi
karakter anak yang memiliki perilaku negatif.oleh sebab itu
seloginya para orang tua memperhatikan setiap fase
perkembangan anak sehingga apabila ada hal atau perbuatan
anak yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
Islam dan masyarakat para orang tua bisa dengan cepat
Bimbingan Kelompok Religius 26
mengantisipasinya agar anak tidak terlalu jauh menyimpang
kearah yang negatif.

Bimbingan Kelompok Religius 27


BAGIAN II
BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS

A. Pengertian Bimbingan Kelompok Religius Keislaman


Wibowo (2005:17) bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan infromasi-informasi
dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial
atau untuk membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Gibson (2011:52) bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas
kelompok yang berfokus kepada penyedian informasi atau pengalaman
melalui sebuah aktivitas kelompok yang terencana dan teroganisir. Winkel
& Hastuti (2007:545) kegiatan kelompok diskusi yang menunjang
perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing individu-
individu dalam kelompok, serta meningkatkan mutu kerja sama dalam
kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.
Prayitno (2009:310) bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan
dalam suasana kelompok. Layanan ini diberikan untuk memberikan
informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial.
Berdasarakan pengertian bimbingan kelompok yang telah diuraikan
tersebut esensi dari bimbingan kelompok ialah proses pemberian bantuan
dari pemimpin kelompok yakni orang yang ahli dalam bimbingan kelompok
kepada anggota kelompok mengenai informasi-informasi yang dibutuhkan
oleh anggota kelompok. Informasi-informasi tersebut bisa berkenaan
dengan pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan maupun sosial, agar anggota
kelompok memahami informasi yang dia dibutuhkan. Selain itu juga isi

Bimbingan Kelompok Religius 28


dari layanan bimbingan kelompok ini terdiri atas informasi-informasi yang
disampaikan oleh anggota kelompok maupun pemimpin kelompok
sehingga terjadi dinamika kelompok yang bersifat membantu anggota
kelompok untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan bimbingan kelompok
itu sendiri yakni diperolehnya pemahaman dari anggota kelompok
mengenai informasi yang dibutuhkan.
Sutoyo (2012:22) Bimbingan dan konseling Islami adalah upaya
membantu individu mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah
dengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan
Allah SWT. Ahmad & Setiawan (2013:84) layanan bimbingan kelompok
Islami adalah proses untuk mengupayakan bimbingan kepada sekelompok
orang yang dibimbing untuk menyadari kekuasaan Allah, pemahaman
tentang ayat-ayat Allah penting agar konseli beriman pada keteranganya
dan mampu mengimplementasikan konsep ini dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya Narti (2014:36-37) menambahkan bahwa bimbingan
kelompok religius keislaman merupakan proses bimbingan kelompok pada
umumnya, tetapi berlandaskan ajaran Islam (Al-Qur‘an dan Hadits),
anggota kelompok dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah.
― (Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia, dan kami
turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur‘an) untuk menjeleskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri‖. (QS. An-Nahl 16:89).

Bimbingan Kelompok Religius 29


Dari paparan para ahli mengenai bimbingan kelompok konvensional,
bimbingan kelompok Islami dan ayat Al-Qur‘an diatas dapat dijelaskan
bahwa bimbingan kelompok religius keislaman, landasan utamanya yakni
Al-Qur‘an dan Hadist karena Al-Qur‘an merupakan pedoman utama
seorang muslim dalam menjalani kehidupan dimuka bumi dan setelahnya,
Al-Qur‘an merupakan qalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan sebagai Mukzizat atas Nabi Besar Muhammad SAW.
Hadist berisikan perbuatan dan perkataan, dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW untuk umat muslim dalam bertingkah laku dimuka bumi
dan setelahnya, Hadist merupakan pedoman kedua setelah Al-Qur‘an.
Bimbingan kelompok berbasis religius ialah proses pemberian
bantuan dari orang yang ahli dalam hal ini ialah konselor kepada individu
dalam situasi kelompok untuk secara bersama-sama memperoleh
informasi yang berguna bagi kehidupan di dunia sebagai bekal di akhirat
dengan memanfaatkan dinamika kelompok serta memanfaatkan iman,
akal, dan keikhlasan yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada setiap
Insan, mengajak setiap individu dalam kelompok bermudzakarah untuk
mengenal fitrahnya sebagai makhluk ciptaan Allah SWt dan mengalih
hikmah dalam setiap aktivitas sehingga memperoleh hidayah dari Allah
SWT dengan berpedoman dengan Al-Qur‘an dan Hadist.
Reska, Sofah & Gani (2014) dalam Al-Quran dijelaskan tentang
kecendrungan manusia hidup secaraBerkelompok dan saling
membutuhkan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Seperti
yang dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat [13]:49, yang artinya:

Bimbingan Kelompok Religius 30


―Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.‖

Selain kecendrungan berkelompok manusia juga mempunyai


kecendrungan ingin bersama dengan individu yang lain dan bekerjasama
sebagai wadah untuk meningkatkan potensi dirinya. Seperti yang
disampaikan AllahSWT dalam QS. Al-Maidah [5]:2, yang artinya:

―Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwa lah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Swt amat berat
siksaannya.‖

Selain itu juga Reska, Sofah & Gani (2014) menambahkan selain
didalam Al Quran, landasan bimbingan kelompok religius juga terdapat
pada hadist Rasulullah yaitu pada HR Bukhori dan Abu Daud yang artinya:
―Seorang mukmin adalah cermin dari mukmin yang lain‖. Ayat-ayat diatas
cocok untuk dijadikan sebagai landasan bimbingan kelompok berbasis
religius dimana dalam bimbingan kelompok terjadi saling interaksi antar
anggota kelompok, saling mengenal satu dengan yang lainnya, saling
tukar pendapat dan berbagi pengalaman, saling membantu, seolah bisa
merasakan kesedihan maupun kebahagiaan yang dirasakananggota
kelompok lainnya.

Bimbingan Kelompok Religius 31


B. Prinsip Bimbingan Kelompok Religius Keislaman
Prinsip merupakan pokok acuan dasar seseorang untuk berpikir dan
bertindak. Bimbingan kelompok religius mempunyai prinsip utama yang
merupakan acuan untuk berpikir dan bertindak yakni Al-Qur‘an dan Hadist.
Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pijakan yang paling utama dalam berpikir
dan bertindak dalam hal ini terkait dengan prinsip pelaksanaan bimbingan
kelompok religius keislaman. Banyak ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dapat
dijadikan prinsip dalam bimbingan kelompok religius keislaman.
Manusia diciptaan oleh Allah SWT tentu ada maksud dan tujuannya
yakni menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Esensi
dari manusia tersebut jelas di dalam Al-Qur‘an menyatakan bahwa
manusia terbentuk atas izin Allah SWT dan manusia tersebut berasal dari
tanah. Surah Al-Imran ayat 59 ― Sesungguhnya misal (penciptaan) isa di
sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam, Allah Menciptakan adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: jadilah (seorang manusia),
maka jadilah dia‖ . Manusia merupakan ciptaan Allah SWT paling
sempurna karena manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya.
Surah Al-Isra ayat 70 ― Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak
adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami berikan mereka
rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan‖.
Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan dari Nabi
Besar Muhammad SAW yang dijadikan sebagai pedoman manusia,
makhluk, maupun umat muslim dalam berpikir dan bertindak dimuka bumi
sebagai bekal mereka di hari perhitungan amal baik dan buruk mereka
Bimbingan Kelompok Religius 32
selama dimuka bumi. ―Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan
fitrah. Maka kemudia ayah dan ibunya yang menjadikannya yahudi,
nasrani, atau maujis. Dan jika ayah-ibunya itu seorang muslim, maka
jadilah (si anak) seorang muslim‖. (HR. Muslim). ―Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia‖. (HR. Ahmad dan Thabrani
dari Abu Hurairah). Kemudian dengan sunah yang sahih ―Sayangilah siapa
saja yang ada dimuka bumi ini, maka penghuni langit akan
menyayangimu‖. (HR. Thabrani dan Hakim).
Dari paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadist diatas, maka prinsip
bimbingan kelompok religius mempunyai prinsip sebagai berikut :
a Bimbingan kelompok religius membantu anggota kelompok
mengenal fitrah-nya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang
memiliki segala potensi sejak di tiupkannya Roh dalam
kandungan.
b. Bimbingan kelompok religius memandang manusia memiliki ―
akal‖ yang membuat manusia tersebut berbeda dengan makhluk
ciptaan Allah SWT yang lain. Selanjutnya ― akal‖ tersebut berguna
untuk manusia dalam berpikir membedakan mana yang baik dan
salah kaitanya dengan mematuhi segala perintah Allah SWT dan
menjauhi segala laranganya serta menjalankan apa yang
diperintahkan beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadist.
c. Bimbingan kelompok religius memandangan manusia memiliki
dimensi sosial yang tinggi, dimana dimensi sosial ini berguna
untuk manusia tersebut dalam menciptakan kehidupam
masyarakat yang teratur, sejahtera, serta rukun dan dami.
Bimbingan Kelompok Religius 33
d. Bimbingan kelompok religius memandang manusia memiliki
perasaan yang dimana dengan perasaan ini manusia dapat
menikmati kehidupan dimuka bumi, keindahan, sarana dan
prasarana, serta keindahan manusia itu sendiri (ciptaan-ciptaan
Allah SWT dimuka bumi).
e. Bimbingan kelompok religius memandang manusia mempunyai
hati/qalbu untuk menghayati, menguasai dan melaksanakan nilai-
nilai moral dalam kehidupan dimuka bumi sebagai bekal diakhirat.
f. Bimbingan kelompok religius memandang manusia memiliki
nafsu, dorongan, keinginan, dan kemauan yang dimana ketika
dorongan tersebut mengarah kepada larangan Allah SWT maka
nafsu/ dorongan tersebut merupakan nafsu yang negatif dan apa
bila nafsu tersebut mengarah kepada mematuhi perintah Allah
SWT dan menjauhi segala laranganya, serta melaksanakan apa
yang diperintahkan oleh Allah SWT maka nafsu tersebut bernilai
positif.
g. Bimbingan kelompok religius memandangan masalah yang
dialami anggota kelompok disebabkan oleh jauhnya hubungan
manusia dengan penciptnya (Allah SWT), maka dengan ini
pemimpin kelompok membantu anggota kelompok untuk kembali
mendekatkan diri kepada Allah SWT agar masalah yang
dihadapinya (anggota kelompok) mendapat petunjuk dari Allah
SWT.
h. Bimbingan kelompok religius memandang manusia atau anggota
kelompok berbeda satu dengan yang lain, oleh karena itu
Bimbingan Kelompok Religius 34
pimpinan kelompok mengajak anggota kelompok mengenal/saling
mengenal antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini bukan
berarti negatif untuk para anggota kelompok, akan tetapi dari
perbedaan ini para anggota kelompok belajar dan saling
melengkapi satu dengan yang lain.
i. Bimbingan kelompok religius keislaman dalam pelaksanaannya
menekankan pada sistem kasih sayang, dengan kasih sayang
yang positif ini akan menimbulkan keakrapan antara anggota
kelompok kepada pemimpin kelompok, dan anggota kelompok
kepada anggota kelompok yang lain, sehingga menimbulkan
keterbukaan dari masing-masing kelompok serta dinamika
kelompok berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati.
j. Bimbingan kelompok religius keislaman membantu anggota
kelompok untuk memelihara, mengembangkan, serta
menyempurnakan sifat-sifat yang baik (Akhlaqul-Karimah)yang
telah dimiliki oleh anggota kelompok dengan beracuan pada
akhlak Nabi Muhammad SAW.

C. Tujuan Bimbingan kelompok religius keislaman


Bimbingan kelompok religius keislaman mempunyai dua tujuan,
yakni tujuan umum dan tujuan khusus :
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik
Bimbingan Kelompok Religius 35
berkomunikasi siswa terhadap orang tua dengan berlandaskan pada Al-
Qur‘an dan Hadits sebagai berikut :
― Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa,
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal‖. (QS. Al-Hujarad 45:13).

Abu Huroiroh ra. Mengabarkan Nabi Muhammad SAW bersabda ― Dia


celaka! Celaka! Celaka!‖, kemudian seorang sahabat bertanya, ― Siapakah
yang celaka, ya Rosulullah?‖. Nabi SAW menjawab, ― Siapa yang
mendapati kedua atau salah satu dari orang tuanya (dalam usia lanjut),
tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan merawat orang tuanya
sebaik-baiknya).‖(HR. Muslim)

Pada ayat Al-Quran dan Hadits diatas dapat dijelaskan tujuan umum
pelaksanakan bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan
perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang tua, yakni membantu
setiap individu dalam kelompok untuk berkomunikasi dan berinteraksi
melalui verbal maupun non verbal dalam situasi kelompok, untuk saling
mengenal satu dengan yang lainnya dan atau dengan sesama ciptaan
Allah SWT. Selanjutnya saling memahami dan menghargai antara anggota
kelompok satu dengan yang lainnya, agar komunikasi interpersonal antar
anggota kelompok terjalin baik. Hal ini untuk memunculkan keterbukaan
dari masing-masing anggota kelompok sehingga nantinya dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman, dinamika kelompok
berjalan sesuai dengan tujuan umum dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok itu sendiri. Selain itu juga menurut Al-Qur‘an manusia secara
Bimbingan Kelompok Religius 36
fitrah adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang merupakan makhluk sosial,
hidup dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, dan berdamping-
dampingan merupakan keniscayaan. Oleh sebab itu pula tidak semua
masalah bisa terselesaikan tanpa bantuan atau masukan dari orang lain.
Selain itu pula tujuan umum layanan bimbingan kelompok religius
keislaman ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
anggota kelompok pentingnya berbakti kepada orang tua, menghargai
orang tua, menjaga keharmonisan dengan orang tua terlebih kepada
orang yang lebih tua.

b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua dengan berlandaskan pada Al-
Qur‘an dan Hadits sebagai berikut :
― Serulah (manusia) kepada jalan tuhamu dengan hikmat dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik
sesungguhnya tuhanmui dialah yang lebih mengetahui tetang siapa yang
tersesat dari jalanya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk‖. (QS. An- Nahl 16:125).

― (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik‖. (QS. Ar-Ra‘ad 13:
28)

Bimbingan Kelompok Religius 37


Dari paparan ayat Al-Qur‘an diatas dapat dirumuskan tujuan khusus
dari bimbingan kelompok religius keislaman, ialah membantu individu
maupun anggota kelompok untuk kembali kejalan Allah SWT, mengingat
Allah SWT dengan berzikir kepada-Nya atas apa yang telah individu dalam
anggota kelompok alami, sehingga individu dalam anggota kelompok
tersebut mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah yang membuat hati
masing-masing individu tersebut tetang dan tentram. Konselor/ guru BK
sebagai pemimpin kelompok memberikan pandangan kepada anggota
kelompok dengan pandangan atau pemikiran yang baik, lemah-lembut,
halus, terkait masalah perilaku etik berkomunikasi kepada orang tua
berdasarkan Al-Qur‘an dan Hadist, agar anggota kelompok atau pun
individu dalam kelompok tersebut mengerti bahwa konselor/ guru BK
tersebut sebagai perantara yang mengantarkan mereka (anggota
kelompok) kembali kejalan yang telah ditentukan oleh Allah SWT yakni
kejalan kebaikan dan hanya Allah-Lah yang mengetahui tentang siapa
yang tersesat (bermasalah) serta hanya dia-Lah (Allah SWT) yang
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah selain dia, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika salah seorang dari mereka atau
keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah
engkau katakan ― ah!‖ kepada keduanya, dan janganlah engkau bentak
keduanya, serta berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang
mulia. (QS. 17/Al Isro : 23)

Muhammad Rasullullah SAW bersabda ― Barang siapa berimanan kepada


Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (kalau tidak
bisa) lebih baik diam‖. (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Bimbingan Kelompok Religius 38


Pada paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadits ini dapat dirumuskan tujuan
khusus lainnya dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman untuk meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa
terhadap orang tua ialah membantu serta memberikan informasi kepada
anggota kelompok agar mereka memahami bertapa pentingnya menjaga
ucapan ketika berbicara kepada orang tua (berkata halus, lemah lembut,
tidak menyinggung perasaan, tidak mencaci maki, dan lain sebagainya).
Kemudian menjaga tingkah laku atau adab berperilaku kepada orang tua
maupun lebih tua dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah,
maupun di lingkungan sekitar individu berinteraksi yang sesuai, dengan
beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat islam
(mendahulukan orang tua ketika berjalan, membungkukkan badan saat
beselisihan, tidak duduk lebih tinggi dari orang tua, dan lain-lain).

D. Komponen Bimbingan kelompok religius keislaman


Perlu kita mengetahui dalam proses pelaksanaan bimbingan
kelompok religius keislaman ini tidak berbeda jauh dengan bimbingan
kelompok pada umumnya, yang dimana pada pelaksanaannya terdapat
beberapa komponen agar bimbingan kelompok tersebut berjalan sebagai
mana mestinya.
a. Pempinan Kelompok
Terdapat delapan karakteristik pemimpin kelompok menurut Corey
(2010-15-18) yakni : (1) Presence (Kehadiran), (2) Personal Power
(Kekuatan pribadi), (3) Courage (keberanian), (4) Willingness to Confront
Oneself (kesadaran diri), (5) Sincerity and Authenticity (ketulusan dan
Bimbingan Kelompok Religius 39
keaslian), (6) Sense of Identity (rasa identitas), (7) Belief in the Group
Process and Enthusiasm (kepercayaan dalam proses dan antusias dalam
grup), (8) Inventiveness and Creativity (inovasi dan kreatif).
Corey (2010:23-28) juga menambahkan keterampilan yang harus
dimiliki oleh pemimpin kelompok yaitu: (1) meringkas, (2) aktif
mendengarkan, (3) ulangan, (4) klarifikasi, (5) pertanyaan, (6)
menafsirkan, (7) menghadapi, (8) mencerminkan perasaan, (9)
pendukung, (10) berempati, (11) memfasilitasi, (12) memulai, (13)
menetapkan tujuan, (14) mengevaluasi, (15) memberikan Umpan Balik,
(16) menyarankan, (17) melindungi, (18) mengungkapkan diri, (19)
modeling, (20) menghubungkan, (21) Pemblokiran, (22) mengakhiri
Karakteristik Pelaksana kegiatan Bimbingan konseling berbasis Islam
tentu harus orang yang beriman (muslim), memahami konsep dasar dari
bimbingan kelompok, mampu melaksanakan konsep dasar pelaksanaan
bimbingan kelompok dengan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-
Qur‘an dan Hadist, memahami fungsi dari seorang pemimpin kelompok,
memahami peranan pemimpin kelompok, memilki sifat dan sikap yang
baik (akhlaqul-karimah), memiliki rasa kasih sayang yang tinggi. Dalam hal
ini konselor/ guru BK yang merupakan pemimpin dalam layanan
bimbingan kelompok religius keislaman karena konselor/ guru BK
dianggap ahli dalam bidang bimbingan dan konseling serta memiliki
keahlian untuk melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin dalam
bimbingan kelompok religius keislaman.

Bimbingan Kelompok Religius 40


Dasar dari pemikiran tentang pemimpin dalam bimbingan kelompok
religius keislaman atas berlandasakan pada Al-Qur‘an dan Hadist, sebagai
berikut :
― Hai orang-orang yang beriman, jangalah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pempimpin-pemimpinm (mu), sebagian
mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang
itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan
petunjuk kepada orang-orang yang zalim‖. (QS. Al-Maeda, Ayat 51).

Dalam hal ini mengacu pada pemimpin kelompok haruslah dari


golongan yang menjalankan perintahnya dan mematuhi segala larangnya
(Seorang muslim yang memiliki iman).
― Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberikan petunjuk dengan perintah kami dan telah kami wahyukan
kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan
zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah‖. (QS. Al-
Anbiya, Ayat 73).

― Al-Qur‘an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk danrahmat bagi


kaum yang meyakini‖. (QS. Al-Jathiya, Ayat 20).

― Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah


menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur bercerai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal‖. (QS. Az-Zumar, Ayat 21).

Bimbingan Kelompok Religius 41


Hal ini yang mendasari bahwa pemimpin kelompok harus orang
profesional yang ahli dalam bimbingan kelompok, kemudian dari itu juga
pemimpin kelompok harus mampu menghubungan nilai-nilai Islami dalam
Al-Qur‘an karena Al-Qur‘an merupakan petunjuk yang nyata bagi umat
muslim.
― Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah‖. (QS. Al-Ahzab,
33:21).

― Sesungguhnya kami telah mensucikan mereka dengan


(menganugrahkan kepda mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingat (manusia) kepada negeri akhirat‖. (QS. Sad, Ayat 46).

― Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirkan hamba-hamba-


Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah : (aku tidak
meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang
dalam kekeluargaan). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan kami
tambahklan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri‖. (QS. Asy-Syura, Ayat 23)

Paparan ini menjelaskan bahwasanya pempimpin kelompok harus


mempunyai sikap yang baik dan perbuatan yang mulia, selain itu juga
pemimpin dalam bimbingan kelompok religius keislaman harus mempunyai
rasa kasih dan sayang kepada anggota kelompok maupun individu dalam
kelompok, agar anggota kelompok merasa nyaman dan aman dalam
kegiatan layanan bimbingan kelompok. Selain itu juga pemimpin kelompok
harus orang yang berilmu/ahli dalam keilmuannya yakni ahli dalam
bimbingan kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 42


Fungsi dan peran pemimpin dalam bimbingan kelompok religius
keislaman tidak berbeda jauh dengan fungsi dan peran dalam bimbingan
kelompok pada umumnya, namum fungsi dan peran pemimpin kelompok
disini tetap mengacu pada nilai-nilai yang di ajarkan oleh Islam, yakni
memberikan pemahaman kepada anggota kelompok bahwa masalah yang
dihadapinya kerena dia jauh dari tuhan-Nya yakni Allah SWT. Oleh sebab
itu, fungsi dan peran pemipimpin kelompok mengajak anggota kelompok
kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui dinamika kelompok
dan memberikan pemahaman kepada anggota kelompok tentang fitrah-
nya sebagai manusia.

b. Anggota Kelompok
Bimbingan kelompok religius keislaman beranggotakan 8-10 orang
anggota kelompok hal ini dikarenakan, apabila anggota kelompok terlalu
kecil akan mengurangi efektifitas layanan bimbingan kelompok religius
keislaman. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (2012:
15) kelompok yang terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi
tingkat efektifitas BKp dan KKp, selain itu kedalaman dan variasi
pembahasan menjadi terbatas, karena sumbernya (yaitu para anggota
kelompok) memang terbatas. Prayitno (2012:157) juga mengungkapkan
terlalu besarnya anggota kelompok juga tidak baik karena partisipasi aktif
individual dalam dinamika kelompok kurang intensif, kesepatan berbicara,
dan memberi/ menerima ―sentuhan dalam kelompok kurang. Padahal
sentuhan-sentuahn dengan frekuensi tinggi (high touch) itulah individu
memperoleh manfaat langsung dalam layanan BKp dan KKp.
Bimbingan Kelompok Religius 43
Tingkat homogen dan heterogen anggota kelompok juga menjadi
pertimbangan dalam menentukan anggota kelompok untuk mencapai
keefektifan/tujuan dari layanan bimbingan kelompok religius keislaman.
Anggota kelompok dalam bimbingan kelompok religius keislaman tidak
efektif apabila beranggotakan homogen, hal ini dikarenakan layanan
bimbingan kelompok memerlukan anggota kelompok yang dapat menjadi
sumber yang bervariasi untuk membahas topik tertentu atau memecahkan
masalah tertentu. Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan
menjadi sumber yang lebih kaya untuk mencapai tujuan lauanan.
Kelompok heterogen akan mampu mendorbrak dan memecahkan
kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok.
Tinggkat anggota heterogen yang dimaksudkan tidak asal beda.
Prayitno (2012:160) mengungkapkan untuk tingkat perkembangan atau
pendidikan, hendaklah jangan dicampur siswa SD dan SLTP atau SLTA
dalam suatu kelompok, demikian juga orang dewasa dengan anak-anak
dalam satu kelompok. Dalam kondisi ini diperlukan kondisi yang relatif
homogen untuk menghidari kesenjangan yang terlalu besar dalam kinerja
kelompok. Setelah homogenitas terpenuhi, maka kondisi heterogen
diupayakan. Sebagai contoh apabila membahas masalah perilaku etik
berkomunikasi yang rendah maka dalam penarikan sample anggota
kelompok harus homogen yakni berada dikelas yang sama kemudian
tinggkat perkembangan yang sama namun beranggotakan pada anggota
kelompok yang memiliki perilaku etik berkomunikasi yang baik dan
perilaku etik berkomunikasi yang tidak baik, sehingga dinamika kelompok
berjalan dengan baik dan mempunyai variasi, tidak monoton, dan lebih
Bimbingan Kelompok Religius 44
terbuka untuk mencapai tujuan dari layanan bimbingan kelompok yang
telah ditetapkan.

E. Asas-asas Bimbingan kelompok religius keislaman


Bimbingan kelompok religius keislaman memiliki beberapa asas yang
mengacu pada bimbingan kelompok pada umumnya, serta asas ini
menentukan juga keberhasilan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok
religius keislaman, asas-asas bimbingan kelompok religius keislaman
antara lain, yakni :
a. Asas Keterbukaan, pada asas ini mengehendaki agar anggota
kelompok tidak berpura-pura atau pun menutup-nutupi masalah
yang ada pada masing-masing anggota kelompok. Yusuf dan
Nurihsan (2008:22) mengemukan asas keterbukaan yakni konseli
terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi perkembangan dirinya. Agar
konseli dapat terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
b. Asas kesukarelaan, pada asas ini menghendaki konseli kesukaan
dan kerelaan dalam mengikuti dan menjalankan kegitaan yang
diperlukan oleh konseli sendiri, Yusuf dan Nurishan (2008:22).
Pada tahap ini pula pemimpin kelompok membina dan
mengembangan kesukarelaan konseli/anggota kelompok tersebut
agar mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam bimbingan
kelompok religius keislaman.
Bimbingan Kelompok Religius 45
c. Asas kegiatan, yaitu menghendaki anggota kelompok berperan
aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok, baik dalam
memberikan masukan/informasi atupun mengungkapkan masalah
yang ada dalam dirinya sehingga dalam pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman berjalan dengan baik dan
tidak monoton terlebih membosankan. Prayitno (2012:163)
dengan keaktifan anggota kelompok akan menjadi lebih terbuka
menampilkan diri tanpa rasa takut, malu, ataupun ragu. Dinamika
kelompok semakin tinggi, berisi dan bervariasi. Masukan dan
sentuhan semakin kaya dan terasa.
d. Asas kekinian, yakni anggota kelompok diminta mengemukan hal-
hal yang terjadi dan belaku sekarang. Hal-hal yang telah lalu
dianalisis dan disangkut-pautkan kepentingan pembahasan hal-
hal yang terjadi dan berlaku sekarang. Hal-hal yang akan datang
direncanakan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.
e. Asas kenormatifan, Pyatino (2012:164) kenormatifan dipraktikan
berkenaan dengan cara-cara berkomunikasi dan bertatakerama
dalam kegiatan kelompok, dan dalam mengemas isi bahasan.
Sedangkan asas keahlian diperaktikan oleh pemimpin kelompok
dalam mengelola kegiatan kelompok dalam mengembangkan
proses dan isi pembahasan secara keseluruhan.

Asas-asas yang telah dikemukan diatas merupakan salah satu dasar


penentu keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman, hal ini dikarenakan asas diatas tidak hanya diterapkan pada
Bimbingan Kelompok Religius 46
anggota kelompok akan tetapi pemimpin kelompok juga harus
menerapakannya sebagai bentuk mewujudkan tujuan yang telah
disepakati secara bersama oleh pemimpin kelompok kepada anggota
kelompok. Berlakukan asas dalam bimbingan kelompok religius keislaman
diatas agar dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berjalan dengan
lancar, dinamika kelompok berjalan sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemimpin kelompok, anggota kelompok menjadi lebih berpartisipasi dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman sehingga anggota
kelompok merasakan penuh manfaat dari mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok religius keislaman.

F. Tahapan Bimbingan kelompok religius keislaman


Terdapat enam tahapan pengembangan kelompok yang dikemukan
Corey (2010: 71-115) antara lain: (1) perencanaan, (2) orientasi dan
eksplorasi, (3) transisi, (4) kegiatan, (5) pengakhiran, (6) evaluasi dan
tindak lanjut. Selanjutnya Prayitno (2012:170) mengungkapkan lima
tahapan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yakni : (1) tahap
pembentukan, (2) tahap peralihan, (3) tahap kegiatan, (4) tahap
penyimpulan, (5) tahap penutup.
Tahapan bimbingan kelompok religius keislaman tidak berbeda jauh
dengan tahapan bimbingan kelompok pada umunya. Layanan bimbingan
kelompok religius keislaman tetap mengadobsi tahapan bimbingan
kelompok pada umumnnya namun tahapan dalam bimbingan kelompok
religius keislaman menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam proses

Bimbingan Kelompok Religius 47


kegiatanya. Tahapan bimbingan kelompok religius keislaman adalah
sebagai berikut :

1. Tahap Pra-kegiatan
Pada tahap pra-kegiatan/ awal kegiatan ini pemimpin kelompok
menyambut anggota kelompok masuk kedalam ruanganan bimbingan
kelompok, selain itu juga pada tahap ini pemimpin kelompok menyediakan
makan dan minuman ringan untuk disuguhkan kepada anggota kelompok,
serta mengajak anggota kelompok berbicara santai untuk mencairkan
suasana sehingga ketika anggota kelompok masuk kedalam ruangan
bimbingan kelompok merasa nyaman dan aman didalamnya. Sebagai
contoh pemimpin kelompok menanyakan kabar kepada anggota kelompok
dan atau menyanyakan kegiatan apa yang sebelumnya dilakukan sebelum
masuk kedalam ruangan bimbingan kelompok. Hal ini dilakukan agar
anggota kelompok merasa diperhatikan dan nyaman sehingga ketika
memasuki tahap kegiatan nantinya anggota kelompok harapan menjadi
lebih terbuka dan aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok religius
keislaman.
Hasbi (2007:104) memulaikan tamu adalah menerima mereka
yang datang ketempat kita untuk bermalam semalam dua malam , serta
menjamunya dan memberikan perbekalan kepadanya dikala ia pergi
(pulang). Menjamu tamu yang datang dipandang suatu hal yang paling
diutaman hal ini termasuk suatu kemulian budi, bahkan memuliakan tamu
sebagaimana mestinya dipandang tanda kebenaran iman.

Bimbingan Kelompok Religius 48


― Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda : barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan
tamunya dan barang siapa yang beriman kekeluargaannya dan barang
siapa yang beriman kepda allah dan hari akhir, maka hendaklah
mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja- kalau tidak dapat
mengucapkan yang baik ― (Muttafaq‘alaih)

Bimbingan kelompok religius keislaman merupakan suatu layanan


yang dipadang sebagai bentuk dari penerimaan konselor (pemimpin
kelompok) kepada beberapa konseli (anggota kelompok). Penerimaan
disini bermakna bahwa konselor memandang bahwasanya konseli adalah
tamu yang harus diutaman kepentingannya kaitanya dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok religius keislaman. Konseli
yang datang untuk menerima layanan dibuat senyaman mungkin, seperti:
(1) Menyambut konseli dengan wajah yang riang dan gembira, (2)
Memberikan tempat duduk yang membuat nyaman konseli, (3)
Memberikan jamuan makan maupun minum, (4) Membicarakan hal-hal
yang baik, (5) memberikan bekal ketika konseli pulang (hadiah yang tidak
memberatkan), (6) mengantarkan konseli pulang hingga pintur luar
raungan. Hal ini dilakukan agar konseli dalam anggota kelomp merasa
nayaman dan pada saat memasuki tahapan-tahapan bimbingan kelompok
konseli menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan masalahnya serta
aktif dalam berinteraksi kepada seluruh anggota dalam bimbingan
kelompok, sehingga dinamika dalam kelompok berlangsung baik.
Setelah anggota kelompok merasa nyaman serta hubungan antara
pemimpin kelompok dan masing-masing anggota kelompok sudah terjalin
baik (dinamika kelompok), maka pemimpin kelompok mengajak anggota
Bimbingan Kelompok Religius 49
kelompok untuk berwudhu untuk mensucikan diri. Berwudhu ini dilakukan
agar anggota kelompok merasa dirinya lebih segar (fress) serta
menghilangkan hadas kecil, sehingga ketika anggota kelompok mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok akan mendapat Sa‘faat dan Hidayah dalam
menghadapi atau memecahkan masalah yang dihadapi oleh masing-
masing anggota kelompok. Wudhu ini dilakukan karena banyak manfaat
yang didapat untuk anggota kelompok yakni sebagai berikut :
a. Menghilangkan dosa
Abdullah as-Shanabiji meriwayatkan, Rosulullah Shallallohu ‗alaihi
wa salam bersabda, ―Apabila seseorang berwudhu dan dimulai
dengan kumur-kumur, maka keluarlah semua dosa dari mulutnya.
Apabila dia membersihkan hidung, maka keluarlah semua dosa dari
hidungnya. Apabila dia membasuh muka, keluarlah semua dosa
dari wajah dan kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua
tangan, maka keluarlah semua dosa dari kedua tangan itu hingga
dari kuku-kuku jari tangannya. Apabila dia membasuh kepala,
maka keluarlah dosa dari kepalanya hingga ke telinga. Dan apabila
membasuh kedua kaki, maka keluarlah semua dosa dari kaki dan
dari kuku-kuku jari kakinya. Kemudian, perjalanannya ke masjid
dan sholat sunnah di dalamnya akan mendatangkan tambahan
pahala untuk dirinya‖ (HR. Nasai).

b. Sebagian dari iman


Abu Malik al-Asy‘ari berkata, ―Rosulullah Shallallohu ‗alaihi wa
salam bersabda, ―Bersuci itu separuh dari iman, bacaan
Alhamdulillah itu memenuhi timbangan (mizan), bacaan
subhaanallah wal hamdu lillah pahalanya memenuhi ruang antara
beberapa langit dan bumi, sholat adalah cahaya, sedekah adalah
bukti keimanan, sabar adalah sinar dan Al-Qur‘an adalah hujjah
yang mendukungmu atau mengalahkanmu, setiap orang itu pergi
lalu menjual dirinya. Maka ada orang yang memerdekakan dirinya
dan ada yang membinasakan dirinya‖ (HR. Muslim).
Bimbingan Kelompok Religius 50
c. Menghilangkan amarah
Rosulullah bersabda, ―Marah itu bersumber dari setan. Setan itu
diciptakan dari api, sedangkan api dapat dipadamkan dengan air.
Oleh karena itu, bila salah seorang di antara kalian marah, maka
hendaknya dia memadamkannya dengan wudhu‖ (HR. Ahmad).

2. Tahap Pembentukan
Tahapan ini disebut juga tahapan awal dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok religius keislaman. Anggota kelompok yang sudah
saling berinteraksi dan saling mengenal pada tahap pra-kegiatan baik
dengan sesama anggota kelompok maupun kepada pemimpin kelompok
lebih memperdalam pengenalannya dan masing-masing anggota kelompok
melibatkan diri secara penuh pada tahap pembentukan ini.
Konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok yang juga secara
penuh juga ikut dalam kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman,
sebelum memasuki inti dari tahap pembentukan ini, pemimpin kelompok
secara bersama-sama dengan anggota kelompok untuk memasang niat
dan selanjutnya bedoa kepada Allah SWT, hal ini dilakukan agar anggota
kelompok dan pemimpin kelompok benar-benar menjalankan fungsi dan
perannya masing-masing. Niatan dan doa-nya yakni berniat untuk
menjalankan dan mengikuti setiap sesi dari layanan bimbingan kelompok
secara sungguh-sungguh tanpa ada kepura-puraan, serta mengharap
ridho, rahmat, dan hidayah maupun petunjuk dari Allah SWT dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman.
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ―Sesungguhnya setiap
amalan itu dinilai dengan niatnya. Dan bagi setiap orang akan
mendapatkan balasan sebagaimana apa yang dia niatkan. Barangsiapa
Bimbingan Kelompok Religius 51
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yang ingin
dia dapatkan atau karena wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya
hanyalah kepada apa yang dia niatkan.‖ (HR. Bukhari dan Muslim dari
‗Umar bin al-Khaththab radhiyallahu‘anhu).

Setelah anggota kelompok dan pemimpin kelompok memasang niat,


selanjutnya pemimpin kelompok menjalankan fungsi dan peranya sebagai
pemimpin kelompok atas anggota kelompok yang dipimpinnya yakni :
a. Pemimpin kelompok menyampaikan topik/tema dalam bimbingan
kelompok religius keislaman
b. Pemimpin kelompok menyampaikan tujuan dari pelaksanaan
bimbingan kelompok religius keislaman.
c. Pemimpin kelompok menjelaskan alur yang harus dilalui dalam
mencapai tujuan dari pelaksanaan bimbingan kelompok religius
keislaman.
d. Pemimpin kelompok mengemukakan tentang dirinya secara
terbuka dan menyampikan peranannya sebagai pemimpin
kelompok.
e. Pemimpin kelompok menampilkan perilaku dan komunikasi yang
mengandung unsur penghormatan, ketulusan hati, kehangatan,
simpati dan empati kepada anggota kelompok yang dipimpinya.

3. Tahap Peralihan
Pada tahapan ini peranan pemimpin kelompok sangkatlah penting
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
sudah terjadi. Kemudian dari pada itu juga pemimpin kelompok harus
Bimbingan Kelompok Religius 52
benar-benar memperhatikan masing-masing anggota kelompok apakah
dari masing-masing anggota kelompok sudah benar-benar siap untuk
memasuki tahap selanjutnya yakni tahap kegiatan, yang merupakan inti
dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman. Tahap
peralihan ini merupakan tahap mengalihkan kegiatan awal kelompok
kebagian berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap peralihan ini yakni
memotivasi anggota kelompok secara tulus, ikhlas dan halus agar anggota
kelompok merasa bahwa dirinya benar-banar diperhatikan dan hendak
benar-benar dibantu oleh pemimpin kelompok. Selain itu juga motivasi
dari pemimpin kelompok kepada anggota kelompok ini agar supaya
anggota kelompok benar-benar siap dan mantap untuk memasuki tahap
inti dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman yakni
tahap kegiatan.
Peranan pemimpin kelompok selanjutnya kepada anggota kelompok
yakni menanyakan atau melakukan tanya jawab kepada anggota
kelompok apakah anggota kelompok benar-benar siap, mengerti alur/ tata
cara pelaksanaan serta menanyakan tentang kepemahaman anggota
kelompok akan peranan-nya dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok
religius keislaman. Bentuk motivasi dalam bimbingan kelompok religius
keislaman ini adalah penyampaian ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dapat
mendongkrak motivasi anggota kelompok dalam kesiapannya mengikuti
tahap selanjutnya (tahap kegiatan) dalam kegiatan kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 53


4. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman. Pada tahapan ini juga pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama membahas
topik/tema yang ditelah ditetapkan oleh pemimpin kelompok untuk
dibahas dalam kegiatan kelompok. Selain itu juga pembahasan secara
mendalam dan bersama-sama baik dari pemimpin kelompok maupun
anggota kelompok, tentang konflik-konflik yang dihadapi oleh masing-
masing anggota kelompok berkenaan topik yang dibahas pada tahap
kegiatan ini.
Tahap kegiatan ini mempunyai tujuan yakni, terbahasnya isi topik
yang telah dikemukan oleh pemimpin kelompok secara mendalam dan
tuntas. Keikut sertaan dan keaktifan anggota kelompok pada tahap ini
menentukan tercapainya tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman ini. Pada tahap ini juga perlu diperhatikan
bahwasanya pemimpin kelompok tidak hanya melihat dinamika kelompok
yang terjadi pada kegiatan ini, namum lebih dari itu pemimpin kelompok
juga ikut serta dalam kegiatan kelompok, memberi penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh anggota
kelompok, khususnya keikutsertaan secara aktif dan dinamis para anggota
kelompok dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota
kelompok.
Pada tahap kegiatan ini pula untuk alokasi waktu tentu berbeda
dengan tahap-tahap yang lain. pada tahap kegiatan ini memerlukan
alokasi waktu yang cukup lama, karena dalam tahap kegiatan ini tidak
Bimbingan Kelompok Religius 54
hanya membahas suatu topik secara umum saja namun membahas topik
secara mendalam dan menyeluruh serta membahas secara tuntas. Pada
tahap kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman ini juga pemimpin
kelompok bisa menggunakan beberapa variasi perlakuan (treatment) agar
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok religius keislaman, anggota
kelompok tidak jenuh dan bosan, sealain itu juga untuk menghindari
kegiatan yang monoton. Variasi teknik perlakuan (treatment) tersebut
antara lain : (1) discution and feed-back, (2) ceramah, (3) film strip, (4)
story telling, (5) halaqah, (6) sosiodrama. Variasi teknik perlakuan
tersebut tentu tidak lepas dari nuansa Islami yang beracuan pada Al-
Qur‘an dan Hadist sebagai pondasi utamanya.

5. Tahap Evaluasi
Setelah tahapan kegiatan terlalui selanjutnya masuk pada tahap
evaluasi, pada tahap ini konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok
mengevaluasi kegiatan menjadi dua yakni evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Pada tahap evaluasi proses pemimpin kelompok menganalisa proses
yang telah terjadi dalam kegiatan kelompok dari tahap pra-kegiatan
sampai kepada tahap inti kegiatan. Evaluasi proses ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang terjadi pada
tahap awal sampai tahap kegiatan, serta untuk melihat peluang dan
tantangan untuk menyikapi pertemuan berikutnya, sehingga untuk
pertemuan berikutnya pemimpin kelompok bisa lebih memantabkan diri
agar anggota kelompok benar-benar merasakan manfaat yang didapat
Bimbingan Kelompok Religius 55
dari keikutsertaan anggota kelompok dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok religius keislaman.
Pada tahap evaluasi hasil ini pemimpin kelompok melihat dan
menganalisa sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota
kelompok dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan masing-
masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman materi yang
dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap kegiatan. Selain itu juga
untuk melihat dampak dari pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
dalam hal ini terkait dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua yang tadinya buruk menjadi baik. Kemudian untuk melihat keefektifan
model, dilakukan tes skala sikap untuk melihat perbandingan antara
pretes (sebelum diberi layanan bimbingan kelompok religius keislaman)
dan postet (setelah diberikan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman). Apabila hasil postes lebih tinggi dari pada pretes maka model
bimbingan kelompok religius keislaman efektif untuk meningkatkan prilaku
etik berkomunikasi terhadap orang tua.

6. Tahap Penutup.
Pada tahap penutup ini pemimpin kelompok menutup sesi
pertemuan layanan bimbingan kelompok religius keislaman. Pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama berdoa kepada
Allah SWT agar mendapatkan rahmat dan hidayah dari proses yang telah
dilalui dan memohon selalu perlindungan-Nya. Pemimpin kelompok
membicarakan atau mengajur jadwal pertemuan selanjutnya kepada
Bimbingan Kelompok Religius 56
anggota kelompok seraya mengantarkan anggota kelompok keluar pintu
ruangan bimbingan kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 57


BAGIAN III
MODEL BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS UNTUK
MEMBENTUK KARAKTER ANAK ISLAMI

A. Rasional
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
lingkungan sekitarnya (sekolah, tempat bekerja, keluarga, maupun
masyarakat) karena manusia membutuhkan orang lain untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam rangka mencapai tujuan
yang diinginkannya. Manusia juga membutuhkan orang lain dalam
menyelesaikan tugas perkembanganya. Manusia sebagai makhluk sosial
tidak dapat lepas dari interaksi dengan orang lain karena interaksi tersebut
merupakan suatu fitrah yang dimiliki oleh manusia yang diberikan oleh
Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT :
― Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa,
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal‖. (QS. Al-Hujarad 45:13).

Keluarga merupakan lingkungan awal manusia menjalin sebuah


interaksi dan komunikasi. Dari lingkungan keluarga inilah anak manusia
belajar bagaimana bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Keluarga
dalam pandangan Islam memiliki nilai yang berarti. Bahkan Islam menaruh
perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-
kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak

Bimbingan Kelompok Religius 58


harmonisan dan kehancuran. Perhatian Islam sangat besar terhadap
keluarga karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu
pertama dan utama untuk membangun istana masyarakat muslim, serta
merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-
generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah SWT di muka
bumi.
Keluarga merupakan sebuah unit yang berperan penting juga dalam
pembentukan dan pengembangan kepribadian anak (akhlak mulia),
karena keluarga merupakan tempat pertama dan utama anak memperoleh
pendidikan kaitanya dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua maupun lebih tua. Peranan keluarga dalam pendidikan anak (akhlak
mulia) yakni dengan cara memberikan pemahaman-pemahaman yang
positif kepada anak dengan berlandaskan apa yang diajarkan oleh Allah
SWT dan Rasullullah SAW dalam Al-Qur‘an dan Hadits, hal ini berkenaan
dengan perilaku etik berkomunikasi kepada orang tua (lebih tua) sehingga
terwujudnya akhlak yang mulia pada kepribadian anak. Ayat Al-Qur‘an
berkenaan dengan perilaku etik berkomunikasi anak kepada orang tua
yakni sebagai berikut:
Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah selain dia, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika salah seorang dari mereka atau
keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah
engkau katakan ― ah!‖ kepada keduanya, dan janganlah engkau bentak
keduanya, serta berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang
mulia. (QS. 17/Al Isro : 23)

Selanjutnya, Hadits berkenaan dengan perilaku etik berkomunikasi


anak kepada orang tua yakni sebagai berikut:
Bimbingan Kelompok Religius 59
Abdullah bin Amru bin Ash ra. Menceritakan, bahwa seorang lelaki datang
menghadap Muhammad Rasullullah SAW. Lalu lelaki itu berkata, ―Aku
bai‘at (berjanji setia) dengan engkau akan ikut hijrah dan jihad, karena
aku ingin memperoleh pahala dari Allah SWT‖
― Apakah orang tua mu masih hidup ?‖ tanya Nabi
― Bahkan keduanya masih hidup‖ jawab lelaki tersebut
― Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah‖
― Benar, ya Rasullullah‖
― Pulang kamu kepada kedua orang tua mu, lalu berbaktilah kepada
keduanya sebaik-baiknya,‖ Perintah Rasullah SAW. (HR. Muslim)

Membentuk suatu kepribadian muslim (akhlak mulia) pada diri anak


tidak hanya dapat terbentuk dari pendidikan dalam keluarga (pendidkan
non formal). Namun lebih dari itu dukungan lingkungan sosial
(masyarakat) dan sekolah (pendidikan formal) juga turut memberikan
sumbangsi dalam membentuk kepribadian muslim. Sekolah merupakan
sebuah lembaga pendidikan bagi anak setelah pendidikan dalam keluarga
dan lingkungan sosisal (masyarakat).
Sekolah adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus
untuk pengajaran para peserta didik (anak) di bawah pengawasan para
guru kaitanya dengan pembentukan perilaku etik berkomunikasi terhadap
orang tua (akhlak mulia). Sesuai dengan UUD Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 yang
memuat :
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar perserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
Bimbingan Kelompok Religius 60
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia
tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional tersebut
tentu tidak mudah, perlu proses dalam rangka mewujudkan
semua itu.

Bimbingan dan Konseling merupakan suatu layanan yang tidak


dapat dipandang sebelah mata untuk membantu mewujudkan Sistem
Pendidikan Nasional. Bimbingan dan Konseling dirancang untuk membantu
siswa/ anak dalam hal ini berkenaan dengan pengembangan potensi yang
dimiliki siswa/ anak agar perkembangan siswa/ anak tersebut sesuai
dengan tahapan perkembanganya masing-masing, serta membantu untuk
mencegah timbulnya permasalahan melalui empat bidang yakni : (1)
Pribadi, (2) Sosial, (3) Belajar, (4) karir. Kemudian dari pada itu juga,
dalam Bimbingan dan Konseling terdapat berbagai macam layanan untuk
membantu dan mencegah timbulnya permasalah pada siswa/ anak, salah
satunya adalah layanan bimbingan kelompok.
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan
oleh pempimpin kelompok (konselor) kepada anggota kelompok (konseli)
untuk mencegah timbulnya permasalahan melalui penyedian informasi di
bidang pribadi, belajar, sosial, dan karir yang dilaksanakan melalui
Bimbingan Kelompok Religius 61
aktivitas kelompok yang terencana dan teroganisir. Jumlah anggota
kelompok antara 10-15 orang, yang memungkinkan pemimpin kelompok
(konselor) dapat melakukan pendekatan secara personal agar lebih
memahami kondisi dan pribadi masing-masinng anggota kelompok. Selain
itu juga bimbingan kelompok membantu anggota kelompok (konseli)
untuk menghargai pendapat orang lain dan melatih siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta dengan
bimbingan kelompok ini juga nantinya sebagai suatu layanan yang
diberikan kepada anggota kelompok berkaitan dengan peningkatan
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua/ lebih tua.
Penggunaan layanan bimbingan kelompok secara khusus bertujuan
untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, padangan, wawasan,
melatih kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapat, mampu
bertenggang rasa, menghormati orang lain. Dalam situasi kelompok, siswa
dapat melatih diri untuk bersosialisasi, berkomunikasi dengan sebaik-
baiknya komunikasi, bertoleransi, menghargai orang lain, dan berempati
terhadap anggota kelompok lainnya.
Bimbingan kelompok sebenarnya sudah dilaksanakan dijalur
pendidikan formal (SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MAN), namun
pelaksanaannya masih bersifat konvensional dengan teknik ceramah dan
tanya jawab sehingga membuat siswa atau anak merasa jenuh dan bosan
ketika mengikuti layanan bimbingan kelompok, dan tentunya dari
terlaksananya layanan bimbingan kelompok tersebut siswa tidak
mendapatkan nilai manfaat yang lebih karena kegiatan bimbingan
kelompok tersebut terlalu monoton dengan menggunakan teknik ceramah.
Bimbingan Kelompok Religius 62
Kunci utama dari layanan bimbingan kelompok adalah tebentuknya
dinamika kelompok, dengan ditandainya interaksi yang aktif dari masing-
masing anggota kelompok, tujuannya ialah untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati oleh masing-masing anggota kelompok.
Selain itu juga bimbingan kelompok konvensional belum mampu
memberikan kontribusi bagi peningkatan prilaku etik siswa terhadap orang
tua/ lebih tua (orang tua, guru, kaka kelas, penjaga kantin, dan penjaga
sekolah). Dengan demikian, perlu dikembangkan sebuah model yang
variatif yaitu bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan
perilaku etik terhadap orang tua.

B. Visi dan Misi


Bimbingan kelompok relegius dalam membentukan karakter anak
islami memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
Visi bimbingan kelompok religius keislaman ialah membantu
mengembangkan potensi (fitrah sebagai manusia) agar terwujudnya
perilaku etik siswa dalam berkomunikasi terhadap orang tua yang
sesuai dengan apa yang telah tertuang didalam Al-Qur‘an dan Hadist
berkaitan dengan aturan berbicara terhadap orang tua atau orang
yang lebih tua.
Visi ini didasari bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Al-
Qur‘an dan Hadist mampu menciptakan kondisi dinama individu
dapat belajar dengan kondusif melalui ayat-ayat Al-Qur‘an dan
Hadits tetang apa yang individu tersebut butuhkan. Sehingga
Bimbingan Kelompok Religius 63
individu itu merasakan dan meresapi dengan baik tetang nikmat
Allah SWT yang Allah SWT berikan kepada umat muslim.

b. Misi
Misi dari bimbingan kelompok berbasis Islam adalah
memberikan informasi seluas-luasnya di berbagai bindang (pribadi,
sosial, belajar, dan spritual) belandaskan Al-Qur‘an dan Hadist
kepada siswa untuk mengembangkan potensi/ fitrah yang dimilikinya
secara optimal melalui pencapian tugas-tugas perkembangan dan
mencegah munculnya masalah yang dapat menghambat
perkembangan pontensi. Dalam rangka menyiapkan kemampuan
individu menghadapi masa depan, layanan bimbingan kelompok
harus mampu nyentuh seluruh aspek perkembangan, perilaku, dan
kebutuhan individu. Pemberian informasi dalam hal ini ialah
informasi atau tuntunan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‘an
dan Hadist yang mampu menumbuhkan perilaku etik dalam
berkomunikasi terhadap orang tua/ lebih tua. Misalnya seperti sopan
dalam berbicara, berbicara halus, tidak membentak orang tua,
santun dalam berperilaku, dan lain-lain.

C. Prinsip Bimbingan Kelompok Religius


Prinsip merupakan pokok acuan dasar seseorang untuk berpikir dan
bertindak. Bimbingan kelompok religious keislaman mempunyai prinsip
utama yang merupakan acuan untuk berpikir dan bertindak yakni Al-
Qur‘an dan Hadist. Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pijakan yang paling
Bimbingan Kelompok Religius 64
utama dalam berpikir dan bertindak dalam hal ini terkait dengan prinsip
pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam. Adapun prinsip dalam
pelaksanaannya tersebut, yakni sebagai berikut:
a. Implemetasi prinsip bimbingan kelompok religious keislaman ialah
membantu anggota kelompok mengenal fitrah-nya sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki segala potensi sejak di
tiupkannya Roh dalam kandungan. Prinsip pertama ini didasari
firman Allah SWT dalam Surah Al-Imran ayat 59:
―Sesungguhnya misal (penciptaan) isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam, Allah Menciptakan adam dari tanah,
kemudian Allah berfirman kepadanya: jadilah (seorang manusia),
maka jadilah dia‖

b. Bimbingan kelompok religius keislaman memandang manusia


memiliki ― akal‖ yang membuat manusia tersebut berbeda dengan
makhluk ciptaan Allah SWT yang lain. Selanjutnya ― akal‖ tersebut
berguna untuk manusia dalam berpikir membedakan mana yang
baik dan salah kaitanya dengan mematuhi segala perintah Allah
SWT dan menjauhi segala laranganya serta menjalankan apa
yang diperintahkan beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadist. Prinsip
kedua ini didasari firmal Allah SWT Surah Al-Isra ayat 70:
― Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami berikan mereka
rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
kami ciptakan‖

Bimbingan Kelompok Religius 65


c. Bimbingan kelompok religius keislaman memandang manusia
atau anggota kelompok berbeda satu dengan yang lain, oleh
karena itu pimpinan kelompok mengajak anggota kelompok
mengenal/saling mengenal antara satu dengan yang lain.
Perbedaan ini bukan berarti negatif untuk para anggota
kelompok, akan tetapi dari perbedaan ini para anggota kelompok
belajar dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Prinsip
ketiga ini didasari sebuah Hadits yang diriwatkan HR. Muslim:
― Setiap manusia dilahirkan ibunya dalam keadaan fitrah. Maka
kemudia ayah dan ibunya yang menjadikannya yahudi, nasrani,
atau maujis. Dan jika ayah-ibunya itu seorang muslim, maka
jadilah (si anak) seorang muslim‖

d. Bimbingan kelompok religius keislaman membantu anggota


kelompok untuk memelihara, mengembangkan, serta
menyempurnakan sifat-sifat yang baik (Akhlaqul-Karimah) yang
telah dimiliki oleh anggota kelompok dengan beracuan pada
akhlak Nabi Muhammad SAW. Prinsip keempat ini didasari sebuah
Hadits yang diriwatkan HR. Ahmad dan Thabrani dari Abu
Hurairah:
― Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
mulia‖

e. Bimbingan kelompok religius keislaman dalam pelaksanaannya


menekankan pada sistem kasih sayang, dengan kasih sayang
yang positif ini akan menimbulkan keakrapan antara anggota
kelompok kepada pemimpin kelompok, dan anggota kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 66
kepada anggota kelompok yang lain, sehingga menimbulkan
keterbukaan dari masing-masing kelompok serta dinamika
kelompok berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Prinsip kelima ini didasari sebuah Hadits yang
diriwatkan HR. Thabrani dan Hakim:
― Sayangilah siapa saja yang ada dimuka bumi ini, maka penghuni
langit akan menyayangimu‖

D. Tujuan Bimbingan Kelompok Religius


Bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku
etik siswa dalam berkomunikasi terhadap orang tua ini terdapt dua tujuan,
yakni sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua dengan berlandaskan pada Al-
Qur‘an dan Hadits sebagai berikut :
― Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa, bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal,
sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal‖. (QS. Al-Hujarad
45:13).

Abu Huroiroh ra. Mengabarkan nabi Muhammad SAW bersabda ― Dia


celaka! Celaka! Celaka!‖, kemudian seorang sahabat bertanya, ―
Siapakah yang celaka, ya Rosulullah?‖. Nabi SAW menjawab, ― Siapa
yang mendapati kedua atau salah satu dari orang tuanya (dalam
Bimbingan Kelompok Religius 67
usia lanjut), tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan
merawat orang tuanya sebaik-baiknya).‖ (HR. Muslim)

Pada ayat Al-Quran dan Hadits diatas dapat dijelaskan tujuan umum
pelaksanakan bimbingan kelompok religius keislaman untuk meningkatkan
perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang tua, yakni membantu
individu/ anggota kelompok untuk berkomunikasi dan berinteraksi melalui
verbal maupun non verbal dalam situasi kelompok, untuk saling mengenal
satu dengan yang lainnya (anggota kelompok) dan atau dengan sesama
ciptaan Allah SWT. Selanjutnya saling memahami dan menghargai antara
anggota kelompok satu dengan yang lainnya, agar komunikasi
interpersonal antar anggota kelompok terjalin baik. Hal ini untuk
memunculkan keterbukaan dari masing-masing anggota kelompok
sehingga nantinya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis
Islam, dinamika kelompok berjalan sesuai dengan tujuan umum dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok itu sendiri. Selain itu juga menurut Al-
Qur‘an manusia secara fitrah adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
merupakan makhluk sosial, hidup dalam ruang lingkup keluarga,
masyarakat, dan berdamping-dampingan merupakan keniscayaan. Oleh
sebab itu pula tidak semua masalah bisa terselesaikan tanpa bantuan atau
masukan dari orang lain. Selain itu pula tujuan umum layanan bimbingan
kelompok religius keislaman ini dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada anggota kelompok pentingnya berbakti kepada orang
tua, menghargai orang tua, menjaga keharmonisan dengan orang tua
terlebih kepada orang yang lebih tua.

Bimbingan Kelompok Religius 68


b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua dengan berlandaskan pada Al-
Qur‘an dan Hadits sebagai berikut :
― Serulah (manusia) kepada jalan tuhamu dengan hikmat dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik sesungguhnya tuhanmui dialah yang lebih mengetahui tetang
siapa yang tersesat dari jalanya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk‖. (QS. An- Nahl 16:125).

― (Yaitu) orang-rang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tentram. Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik‖.
(QS. Ar-Ra‘ad 13: 28)

Dari paparan ayat Al-Qur‘an diatas dapat dirumuskan tujuan khusus


dari bimbingan kelompok religius keislaman ialah membantu individu
maupun anggota kelompok untuk kembali kejalan Allah SWT, mengingat
Allah SWT dengan berzikir kepada-Nya atas apa yang telah individu atau
anggota kelompok alami, sehingga individu atau anggota kelompok
tersebut mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah yang membuat hati
masing-masing individu tersebut tenang dan tentram. Konselor/ guru BK
sebagai pemimpin kelompok memberikan pandangan kepada anggota
kelompok dengan pandangan atau pemikiran yang baik, lemah-lembut,
halus, terkait masalah perilaku etik berkomunikasi kepada orang tua
berdasarkan Al-Qur‘an dan Hadist, agar anggota kelompok atau pun

Bimbingan Kelompok Religius 69


individu dalam kelompok tersebut mengerti bahwa konselor/ guru BK
tersebut sebagai perantara yang mengantarkan mereka (anggota
kelompok) kembali kejalan yang telah ditentukan oleh Allah SWT yakni
kejalan kebaikan dan hanya Allah-lah yang mengetahui tentang siapa yang
tersesat (bermasalah) serta hanya dia-Lah (Allah SWT) yang mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah selain dia,
dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika salah seorang dari
mereka atau keduanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka janganlah engkau katakan ― ah!‖ kepada keduanya, dan
janganlah engkau bentak keduanya, serta berkatalah kepada
keduanya dengan perkataan yang mulia. (QS. 17/Al Isro : 23)

Muhammad Rasullullah SAW bersabda ― Barang siapa berimanan


kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau
(kalau tidak bisa) lebih baik diam‖. (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Pada paparan ayat Al-Qur‘an dan Hadits ini dapat dirumuskan tujuan
khusus lainnya dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman untuk meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap
orang tua ialah membantu serta memberikan informasi kepada anggota
kelompok agar mereka memahami bertapa pentingnya menjaga ucapan
ketika berbicara kepada orang tua (berkata halus, lemah lembut, tidak
menyinggung perasaan, tidak mencaci maki, dan lain sebagainya).
Kemudian menjaga tingkah laku atau adab berperilaku kepada orang tua
maupun lebih tua dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah,
maupun di lingkungan sekitar individu berinteraksi yang sesuai, dengan
beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam
Bimbingan Kelompok Religius 70
(mendahulukan orang tua ketika berjalan, membungkukkan badan saat
beselisihan, tidak duduk lebih tinggi dari orang tua, dan lain-lain).

E. Isi Bimbingan Kelompok Religius


Isi bimbingan kelompok berbasis Islam ini mencakup lima bidang
yakni : (1) bidang pribadi, (2) bidang sosial, (3) bidang belajar, (4) bidang
karir, serta (5) bidang spritual. Kelima bidang ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Bidang Pribadi
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam memahami fitrahnya sebagai mana
ciptaan Allah SWT, menilai, dan mengembangkan potensi yang di
fitrahkan oleh Allah SWT kepada dirinya, memahami minat dan
bakatnya, serta mengetahui kebutuhan dirinya secara realistik.

2. Bidang Sosial
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman membantu
peserta didik untuk memahami dan menilai, serta mengambangkan
kemampuan sosial dalam berinteraksi dengan sesama umat
manusia dengan menunjukan akhlak mulia (berpedoman dengan
Al-Qur‘an dan Hadist) kepada teman sebaya, anggota keluarga,
dan warga lingkungan sosial yang luas.

Bimbingan Kelompok Religius 71


3. Bidang Belajar
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman membantu
peserta didik mengambangkan potensi yang dimilikinya untuk
meningkatkan kemampuan belajar sesuai dengan program sudi
dan arah peminatannya dan berdisiplin dalam rangka mengikuti
pendidikan pada jenjang satuan pendidikannya, serta belajar
secara mandiri.

4. Bidang Karir
Layanan bimbingan kelompok berbasis Islam, membantu peserta
didik dalam menerima, memahami, menilai informasi dan
pengalaman, serta memilih dan mengoptimalkan seluruh potensi
(fitrahnya sebagai manusia yang memiliki akal) dalam mengambil
keputusan arah karir secara objektif, bijak, dan bertafakur
(mendekatkan diri kepada Allah SWT).

5. Bidang Spritual
Layanan bimbingan kelompok religius keislaman mengembalikan
peserta didik kembali kepada fitrah-nya sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT ( mendekatkan diri kepada sang pencipta) dengan
berpegangan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur‘an dan berpegang pada perkataan Nabi Muhammad
SAW yang diriwayatkan oleh para sahabat (Hadist).

Bimbingan Kelompok Religius 72


F. Dukungan Sistem
Komponen pendukung sistem adalah kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program
konseling dalam hal ini ialah program bimbingan kelompok berbasis Islam.
Kegiatan tersebut diarahkan pada pengembangan program,
pengembangan staf, penataan kebijakan, prosedur dan petunjuk teknis.
a. Pengembangan Program
Program bimbingan kelompok yang baik dan benar dilakukan
berdasarkan need assesment, kondisi objektif sekolah, faktor
internal dan eksternal sekolah, serta perkembangan yang terjadi
masyarakat serta dilakukan sejalan dengan program sekolah.
Pengembangan program meliputi beberapa kegiatan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis, dan tindak lanjut
program bimbingan kelompok berbasis Islam.
Merencanakan program bimbingan kelompok religius
keislaman di sekolah perlu diperhatikan beberapa pertimbangan
diantaranya yaitu (1) sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah,
(2) visi dan misi sekolah, (3) fasilitas (personil, ruangan, peralatan,
dan pendanaan), (4) terperinci dan sistematis, (5) pelayanan
kepada seluruh siswa, (6) tujuan ideal dan realistik, (7) terbuka
dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk
pengembangan dan penyempurnaannya, tanpa harus merombak
program secara menyeluruh, (8) kerjasama dengan seluruh pihak
terkait, (9) penilaian dan tindak lanjut untuk menyempurnaan

Bimbingan Kelompok Religius 73


program khususnya, dan peningkatan keefektifan dan keefesienan
penyelenggaraan program.
Pelaksanaan program bimbingan kelompok religius keislaman
terfokus pada pengembangan pribadi dan pencegahan masalah di
bidang sosial dan belajar serta spritual. Penilaian program
diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan
layanan bimbingan kelompok yang sudah dilakukan. Terdapat
penilaian proses dan penilaian hasil dalam bimbingan kelompok.
Penilaian proses bertujuan untuk mengetahui keefektifan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman dilihat dari segi proses.
Penilaian hasil bertujuan untuk memperoleh informasi keefektifan
layanan bimbingan kelompok dilihat segi hasil. Berdasarkan hasil
penilaian proses dan haasil ditetapkan langkah-langkah tindak
lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program
selanjutnya.

b. Pengembangan Staf
Progam pengebangan staf bertujuan agar para konselor atau
guru bimbingan dan konseling memiliki kompetensi sebagai faktor
penunjang keterlaksananya layanan bimbingan kelompok berbasis
Islam, antara lain sebagai berikut :
a) Karakteristik konselor bimbingan konseling berbasis Islam harus
orang yang beriman (muslim).
b) Memahami konsep dasar dari bimbingan kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 74


c) Menguasai konsep dasar pelaksanaan bimbingan kelompok
dengan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-Qur‘an dan
Hadist.
d) Mampu membuat perencanaan layanan bimbingan kelompok
religius keislaman (perencanaan).
e) Mampu menciptakan suasana yang nyaman dan aman agar
anggota kelompok aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan
(motivator).
f) Mampu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para
anggota untuk berpartisipasi atau terlibat dalam diskusi yang
dinamis dalam bimbingan kelompok (fasilitator).
g) Harus menjadi perantara antara guru dengan siswa atau antara
sesama guru (Mediator)
h) Memahami fungsi dari seorang pemimpin kelompok.
i) Memahami peranan pemimpin kelompok.
j) Memilki sifat dan sikap yang baik (akhlaqul-karimah).
k) Memiliki rasa kasih sayang yang tinggi.
l) Mengarahkan perilaku anggota kelompok kearah yang kondunsif
(Inspirator)
m) Tanggap terhadap perubahan yang terjadi di dalam kelompok
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
bersama.
n) Pemimpin kelompok harus memiliki pengaruh yang kuat di
dalam kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 75


o) Mampu mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok (evaluator)
Secara Spesifik Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok Dalam
Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Islam, yakni sebagai
berikut:
1. Peran Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok memiliki peran penting untuk
mepersiapkan anggota kelompok agar dapat melaksanakan
semua peran dalam mewujudkan dinamika kelompok. Dalam hal
ini pemimpin kelompok perlu memberitahukan:
a) Tentang apa-apa yang diharapkan dari anggota kelompok
suasana khusus yang dapat terjadi dalam kelompok itu, dan
peran serta cara-cara yang akan dilakukan oleh pemimpin
kelompok.
b) Bahwa keikut sertaan dalam kelompok itu adalah sukarela.
c) Bahwa anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang
disampaikan ataupun menolak saran-saran yang diberikan
anggota kelompok lain.
d) Bahwa hasil kegiatan kelompok itu tidak mengikat para
anggota kelompok itu dalam kehidupan diluar kelompok.
e) Bahwa segala yang terjadi dan menjadi isi dan kegiatan
kelompok itu sifatnya rahasia. Dalam hal ini anggota
kelompok dan pemimpin kelompok perlu memegang rahasia.

Bimbingan Kelompok Religius 76


f) Penghargaan pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan
keberanian para anggota kelompok mengikuti kegiatan
kelompok.
2. Fungsi Pemimpin Kelompok
Fungsi pemimpin dalam bimbingan kelompok religius
keislaman ini mengadobsi dari fungsi BK pada permendikbud
111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan konseling di pendidikan
dasar dan menengah pasal 2 menjelaskan fungsi layanan
bimbingan dan konseling:
a) Pemahaman diri dan lingkungan
b) Fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
c) Penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan
d) Penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir
e) Mencegahan timbulnya masalah
f) Perbaikan dan penyembuhan
g) Pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk
perkembangan diri Konseli
h) Pengembangan potensi optimal
i) Advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif
j) membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan
terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan
latar belakang pendidikan, bakat, minat, kemampuan, dan
kecepatan belajar.

Bimbingan Kelompok Religius 77


c. Penataan Kebijakan, Prosedur, dan Petunjuk Teknis
Penataan kebijakan pelaksanaan bimbingan kelompok
disekolah, konselor/ guru bimbingan dan konseling berperan
dengan seijin kepala sekolah bekerja sama dengan wakasek
kurikulum, kesiswaan, sarana, humas, guru wali kelas dan guru
mapel merumuskan teknis, waktu, dan tempat pelaksanaan
bimbingan kelompok berbasis Islam.
Prosedur dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
religius keislaman sehingga dapat menunjang keefektifan layanan
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Subyek Layanan, pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman diawali dengan pemahaman
tentang karakteristik siswa. Pemahaman terkait dengan
kepribadian, kelebihan dan kelemahan dan kondisi lingkungan.
Hal yang perlu dilakukan dalam menentukan subjek layanan
adalah guru bimbingan dan konseling memberikan tes dengan
menggunakan skala perilaku etik berkomunikasi terhadap
orang tua sebelum memberikan layanan bimbingan kelompok
berbasis Islam
2. Persiapan Kondisi Lingkungan, koordinasi dengan personil
sekolah yang meliputi kepala sekolah, koordinator guru
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling, guru
mata pelajaran, wali kelas dan staf administrasi dapat
membantu dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
berbasis Islam. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
Bimbingan Kelompok Religius 78
layanan bimbingan kelompok religius keislaman nantinya,
mendapat dukungan dari berbagai pihak guna
keterlaksanaannya layanan bimbingan kelompok religius
keislaman sehingga dapat menunjang keefektifan dari layanan
yang diberikan.
3. Membuat Recana Pelaksanaan Layanan (RPL),merupakan
panduan bagi guru bimbingan dan konseling (konselor) dalam
melaksanakan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam.
Secara terperinci RPL dalam layanan bimbingan kelompok
berisi tentang : (a) topik pembahasan, (b) bidang bimbingan,
(c) fungsi layanan, (d) jenis layanan, (e) tujuan layanan, (f)
materi layanan, (g) sasaran layanan, (h) uraian kegiatan, (i)
media, (j) tanggal, (k) waktu, (l) tempat, (m) penyelenggara,
(n) pihak yang terlibat, (o) evaluasi.
4. Pengaturan waktu, pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
Islam agar efektif dilaksanakan secara terjadwal sekiranya
tidak menggangu kegiatan lain di sekolah dan berjalan secara
efektif. Pengaturan waktu ini dapat dilakukan dengan
alternatif: 1) terjadwal seperti jam pelajaran, 2) terjadwal
tersendiri berdasarkan kesepakatan dengan siswa, 3)
mengambil waktu di luar jam pelajaran pada hari-hari sekolah
5. Tempat pelaksanaan, layanan bimbingan kelompok religius
keislaman memerlukan pengaturan tempat secara baik dan
tepat. Bimbingan kelompok religius keislaman dapat dilakukan
di ruangan secara khusus seperti ruangan bimbingan dan
Bimbingan Kelompok Religius 79
konseling, kalau tidak ada dapat menggunakan alternatif ruang
kelas ataupun ruangan perpustakaan, atau ditempat lain yang
disepakati bersama dengan anggota kelompok. Idealnya untuk
ruang bimbingan kelompok dilakukan di ruang khusus yang
berukuran 3x4 Meter mempunyai sirkulasi udara yang baik,
berjendela, cukup terang, dan bersih serta kondusif untuk
keterlaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis islam.
Petunjuk teknis pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman bisa dilaksanakan dengan efektif
jika dalam kegiatan terdapat pengaturan waktu dan tempat
secara terjadwal. Dalam hal ini pengaturan waktu, alternatif
yang digunakan yaitu secara terjadwal memanfaatkan waktu
bimbingan konseling dan mengambil waktu di luar jam
pelajaran pada hari efektif sekolah.
Bimbingan kelompok religius keislaman dapat
dilangsungkan berbagai tempat, yang penting adalah
kenyaman siswa saat mengikuti layanan bimbingan kelompok.
Karena sifat bimbingan kelompok adalah pemberian informasi
secara umum sehingga dapat dilakukan ditempat terbuka
maupun diruangan yang luas misalnya aula atau halaman
sekolah. Model bimbingan kelompok religius keislaman ini
memerlukan tempat yang cukup luas untuk mempraktekan
treatment (perlakuan) yang telah dirancang oleh peneliti dalam
rangka meningkatkan prilaku etik berkomunikasi terhadap
orang tua/ lebih tua, untuk lebih efektif, model layanan
Bimbingan Kelompok Religius 80
bimbingan kelompok religius keislaman ini dilakukan diluar jam
pelajaran karena memerlukan alokasi waktu yang lebih lama
dibandingkan alokasi waktu jam perlajaran dikelas.

G. Tahapan Bimbingan Kelompok Religius


Terdapat enam tahapan dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman untuk meningkatkan perilaku etik siswa dalam
berkomunikasi terhadap orang tua ini, yakni sebagai berikut :
a. Tahap Awal
Tahap Awal ialah tahapan paling awal sebelun memasuki tahap
selanjutnya dalam bimbingan kelompok berbasis Islam. Tahap pra-
kegiatan dapat pula disebut dengan tahap menjalin silaturahmi agar
pemimpin kelompok berserta anggota kelompok saling mengenal, menjalin
interaksi, serta melibatkan diri di dalam kelompok. Tahap pra-kegiatan ini
terdiri dari kegiatan yang dilakukan konselor (pemimpin kelompok) ialah :
1. Menyambut dengan mengucapkan salam (assalamualaikum/
Wa‘alaikkumsalam) dan menerima anggota kelompok secara
terbuka dengan wajah yang berseri-seri.
2. Berjabat tangan dan mempersilahkan anggota kelompok masuk
dalam ruangan bimbingan kelompok.
3. Memberikan tempat duduk yang paling istimewa di dalam
ruangan.
4. Menghidangkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan bagi pemimpin kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 81


5. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok untuk mencairkan
suasana.
6. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mensucikan diri dari
hadas kecil (berwudhu).
Adapun tujuan dari tahap pra-kegiatan ini ialah untuk membuat
suasana awal sebelum memasuki kegiatan selanjutnya dalam sesi layanan
bimbingan kelompok menjadi : (1) aman, nyaman segar, dan tidak jenuh
serta, (2) agar anggiota kelompok merasa bahwa dirinya benar-benar
diperhatikan, diterima, dan di istimewakan, (3) berwudhu ini tujuan agar
pemimpin dan anggota kelompok berada dalam keadaan suci sehingga
mendapat perlindungan dan hidayah dari Allah SWT, (4) Doa dan zikir ini
bertujuan agar pemimpin dan anggota kelompok lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan menyadari bahwa hanya Allah SWT-Lah yang
mampu mambantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh anggota
kelompok.

b. Tahap Pembentukan
Tahapan ini disebut juga tahapan kedua dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok berbasis Islam. Anggota kelompok yang sudah saling
berinteraksi dan saling mengenal pada tahap pra-kegiatan baik dengan
sesama anggota kelompok maupun kepada pemimpin kelompok lebih
memperdalam pengenalannya (memperkenalkan nama) dan masing-
masing anggota kelompok melibatkan diri secara penuh pada tahap
pembentukan ini.

Bimbingan Kelompok Religius 82


Konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok yang juga secara
penuh juga ikut dalam kegiatan bimbingan kelompok berbasis Islam,
sebelum memasuki inti dari tahap pembentukan ini, pemimpin kelompok
secara bersama-sama dengan anggota kelompok untuk meletakan niat
(memasang niat), hal ini dilakukan agar anggota kelompok dan pemimpin
kelompok benar-benar menjalankan fungsi dan perannya masing-masing.
Niatnya yakni berniat untuk menjalankan dan mengikuti setiap sesi dari
layanan bimbingan kelompok secara sungguh-sungguh tanpa ada kepura-
puraan, serta mengharap ridho, rahmat, dan hidayah maupun petunjuk
dari Allah SWT dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam.
Setelah anggota kelompok dan pemimpin kelompok memasang niat,
selanjutnya pemimpin kelompok menjalankan fungsi dan peranya sebagai
pemimpin kelompok atas anggota kelompok yang dipimpinnya yakni :
1. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam seraya
mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah
bersedia mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok berbasis
Islam.
2. Pemimpin kelompok menampilkan perilaku dan komunikasi yang
mengandung unsur penghormatan, ketulusan hati, kehangatan,
simpati dan empati kepada anggota kelompok yang dipimpinya.
3. Pemimpin kelompok mengajak dan mempersilahkan anggota
kelompok untuk memperkenalkan diri masing-masing serta
menyampaikan hoby ataupun hal yang disukai untuk mencairkan
suasana.

Bimbingan Kelompok Religius 83


4. Pemimpin kelompok menyampaikan topik/tema dalam bimbingan
kelompok berbasis Islam.
5. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
berbasis Islam, maksud diadaknya layanan bimbingan kelompok
berbasis islam, dan tujuan terlaksananya layanan bimbingan
kelompok berbasis Islam.
6. Pemimpin kelompok menjelaskan alur yang harus dilalui dalam
mencapai tujuan dari pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis
Islam. Menjelaskan cara-cara pelaksanaan (cara menyampaikan
pendapat yang baik dan bagaimana cara merespon pendapat dari
orang lain. selain ) dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok
religius keislaman yang harus dipatuhi setiap anggota kelompok
misalnya, asas keterbukaan, asas kenormatifan, asas kesukarelaan,
serta peran dan fungsinya sebagai pemimpin kelompok.
7. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk berniat
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok secara bersungguh-
sungguh, aktif dalam mengungkapkan pendapat, mengilangkan
rasa ragu-ragu, menghilangkan rasa malu, saling mempercayai
satu dengan yang lain dan berbicara dengan penuh rasa kejujuran.

c. Tahap Peralihan
Pada tahapan ini peranan pemimpin kelompok sangkatlah penting
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
sudah terjadi. Kemudian dari pada itu juga pemimpin kelompok harus
benar-benar memperhatikan masing-masing anggota kelompok apakah
Bimbingan Kelompok Religius 84
dari masing-masing anggota kelompok sudah benar-benar siap untuk
memasuki tahap selanjutnya yakni tahap kegiatan, yang merupakan inti
dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam. Tahap
peralihan ini merupakan tahap mengalihkan kegiatan awal kelompok
kebagian berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan
pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap peralihan ini yakni
memotivasi anggota kelompok secara tulus, ikhlas dan halus agar anggota
kelompok merasa bahwa dirinya benar-banar diperhatikan dan hendak
benar-benar dibantu oleh pemimpin kelompok. Selain itu juga motivasi
dari pemimpin kelompok kepada anggota kelompok ini agar supaya
anggota kelompok benar-benar siap dan mantap untuk memasuki tahap
inti dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman yakni
tahap kegiatan.
Peranan pemimpin kelompok selanjutnya kepada anggota kelompok
yakni menanyakan atau melakukan tanya jawab kepada anggota
kelompok apakah anggota kelompok benar-benar siap, mengerti alur/ tata
cara pelaksanaan serta menanyakan tentang kepemahaman anggota
kelompok akan peranan-nya dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok
berbasis Islam. Bentuk motivasi dalam bimbingan kelompok religius
keislaman ini adalah penyampaian ayat Al-Qur‘an dan Hadist yang dapat
mendongkrak motivasi anggota kelompok dalam kesiapannya mengikuti
tahap selanjutnya (tahap kegiatan) dalam kegiatan kelompok.
Secara terperinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahapan peralihan ini ialah sebagai berikut :
Bimbingan Kelompok Religius 85
1. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang akan
ditempuh oleh anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok memperhatikan dan mengamati dinamika
kelompok yang ada dalam kegiatan bimbingan kelompok apakah
sudah berjalan dengan baik.
3. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota kelompok
apakah masing-masing dari anggota kelompok sudah benar-benar
siap untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam bimbingan
kelompok berbasis Islam.
4. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat Al-
Qur‘an ataupun Hadist yang dapat mendongkrak motivasi anggota
kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam layanan
bimbingan kelompok berbasis Islam.
5. Pemimpin kelompok memberikan penjelasan dampak positif dari
keikutsertaan anggota kelompok dalam layanan bimbingan
kelompok, hal ini dilakukan apabila pemimpin kelompok masih
melihat keraguan dari anggota kelompok.
6. Pemimpin kelompok harus benar-benar memperhatikan kesiapan
dari masing-masing individu dalam anggota kelompok agar
dinamika kelompok berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati.
Tujuan dalam tahap peralihan ini antara lain adalah (1) terbebasnya
anggota kelompok dari sikap enggan, ragu, malu, atau saling tidak
percaya, (2) suasana kelompok dan kersamaan semakin terrjalin dengan

Bimbingan Kelompok Religius 86


baik, (3) minat untuk mengikuti layanan bimbingan kelompok semakin
tinggi.

d. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan ini merupakan tahap inti dari pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok berbasis Islam. Pada tahapan ini juga pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama membahas
topik/tema yang ditelah ditetapkan oleh pemimpin kelompok untuk
dibahas dalam kegiatan kelompok. Selain itu juga pembahasan secara
mendalam dan bersama-sama baik dari pemimpin kelompok maupun
anggota kelompok, tentang konflik-konflik yang dihadapi oleh masing-
masing anggota kelompok berkenaan topik yang dibahas pada tahap
kegiatan ini.
Tahap kegiatan ini mempunyai tujuan yakni, terbahasnya isi topik
yang telah dikemukan oleh pemimpin kelompok secara mendalam dan
tuntas. Keikut sertaan dan keaktifan anggota kelompok pada tahap ini
menentukan tercapainya tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok religius keislaman ini. Pada tahap ini juga perlu diperhatikan
bahwasanya pemimpin kelompok tidak hanya melihat dinamika kelompok
yang terjadi pada kegiatan ini, namum lebih dari itu pemimpin kelompok
juga ikut serta dalam kegiatan kelompok/ memberi penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh anggota
kelompok, khususnya keikutsertaan secara aktif dan dinamis para anggota
kelompok dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota
kelompok.
Bimbingan Kelompok Religius 87
Pada tahap kegiatan ini pula untuk alokasi waktu tentu berbeda
dengan tahap-tahap yang lain. pada tahap kegiatan ini memerlukan
alokasi waktu yang cukup lama, karena dalam tahap kegiatan ini tidak
hanya membahas suatu topik secara umum saja namun membahas topik
secara mendalam dan menyeluruh serta membahas secara tuntas. Pada
tahap kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman ini juga pemimpin
kelompok bisa menggunakan beberapa variasi perlakuan (treatment) agar
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok berbasis Islam, anggota
kelompok tidak jenuh dan bosan, sealain itu juga untuk menghindari
kegiatan yang monoton. Variasi perlakuan (treatment) tersebut antara lain
: Ceramah dan halaqah, Film Strip, Stroy Telling dan Diskusi, Fun Game,
serta Sosiodrama. Panduan pelaksanaan tretment model ini berada di
dalam lampiran model hipotetik ini.
Secara terpirinci yang dilakukan oleh konselor (pemimpin kelompok)
pada tahap kegiatan ini ialah, sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok mengemukan suatu permasalahan atau topik
antaranya sebagai berikut :

Pertemuan Ke Materi
1 Berbakti Kepada Orang Tua
2 Sosok Utuh Pribadi Muslim
3 Kisah Teladan Anak Soleh
4 Moral. Etika, dan Ahklaq
5 Adab Berkomunikasi Dalam Islam
6 Berdiskusi Dalam Berkeluarga
7 Kesederhanan dan Tolaransi Dalam
Berkeluarga
8 Kesopan Santunan Dalam Berkomunikasi

Bimbingan Kelompok Religius 88


2. Pemimpin berserta anggota kelompok menyampikan topik atau
materi secara mendalam, menyeluruh, dan tuntas.
Tujuan dari tahap kegiatan ini ialah untuk membahas permasalahan
atau topik secara mendalam, menyeluruh, dan tuntas. Selain itu mengajak
seluruh anggota kelompok secara katif dan dinamis dalam membahas
permasalahan atau topik dalam hal ini terkait dengan meningkatkan
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua maupun lebih tua. Tahap
kegiatan ini berisikan nilai-nilai Islam tentang adab atau perilaku etik
berkomunikasi terhadap orang tua maupun lebih tua dalam pandangan
Islam yang beracuan pada Al-Qur‘an dan Hadist sebagai pondasi
utamanya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan kepribadian muslim
(akhlak mulia) terhadap orang tua maupun lebih tua, baik perilaku verbal
maupun non verbal.

e. Tahap Evaluasi
Setelah tahapan kegiatan terlalui selanjutnya masuk pada tahap
evaluasi, pada tahap ini konselor/guru BK sebagai pemimpin kelompok
mengevaluasi kegiatan menjadi dua yakni evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
Pada tahap evaluasi proses pemimpin kelompok menganalisa
proses yang telah terjadi dalam kegiatan kelompok dari tahap pra-
kegiatan sampai kepada tahap inti kegiatan. Evaluasi proses ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana perkembangan dinamika kelompok yang
terjadi pada tahap awal sampai tahap kegiatan, serta untuk melihat
Bimbingan Kelompok Religius 89
peluang dan tantangan untuk menyikapi pertemuan berikutnya, sehingga
untuk pertemuan berikutnya pemimpin kelompok bisa lebih memantabkan
diri agar anggota kelompok benar-benar merasakan manfaat yang didapat
dari keikutsertaan anggota kelompok dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok berbasis Islam.
Pada tahap evaluasi hasil ini pemimpin kelompok melihat dan
menganalisa sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota
kelompok dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan masing-
masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman materi yang
dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap kegiatan. Selain itu juga
untuk melihat dampak dari pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
dalam hal ini terkait dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua yang tadinya buruk menjadi baik.
Secara terpirinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahap evaluasi ini, yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang
telah dilalui mulai dari tahap awal hingga tahap kegiatan.
2. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap proses
terlaksanaanya kegiatan bimbingan kelompok religius keislaman
mulai tahap awal hingga tahap kegiatan untuk melihat faktor
pendukung dan faktor penghambat sebagai referensi untuk
melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok selanjutnya.
3. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi hasil untuk menganalisa
sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh anggota kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 90
dengan membuka sesi tanya jawab antara anggota kelompok
dengan pemimpin kelompok ataupun anggota kelompok dengan
masing-masing anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman
materi yang dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap
kegiatan. Selain itu juga untuk melihat dampak dari pelaksanaan
kegiatan bimbingan kelompok.

f. Tahap Pengakhiran
Pada tahap penutup ini pemimpin kelompok menutup sesi
pertemuan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam. Pemimpin
kelompok dan anggota kelompok secara bersama-sama berdoa kepada
Allah SWT agar mendapatkan rahmat dan hidayah dari proses yang telah
dilalui dan memohon selalu perlindungan-Nya. Pemimpin kelompok
membicarakan atau mengajur jadwal pertemuan selanjutnya kepada
anggota kelompok seraya mengantarkan anggota kelompok keluar pintu
ruangan bimbingan kelompok.
Secara terperinci kegiatan konselor (pemimpin kelompok) pada
tahap pengakhiran ini, yakni sebagai berikut :
1. Pemimpin kelompok mengemukan bahwa kegiatan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman akan diakhiri.
2. Pemimpin kelompok melakukan refleksi sebagai penguatan
terhadap materi layanan yang telah disampaikan, agar para
anggota kelompok benar-benar mengamalkan atau
mengimplementasikan pemahaman terhadap materi layanan yang
telah disampaikan.
Bimbingan Kelompok Religius 91
3. Pemimpin kelompok menyimpulkan materi layanan dan hasil
diskusi secara keseluruhan.
4. Pemimpin kelompok mengucapkan terimakasih kepada perserta
layanan yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan
kelompok berbasis Islam.
5. Pemimpin kelompok bisa menanyakan pesan dan kesan kepada
anggota kelompok terhadap terlaksananya layanan bimbingan
kelompok religius keislaman dari tahap awal hingga tahap akhir.
6. Pemimpin kelompok menawarakan dan berdiskusi tentang kegiatan
yang akan dilakukan selanjutnya kepada anggota kelompok yang
sekiranya anggota kelompok dapat berhadir. Kegiatan ini
digunakan supaya konselor/ guru bimbingan dan konseling mampu
merencanakan kegiatan dan mepersiapakan materi yang akan
dibahas dalam kegiatan kelompok.
7. Pemimpin dan anggota kelompok berdoa secara bersama-sama.

H. Evaluasi dan Tindak Lanjut


Seluruh kegitan bimbingan kelompok religius keislaman yang telah
dirancang oleh peneliti harus dilakukan dan setelah itu dilakukan tahap
evalusi. Evaluasi yang dilakukan ialah evaluasi terhadap keberhasilan
intervensi yang dilakukan pada setiap pertemuan bimbingan kelompok
berbasis Islam. Evaluasi terhadap setiap pertemuan berfokus pada
pernyataan diri anggota kelompok yang mengarah pada pemahaman
tentang bagaimana perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua yang
baik dan perubahan perilaku secara nyata dan konkret. Sumber evaluasi
Bimbingan Kelompok Religius 92
ini adalah penilai segera (laiseg), hasil dari laiseg ini dijadikan pedoman
untuk mengetahui perubahan pernyataan diri anggota kelompok yang
menjadi indikator dan tindakan dalam perilaku etik berkomunikasi
terhadap orang tua/ lebih tua.
Format penilaian ini mengacu pada pemahaman (underatanding),
kenyamanan (comfortable), serta perilaku nyata (action) yang telah
ditunjukan selama mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Penilaian ini
dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung pada setiap
pertemuan. Analisis penilaian dan analisis proses kelangsungan layanan
bimbingan kelompok religius keislaman ini menjadi acuan bagi peneliti
untuk mengetahui pemahaman dan perubahan perilaku anggota kelompok
yang mengarah pada indikator tumbuhnya perilaku etik berkomunikasi
siswa yang baik terhadap orang tua/ lebih tua.
Keberhasilan model bimbingan kelompok religius keislaman ini
ditandai dengan evaluasi hasil dan evaluasi proses. Analisis proses terkait
dengan proses pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius
keislaman yang telah dilakukan. Sementara analisis hasil terkait dengan
keberhasilan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku
etik berkomunikasi terhadap orang tua/ lebih tua. Model layanan
bimbingan kelompok religius keislaman ini dikatakan berhasil apabila
mampu meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang
tua/ lebih tua yang ditandai dengan perilaku etik secara verbal (sopan dan
halus dalam bebicara, tidak menggunakan kata-kata kasar, dll), secara
non verbal (menundukan badan saat berselisihan dengan orang tua/ lebih
tua, mencium tangan orang tua saat bertemu, murah senyum, dll). Teknik
Bimbingan Kelompok Religius 93
yang digunakan untuk Untuk mengevaluasi keefektifan model, dilakukan
tes skala perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua sebagai post test
setelah berakhirnya seluruh rangkaian bimbingan kelompok yang
dilakukan. Kemudian membandingkan antara hasil pre-test dan post-test.

I. Materi, Tujuan, dan Teknik


Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok religius keislaman
untuk meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa terhadap orang
tua/ lebih tua memerlukan topik/ materi yang berkaitan dengan masalah
dan kondisi serta karakter siswa.
a. Materi pertemuan awal
 Topik : Bimbingan kelompok religius keislaman Untuk
Meningkatkan Perilaku Etik Berkomunikasi Terhadap Orang Tua.
 Deskripsi : materi layanan pertemuan awal ini memberikan
pemahaman kepada peserta didik yang nantinya akan menjadi
anggota dalam BKp berbasis Islam, mencakup : (1) Pengertian,
(2) Tujuan (3) Fungsi, (4) Prinsip, (5) Asas, (6) Tahapan, serta
(7) Pentingnya perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua
 Tujuan : Mengajak siswa agar mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok secara aktif dan terbuka, serta tanpa paksaan
 Teknik : Discution and feed-back

b. Materi layanan pertama


 Topik : Berbakti Kepada Orang Tua

Bimbingan Kelompok Religius 94


 Deskripsi : Topik layanan kelima ini membahas tentang cara-cara
berbakti kepada orang tua dalam pandangan Islam, selanjutnya
memuliakan orang tua, menjunjuk tinggi harkat dan martabat
orang tua, menjaga orang kepercayaan orang tua, mematui
segala perintah, menepati janji, dan lain sebagainya.
 Tujuan : (1) Memberi pemahaman kepada anggota kelompok
bahwa berbakti kepada orang tua itu penting, (2) Agar anggota
kelompok mampu mematuhi perintah orang tua/ lebih tua
(kegiatan yang positif), (3) Agar anggota kelompok mampu
mendengarkan nasehat (masukan positif) dari orang tua maupun
lebih tua, (4) Agar anggota kelompok mampu menghormati orang
tua/ lebih tua, (5) Agar anggota kelompok mampu untuk tidak
berkata kasah/ keji
 Teknik : Ceramah

c. Materi layanan kedua


 Topik : Sosok Utuh Pribadi Muslim
 Deskripsi : Pada topik layanan kedua ini konselor/ guru bimbingan
dan konseling menggunakan bantuan film-film pendek berkenaan
dengan perilaku anak terhadap orang tua kaitannya dengan
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua ataupun film-film
berkenaan dengan keta‘atan terhadap orang tua.
 Tujuan : (1) Memberi pemahaman kepada anggota kelompok
bahwa berbakti kepada orang tua itu penting, (2) Agar anggota
kelompok mampu mematuhi perintah orang tua/ lebih tua
Bimbingan Kelompok Religius 95
(kegiatan yang positif), (3) Agar anggota kelompok mampu
mendengarkan nasehat (masukan positif) dari orang tua/ lebih
tua, (4) Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua/
lebih tua, (5) Agar anggota kelompok mampu untuk tidak berkata
kasah/ keji
 Teknik : film strip

d. Materi layanan ketiga


 Topik : Kisah Teladan Anak Soleh
 Deskripsi : pada topik layanan ketiga ini konselor/ guru bimbingan
dan konseling menggunakan media cerita Islami mengenai
perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua. Cerita memiliki
penngaruh yang luar biasa untuk dapat menarik perhatian
pendengar perserta didik dan membuat seseorang bisa
mengingat kejadian-kejadian dengan cepat. Cerita tidak ditujukan
untuk hiburan semata, tetapi diambil pelajaran, nasihat dan
hikmah yang ada didalamnya.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang
baik (mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan ketika
ingin berangkat/ berpergian untuk berpamitan kepada orang tua),
(2) Agar anggota kelompok mampu untuk mengucapkan salam
ketika mengawali pembicaraan/ bertemu orang tua/ yang lebih
tua, (3) Agar anggota kelompok memiliki kerendahan diri ketika
berbicara kepada orang tua/ lebih tua (tidak sombong), (4) Agar
anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah lembut
Bimbingan Kelompok Religius 96
kepada orang tua/ lebih tua, (5) Agar anggota kelompok mampu
untuk berkata jujur dan memiliki kepribadian yang jujur, (6) Agar
anggota kelompok mampu menghargai usaha orang tua/ lebih
tua untuk diri masing-masing anggota kelompok
 Teknik : Story telling

e. Materi layanan keempat


 Topik : Moral. Etika, dan Akhlak
 Deskripsi : Materi layanan keempat ini berisikan tentang esensi
moral, etik, dan akhlak dalam sudut pandangan islam, selain itu
pula membahas berkenaan tentang implementasi akhlaq, etika,
serta moral dalam kehidupan sehari-hari, kemudian indikator
profil berakhlak dan beriman.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang
baik (mampu untuk mengaplikasikan dalam kehidupan ketika
ingin berangkat/ berpergian untuk berpamitan kepada orang tua),
(2) Agar anggota kelompok mampu untuk mengucapkan salam
ketika mengawali pembicaraan/ bertemu orang tua/ yang lebih
tua, (3) Agar anggota kelompok memiliki kerendahan diri ketika
berbicara kepada orang tua/ lebih tua (tidak sombong), (4) Agar
anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah lembut
kepada orang tua/ lebih tua, (5) Agar anggota kelompok mampu
untuk berkata jujur dan memiliki kepribadian yang jujur, (6) Agar
anggota kelompok mampu menghargai usaha orang tua/ lebih
tua untuk diri masing-masing anggota kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 97
 Teknik : Discution and feed-back

f. Materi layanan kelima


 Topik : Adab Berkomunikasi Terhadap Orang Tua
 Deskripsi : Topik layanan kelimat ini menggunakan halaqah
(kelompok persaudaraan yang membahas tentang adab/ aturan-
aturan berkomunikasi terhadap orang tua berdasarkan Al-Qur‘an
dan Hadist yang menjadi acuan utamanya. Aturan atau adab
tersebut berkenaan dengan tata cara bersilaturahmi, berdiskusi,
mengajukan pendapat, mengajukan permintaan, memperlakukan
orang tua saat sedang sakit dan lain sebagainya.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok mampu mengutamakan
kepentingan orang tua ketimbang kepentingan pribadi, (2) Agar
anggota kelompok mampu untuk tidak membentak orang tua
ketika sedang emosi, (3) Agar anggota kelompok memiliki
keperilaku yang baik (tidak berbisik-bisik ketika ada orang tua/
lebih tua), (4) Agar anggota kelompok mampu untuk berbicara
sesuai dengan pemahaman orang tua/ lebih tua (lawan bicara),
(5) Agar anggota kelompok mampu untuk tidak banyak mendebat
orang tua
 Teknik : Halaqah

g. Materi layanan keenam


 Topik : Berdiskusi Dalam Keluarga

Bimbingan Kelompok Religius 98


 Deskripsi : Pada topik layanan keenam ini berisikan tentang
dialog nyata yang diperankan oleh beberapa perserta didik
mengenai berdiskusi dalam keluarga. Pada materi yang ada
dalam dialog ini berdiskusi berkenaan dengan kejujuran dan
kesopanan yudi mengenai nilai hasil ujian di akhir semester yudi
yang kurang memuaskan, kemudian anggota keluarga
mendiskusikan dan mencari solusi agar nilai yudi menjadi baik.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok mampu mengutamakan
kepentingan orang tua ketimbang kepentingan pribadi, (2) Agar
anggota kelompok mampu untuk tidak membentak orang tua
ketika sedang emosi, (3) Agar anggota kelompok memiliki
keperilaku yang baik (tidak berbisik-bisik ketika ada orang tua/
lebih tua), (4) Agar anggota kelompok mampu untuk berbicara
sesuai dengan pemahaman orang tua/ lebih tua (lawan bicara),
(5) Agar anggota kelompok mampu untuk tidak banyak mendebat
orang tua
 Teknik : Sosiodrama

h. Materi layanan ketujuh


 Topik : Kesederhanaan Dan Toleransi Dalam Berkeluarga
 Deskripsi : Pada topik layanan ketujuh ini berisikan tentang
percakapan hari minggu pagi, yang diperankan oleh delapan
orang (ayah, ibu, iin (anak 1), rizal (anak 2), yoyo (panan), rina
(tante), nenek, dan pembantu). Rina dan yoyo adalah sanak
saudara dari keluarga bapak dan ibu yang ingin menginap/
Bimbingan Kelompok Religius 99
tinggal dalam satu rumah, hal ini dikarenakan mereka berdua
belum memiliki rumah. Kesederhanan toleransi, empati, serta
simpati dari ayah dan ibu mengijinkan paman dan tente untuk
menginap karena mereka kasian kepada paman dan tente.
Namun yoyo (paman) dan rina (tante) akhirnya memiliki rumah.
Akan tetapi ayah dan ibu menginginkan mereka (paman dan
tante) untuk menginap beberapa hari.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan
simpati, (2) Agar anggota kelompok mampu menjaga hubungan
baik keluarga (sesama umat muslim), (3) Agar anggota kelompok
memiliki perilaku yang santun (mencium tanggan) orang tua/
lebih tua, (4) Agar anggota kelompok memiliki perilaku yang
santun (membungkukkan badan) ketika berjalan didepan orang
tua/ lebih tua, (5) Agar anggota kelompok ketika duduk tidak
membelakangi orang tua, (6) Agar anggota kelompok memiliki
sikap yang santu dengan mendahulukan orang tua ketika
berjalan/ berdiskusi
 Teknik : Sosiodrama

i. Materi layanan kedelapan


 Topik : Kesopan Santunan dalam Berkomunikasi
 Deskripsi : Pada topik layanan kedelepan ini menceritakan
tentang dompet yang hilang. Drama ini nantinya diperankan oleh
beberapa perserta didik. Ringkasan cerita dompet yang hilang ini,
yuyun sebagai anak yang kehilangan dompet dengan gamlangnya
Bimbingan Kelompok Religius 100
menuduh dan berkata kasar kepada bibi (pembantu) kemudian
membuat keadaan rumah menjadi ribut atas kejadian yang
dialaminya. Keributan ini terdengar oleh ayah yuyun, dan
kemudian ayah yuyun memberikan solusi untuk mencari secara
bersama-sama dengan orang-orang yang berada dirumah,
akhirnya dompet itu ketemu dan isinya masih utuh. Ayah dengan
bijaksana menasehati yuyun dan akhirnya yuyun meminta maaf
kepada bibi.
 Tujuan : (1) Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan
simpati, (2) Agar anggota kelompok mampu menjaga hubungan
baik keluarga (sesama umat muslim), (3) Agar anggota kelompok
memiliki perilaku yang santun (mencium tanggan) orang tua/
lebih tua, (4) Agar anggota kelompok memiliki perilaku yang
santun (membungkukkan badan) ketika berjalan didepan orang
tua/ lebih tua, (5) Agar anggota kelompok ketika duduk tidak
membelakangi orang tua, (6) Agar anggota kelompok memiliki
sikap yang santu dengan mendahulukan orang tua ketika
berjalan/ berdiskusi
 Teknik : Sosiodrama

Bimbingan Kelompok Religius 101


BAGIAN IV
MANUAL OPRASIONAL BIMBINGAN KELOMPOK RELIGIUS
UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK ISLAMI

Untuk memudahkan para praktisi di lapangan dalam


mengimplementasikan model bimbingan kelompok religius untuk
membentuk karakter anak islami maka diperlukan sebuah gambaran
pelaksanaannya. Oleh karena itu disini penulis memberikan gambaran itu
agar para praktisi mendapatkan wawasan sehingga memudahkan mereka
dalam mengimplementasikan model ini. Adapun prosuder operasional
tersebut, yakni sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan (Need Assessment)
Sebagai seorang konselor ataupun guru bimbingan dan konseling di
sekolah dalam melakukan layanan yang profesional (konseling) tak
terkecuali layanan bimbingan kelompok berbasis islam, tentunya harus
melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu agar layanan yang akan
diberikan benar-benar bermanfaat bagi konseli yang hendak dilayanani.
Sama seperti halnya dalam menangani perilaku etik berkomunikasi siswa
terhadap orang tua, seorang konselor seyogyanya melakukan analisis
kebutuhan terlebih dahulu agar konselor mempunyai data, dan data
tersebut dapat menjadi dasar untuk melayani konseli untuk mencapai
perkembangan yang optimal yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur‘an dan
Hadist.
Untuk itu, agar mempermudah para konselor/praktisi dalam
melakukan analisis kebutuhan dalam menangani perilaku etik
berkomunikasi terhadap orang teridentifikasi rendah, maka didalam
Bimbingan Kelompok Religius 102
panduan ini terdapat skala perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua
(skala terlampir) yang dapat dijadikan pedoman para konselor/praktisi
dalam melakukan analisis kebutuhan.

b. Pertemuan Awal (Kontrak Layanan)


Dari hasil pembagian skala perilaku etik berkomunikasi terhadap
orang tua tersebut nantinya diolah menjadi sebuah data dekriptif
kuantitatif. Kemudian disamping itu juga diperoleh data, yang dimana
konselor dapat mengetahui siswa-siswinya yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi terhadap orang tua kategori sangat tinggi, tinggi, cukup,
rendah, sangat rendah. Apabila terdapat siswa-siswi yang memiliki
perilaku etik rendah ataupun sangat rendah lebih dari 5 orang maka
dilayani melalui layanan bimbingan kelompok berbasis islam, namun
sebagai seorang konselor profesional tentunya harus meminta persetujuan
dari siswa/siswi untuk kesediaanya dalam mengikuti layanan agar siswa-
siswi secara terbuka mengungkapkan permasalahanya dan pendapatnya.
Berikut uraian kegiatan yang dapat dilakukan konselor sekolah/praktisi
dalam pertemuan awal (kontrak layanan)
Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Konselor mempersiapkan ruangan khusus untuk kegiatan awal
(kontrak layanan) agar siswa siswi merasa nyaman.
b. Konselor mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (lembar kontrak layanan,
laiseg, daftar hadir, dan materi layananan).
Bimbingan Kelompok Religius 103
c. Konselor mempersiapkan makanan dan minuman yang tidak
memberatkan.
2. Tahap Kegiatan
a. Konselor mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam
b. Konselor menyampaikan maksud dan tujuannya diadakan kegiatan
pertemuan awal ini.
c. Konselor menyampaikan materi layanan berkenaan dengan
pentingnya perilaku etik berkomunikasi terhadap orang tua.
d. Konselor menyampaikan esensi layanan bimbingan kelompok,
prinsip, tujuan, asas, dan tahapan dalam bimbingan kelompok
agar siswa-siswi memperoleh gambaran.
3. Tahap Pengakhiran
a. Konselor membuka sesi tanya jawab kepada siswa-siswi
berkenaan materi yang telah disampaikan.
b. Konselor dan konseli (siswa-siswi) membuat suatu kesepakatan
berkenaan dengan penandatanganan kontrak layanan (tanpa
paksaan)
c. Konselor mengakhiri kegiatan dengan berdoa secara bersama-
sama dengan siswa-siswi

c. Pertemuan Pertama
A. Topik pembahasan : Berbakti kepada orang tua
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 104
E. Metode/ Teknik : Ceramah
F. Tujuan Layanan :
1. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa berbakti
kepada orang tua itu penting.
2. Agar anggota kelompok mampu mematuhi perintah orang tua
dalam kegiatan yang positif.
3. Agar anggota kelompok mampu mendengarkan nasehat yang
positif dari orang tua .
4. Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua.
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak berkata kasar/keji
G. Materi layanan :
1. Esensi berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam.
2. Jasa orang tua terhadap anak.
3. Beberapa tindakan berbakti kepada orang tua.
4. Keutamaan berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam.
5. Balasan berbakti kepada orang tua.
H. Sasaran layanan : siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).

Bimbingan Kelompok Religius 105


c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota kelompok
yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok memperkenalkan diri secara terbuka.
d. Pemimpin kelompok mengajak dan mempersilahkan anggota
kelompok memperkenalkan diri masing-masing disertai
dengan penyampaijnkesan yang baik ataupun yang buruk
secara jujur selama hidup dengan orang tua (sebagai bahan
evaluasi).
e. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai pemimpin
kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 106


f. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar-benar
siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan pertama.
b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalui oleh anggota kelompok.
Bimbingan Kelompok Religius 107
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan materi layanan yang
telah disampikan pada tahap kegiatan, untuk mengevalusi
hasil dan untuk melihat sejauh mana pemahaman para
anggota kelompok terhadap materi yang telah dipaparkan.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota kelompok
dengan anggota kelompok maupun pemimpin kelompok, agar
anggota kelompok benar-benar memahami dan
mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai bahan
untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh anggota
kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 108


e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok untuk
mengakhiri sesi layanan.

d. Pertemuan Kedua
A. Topik pembahasan : Sosok Utuh Pribadi Muslim
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Film Strip
F. Tujuan Layanan :
1. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa berbakti
kepada orang tua itu penting
2. Agar anggota kelompok mampu mematuhi perintah orang tua
dalam kegiatan yang positif
3. Agar anggota kelompok mampu mendengarkan nasehat yang
positif dari orang tua
4. Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak berkata kasar
G. Materi layanan :
1. Memberikan informasi berkenaan sosok utuh pribadi muslim
2. Aspek-aspek kepribadian manusia
3. Pembentuakan kepribadian muslim melalui sekolah
Bimbingan Kelompok Religius 109
4. Memberikan informasi berkenaan ciri kepribadian muslim
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
Bimbingan Kelompok Religius 110
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
d. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar—
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan kedua.
b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.

Bimbingan Kelompok Religius 111


c. Pemimpin kelompok menayangkan video positif dan negatif
berkenaan dengan sosok utuh pribadi muslim
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan materi layanan yang
telah disampikan pada tahap kegiatan, untuk mengevalusi
hasil dan untuk melihat sejauh mana pemahaman para
anggota kelompok terhadap materi yang telah dipaparkan.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
Bimbingan Kelompok Religius 112
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

e. Pertemuan Ketiga
A. Topik pembahasan : Kisah teladan seorang muslim
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : story telling
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang baik terhadap
orang tua maupun lebih tua
2. Agar anggota kelompok memiliki kesederhanaan diri ketika
berbicara kepada orang tua maupun lebih tua (tidak sombong)
3. Agar anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah
lembut kepada orang tua maupun lebih tua
4. Agar anggota kelompok mampu untuk berkata jujur dan memiliki
kepribadian yang jujur

Bimbingan Kelompok Religius 113


5. Agar anggota kelompok mampu menghargai usah orang tua
untuk diri masing-masing anggota kelompok
G. Materi layanan : Kisah pemuda beribu bapak babi
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
b. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
c. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
Bimbingan Kelompok Religius 114
d. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
e. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar—
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan ketiga.

Bimbingan Kelompok Religius 115


b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalu oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan materi layanan yang
telah disampikan pada tahap kegiatan, untuk mengevalusi
hasil dan untuk melihat sejauh mana pemahaman para
anggota kelompok terhadap materi yang telah dipaparkan.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bimbingan Kelompok Religius 116


c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

f. Pertemuan Keempat
A. Topik pembahasan : Etika, Moral, dan Akhlaq
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Discution and Feed-back
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok memiliki kepribadian yang baik terhadap
orang tua maupun lebih tua
2. Agar anggota kelompok memiliki kesederhanaan diri ketika
berbicara kepada orang tua maupun lebih tua (tidak sombong)
3. Agar anggota kelompok berbicara dengan nada rendah, lemah
lembut kepada orang tua maupun lebih tua

Bimbingan Kelompok Religius 117


4. Agar anggota kelompok mampu untuk berkata jujur dan memiliki
kepribadian yang jujur
5. Agar anggota kelompok mampu menghargai usah orang tua
untuk diri masing-masing anggota kelompok
G. Materi layanan :
1. Memaparkan makna etika, moral, dan akhlaq
2. Memaparkan perbedaan antara etika, moral, dan akhlaq
3. Memaparkan profil beraklaq dan beriman
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).

Bimbingan Kelompok Religius 118


f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
d. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar-
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
Bimbingan Kelompok Religius 119
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan keempat.
b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.
c. Pemimpin kelompok melalukan interaksi dengan tanya jawab
kepada individu dalam kelompok.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalu oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan materi layanan yang
telah disampikan pada tahap kegiatan, untuk mengevalusi
hasil dan untuk melihat sejauh mana pemahaman para
anggota kelompok terhadap materi yang telah dipaparkan.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 120


b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

g. Pertemuan Kelima
A. Topik pembahasan : Adab berkomunikasi dalam islam
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Halaqah
F. Tujuan Layanan :

Bimbingan Kelompok Religius 121


1. Agar anggota kelompok mampu mengutamakan kepentinngan
orang lain ketimbang kepentingan pribadi
2. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak membentak orang
tua ketika sedang emosi
3. Agar anggota kelompok memiliki perilaku yang baik (tidak
berbisik-bisik ketika didepan orang tua)
4. Agar anggota kelompok mampu untuk berbicara sesuai dengan
pemahaman orang tua
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak banyak mendebat
orang tua
6. Agar anggota kelompok memahami bahwa ketika ada orang tua
menghapiri maka berdiri untuk menghormatinya
G. Materi layanan :
1. Esensi berkomunikasi dalam pandangan islam
2. Adab-adab dalam berbicara dan berkomunikasi
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
Bimbingan Kelompok Religius 122
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
d. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
Bimbingan Kelompok Religius 123
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar—
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan kelima.
b. Pemimpin kelompok menjelaskan isi materi layanan yang
sudah dipersiapkan (materi terlampir) secara mendalam,
menyeluruh, dan tuntas.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan materi layanan yang
telah disampikan pada tahap kegiatan, untuk mengevalusi
hasil dan untuk melihat sejauh mana pemahaman para
anggota kelompok terhadap materi yang telah dipaparkan.
Bimbingan Kelompok Religius 124
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok memberi tugas kepada masing-masing
individu dalam kelompok untuk membaca dan memahami
tesk drama untuk ditampilkan pertemuan yang akan datang.
g. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

h. Pertemuan Keenam
A. Topik pembahasan : Berdiskusi dalam keluarga
Bimbingan Kelompok Religius 125
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu mengutamakan kepentinngan
orang lain ketimbang kepentingan pribadi
2. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak membentak orang
tua ketika sedang emosi
3. Agar anggota kelompok memiliki perilaku yang baik (tidak
berbisik-bisik ketika didepan orang tua)
4. Agar anggota kelompok mampu untuk berbicara sesuai dengan
pemahaman orang tua
5. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak banyak mendebat
orang tua
6. Agar anggota kelompok memahami bahwa ketika ada orang tua
menghapiri maka berdiri untuk menghormatinya
G. Materi layanan : Akhir Semester (tesk drama)
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.

Bimbingan Kelompok Religius 126


b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi.
d. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
e. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT

Bimbingan Kelompok Religius 127


atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar-
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan keenam.
b. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi terhadap tugas
yang telah diberikan dipertemuan sebelumnya berkenaan
dengan memahami isi teks drama.
c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk
kesediaanya memainkan peran dalam skenario yang telah
dibuat pemimpin kelompok (naskah teks terlampir).

Bimbingan Kelompok Religius 128


d. Pemimpin kelompok memberikan kesempatan luas kepada
anggota kelompok yang bermain peran untuk melakukan
improviasi (tidak terpaku naskah) ketika bermain drama.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalu oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan karakter peran yang
telah dimainkan oleh anggota kelompok.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.

Bimbingan Kelompok Religius 129


d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

i. Pertemuan Ketujuh
A. Topik pembahasan : Kesederhanaan dan toleransi dalam
keluarga
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu ketika orang tua memanggil
maka langsung menghampirinya
2. Agar anggota kelompok mampu memuliakan kerabat, keluarga
ketika ia masih hidup atau setelah meninggal
3. Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan simpati
4. Agar anggota kelompok memiliki perilaku santun terhadap orang
tua

Bimbingan Kelompok Religius 130


5. Agar anggota kelompok mampu membungkukkan badan ketika
berselisihan dengan orang tua
6. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak duduk membelakangi
orang tua
7. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak memotong
pembicara orang tua maupun lebih tua
G. Materi layanan : Percakapan di siang minggu (teks drama)
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi rendah terhadap orang tua
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor penunjang
keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir, dan materi
layananan).
c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
Bimbingan Kelompok Religius 131
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota kelompok
yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi.
d. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai pemimpin
kelompok.
e. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.
3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar-benar
siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.

Bimbingan Kelompok Religius 132


4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan keenam.
b. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi terhadap tugas yang
telah diberikan dipertemuan sebelumnya berkenaan dengan
memahami isi teks drama.
c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk
kesediaanya memainkan peran dalam skenario yang telah
dibuat pemimpin kelompok (naskah teks terlampir).
d. Pemimpin kelompok memberikan kesempatan luas kepada
anggota kelompok yang bermain peran untuk melakukan
improviasi (tidak terpaku naskah) ketika bermain drama.
5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya yang
akan dilalu oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan karakter peran yang
telah dimainkan oleh anggota kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 133


6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota kelompok
dengan anggota kelompok maupun pemimpin kelompok, agar
anggota kelompok benar-benar memahami dan
mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai bahan
untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh anggota
kelompok.
e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok untuk
mengakhiri sesi layanan.

j. Pertemuan Kedelapan
A. Topik pembahasan : Kesopan santunan dalam berkomunikasi
B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok
Bimbingan Kelompok Religius 134
E. Metode/ Teknik : Sosiodrama
F. Tujuan Layanan :
1. Agar anggota kelompok mampu ketika orang tua memanggil
maka langsung menghampirinya
2. Agar anggota kelompok mampu memuliakan kerabat, keluarga
ketika ia masih hidup atau setelah meninggal
3. Agar anggota kelompok memiliki sikap empati dan simpati
4. Agar anggota kelompok memiliki perilaku santun terhadap orang
tua
5. Agar anggota kelompok mampu membungkukkan badan ketika
berselisihan dengan orang tua
6. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak duduk membelakangi
orang tua
7. Agar anggota kelompok mampu untuk tidak memotong
pembicara orang tua maupun lebih tua
G. Materi layanan : Dompet yang hilang (teks drama)
H. Sasaran layanan : Siswa yang memiliki perilaku etik
berkomunikasi terhadap orang tua rendah
I. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mepersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor
penunjang keterlaksanaan layanan (RPL, laiseg, daftar hadir,
dan materi layananan).

Bimbingan Kelompok Religius 135


c. Mempersiapkan makanan dan minuman istimewa yang tidak
memberatkan.
d. Menyambut anggota kelompok dengan penuh penghormatan
disertai dengan mengucapkan salam, berjabat tangan, dan
mengantarkan anggota kelompok untuk menempati tempat
duduk yang telah disediakan.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok (membangun
report).
f. Mengajak anggota kelompok bersuci (berwudhu) sebelum
memasuki tahap selanjutnya.
2. Tahap Pembentukan
a. Mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada anggota
kelompok yang telah berhadir.
c. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi.
d. Pemimpin kelompok menyampaikan esensi dari layanan yang
akan diberikan, tujuan, manfaat, asas, tahapan, topik materi
layanan, serta peran dan fungsinya sebagai sebagai
pemimpin kelompok.
e. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat (meletakan niat) mengarapkan keridhaan Allah SWT
atas kegiatan yang diikuti serta bersungguh-sungguh aktif
dalam kegiatan layanan.

Bimbingan Kelompok Religius 136


3. Tahap Peralihan
a. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya yang
akan ditempuh oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok mengamati perkembangan dinamika
kelompok yang sedang berlangsung.
c. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-ayat
Al-Qur‘an maupun Hadist untuk memberikan dorongan
ataupun penguatan kepada anggota kelompok.
d. Pemimpin kelompok dalam tahap ini sangat perlu
memperhatikan individu dalam kelompok apakah benar—
benar siap dalam mengikuti kegiatan layanan selanjutnya.
4. Tahap Kegiatan
a. Pemimpin kelompok menyampaikan kegiatan selanjutnya
seraya dengan menyampaikan topik materi layanan pada
pertemuan keenam.
b. Pemimpin kelompok melakukan apersepsi terhadap tugas
yang telah diberikan dipertemuan sebelumnya berkenaan
dengan memahami isi teks drama.
c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk
kesediaanya memainkan peran dalam skenario yang telah
dibuat pemimpin kelompok (naskah teks terlampir).
d. Pemimpin kelompok memberikan kesempatan luas kepada
anggota kelompok yang bermain peran untuk melakukan
improviasi (tidak terpaku naskah) ketika bermain drama.

Bimbingan Kelompok Religius 137


5. Tahap Evaluasi
a. Pemimpin kelompok mengemukakan tahapan selanjutnya
yang akan dilalu oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok memperhatikan keaktifan (dinamika
kelompok) masing-masing anggota kelompok untuk
mengevalusi proses yang telah dilalui sebagai dasar
pertimbangan memperbaiki layanan selanjutnya
c. Pemimpin kelompok melakukan sesi tanya jawab kepada
anggota kelompok berkenaan dengan karakter peran yang
telah dimainkan oleh anggota kelompok.
6. Tahap Pengakhiran
a. Pemimpin kelompok menyampaikan tahap selanjutnya yang
akan dilalui oleh anggota kelompok.
b. Pemimpin kelompok melakukan refleksi untuk memberikan
penguatan terhadap hasil tanya jawab oleh anggota
kelompok dengan anggota kelompok maupun pemimpin
kelompok, agar anggota kelompok benar-benar memahami
dan mengimplementasikan materi layanan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pemimpin kelompok memberikan simpulan atas hasil tanya
jawab.
d. Pemimpin kelompok memberikan lembar laiseg sebagai
bahan untuk melihat progres secara tertulis yang diisi oleh
anggota kelompok.

Bimbingan Kelompok Religius 138


e. Pemimpin kelompok menyampaikan layanan akan segera
berakhir seraya menawarkan jadwal kegiatan selanjutnya
untuk memperoleh kesepakatan dari anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok berdoa bersama anggota kelompok
untuk mengakhiri sesi layanan.

k. Evaluasi dan Tindak Lanjut


Pada pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir
konselor memberikan lembar layanan segera yang berisikan tiga poin
utama yakni: (1) pemahaman, (2) perasaan, dan (3) tindakan. Tiga point
ini sebagai bahan untuk evaluasi bagi konslor terhadap layanan yang telah
diberikan kepada anggota kelompok. salain itu pula sebagai dasar acuan
untuk melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut. Lembar layanan
segera (laiseg) terlampir.

l. Focus Group Discussion (FGD)


Metode focus group disscusion (FGD) marupakan salat satu metode
yang memberikan data yang berasal dari hasil interaksi sejumlah
partisipan suatu kelompok. Metode FGD memiliki sejumlah karakteristik
salah satunya ialah mengeksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika
proses diskusi yang dilakukan para infroman yang terlibat. Fungsi FGD ini
ialah untuk memberikan penguatan terhadap materi layanan yang telah
disampaikan dan untuk mengetahui secara mendalam pehaman anggota
kelompok yang telah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok
berbasis islam untuk meningkatkan perilaku etik berkomunikasi siswa
Bimbingan Kelompok Religius 139
terhadap orang tua. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan oleh konselor
pada FGD ini ialah sebagai berikut:
1. Tahap Awal
a. Mempersiapkan kondisi lingkungan.
b. Mempersiapkan beberapa administrasi sebagai faktor penunjang
keterlaksanaan layanan.
c. Konselor menyiapkan makan dan minuman yang tidak
memberatkan.
d. Konselor menyambut siswa-siswi yang mengikuti FGD dengan
mengucapkan salam.
e. Konselor mempersilahkan anggota kelompok masuk dan duduk
ditempat yang telah disediakan.
f. Konselor menanyakan kabar kepada siswa-siswi yang mengikuti
FGD
g. Konselor menyampaikan maksud dan tujuan yang akan dicapai
pada pertemuan ini.
h. Konselor mengajak anggota kelompok untuk berniat.
2. Tahap Kegiatan
a. Konselor mengawali kegiatan dengan salam.
b. Konselor melakukan diskusi kepada anggota kelompok berkenaan
dengan pemahaman anggota kelompok terhadap sub-materi yang
telah disampaikan dalam pertemuan 1-8
c. Konselor meminta anggota kelompok untuk menyampaikan pesan
dan kesannya terhadap kegiatan yang telah diikuti sebagai bahan

Bimbingan Kelompok Religius 140


masukan konselor untuk melaksanakan kegiatan layanan yang
akan datang.
d. Konselor berdiskusi dengan anggota kelompok berkenaan dengan
tindakan kongkrit apa yang akan dilakukan oleh anggota
kelompok setelah mengikuti layanan.
3. Tahap Pengakhiran
a. Konselor menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penguatan
terhadap stetment yang telah dikemukan oleh anggota kelompok
berkenaan dengan pemahaman dan tindakan setelah mengikuti
layanan.
b. Konselor mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok.
c. Konselor mengakhiri kegiatan dengan berdoa bersama-sama.

Bimbingan Kelompok Religius 141


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kariyono Ibnu & Setiawan, Muhammad Andri. 2013. Bimbingan


Konseling (Pendekatan Qur‘ani). Lembang: CV. Nurani Press.

Al-Fauzan, Abdul Aziz. Fikih Sosial Tuntutan & etika Hidup Bermasyarakat.
Jakarta: Qisti Press.

Ash-Shiddieqy, T. M. H. 2007. Al-Islam Jilid 1. Semarang: Pustaka Rizki


Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. H.2007. Al-Islam Jilid 2. Semarang: Pustaka Rizki


Putra.

Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia (Teori dan Pengukuranya).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bakhran, Hamdani Adz-Dzakiey. 2010. Psikologi Kenabian Prophetic


Psyhology (Menghidupkan Potensi dan Kepribadian dalam Diri.
Yogyakarta: Fajar Media Press.

Corey, Gerald. 2010. Theory & Practice of Group Counseling. California


State University.

Farel. 2013. Mengapa Anak Serakang Lebih Sering


Melawan.http://rumahaniq.blogspot.com/2013/02/mengapa-anak-
sekarang-lebih sering.html. (diunduh 19 Febuari 2014).

Gibson, L. Robert & Mitchel, Marianne H. Bimbingan dan Konseling.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haetinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT.


Refika Aditama.

Hamid, Syamsul Rijal. 2009. Mutiara Hadist, Seputar Masalah Etika. Bogor:
Cahaya Salam.

Bimbingan Kelompok Religius 142


Hamjah, Salasiah Hanin & Akhir , Noor Shakirah Mat. 2013. Islamic
Approach in Counseling. Journal of Religion and Health. ISSN 0022-
4197.

Khalid, Syeckh Bin Abdurrahman Al-‗IK. (2012). Kitab Fiqih Mendidik


Anak. Yogyakarta: Diva Press.

Lickona, Thomas. 2013. Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Bagaimana


Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan
Bertanggung Jawab. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Makarao, Nurul Ramadhani. 2010. NPL (Neuro Linguistic Programming),


Komunikasi Konseling (Aplikasi Dalam Pelayanan Kesehatan).
Bandung: Alfabeta.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi : Individu Hingga Masa. Jakarta:


Kharisma Putra Utama.

Mulyana, Deddy. 2004. Komunikasi Efektif (Suatu Pendekatan Lintas


Budaya). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Narti, Sri. 2014. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam Untuk
Meningkatkan Konsep Diri Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurihsan, Achmad Jutnika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nurihsan, Juntika & Yusuf Syamsu. 2008. Landasan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oetomo, Hasan. 2012. Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta:


PT. Prestasi Pustakaraya.
Prayitno. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.

Bimbingan Kelompok Religius 143


Prayitno. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling.
Padang: Program Pendidikan Profesi Konselor. Universitas Negeri
Padang.

Purwanto & Huraerah Abu. 2010. Dinamika Kelompok (Konsep dan


Aplikasi). Bandung: PT. Refika Aditama.

Reska, Sofah. R & Gani, Syarifuddin. 2014. Aplikasi Layanan Bimbingan


Kelompok Berbasis Islam Untuk Meningkatkan Self Esteem Pada
Siswa Kelas Xi Ips Sekolah Menengah Atas. Sumatra Selatan:
Universitas Sriwijaya.

Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, Malang:


Universitas Negeri Malang.

Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja.. Jakarta: Rajawali Pers.

Skinner, B. F. 2013. Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Sutoyo, Anwar. 2009. Bimbingan dan Konseling Islam. Semarang: Widya


Karya.

Sutoyo, Anwar.2012. Pemahaman Individu (observasi, checklist, interview,


kuesioner, sosiometri). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ulwan, Abdullah Nashih. 2015. Tarbiyatul Aulad Fil Islam (Pendidikan Anak
Dalam Islam). Sukoharjo: Al-Andalus.

Usman, Suparman. 2008. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di


Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.


Semarang: UNNES Press.

Winkel, WS. & Hastuti, Sri. 2012. Bimbingan dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Bimbingan Kelompok Religius 144
KISI-KISI SKALA PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI SISWA TERHADAP ORANG TUA

VARIAB INDIKA SUB- DESKRIPTOR NO ITEM


EL TOR INDIKATOR (+) (-)
Perilaku Verbal 1. Mengucapkan 1. Mengucapkan salam 2, 15 1, 30
Etik salam (Assalamualaikum/
Berkomu Walaikumsalam) ketika
nikasi bertemu orang tua
terhadap 2. Mengucapkan salam
Orang (Assalamualaikum/
Tua Walaikumsalam) ketika
mengawali pembicaraan
2. lembut dan 1. Berbicara halus/ kasar 3, 14, 17 13, 23,
sopan 2. Berbicara tidak melukai 28
perasaan ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua
3. Mengontrol emosi saat
berbicara (membentak/
memarahi)
3. Bermusawara 1. Menghargai seta 5, 12, 4, 11, 18
h mendengarkan 19, 25,
pendapat ayah, ibu, 26, 29
maupun orang yang
lebih tua
2. Tidak memotong
pembicaraan
3. Tidak mentertawai
ayah, ibu, maupun
orang yang lebih tua
kecuali pada
kesempatan yang
pantas
4. Mampu berdiskusi
dengan ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua dalam setiap
perkara
5. Tidak banyak mendebat
ayah, ibu, maupun
orang yang lebih tua
6. Tidak berbisik-bisik
didepan ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua
4. Menaati 1. Mengerjakan perintah 6, 21, 27 10, 16,
Perintah ayah, ibu, maupun 20
orang yang lebih tua
(terkecuali dalam hal
maksiat/
Bimbingan Kelompok Religius 145
mempersekutukan Allah
SWT)
2. Tidak
mengenyampingkan
kepentingan ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua
3. Tidak keluar rumah
tanpa seizin diantara
ayah, ibu, maupun
orang yang lebih tua
5. Jujur/ tidak 1. Mampu 8, 9, 22, 7, 24
berdusta mengungkapkan 31
kesalahan kepada ayah,
ibu, maupun orang yang
lebih tua (tidak
menutup-nutupi)
2. Berbicara sesuai
kenyataan (kondisi
objektif)
3. Berbicara yang masuk
akal (rasional)
Non 1. Bersikap 1. Berdiri manakala ayah, 36, 38, 32, 40,
Verbal hormat ibu, maupun orang yang 39, 45, 46, 47,
lebih tua diantaranya 48, 49, 57, 62
menghampiri 50, 56,
2. Tidak masuk 58, 61
mendahuluinya dan
berjalan didepanya
3. Membungkukan badan
ketika melewati ayah,
ibu, maupun orang yang
lebih tua
4. Mencium tangan ayah,
ibu, maupun orang yang
lebih tua pada setiap
kesempatan
5. Menatap ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua dengan
tatapan yang santun
6. Tidak mendahului ayah,
ibu, maupun orang yang
lebih tua ketika hendak
mengambil makanan
7. Tidak berselonjor kaki
dihadapanya
8. Murah senyum
9. Menganggukan kepala
ketika membenarkan/

Bimbingan Kelompok Religius 146


mengiyakan sesuatu

2. Memperbanya 1. Selalu mendoakan ayah, 33, 37, 41, 55


k doa dan ibu, maupun orang yang 54
istigfar lebih tua pada setiap
kesempatan

3. Mengerjakan 1. Membantu meringankan 34, 44, 35, 43,


sesuatu yang pekerjaan ayah, ibu, 42, 51, 52, 53,
membuat maupun orang yang 59 60
senang lebih tua
2. Memuliakan teman-
teman keduanya ketika
mereka masih hidup
ataupun sedah
meninggal
3. Segera memenuhi
panggilan ayah, ibu,
maupun orang yang
lebih tua
4. Memuliakan dan
memberi apa yang
mereka pinta

Bimbingan Kelompok Religius 147


SKALA PERILAKU ETIK BERKOMIKASI SISWA
TERHADAP ORANG TUA

A. Petunjuk Umum
1. Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk mengisi pernyataan
tersebut dengan memberi tanda (√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan
tanpa ada yang terlewatkan.
2. Gunakanlah lembar jawaban yang telah disediakan untuk mengisi skala psikologis ini.
3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang ada hanya sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai, atau, sangat tidak sesuai dengan diri anda. Oleh sebab itu jawablah sendiri tanpa
melihat pekerjaan teman saudara.
4. Apapun yang anda isi dalam skala ini akan dijaga kerahasiaannya, dan tidak memberikan
pengaruh buruk pada hasil belajar anda.

B. Petunjuk Khusus
Berikan tanggapan terhadap semua pernyataan yang tercantum dalam daftar pernyataan di
bawah ini dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu kolom dibawah ini:
SS : Jika pernyataan yang dikemukan Sangat Sesuai
S : Jika pernyataan yang dikemukan Sesuai
TS : Jika pernyataan yang dikemukan Tidak Sesuai
STS : Jika pernyataan yang dikemukan Sangat Tidak Sesuai

CONTOH :

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya selalu mengucapkan Alhamdulillah setelah √
selesai mengerjakan tugas

Jika anda merasa bahwa diri anda SANGAT SESUAI karena anda selalu mengucapkan Alhamdulillah
setelah selesai mengerjakan tugas maka berilah tanda (√) pada kolom (SS).

SELAMAT MENGERJAKAN

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saat masuk rumah, saya tidak mengucapkan
salam
2 Selalu menjawab salam ketika ayah pulang
berkerja
3 Ketika ibu memanggil, saya menjawab dengan
suara pelan
4 Berdebat jika tidak sependapat dengan orang tua
5 Menghargai dan mendengarkan nasehat orang tua
6 Mengerjakan perintah yang ibu berikan
7 Menutupi kesalahan saya dari orang tua saya
8 Menjawab dengan apa adanya ketika orang tua
bertanya
9 Mengakui kesalahan yang saya perbuat di depan
ayah atau ibu
10 Menunda pekerjaan yang diperintahkan ayah atau
Bimbingan Kelompok Religius 148
No Pernyataan SS S TS STS
ibu
11 Memotong pembicaraan apabila tidak sependapat
dalam diskusi keluarga
12 Mendengarkan nasehat orang tua hingga selesai
13 Menjawab panggilan ayah atau ibu dengan suara
keras
14 Saya tidak pernah membentak orang tua
15 Pamit setiap mengakhiri pembicaraan dengan
orang tua
16 Mengerjakan kepentingan saya terlebih dahulu,
baru mengerjakan perintah orang tua

17 Menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara


18 Suka berbisik-bisik ketika berdiskusi dengan
keluarga
19 Menghindari perdebatan dengan orang tua
20 Mengabaikan perintah orang tua
21 Mendahulukan perintah maupun pekerjaan yang
orang tua berikan
22 Tidak pernah berbohong kepada orang tua
23 Memarahi orang tua ketika mereka membuat saya
kesal
24 Takut dihukum, maka saya berbohong
25 Mentertawakan kejadian lucu yang menimpa
orang tua
26 Berbicara dengan suara pelan jika sedang
berdiskusi dengan orang tua
27 Keluar rumah atas izin orang tua
28 Pernah membuat orang tua menangis
29 Meminta pendapat orang tua ketika mendapat
masalah
30 Membalas salam ketika orang tua masuk ke rumah
31 Melebihkan ataupun mengurangi pembicaraan
ketika orang tua saya bertanya tentang suatu hal
32 Menatap sinis orang tua saat sedang marah
33 Setelah sholat saya mendoakan orang tua
34 Merapikan tempat tidur saat bangun tidur
35 Malas membantu pekerjaan orang tua
36 Tanggap tiap orang tua menghampiri
37 Mendoakan orang tua tidak hanya saat selesai
sholat
38 Mempersilahkan orang tua duduk terlebih dahulu
39 Membungkukkan badan saat melewati orang tua
40 Mendahului orang yang lebih tua ketika terlambat
ke sekolah
41 Mengingat tapi tidak mendoakan orang tua
42 Ketika ada tamu orang tua saya langsung
menyuguhkan minuman/ makanan tanpa
Bimbingan Kelompok Religius 149
No Pernyataan SS S TS STS
diperintah
43 Malas merapikan tempat tidur
44 Bergegas menghampiri ketika orang tua
memanggil
45 Ketika bertemu orang tua saya mencium tangan
mereka
46 Bersikap acuh saat mendapat nasehat
47 Ketika orang tua memanggil, saya tidak langsung
menghampirinya
48 Ketika menatap mata orang yang lebih tua, saya
menatap dengan santun

49 Ketika pergi saya berpamitan dan mencium tangan


orang tua
50 Tersenyum ketika menyapa orang tua
51 Suka membantu ibu mencuci pakaian/piring
52 Malas melakukan perintah orang tua
53 Menunda pekerjaan yang diperintahkan orang tua
54 Ketika ingat orang tua, saya berdoa kepada Allah
SWT agar mereka selalu dalam perlindungan
55 Saya lupa mendoakan orang tua ketika mereka
terkena musibah
56 Menundukkan kepala saat mendengarkan nasehat
orang tua
57 Acuh ketika berjalan melewati orang tua
58 Membelakangi orang tua ketika duduk
59 Membantu orang tua bergotong-royong
60 Lebih memilih melihat acara televisi kesukaaan
saya dari pada membantu orang tua
61 Saat makan bersama keluarga, saya selalu
mempersilahkan orang tua mengambil makanan
lebih dahulu
62 Menundukkan kepala ketika menerima nasehat
dari orang tua
TERIMAKASIH ATAS KEJUJURAN ANDA DALAM MEMILIH ALTERNATIF JAWABAN

Bimbingan Kelompok Religius 150


Contoh Lembar Kontrak Layanan
SURAT PERJANJIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

No Nama Kelas Tanda tangan


1
1............
2
2.............
3
3.............
4
4.............
5
5.............
6
6.............
7
7.............
8
8.............

Berjanji bersedia mengikuti serta berpartisipasi aktif dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok yang diberikan oleh pemimpin kelompok

Tempat, tanggal-bulan-tahun

Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana

(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………

Bimbingan Kelompok Religius 151


Contoh Format Rencana Pelasanaan Layanan (RPL)
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Topik pembahasan : Berbakti kepada orang tua


B. Bidang bimbingan : Pribadi, sosial, belajar, spritual
C. Fungsi layanan : Pemahaman dan Pencegahan
D. Jenis layanan : Layanan bimbingan kelompok berbasis islam
E. Metode/ Teknik : Ceramah
F. Tujuan Layanan :
1. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa berbakti kepada orang tua itu
penting
2. Agar anggota kelompok mampu mematuhi perintah orang tua dalam kegiatan yang
positif
3. Agar anggota kelompok mampu mendengarkan nasehat yang positif dari orang tua
4. Agar anggota kelompok mampu menghormati orang tua
G. Materi layanan :
1. Definisi berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam
2. Tujuan berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam
3. Prinsip berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam
4. Fungsi berbakti kepada orang tua dalam pandangan islam
H. Sasaran layanan : Siswa Kelas VII MTs Kota Banjarmasin
I. Uraian Kegiatan
Tahapan Kegiatan Waktu
Tahap a. Menyambut dengan mengucapkan salam 10 Menit
Awal (assalamualaikum/ Wa‘alaikkumsalam) ) dan menerima
anggota kelompok secara terbuka dengan wajah yang
berseri-seri.
b. Berjabat tangan dan mempersilahkan anggota kelompok
masuk dalam ruangan bimbingan kelompok.
c. Memberikan tempat duduk yang paling instimewa didalam
ruangan.
d. Menghidangkan makanan dan minuman istemewa yang
tidak memberatkan bagi pemimpin kelompok,.
e. Menanyakan kabar kepada anggota kelompok untuk
mencairkan suasana.
f. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mensucikan
diri dari hadas kecil (berwudhu).
g. Menyampaikan secara terbuka ucapan terimakasih kepada
anggota kelompok yang sudah bersedia mengikuti kegiatan
layanan bimbingan kelompok berbasis islam.
h. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk
berniat melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok secara
bersungguh-sungguh, aktif dalam mengungkapkan
pendapat, mengilangkan rasa ragu-ragu, menghilangkan
rasa malu, saling mempercayai satu dengan yang lain dan
berbicara dengan penuh rasa kejujuran.
i. Pemimpin kelompok menampilkan diri secara terbuka
(memperkenalkan diri) dan menjalin hubungan baik

Bimbingan Kelompok Religius 152


dengan seluruh anggota kelompok.
j. Pemimpin kelompok mengajak dan mempersilahkan
anggota kelompok untuk memperkenalkan diri masing-
masing serta menyampaikan hoby ataupun matapelajaran
yang disukai untuk mencairkan suasana.
k. Pemimpin kelompok menyampaikan topik/tema dalam
bimbingan kelompok berbasis islam.
l. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian bimbingan
kelompok berbasis islam, maksud diadaknya layanan
bimbingan kelompok berbasis isla,, dan tujuan
terlaksananya layanan bimbingan kelompok berbasis islam
m. Pemimpin kelompok menjelaskan alur yang harus dilalui
dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan bimbingan
kelompok berbasis islam. Menjelaskan cara-cara
pelaksanaan (cara menyampaikan pendapat yang baik dan
bagaimana cara merespon pendapat dari orang lain. selain
) dan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok berbasis
islam yang harus dipatuhi setiap anggota kelompok
misalnya, asas keterbukaan, asas kenormatifan, asas
kesukarelaan, dan lain-lain.
n. Pemimpin kelompok mengemukakan tentang dirinya secara
terbuka dan menyampikan peranannya sebagai pemimpin
kelompok.
o. Pemimpin kelompok menampilkan perilaku dan komunikasi
yang mengandung unsur penghormatan, ketulusan hati,
kehangatan, simpati dan empati kepada anggota kelompok
yang dipimpinya.
Tahap 7. Pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan selanjutnya 10 Menit
Peralihan yang akan ditempuh oleh anggota kelompok.
8. Pemimpin kelompok memperhatikan dan mengamati
dinamika kelompok yang ada dalam kegiatan bimbingan
kelompok apakah sudah berjalan dengan baik.
9. Pemimpin kelompok menanyakan kepada anggota
kelompok apakah masing-masing dari anggota kelompok
sudah benar-benar siap untuk mengikuti kegiatan
selanjutnya dalam bimbingan kelompok berbasis islam.
10. Pemimpin kelompok memberikan motivasi melalui ayat-
ayat Al-Qur‘an ataupun Hadist yang dapat mendongkrak
motivasi anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan
selanjutnya dalam layanan bimbingan kelompok berbasis
islam.
11. Pemimpin kelompok memberikan penjelasan dampak
positif dari keikutsertaan anggota kelompok dalam layanan
bimbingan kelompok, hal ini dilakukan apabila pemimpin
kelompok masih melihat keraguan dari anggota kelompok.
12. Pemimpin kelompok harus benar-benar memperhatikan
kesiapan dari masing-masing individu dalam anggota
kelompok agar dinamika kelompok berjalan dengan baik
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
Tahap 1. Pemimpin kelompok mengemukan suatu permasalahan 20 Menit

Bimbingan Kelompok Religius 153


Kegiatan atau topik
2. Pemimpin kelompok berserta anggota kelompok
melakukan tanya jawab mengenai topik yang menjadi
permasalahan atau materi yang belum jelas.
3. Pemimpin berserta anggota kelompok membahas topik
atau materi secara mendalam, menyeluruh, dan tuntas.
Tahap 4. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap kegiatan 15 Menit
Evaluasi yang telah dilalui mulai dari tahap awal hingga tahap
kegiatan.
5. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi terhadap proses
terlaksanaanya kegiatan bimbingan kelompok berbasis
islam mulai tahap awal hingga tahap kegiatan untuk
melihat faktor pendukung dan faktor penghambat sebagai
referensi untuk melakukan kegiatan layanan bimbingan
kelompok selanjutnya.
6. Pemimpin kelompok melakukan evaluasi hasil untuk
menganalisa sejauh mana hasil yang telah diperoleh oleh
anggota kelompok dengan membuka sesi tanya jawab
antara anggota kelompok dengan pemimpin kelompok
ataupun anggota kelompok dengan masing-masing
anggota kelompok yang lain mengenai pemahaman materi
yang dibahas dalam kegiatan kelompok pada tahap
kegiatan. Selain itu juga untuk melihat dampak dari
pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dalam hal ini
terkait dengan perilaku etik berkomunikasi terhadap orang
tua yang tadinya buruk menjadi baik
Tahap 8. Pemimpin kelompok mengemukan bahwa kegiatan 5 Menit
Pengakhi layanan bimbingan kelompok berbasis islam akan diakhiri.
ran 9. Pemimpin kelompok mengucapkan terimakasih kepada
perserta layanan yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan
bimbingan kelompok berbasis islam.
10. Pemimpin kelompok bisa menanyakan pesan dan kesan
kepada anggota kelompok terhadap terlaksananya layanan
bimbingan kelompok berbasis islam dari tahap awal hingga
tahap akhir.
11. Pemimpin kelompok menawarakan dan berdiskusi tentang
kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya kepada anggota
kelompok yang sekiranya anggota kelompok dapat
berhadir. Kegiatan ini digunakan supaya konselor/ guru
bimbingan dan konseling mampu merencanakan kegiatan
dan mepersiapakan materi yang akan dibahas dalam
kegiatan kelompok.
12. Pemimpin dan anggota kelompok berdoa secara bersama-
sama.

J. Media : Power point, Leptop dan LCD


K. Tanggal :
L. Waktu : 60 Menit
M. Tempat : Ruang layanan bimbingan dan konseling
N. Penyelenggara : Akhmad Rizkhi Ridhani

Bimbingan Kelompok Religius 154


O. Pihak yang terlibat : Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
P. Evaluasi :
a. Penilaian hasil
Mengamati perubahan perilaku yang terjadi pada siswa.
b. Penilaian proses
Mengamati partisipasi siswa selama kegiatan layanan bimbingan kelompok berbasis
islam berlangsung.

Tempat, tanggal-bulan-tahun

Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana

(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………

Bimbingan Kelompok Religius 155


Contoh Format Layanan Segera (Laiseg)
RAHASIA LAISEG
PENILAIAN HASIL
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Hari, Tanggal Layanan :.............................................................................


Jenis Layanan :.............................................................................
Pemberi Layanan :.............................................................................

Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat, padat, dan berisi


1. Topik-topik apakah yang telah dibahas melalui layanan tersebut?

2. Hal-hal atau pemahaman baru apakah yang anda peroleh dari layanan tersebut?

3. Bagaimana perasaan anda setelah mengikuti layanan tersebut?

4. Hal-hal apa yang akan anda lakukan setelah mengikuti layanan terebut?

5. Apakah layanan yang anda ikuti berkaitan langsung dengan masalah yang anda alami?
a. Apabila ya, keuntungan apa yang anda peroleh?

b. Apabila tidak, keuntungan apa yang anda peroleh?

6. Tanggapan, saran, pesan, atau harapan apa yang ingin anda sampaikan kepada pemberi layanan?

Tempat, Tanggal-Bulan-Tahun
Yang Menyatakan,

Tanda Tangan

(Nama........................................)

Bimbingan Kelompok Religius 156


Contoh Daftar Hadir Peserta Layanan Bimbingan Kelompok
DAFTAR HADIR PESERTA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS ISLAM UNTUK
MENINGKATKAN PERILAKU ETIK BERKOMUNIKASI TERHADAP ORANG TUA

1. Tema/ Topik Permasalahan : Berbakti kepada orang tua


2. Hari/ Tanggal :
No Nama Kelas Tanda tangan
1
1............
2
2.............
3
3.............
4
4.............
5
5.............
6
6.............
7
7.............
8
8.............

Tempat, tanggal-bulan-tahun

Mengetahui,
Kordinator BK Pelaksana

(nama………………………) (nama………………………)
NIK. ………………………… NIK. …………………………

Bimbingan Kelompok Religius 157


TOPIK MATERI LAYANAN

Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berbasis Islam untuk meningkatkan perilaku etik
berkomunikasi siswa terhadap orang tua/ lebih tua memerlukan topik/ materi yang berkaitan dengan
masalah dan kondisi serta karakter siswa.
A. Pertemuan Pertama
1. Topik Pembahasan : Berbakti Kepada Orang Tua
2. Teknik : Ceramah
3. Materi : Konsep Dasar Berbakti Kepada Orang Tua
4. Uraian Materi :
Kita semua pasti memiliki orang tua, baik yang masih dapat kita kecup tangannya
ataupun yang sudah tiada. Ibu bapak yang nun jauh di sana ataupun yang kita mintai izin
setiap harinya. Telah jelas bahwa kedua orang tua sangat berjasa kepada kita. Betapa banyak
pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita. Mulai dari kita kecil hingga sekarang. Mereka
mengorbankan raga, harta, waktu, dan lainnya demi kita. Sudah sepatutnya kita menempatkan
mereka pada kedudukan yang semestinya. Islam telah mengatur segala hal termasuk
menjunjung hak-hak kedua orang tua kita dan mengajarkan untuk berbuat baik pada keduanya.
Allah subhanahu wa ta`ala berfirman dalam kitab-Nya yang agung: Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ―ah‖ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: ―Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil‖. (QS. Al-Israa‘: 23-24)

Dari ayat di atas kita tahu bahwa Allah `azza wa jalla memerintahkan kita untuk berbakti
pada keduanya dengan berbuat baik kepada mereka. Allah menggandengkan perintah berbuat baik
pada kedua orang tua dengan perintah bertauhid. Hal ini menandakan betapa pentingnya berbuat
baik pada keduanya. Karena tauhid adalah pokok utama agama ini yang terpenting. Sesuatu
yang digandengkan dengan perintah bertauhid tentu adalah sesuatu yang penting.
Pengertian “birru al-walidain”
Kata al birr artinya adalah kebaikan, berdasarkan sabda beliau shalallahu `alaihi wa sallam:
…‫ال خ لق حسن ال بر‬
―Al birr adalah baiknya akhlaq.‖ (HR Muslim No. 1794)
Sedangkan al `uquuq yaitu kejelekan dan menyianyiakan hak, yang merupakan lawan dari
kalimat al birr.

Bimbingan Kelompok Religius 158


Kata walidain maksudnya adalah bapak dan ibu, baik yang berasal dari nasb/ jalur keturunan
maupun jalur dari se-ibu susuan, baik muslim maupun yang kafir, yang mencakup kakek,
nenek, dan mereka yang ada di atasnya, baik dari jalur bapak maupun jalur ibu.
―Al birr adalah menaati kedua orang tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan
kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan al `uquuq dan menjauhi mereka dan
tidak berbuat baik kepadanya.‖
Berkata `Urwah bin Zubair radhiyallahu`anhu mengenai firman Allah subhaanahu wa
ta‘ala,―Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan‖. (QS. Al-Isra`:
24). Yaitu ―Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikit pun.‖ (ad-Durul Mantsur 5/259)

Jasa orang tua kita


Tidak dipungkiri bahwa orang tua memiliki keutamaan atas anak-anak mereka berdua.
Merekalah yang menjadi jalan lahirnya seorang anak, mereka berdua telah mendidik anak
ketika kecil, hingga kelelahan karena terlambatnya waktu istirahat, mengawasi semalaman
sehingga berkurangnya waktu tidur. Ibulah yang mengandung sang anak di dalam perutnya, hidup
dengan tergantung pada makanan dan kesehatan ibunya selama sembilan bulan lamanya. Hal
itu sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firmannya: ‖Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah.‖ (QS. Luqman: 14)
Syaikh Abdul muhsin Al-Qosim berkata, ―Ibumu (yang selama sembilan bulan)
mengandungmu dalam keadaan lemah, dan semakin bertambah kelemahannya, dengan
kesakitan yang selalu dialaminya, semakin engkau tumbuh maka semakin terasa berat yang
dirasakannya dan semakin lemah tubuhnya. Kemudian tatkala akan melahirkanmu ia
mempertaruhkan nyawanya dengan sakit yang luar biasa, ia melihat kematian dihadapannya
namun ia tetap tegar demi engkau. Tatkala engkau lahir dan berada di sisinya maka hilanglah
semua rasa sakit itu, ia memandangmu dengan penuh kasih sayang, ia meletakkan segala
harapannya kepadamu. Kemudian ia bersegera sibuk mengurusmu siang dan malam dengan
sebaik-baiknya di pangkuannya, makananmu adalah susunya, rumahmu adalah pangkuannya,
kendaraanmu adalah kedua tangannya. Ia rela untuk lapar demi mengenyangkanmu, ia rela
untuk tidak tidur demi menidurkanmu, ia mendahulukan kesenanganmu di atas kesenangannya.
Ia sangat sayang kepadamu, sangat mengasihimu.‖
‖Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: ―Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku
Bimbingan Kelompok Religius 159
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.‖(Al-Ahqaaf:15)

Begitu juga bapak kita yang berusaha untuk menghidupi kita dan menguatkan kita dari sejak
kita kecil hingga menjadi kita yang sekarang. Bapak juga berusaha mendidik dan mengarahkan
kita dari kecil yang ketika itu kita tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang merugikan dan
bermanfaat untuk diri kita sendiri. Oleh sebab itu Allah memerintahkan seorang anak untuk
berbuat baik dan berterima kasih pada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah ta`ala:
―Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.‖(QS. Luqmaan: 14)

Beberapa tindakan berbakti kepada ibu bapak kita


Suatu amalan hati perlu dibuktikan dengan amalan lahiriyah atau badaniyah. Begitu
juga berbakti kepada kedua ibu bapak kita. Berikut ini beberapa langkah-langkah yang bisa
ditempuh dalam rangka berbaktu kepada orang tua:
a. Kita berbakti kepada orang tua dengan bermualamah secara baik dalam perkataan
maupun perbuatan, membantu orang tua baik dengan harta ataupun tenaga.
b. Taat pada perintah keduanya kecuali dalam hal bermaksiat kepada Allah dan dalam
hal yang tidak ada padanya kemudharatan untuk kita.
c. Berlemah lembut dalam berkata-kata pada mereka berdua.
d. Menampakkan wajah cerah ceria pada keduanya.
e. Melakukan pelayanan kepada mereka berdua dengan wajah yang lunak.
f. Tidak berkeluh kesah ketika mereka tua, sakit, ataupun lemah.
g. Tidak merasa berat dengan hal tersebut karena kelak kita juga akan berubah
menjadi seperti mereka.
h. Meminta izin & doa restu sebelum berjihad atau bepergian untuk suatu urusan.
i. Tidak bersikap bakhil (kikir), serta memberikan harta kepada orang tua sesuai kebutuhan
mereka.
j. Membuat keduanya ridha dengan cara berbuat baik kepada orang-orang yang mereka
cintai.
k. Tidak mencela orang tua serta tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.
l. Mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada ayah

Bimbingan Kelompok Religius 160


Ketika ibu bapak kita telah tiada, bukan berarti kita berhenti berbakti kepada keduanya. Hal-hal
yang dapat kita lakukan yaitu:
a. Memohon ampunan untuk keduanya dan mendoakan mereka.
b. Menunaikan wasiat kedua orang tua.
c. Memuliakan teman dekat orang tua kita.
d. Menyambung tali silaturahim dengan para kerabat ibu dan ayah.
‖Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.‖ ( QS. Al `Ankabuut: 8)

Keutamaan berbakti pada kedua orang tua


Dari Abdullah bin Amru radhiallahu`anhuma, beliau berkata, ―Rasulullah shalallahu `alaihi
wa sallam bersabda:
―Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan
kedua orang tua‖ (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibnu Hibban dan Hakim)
Hadist ini dalil atas keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan kewajibannya.
Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah sebab ridha Allah ta`ala dan peringatan atas
perbuatan durhaka kepada keduanya dan keharaman akan hal itu. Hal tersebut juga menjadi dasar
sebab kemurkaan Allah. Tidak diragukan lagi bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah berasal
dari rahmat Allah kepada kedua orang tua dan anak-anak. Karena tidak ada sesuatu yang
bisa menyerupai hubungan orang tua dan anak, dari segi hubungan dan ikatan yang tulus. Kebaikan
dari kedua orang tua tidaklah menyamai kebaikan seorang makhluk pun. Pendidikan yang
bermacam-macam dan kebutuhan anak akan dunia atau pun akhirat sebagai penguat hak itu. Sebab
inilah dan apa yang menjadi cabangnya merupakan keharusan untuk menjadikan ridha kedua orang
tua bersanding dengan ridha Allah, dan sebaliknya dengan yang sebaliknya
Berbakti kepada kedua ibu bapak termasuk amal yang utama setelah pilar penegaknya agana
ini, yakni shalat. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam.
Dari Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu`anhu, beliau berkata, ―Aku bertanya kepada Rasulullah
shalallahu `alaihi wa sallam, ‗Amal apa yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda, ‗Shalat pada
waktunya.‘ Aku berkata, ‗Kemudian apa?‘ Beliau menjawab,‗berbakti kepada ibu bapak.‖ (HR.
Bukhari & HR. Muslim).

Balasan berbakti pada kedua ibu bapak kita


Jika kita telah berbakti dengan kedua orang tua kita maka kita hendaknya berbahagia
akan balasan yang besar, dan mendapat balasan yang semisalnya. Sehingga barang siapa berbakti
kepada ayahnya, maka anaknya akan berbakti pada dirinya. Sedangkan barang siapa yang
Bimbingan Kelompok Religius 161
melakukan kedurhakaan kepada ayahnya, maka anaknya akan duhaka padanya. Balasan akan jenis
perbuatan yang telah di lakukan, maka begitulah kamu akan dibalas. Dengan memelihara hak itu,
kita akan mendapatkan balasan dan pembelajaran untuk
keturunan kita tentang bagaimana berbakti terhadap orang tua dengan melihat bagaimana kita
bermuamalah dengan orang tua kita. Telah jelaslah kini bagi kita akan keutamaan berbakti
kepada kedua ibu bapak kita. Maka marilah kita bersama-sama introspeksi diri dan
mengamalkannya sebelum kita tak dapat lagi menunaikan amalan yang agung ini. Apakah kita telah
berbakti kepada keduanya? Sudahkah kita menyenangkan hati mereka?
Daftar Rujukan :
- muslimah.or.id

B. Pertemuan Kedua
1. Topik Pembahasan : Sosok Utuh Pribadi Muslim
2. Teknik : Film Strip
3. Materi : Pribadi Muslim Yang Baik dan Buruk
Setiap madrasah atau sekolah yang beridentitas Islam, ingin mengantarkan peserta didiknya
menjadi anak sholeh-sholikhah atau berkepribadian Islami. Hanya saja, betapa beratnya tugas ini
harus diemban. Sebab, ternyata belum semua lulusan lembaga pendidikan yang beridentitas Islam
tersebut mampu melahirkan lulusan yang diidamkan. Walaupun ini baru sebatas informasi, tidak
sedikit orang tua mengeluhkan anaknya lantaran perilakunya kurang menggembirakan. Padahal ia
sudah menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendidikan Islam. Beban berat ini, kiranya tidak
terlalu sulit dipahami, sebab betapa kompleknya lingkungan di luar kehidupan keluarga dan sekolah
pada saat ini. Sekalipun di sekolah dan juga di lingkungan keluarga telah dibiasakan berperilaku
santun, tetapi ternyata di luar kedua lingkungan itu anak memperoleh contoh kehidupan yang
berlawanan dengan nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah atau di keluarga. Problem inilah yang
saat ini dihadapi oleh lembaga pendidikan Islam atau madrasah.
Pendidikan yang diharapkan pada era global sekarang ini ialah pendidikan yang dapat
mendorong manusia yang memiliki pemikiran cepat dan kreatif dalam memahami pesan-pesan
kemanusiaan Islam secara benar dan realistik. Benar, karena ia tetap berada dalam kawalan iman,
realistik, karena ia berpijak di atas bumi kenyataan pada abad informasi ini. Jalan untuk mendekati
tujuan ini adalah dilakukan dengan mengkaji ulang Islam secara komprehenshif dan bertanggung
jawab terus menerus untuk memperoleh konsep-konsep kunci bagi penyelesaian masalah-masalah
mendasar yang sedang dihadapi

Bimbingan Kelompok Religius 162


Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah membentuk akhlak mulia dalam diri peserta
didik. Secara ideal, proses pendidikan bertujuan "menciptakan" sumber daya manusia yang
berkualitas, mulai dari kualitas jasmani (fisikal-biologis), keterampilan, etos kerja, intelektual,
emosional, sosial, ekonomi, sampai kepada kualitas spiritual (agama), semuanya bermuara kepada
"kualitas" iman dan takwa kepada Allah, yang tercermin pada "kualitas akhlak" dalam
kehidupan sehari-hari secara manusiawi, karena dengan akhlak inilah yang membedakan antara
manusia beriman dan tidak, antara manusia yang taat dan tidak, antara golongan manusia
penghuni surga dan neraka. Akhlak merupakan refleksi dari kebersihan jiwa dan budi pekerti
seseorang, cermin dari pemahaman dan implementasi rasa taat terhadap nilai-nilai agama. Sumber
daya manusia yang berkualitas ini hanya dapat diwujudkan dengan pelaksanaan pendidikan
yang menggunakan strategi berkualitas. Pendidikan yang dilaksanakan dengan seadanya, dangkal
dan tidak menukik tanpa arah, dan tidak menerapkan konsep belajar yang menitikberatkan kepada
kualitas dapat menjatuhkan martabat pendidikan.
Nata dalam Zubaidi (2013) kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-
khuluq. Secara etimologis berarti (1) tabiat, budi pekerti, (2) kebiasaan atau adat, (3)
keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, agama, dan kemarahan (al-ghadab). Secara terminologis
akhlak menurut al-Ghazâlî dalam Zubaidi (2013) adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa ada pemikiran dan
pertimbangan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan
akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan
yang jahat, maka dinamakan dengan akhlak yang buruk (tidak baik). Sedangkan, akhlak
menurut Ibnu Maskawaih adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa mansuia, yang berbuat
dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari)

Pengertian Pribadi Muslim


Karim (2012:128) Kepribadian menurut tinjauan buku psikologis, kepribadian berasal dari
kata‖ personality‖ (bahasa inggris), dari kata person (bahasa yunani) yang berarti ―topeng‖,
yang maksudnya menggambarkan prilaku melalui watak atau pribadi seseorang. Untuk ―person‖
(bahasa inggris) meyakinkan dengan otot yang selanjutnya dipindahkan kedalam bahasa inggris
menjadi personality yang berarti kepribadian. Kepribadian muslim merupakan sistim organisasi yang
mempunyai ciri khas bahwa keseluruhan sifat dan tingkah laku seseorang baik yang di tampilkan
secara bathiniyah maupun lahiriyah dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan nilai-nilai agama
Islam.(muslim).

Bimbingan Kelompok Religius 163


Aspek-Aspek Kepribadian Manusia
Ahyadi dalam Karim (2012:129) menganalisis tingkah laku manusia kedalam tiga aspek
atau fungsi yaitu:
a. Aspek kognitif (pengamatan) yaitu pemikiran,ingatan, hayalan, daya bayang,inisiatif,
kreatifitas, pengamatan dan pengendraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan
jalan. Mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan
atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan dan
elemen motivasi lainnya disebut aspek kognitif atau psikomotorik (kecendrungan atau niat
tindak) yang tidak dapat dipisahkan demgan aspek afektif. Kedua aspek ini sering
disebut dengan aspek finalis yang berfungsi sebagai energy atai tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek motorik yang berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan
gerakan jasmaniah lainnya

Pembentukan Kepribadian Muslim Melalui Sekolah


Karim (2012:131) orientasi dan tujuan pendidikan islam yakni yang disimpul dengan
ungkapan sederhana ‖Membentuk Manusia Yang Berkepribadian Muslim‖ artinya proses dalam
upaya pembinaan dan pengajaran agar mampu merealisasikan segenap potensi atau daya
(bersumber dari fitrah). Yang dimiliki manusia secara totalitas (kaffah). Halini memberikan
pengertian bahwa dalam usaha pembinaan dan pengajaran pendidikan di sekolah terhadap
anak didik harus internalistik, artinya pengembangannya harus totalitas yakni aspek jasmani,
akal dan jiwa. Jadi bukan hanya faktor akal saja, atau jasmani saja tetapi menyeluruh
termasuk yang didalamnya adalah penanaman rasa percaya pada tuhan.
Abdurrahman An-Nabbawi dalam Karim (2012:132) kurikulum sekolah tidak kurang dari 4 aspek
yang terdiri dari: (1) tujuan pendidikan, (2) materi (bahan) yaitu pengetahuan,kegiatan dan
pengalaman-pengalaman, (3) metode yang berisikan tentang pengajaran dan membimbing anak
mendorong mereka belajar dan membawa kearah tujuan yang telah direncanakan, (4) cara
penilaian (evaluasi) terhadap proses belajar mengajar.

10 Ciri Kepribadian Muslim


Andriawan (2011:7) berikut ini adalah 10 akhlak pribadi islami, yang harus dimengerti dan
dijalankan oleh umat islam, sehingga perilaku dan adatnya sesuai dengan kaidah agama, yang
merupakan kunci sukses pribadi islam.

Bimbingan Kelompok Religius 164


a. Jujur (Shidiq, Honesty), Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa
yang disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga
memiliki arti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari
kejujuran adalah Dusta. Dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat tidak sesuai
dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dusta juga dapat
berarti tidak berkata sebenarnya, dan menyembunyikan yang sebenarnya.
b. Percaya diri, percaya atau rendah hati (Tawadhu). Pengertian percaya diri atau tawadhu
adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus menghinakannya atau meremehkan harga
diri sehingga orang lain berani menghinanya dan menganggap ringan. Pribadi yang
percaya diri, harus mampu menunjukkan sesuatu yang unggul berupa pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan sikap atau perilaku (attitude), sehingga orang lain
memberikan kepercayaan dan kehormatan yang sepatutnya, dan tidak bersikap sombong
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
c. Bekerja Keras (Hubbul Amal, Excellence), Bekerja keras tidak hanya fisik. Akal dan pikiran
harus terus digunakan untuk memikirkan sesuatu yang lebih baik. Kemalasan akal atau malas
berpikir lebih jelek daripada malas badan. Orang yang cerdas tetapi malas berpikir akan
merusak jiwa, karena pikiran-pikiran yang buruk serta rusak ada dalam tubuh manusia
yang malas dan lemah. Orang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah badannya, dan
membenci kehidupan walaupun memiliki harta yang cukup.
d. Menghargai Waktu, Satu akhlak islami yang mendorong sukses pribadi umat Islam adalah
menghargai waktu. Waktu terus berjalan dan tidak pernah kembali. Oleh sebab itu, setiap
detik waktu harus dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan keberhasilan. Untuk dapat
memanfaatkan secara optimal dari waktu, maka perlu adanya manajemen waktu yaitu
aktivitas untuk menfaatkan waktu yang tersedia dan potensi-potensi yang tertanam dalam
diri kita guna mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan menyeimbangkan tuntutan
kehidupan pribadi, masyarakat, serta kebutuhan jasmani, rohani dan akal.
e. Berpikir Positif, berfikir positif adalah pola pikir yang didasarkan pada penyusunan rencana
yang matang dalam mencapai tujuan, selalu berusaha untuk mencapai tujuan, dan
mengambil hikmah setiap kejadian. Berpikir positif juga dapat diartikan kita mencari hal-hal
positif dan baik dari berbagai hal tersebut, kemudian hal-hal yang buruk kita
kesampingkan. Orang yang berpikir positif mengambil sisi baik dari setiap kejadian, melakukan
evaluasi dan merencanakan kembali untuk mencapai tujuan mencapai. Orang yang
berpikir memiliki sikap yang penuh harapan, yakin dalam hidup, berperilaku baik, ramah,
dan menyenangkan.

Bimbingan Kelompok Religius 165


f. Memiliki Harga Diri (dignity, self-esteem), Harga diri adalah penilaian menyeluruh mengenai
diri sendiri, dan bagaimana ia menjaga kehormatan diri, sehingga orang lain tidak
menghinakannya. Memiliki harga diri berarti seseorang mempunyai kemampuan untuk
menjaga perilaku etis dan menjauhi perilaku nista. Harga diri perlu diperkuat agar orang
merasa malu melakukan segala bentuk penyimpangan, kecurangan, dan kenistaan.
g. Mandiri, Setiap individu diberi potensi oleh Allah. Setiap umat harus mampu menggali dan
mengembangkan diri dengan baik sehingga hidup di dunia yang hanya satu kali ini tidak
menjadi beban bagi orang lain, bahkan hidup kita akan terhormat jika kita dapat
meringankan beban orang lain.
h. Hidup hemat atau hidup sederhana, sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk
mencukupkan kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir.
i. Memelihara Amanah, titipan berharga yang dipercayakan Allah kita atau aset penting yang
dipasrahkan kepada kita. Konsekuensi sebagai penerima amanah tersebut, kita terkiat
secara moral untuk melaksanakan amanah itu dengan baik dan benar.
j. Bersyukur, menggunakan atau mengolah nikmat yang dilimpahkan Allah sesuai dengan
tujuan dianugerahkannya. Artinya, jika Anda bersyukur, berarti Anda harus berani mengolah
dan mengelola segala anugerah Allah yang berupa rahmat dengan baik dan benar. Sebab
dengan begitu, Allah akan menjamin berkah-berkah-Nya selanjutnya pada Anda.
Daftar Rujukan :
- Zubaidi. 2013. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibnu ‗Arabi. Jurnal Tarbawi Vol. 10, No. 2,
Juli-Desember 2013. ISSN : 2088-3102
- Andriawan. Dkk. 2011. Akhlak Pribadi Islam. Universitas Mercu Buana
- Karim Hasnidar. 2012. Kepribadian Muslim Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Al-‗Ulum Vol. 1 Tahun
2012

C. Pertemuan Ketiga
1. Topik Pembahasan : Kisah Teladan Seorang Muslim
2. Teknik : Story Telling
3. Materi :
Kisah Pemuda Beribu Bapak Babi
Nabi Musa AS adalah satu-satunya Nabi yang sering berbicara dengan Allah SWT setiap kali dia
hendak bermunajat. Nabi Musa akan naik ke bukit Tursina, di atas bukit itu dia akan berbicara dengan
Allah SWT. Nabi Musa akan bertanya dan Allah SWT akan menjawab pada waktu itu juga, inilah
kelebihan yang tidak ada pada Nabi-Nabi yang lain.
Suatu Hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah SWT, ―Ya Allah siapa orang di surga nanti
yang akan berjiran dengan ku?‖. Allah SWT pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu,
Bimbingan Kelompok Religius 166
kampung serta tempat tinggalnya. Setalah terjawab pertanyaan tersebut turunlah Nabi Musa dari bukit
Tursina dan terus berjalan mengikuti petunjuk yang Allah SWT berikan, setlah beberapa hari perjalan
akhirnya sampai juga Nabi Musa ketempat yang sudah diberitahukan, dengan pertolongan beberapa
penduduk di kampung tersebut. Beliau (Nabi Musa AS) bertemu dengan orang tersebut, setalah
memberi salam beliau dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu. Tuan rumah itu tidak melayani
Nabi Musa, dia malahan masuk dan melakukan sesuatu di ruangan dalam rumah tersebut, setelah itu
dia keluar membawa seekor babi betina besar, babi tersebut dituntunnya dengan penuh perasaan.
Nabi Musa AS pada saat itu terkejut melihatnya, ―Apa hal ini‖ kata Nabi Musa di dalam hati penuh
keheranan.
Babi tersebut dimandikan dan dibersihkan dengan baik, kemudian babi tersebut dilap sampai
kering serta dipeluk dan dicium oleh orang tersebut kemudian diantarkan kembali kedalam suatu
ruangan. Tidak berlangsung lama orang tersebut kemudian membawa babi jantan yang lebih besar
keluar ruangan tersebut, kemudian orang tersebut memandikannya hingga bersih dan dilapnya hingga
kering serta dicium dan dipeluk dengan penuh kasih sayang oleh orang tersebut, babi tersebut
diantarkan kembali oleh orang tersebut kedalam ruangan di dalam rumah. Setelah selesai barulah
pemuda tersebut melayani Nabi Musa AS. Kemudia Nabi Musa bertanya kepada orang tersebut ―wahai
saudara! Apa agama kamu?‖, ―aku agama tauhid, jawab orang itu agama islam‖. Kemudian Nabi Musa
mengatakan ―habis, mengapa kau membela babi tersebut, kita tidak boleh berbuat seperti itu‖ kata
Nabi Musa AS.
―Wahai tuan hamba‖, kata orang tersebut, ―sebenarnya kedua babi tersebut ialah orang tua
kandungku oleh karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah SWT telah menukar rupa
mereka menjadi babi yang hodohrupanya. Soal dosa mereka dengan Allah SWT itu soal lain, itu
urusanya dengan Allah SWT, aku sebagai anak tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Hari-
hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku sepertimana yang tuan hamba lihat tadi, walaupun rupa
mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku sebagai anak‖. Sambung orang tadi.
―Setiap hari aku berdoa kepada Allah SWT agar rupa kedua orang tua kembali seperti sedia kala, akan
tetapi Allah SWT belum mengabulkan doaku untuk orang tuaku‖ tambah orang itu lagi.
Maka ketika itu Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS, ― Wahai Musa, inilah orang
yang akan berjiran denganmu disurga nanti, hasil bakti orang ini kepada kedua orang tuanya. Ibu
bapak yang rupanya sudah buruk seperti babi tetap dia berbakti. Oleh sebab itu kami naikan maqam
nya sebagai anak sholeh disisi kami‖. Kemudian Allah SWT berfirman layang bermaksud : ―oleh karena
dia telah berda dimaqam anak sholeh disisi kami, maka kami angkat doanya. Tempat kedua orang
tuanya di neraka kami pindahkan kedalam surga‖.

Bimbingan Kelompok Religius 167


Itulah berkat anak sholeh, doa anak sholeh dapat menebus dosa orang tua yang telah dilakukan
selama di dunia. Walau bagaimana perilaku buruk orang tua kita itu bukan urusan kita, urusan kita
menjaga mereka seperti mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa. Walau banyak sekali dosa
yang orang tua lakukan, itu bukan urusan kita, urusan kita ialah mendoakan mereka dan memohon
ampun kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan, supaya orang tua diampuni oleh Allah SWT.
Doa anak yang sholeh akan memberikan tepat kepada orang tua di akhirat nanti, inilah yang dinanti-
nantikan oleh orang tua di alam kubur. Artinya ialah tolak ukur berbakti kepada orang tua tidak dapat
diukur melalui berapa banya uang yang kita berikan kepada mereka, tetapi doa anak kepada orang
tua supaya mereka mendapat tepat yang layak di sisi Allah SWT.
Daftar Rujukan :
- http://kediri.muhammadiyah.or.id/muhfile/kediri/download/1001%20Kisah%20Teladan%20Isla
m.pdf

D. Pertemuan Keempat
1. Topik Pembahasan : Etika, Moral, dan Akhlak
2. Teknik : Discution and Feed-Back
3. Materi :
Etika adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang persoalan baik dan buruk berdasarkan akal
pikiran manusia. (Daud Ali, 2008) Sedangkan moral adalah suatu hal yang berkenaan dengan baik dan
buruk dengan ukuran tradisi dan budaya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Berbeda
dengan etika dan moral, akhlak adalah bagian yang membicarakan masalah baik dan buruk dengan
ukuran wahyu atau al Qur‘an dan hadits.
Persoalan baik (al husnu) dan buruk (al khutb) telah menjadi perdebatan sejak era awal
kebangkitan Islam. (Kahar, tt) Pada era itu kaum Mu‘tazilah berpandangan bahwa ukuran baik dan
buruk adalah ditentukan oleh akal manusia. Manusia memiliki kualitas akal yang menyebabkannya
mampu bahkan menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Berbeda dengan aliran Mu‘tazilah,
aliran Ahlu Sunnah berpandangan bahwa ukuran tentang al husnu dan al khutb adalah ditentukan oleh
wahyu, bukan oleh akal atau rasio manusia. Memang Allah telah mengkaruniai manusia dengan
kualitas akal, akan tetapi akal tersebut terbatas hanya mampumengenal hal-hal yang kongkrit, sesuatu
yang bisa dinalar (rasional).
Masalah perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela adalah wilayah kajian akhlak. Akhlak
merupakan barometer yang menyebabkan seseorang mulia dalam pandangan Allah dan manusia.
Akhlak adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dan diperankan
oleh seseorang tanpa disengaja atau melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak yang terpuji

Bimbingan Kelompok Religius 168


dinamakan akhlak al karimah (akhlak mahmudah). Sedangkan akhlak buruk atau tercela dinamakan
akhlak mazmumah.
Seseorang akan berakhlak baik atau sebaliknya karena dipengaruhi oleh hati (al qalb) yang ada
pada sanubari yang terdalam. Artinya, bahwa perbuatan baik atau buruk dalam kategori akhlak bukan
didasarkan kepada pertimbangan akal, tradisi atau pengalaman, tetapi karena bisikan hati sanubari
yang ada pada setiap orang itu. Menurut Ibn Arabi, dorongan untuk melakukan perbuatan baik atau
sebaliknya adalah karena pada diri seseorang itu terdapat tiga model nafsu, yaitu nafsu syahwaniyyah,
nafsu ghadabiyyah, dan nafsu anhathiqah.
Nafsu syahwaniyyah adalah nafs yang mendorong seseorang untuk menikmati kelezatan dan
kesenangan hidup. Nafsu model ini bukan hanya ada pada manusia, tetapi juga ada pada binatang.
Seseorang yang dikendalikan oleh nafs syahwaniyyah akan senantiasa terbiasa melakukan perbuatan-
perbuatan yang hanya menyenangkan kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum,
berhubungan sex, dan sejenisnya. Manusia yang kelebihan nafsu syahwaniyyah akan mendorongnya
bersifat hedonis, materialis dan individualis.
Nafsu syahwaniyyah adalah nafs yang mendorong seseorang untuk menikmati kelezatan dan
kesenangan hidup. Nafsu model ini bukan hanya ada pada manusia, tetapi juga ada pada binatang.
Seseorang yang dikendalikan oleh nafs syahwaniyyah akan senantiasa terbiasa melakukan perbuatan-
perbuatan yang hanya menyenangkan kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum,
berhubungan sex, dan sejenisnya. Manusia yang kelebihan nafsu syahwaniyyah akan mendorongnya
bersifat hedonis, materialis dan individualis.
Nafsu yang kedua yang ada pada setiap diri manusia adalah nafsu ghadabiyyah. Seperti halnya
nafsu syahwaniyyah, nafsu ghadabiyyah juga dimiliki oleh selain manusia yaitu binatang. Seseorang
yang dikendalikan oleh nafsu ghadabiyyah akan menyebabkannya cenderung bersifat pemarah, tegas,
tidak tenang, egois, tidak kompromi, menang sendiri, dan tergesa-gesa. Nafsu model ini bahkan lebih
berbahaya dari pada nafsu syahwaniyyah karena di samping menyebabkan seseoarng bersifat
pemarah, juga mendorong seseorang untuk bersifat iri, dengki, hasut dan fitnah.
Nafsu model ketiga adalah nafsu anhatiqqah. Nathiq artinya berpikir atau berwawasan luas.
Berkenaan dengan pengertian ini, maka yang dimaksud dengan nafs nathiqah adalah dorongan yang
menyebabkan seseorang itu berpikir, dan berzikir terhadap fenomenafenomena alam dan kekuasaan
Allah. Seseorang yang dikendalikan oleh nafs nathiqah akan menyebabkannya menjadi orang yang
sadar, bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena telah memberikan sejumlah nikmah dan
angerah-Nya kepada manusia.
Kesadaran dan indikator kebersyukuran tersebut tercermin melalui sikap dan prilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang bersyukur kepada Allah akan senantiasa melakukan segala

Bimbingan Kelompok Religius 169


perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya yang lazimnya dinamakan taqwa. Dalam bahasa
lain bahwa manusia yang dikendalikan oleh nafsu nathiqah akan selalau bersikap terpuji, sopan,
santun, punya tatakrama, saling menyayangi dan menghormati, gemar membantu, peka atau peduli,
hidup bersih, disiplin, tekun dan rajin, sabar, jujur, adil, amanah, selalu benar, merasakan apa yang
dirasakan orang lain (empati), punya semangat hidup dan senantiasa toleran, transparan dan
akuntabel.
Ada beberapa cara agar seseorang mampu mengendalikan kedua nafsu (syahwaniyyah dan
ghadabiyyah) yang menyebabkan manusia tidak berakhlak mulia, yaitu dengan cara tekun melakukan
segala perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya (ijtinabu al manhiyat), dengan cara
melakukan segala amal-amal wajib (adaa al wajibah), amal-amalan sunnat (adaa al nafillah), dan
dengan cara melakukan al-riyadhah, berupa latihan-latihan spiritual seperti berzikr, berpikir,
bertahannus, instropeksi diri, dan sejenisnya. Dengan tiga pendekatan ini kemungkinan hati seseorang
akan menjadi berkilau dan bersinar dalam berarti beriman dan berakhlak mulia. Karena menurut para
sufi, hati manusia itu memiliki tiga model, yaitu hati yang mati, hatinya orang kafir, hati yang hidup,
hatinya orang beriman, dan hati yang redup, hatinya orang munafik.

Perbedaan Ahklak, Moral, dan Etika


Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak berbeda dengan etika dan moral. Kalau akhlak
lebih bersifat transcendental karena berasal dan bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat
relatif, dinamis, dan nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi
ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat. Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika dan moral senantiasa
bersifat dinamis, berobah-obah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia.
Etika sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan. Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan kepada
tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan untuk terciptanya
keselarasan hidup manusia. Etika, moral dan akhlak merupakan salah satu cara untuk menciptakan
keharmonisan dalam hubungan antara sesama manusia (habl minannas) dan hubungan vertikal
dengan khaliq (habl minallah).

Indikator Profil Berakhlak dan Beriman


Hati yang bersih dan sehat merupakan indikator orang yang berakhlak dan beriman. Hal ini
sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh Al Ghazali bahwa indikator manusia berakhlak (husnu al
khuluq) adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya, manusia yang tidak berakhlak (su‘ al
Bimbingan Kelompok Religius 170
khuluq) adalah manusia yang ada nifaq dalam hatinya. Nifaq adalah sikap mendua terhadap Tuhan,
tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan.
Iman menurut sebagian para sufi adalah diibaratkan dengan akar bagi sebuah pohon. Akar yang
baik, sehat, segar dan kuat akan menyebabkan tumbuhnya pohon dengan besar, cabangnya yang
rindang, daun-daunnya yang hijau serta buahnya yang banyak. Pohon yang rindang tersebut akan
senantiasa bermanfaat bagi alam sekitar, baik untuk tempat berteduh bagi orang yang kelelahan, atau
bisa dimanfaatkan daun, bunga, buah, dahan, ranting dan batangnya. Sebaliknya akar yang rusak,
keropos dan busuk akan menyebabkan pohon dan daunnya yang layu, kering dan tidak berbuah.
Pohon seperti ini akan menjadi ancaman bagi alam sekitar, karena ranting-rantingnya yang kering dan
rapuh bisa menimbulkan malapetaka bagi setiap makhluk yang lewat di bawahnya.
Pohon yang rindang diibaratkan dengan orang beriman yang hatinya berkilau, bercahaya dan
bersinar. Seseorang yang memiliki iman di dalam hatinya, maka akan senantiasa menjadi bermanfaat
bagi diri sendiri khususnya dan bagi orang lain umumnya. Sebaliknya pohon yang kering dan rapuh
adalah diibaratkan dengan orang kafir, munafiq dan musyrik yang hatinya hitam, kotor dan pekat.
Hidup dan kehidupannya senantiasa menyebabkan keonaran dan kerusakan bagi alam lingkungannya.
Dalam konteks ini, mengutip pandangan Muhammad al Ghazali (1996), bahwa ciri atau tanda-
tanda manusia beriman adalah sebagai berikut:
1. Manusia yang khusuk dalam shalatnya
2. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna
3. Selalu kembali pada Allah
4. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
5. Selalu mengabdi kepada Allah
6. Bergetar hatinya bila disebut-sebut nama Allah
7. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu tidak sombong dan angkuh
8. Bersikap arif terhadap orang awam
9. Mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri
10. Menghormati tamu dan selalu menghargai tetangga
11. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
12. Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
13. Tidak menyakiti orang lain, baik dengan ucapan, pemikiran dan perbuatan.
14. Sedangkan menurut Anwar ciri-ciri orang berakhlak adalah; selalu rida kepada Allah, cinta dan
beriman rukun iman yang enam, taat beribadah, selalu menepati janji, amanah, sopan dalam
ucapan dan perbuatan, qanaah, tawakal, sabar,syukur, dan tawadhu. (Anwar, 2008)

Bimbingan Kelompok Religius 171


Ada dua model akhlak, yaitu akhlak terpuji dan akhlak buruk. Sejumlah ciri di atas adalah
karakteristik akhlak karimah (mulia) atau terpuji (mahmudah). Orang yang memiliki akhlak terpuji
maka sikap, pikiran dan prilakunya selalu berorientasi pada kebaikan, kejujuran, kesetiaan, dan
sesuatu yang dianggap positif secara agama, norma dan akal pikiran. Sikap-sikap emosional positif
seperti saling membantu, menghargai, rajin, giat, optimis, terbuka, pemberani, bersih, sehat, loyal,
bervisi ke depan, sabar, bijaksana, peduli, toleran, dermawan, pemurah dan adil adalah cerminan dari
jiwa yang berakhlak karimah. Sedangkan sebaliknya, sikap atau prilaku yang berorientasi kepada
itoleransi, tertutup, tidak peduli, pesimis, mudah menyerah, pelit, cemburu, iri, dengki, hasad, boros,
angkuh, tidak peka kepada pelestarian alam, dan kurang memiliki rasa tanggung jawab adalah pribadi
yang dianggap memiliki akhlak mazmumah (tercela).
Daftar Rujukan :
- Mawardi, Al. MS. Etika, Moral dan Akhlak. Dosen Pendidikan Agama Islam pada Politeknik Negeri
Lhokseumawe.
- Http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://jurnal.pnl.ac.id/wp-
content/plugins/Flutter/files_flutter/1366010522EtikaMoraldanAkhlak_JurnalLenteraLPPMAlmuslim
Bireu.pdf. Diunduh Pada Senin 8 Febuari 2016

E. Pertemuan Kelima
1. Topik Pembahasan : Adab Berkomunikasi Dalam Islam
2. Teknik : Halaqah
3. Materi :
Berbicara (talk) merupakan karunia luar biasa yang diberikan Allah SAW kepada seluruh
manusia. Berbicara bukanlah hal yang sulit. setiap hari kita berbicara, setiap hari kita berkomunikasi.
Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur lagi kita sering berbicara dan berkomunikasi. Bahkan sejak
lahir kita sudah berbicara. Menangis, tertawa, teriak adalah bentuk berbicara yang telah kita lakukan
sejak bayi. Ketika kita berdoa, misalanya, sesungguhnya kita sedang berbicara dengan Allah SAW.
Berbicara dan berkomunikasi adalah kebutuhan setiap insan. Oleh sebab itu, bicara dan
komunikasi yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman akan membawa dampak positif serta
mendatangkan beragam kebaikan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Dan sebaliknya,
kesalahan dalam berbicara dan berkomunikasi akan membawa dampak negatif yang sangat besar baik
dalam tatanan kehidupan bernegara, bermasyarakat maupun keluarga. Betapa banyak konflik yang
terjadi antar desa, karyawan dengan atasannya karena perkataan dan tidak adanya komunikasi yang
baik.Tidak sedikit problema dalam rumah tangga muncul disebabkan oleh kata-kata dan kurangnya
komunikasi antar pasangan. Dan berapa banyak masalah antara anak dan orang tuanya timbul
disebabkan oleh tidak adanya komunikasi yang baik.

Bimbingan Kelompok Religius 172


Adab-adab dalam berbicara dan berkomunikasi
Oleh karena pentingnya masalah ini, maka Islam dengan kesempurnaannya tampil untuk
memberikan tuntunan dan rambu-rambu dalam melakukan aktivitas berbicara dan berkomunikasi ini,
agar mampu mendatangkan banyak kebaikan baik di dunia lebih-lebih di akhirat nanti. Diantara adab-
adab dalam berbicara dan berkomunikasi yang perlu kita perhatikan serta hendaknya kita
mengajarkannya kepada anak-anak kita adalah sebagai berikut;
1. Merendahkan suara saat berbicara
Ya, Hukum asal dalam berbicara hendaknya dengan suara rendah tanpa meninggikan suara
kecuali jika dibutuhkan. Misalnya ketika seorang khotib berkhutbah, maka pada saat ini dianjurkan
untuk meninggikan suara sebagaimana Nabi apabila berkhutbah meninggi suaranya, memerah
wajahnya seakan-akan komandan yang sedang memperingatkan para prajuritnya.
Perhatikanlah firman Allah saw ketika menceritakan kisah Luqman di saat beliau menasehati
putranya, ―Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS.
Luqman: 9).

2. Berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan


Sudah menjadi rahasia umum, bahwa era globalisasi ini telah banyak ikut andil dalam upaya
pengrusakan jati diri dan akhlak kaum muslimin terutama para kaula mudanya. Realita membuktikan
akan kebobrokan akhlak sebagian para remaja. Hal ini tampak pada pergaulan mereka, gerak-gerik
dan tutur kata mereka yang kasar dan jauh dari norma keislaman. Oleh sebab itu, tidak sedikit dari
mereka yang berbicara dan berkata kasar kepada orang tua atau gurunya -na`uzubillah- padahal
Allah berfirman,―Dan bertuturlah kepada manusia dengan perkataan yang baik.‖(QS. al-Baqorah:
83). Dalam ayat lain, secara spesifik Allah melarang berkata kasar terkhusus kepada orang tua
kita, ―Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.‖ (QS. al-Isro`:
23).

3. Mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan orang lain


Mendengar perkataan lawan bicara adalah salah satu adab dalam berbicara dan berkomunikasi,
apalagi yang disampaikan oleh lawan bicara adalah firman Allah . Allah berfirman: ―Dan apabila
dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat.‖(QS. al-`Araf: 204). Begitu juga halnya ketika seorang guru menyampaikan
hadits Nabi saw dan ilmu-ilmu Islam.

Bimbingan Kelompok Religius 173


Rasulullah saw telah mencontohkan bagaimana adab ketika kita berbicara dan berkomunikasi
dengan orang lain sekalipun ia orang kafir. Ketika kaum kafir Quraisy merasa terpukul dengan
tersebarnya dakwah Nabi saw di Mekkah, akhirnya mereka bersepakat untuk menawarkan beberapa
alternatif kepada Nabi saw agar beliau saw berhenti dari dakwahnya.
Datanglah salah seorang utusan dari mereka untuk menemui Nabi saw.
Nabi saw berkata, ―Katakanlah, saya akan mendengarnya‖.Kemudian utusan Quraisy pun mulai
menyampaikan keinginannya sampai selesai, lantas Nabi bersabda lagi. ―Sudah selesaikah anda‖dia
menjawab, Ya, sudah. Sekarang ―Dengarkan dariku‖ kata Nabi . Subhanallah, alangkahkah
mulianya akhlak Nabi padahal kalau kita simak apa-apa yang disampaikan utusan Quraisy itu
sungguh menyakitkan. Perhatikan diantara tawaran mereka, ‗jika kamu berdakwah karena kamu
menginginkan jabatan dan kekayaan, kami akan berikan itu semua kepadamu atau jika kamu sudah
gila, biarkan kami panggilkan dokter agar bisa mengobati penyakit gilamu‘. Tapi Nabi tetap di atas
prinsipnya tak sedikit pun bergeming.

4. Berbicara jika mengandung kebaikan


Berbicara dalam hal yang tidak mengandung manfaat atau kebaikan apalagi membawa kepada
kemudhoratan bagi pembicara maupun orang lain adalah salah satu tanda berkurangnya
kesempurnaan iman seseorang. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda, ―Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.‖ (HR. Bukhari dan
Muslim). Pada dasarnya Islam menganjurkan berkata baik, tapi jika berkata itu berakibat buruk
atau tidak jelas, maka Islam memerintahkan untuk diam saja karena itu lebih aman dan selamat.
5. Tidak berdusta dalam berbicara
Dusta adalah sikap yang sangat dibenci dalam Islam bahkan Islam menjadikannya sebagai salah
satu sifat orang munafik. Berdusta tidak diperbolehkan meskipun terhadap anak kecil, tapi sangat
disayangkan hal ini sering kita jumpai di realitas masyarakat kita, dimana kita melihat orang tua sering
menakut-nakuti anaknya dengan sesuatu yang tidak ada atau menjanjikan sesuatu tapi tidak pernah
dipenuhi. Ada juga diantara manusia yang berkata dusta dengan tujuan menertawakan orang lain.
Padahal Rasulullah telah mendoakan kecelakaan bagi orang yang berbuat demikian. Nabi
bersabda, ―Kecelakaan bagi orang yang berbicara lalu ia berdusta agar manusia tertawa karenanya,
kecelakaan baginya , kecelakaan baginya.‖ (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Bimbingan Kelompok Religius 174


6. Memulai dengan salam sebelum berbicara
Etika yang diajarkan Islam sebelum berbicara adalah memberikan salam kepada lawan bicara.
Jika kita ingin bertemu dengan seseorang baik orang tua, guru atau teman yang seiman, maka
dahulukan dengan mengucapkan salam. Bahkan Rasulullah melarang kita menjawab orang yang
memulai berbicara kepada kita tanpa memberi salam terlebih dahulu.
Qudwah kita Nabi Muhammad dalam haditsnya bersabda,―Barangsiapa memulai berbicara
tanpa mengucapkan salam makan jangan kalian jawab.‖ (HR. Al-Baihaqi).
Demikianlah diantara adab-adab islam dalam berbicara dan berkomunikasi. Sekalipun rubrik ini
khusus untuk pendidikan anak tapi tulisan ini juga sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap
pembaca, karena tiada hari yang kita lalui pasati kita pernah berbicara dan berkomunikasi. Semoga
tulisan singkat dan sederhana ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Semoga Allah meridhoi setiap
kata yang kita ucapkan dan setiap huruf yang kita tuliskan. Wallahu A`lam.
Daftar Rujukan :
Umair, Abu. 2015. Adab Islam Dalam Berkomunikasi.
http://belajardienulislam.blogspot.co.id/2013/09/adab-islami-dalam-berkomunikasi.html. (Diunduh
Pada Selasa 9 Febuari 2016)

F. Pertemuan Keenam
1. Topik Pembahasan :Berdiskusi Dalam Keluarga
2. Teknik : Sosiodrama
3. Materi :
“ Akhir Semester ”
Pada topik layanan keenam ini berisikan tentang dialog nyata yang diperankan oleh beberapa
perserta didik mengenai berdiskusi dalam keluarga. Pada materi yang ada dalam dialog ini berdiskusi
berkenaan dengan kejujuran dan kesopanan yudi mengenai nilai hasil ujian di akhir semester yudi
yang kurang memuaskan, kemudian anggota keluarga mendiskusikan dan mencari solusi agar nilai
yudi menjadi baik. Berikut dibawah ini disajikan dialog sosiodrama :
Ayah : Sudah lah bu, tidak usah mengkhawatirkan hal-hal yang seperti itu secara berlebihan.
Ibu : Iya yah ibu tahu,tapi kan ini perlu kita pertanyakan. Bagaimana kita bias tahu keadaan sekolah
anak-anak kita kalau kita tidak memperhatikanya.
Ayah : Baik lah kalau begitu coba kau panggil rahmat,neneng dan yudinya kemari.
Ibu : Baik yah. Rahmat,neneng,yudi.. coba kemari ada yang ingin ibu dan ayah tanyakan kepada
kalian.
Rahmad : Iya bu..
Ayah : Coba kalian duduk disini.
Bimbingan Kelompok Religius 175
Neneng : Ada apa ibu,ayah kami jadi dipanggil keruang tamu.
Yudi : Iya bu,ada apa ini kami dipanggil kesini?.kami jadi merasa penasaran ada apa ini.
Ayah : Tidak ada apa-apa nak. Begini ibumu hanya mau bertanya bagaimana keadaan sekolah
kalian.. Cuma itu saja
Neneng : Oohh.. kami kira ada apa..
Ibu : Begini,ibu dengar-dengar tahun ajaran kan mau habis.jadi ibu mau bertanya bagaimana nilai
sekolah kalian semester ini.
Neneng : Alhamdulillah bu kalau nilai neneng masih baik,bahkan neneng masuk lima besar nilai trbaik
dikelas.
Ibu : Bagus kalo begitu ibu jadi bangga kalo anak ibu termasuk orang yang pintar di kelas
nya.pertahankan itu jangan sampai nilaimu menurun.
Neneng : Baik bu,saya akan selalu belajar dengan giat.neneng tidak mau mengecewakan ibu dan
ayah.
Ayah : Nah,itu baru anak ibu dan ayah..
Ibu : Kalo Rahmad bagaimana nilai kamu disekolah mad?
Rahmad : Alhamdulillah bu nilai rahmad juga baik.. masih bias bersaing dengan kawan-kawan
rahmad di kelas.. walaupun tidak termasuk lima besar seperti kak neneng tapi rahmad masih masuk
sepuluh besar dikelas.
Ibu : Sukurlah kalau bagitu.tapi jangan lupa terus rajin belajar mad supaya bias seperti kakamu
neneng.
Rahmad : Iya bu,saya akan selalu berusaha sebaik mungkin.
Kakek : Wah,lagi berkumpul disini ya ternyata.
Nenek : Iya.nenek kira sudah tidur semua cucu-cucu nenek.
Neneng : Belum nek,kami lagi membicarakan masalah sekolah kami.
Kakek : Klau begitu lanjutkan perbincangan kalin.kakek dan nenek disini ikut mendengarkan.
Ibu : Nah,berhubung ada kakek dan nenek yang sudah siap mendengarkan ayo sekarang giliran yudi
yang bercerita tentang keadaan nilainya disekolah.
Ayah : Iya,ayo yudi sekarang giliran kamu bercerita.
Yudi : Eee.. yudi malu bu bercerita hasil-hasil nilai yudi di kelas
Ibu : Kenapa yudi jadi malu?
Yudi : Nilai saya rendah bu dibanding kak neneg dan kak rahmad.
Ayah : Kenapa bisa bagitu yud?
Rahmad : Yudi malas belajar yah,saya lihat kerjaanya hanya bermain saja.
Neneng : Rahmad,kamu jangan seperti itu kasian dia akan semakin terpojok nantinya.

Bimbingan Kelompok Religius 176


Rahmad : Iya kak,saya minta maaf.. tapi kan itu benar.saya sering melihat yudi bermain-main dari
pada belajar mungkin itu factor kenapa nilai yudi jadi rendah sekarang.
Ayah : Sudah.. jangan jadikan ini perdebatan.sebaiknya kita mencarikan solusi buat yudi bagaiman
caranya agar nilainya kembli membaik.
Kakek : Iya,itu betul kata ayah kalian..
Nenek : Ayahmu juga dulu begitu,sering dinasehati kakek kalian waktu sekolah dulu karna ayahmu
cendrung lebih suka bermain daripada belajar.tapi setelah dinasehati kakek kalian ayahmu mulai bias
membagi waktunya antara bermain dan belajar sampai dia bias meraih juara dikelasnya.
Ayah : Ah,ibu jangan ceritakan hal itu kepada anak-anak nek,ayah kan jadi malu..hehe
Nenek : Tapi kan itu kenyataanya..
Ayah : Haha iya bu. Ya sudah,jadi bagaimana solusinya agar yudi bias membagi waktunya mulai
sekarang.
Neneng : Begini saja.yudi tidak boleh bermain sehabis pulang sekolah terkecuali sore hari dan waktu
pulang sekolah sampai sore tadi diisi dengan belajar dan mengulang pelajaran yang diajarkan
disekolah tadi.bagai mana yudi?
Rahmad : Nah,saya sangat setuju itu kak kalo seperti itu yudi pasti bisa meperbaiki nilainya yang
rendah.
Ibu : Ayo yudi,bagaimana kira-kira pendapat kamu tentang solusi yang ditawarkan kakakmu neneng
tadi?
Yudi : iya bu,saya sangat menyesal atas kelakuan saya. mulai sekarang saya akan giat belajar dan
saya akan belajar sehabis pulang sekolah seperti apa yang disarankn kak neneng tadi.
Ayah : Nah,jadi kita sudah mendapat solusi permasalahan yudi dan semoga ini menjadi pengalaman
buat yudi dan juga anak-anak ayah yang lain.
Ibu : Kalau begitu ayo kita beristirahat malam juga mulai larut.
Ayah : Ayo anak-anak kembali kekamar kalian masing-masing.
Kakek : Iya,kakek dan nenek juga mau beristrahat.
Neneng : Baik yah..ibu,kakek,nenek kami permisi dulu mau kekamar.
Daftar Rujukan :
- Sanggar Titian Berantai (STB-UNISKA)

G. Pertemuan Ketujuh
1. Topik Pembahasan : Kesederhanaan dan Toleransi Dalam
Keluarga
2. Teknik : Sosiodrama

Bimbingan Kelompok Religius 177


3. Materi :
“ Percakapan Di Siang Minggu ”
Pada topik layanan ketujuh ini berisikan tentang percakapan hari minggu pagi, yang
diperankan oleh delapan orang ayah, ibu, iin (anak 1), rizal (anak 2), yoyo (panan), rina (tante),
nenek, dan pembantu. Rina dan yoyo adalah sanak saudara dari keluarga bapak dan ibu yang ingin
menginap/ tinggal dalam satu rumah, hal ini dikarenakan mereka berdua belum memiliki rumah.
Kesederhanan toleransi, empati, serta simpati dari ayah dan ibu mengizinkan paman dan tente untuk
menginap karena mereka kasian kepada paman dan tente. Namun yoyo (paman) dan rina (tante)
akhirnya memiliki rumah. Akan tetapi ayah dan ibu menginginkan mereka (paman dan tante) untuk
menginap beberapa hari. Berikut disajikan dialog sosiodrama :
Rizal : Selamat siang tante..
Tante : Selamat siang rizal
Rizal : Tante lagi mengerjakan apa?
Tente : Lagi menyelesaikan tugas kantor tente.
Rizal : Paman kemana tente?
Tante : Ohh.. pamanmu lagi ada urusan perkerjaan diluar.
Rizal : Hari ini kan hari minggu kenapa paman pergi berkerja
Tante : dia pergi menemui rakan kerjanya keluar sepertinya memang sudah ada janji dari kemaren.Ya
itulah pamanmu terkadang dia terlalu asik dengan pekerjaannya sampai-sampai lupa dengan hari
libur.
Rizal : Wah,paman itu memang orang yang rajin ya..
Tante : Ya begitulah pamanmu.oh iya bagaimana kabar kuliahmu zal sudah hampir selesai?
Rizal : Belum tante,ada beberapa mata kuliah yang belum saya selesaikan mungkin tahun depan saya
akan menyelesaikanya.
Tente : Wah tidak tersa ya kamu akan jadi sarjan.
Rizal : Iya tante mudah-mudahan, tante do‘akn rizal ya.
Tente : Iya,tante sksn selalu mendoakan kamu.
Iin : Selamat siang semuanya..
Tante dan rizal : Selamat siang iin..
Iin : Wah lagi membicarakan apa neh.. boleh tidak iin ikut.
Tente : Boleh saja.. ayo duduk disini
Iin : Terimaksih tente.
Tante : Baru datang dari mana in?
Iin : Iin habis dari pasar bersama bibi.

Bimbingan Kelompok Religius 178


Tante : Tidak biasanya ikut bibi kepasar memang iin mau beli apa?
Iin : Tidak mau beli apa-apa tante,iin Cuma mau bantu bibi.kasian kadang-kadang bibi mengangkat
barang-barang belanjaan terlau berat.
Tente : Wah,bagus itu.. iin memang anak yang baik.
Iin : Terimakasih tante..
Tante : Ngomong-ngomong ibumu mana in?
Iin : Ibu ada dikamar,sepertinya ada yang beliau kerjakan.mau saya panggilkan tante?
Tante : Tidak usah in.. nanti saja biar tante yang menemui ibumu.
Rizal : Nah itu ibu datang.
Ibu : Ada apa zal?
Rizal : Tidak bu,tadi tante menanyakan ibu.. sepertinya ada yang ingin dibicarakan tante.
Tante : Iya mba,ada yang ingin saya bicarakan sebentar
Ibu : Memangnya mau membicaraka apa sepertinya penting sekali
Tante : Begini emba.masalah saya dengan suami saya.kan sudah hampir satu bulan kami ikut tinggal
bersama emba.. saya jadi merasa tidak enak kalo terlalu lama tinggal disini takutnya merepotkan
emba.. tapi sampai sekarang suami saya masih belum dapat rumah buat kami tingali.jadi saya mau
menanyakan apakah kami masih bias tinggal disini untuk beberapa waktu lagi mba?
Ibu : Ya tidak apa-apa.. kami sekeluarga tidak pernah merasa keberatan kalo kamu dan suami kamu
tinggal ditempat kami.malah kami merasa senang bisa membantu kamu dan juga rumah kami terasa
tidak sepi dengan adanya kalian berdua.
Nenek : Ehh.. lagi berkumpul disini rupanya
Rizal : Iya nek,ayo nek kemari kita duduk disini
Nenek : Nenek dengar dari kamar tadi sepertinya lagi ada pembicaraan memangnya lagi
membicarakan apa?
Ibu : Ini bu, rina.sampai sekarang kan dia masih belum mendapatkan rumah untuk tinggal jadi dia
takut terlalu membaratkan kita disini kalau dia terlalu lama untuk tinggal bersma kita..
Nenek : Tidak perlu merasa seperti itu rin.. kakakmu, suaminya dan kami semua merasa senang
kamu bias berkumpul bersama kami,karna semenjak adanya kalian disini rumah ini tidak sepi seperti
biasanya.
Ibu : Nah rin kamu dengar sendiri kan apa kata ibu.
Rina : Iya emba,sekali lagi saya mengucapkan terimakasih atas kebaikan kalian semua.
Yoyo dan ayah : Selamat pagi semuanya.
Semua : Selamat pagi..
Iin : Nah paman dan ayah datang.

Bimbingan Kelompok Religius 179


Rizal : Kok ayah dan paman pulangnya bersama-sama?
Ayah : Iya zal tadi kebetulan ayah dan pamanmu bertemu didepan jadi kami pulang bersama-sama.
Rizal : Ohh.. begitu yah.
Ayah : Tidak biasanya siang hari seperti ini kalian berkumpu.. seperti ada rapat saja
Ibu : Iya yah,kami lagu duduk santai sekalian tadi ada yang dibicarakan.
Ayah : Memangnya lagi membicarakan apa?
Ibu : Begini yah si rina dia mau minta izin untuk untuk tinggal disini untuk beberapa waktu lagi. Ya
kita semua mengijinkan dan kita tidak pernah merasa keberatan.begitu kan yah?
Ayah : Iya rin,kami semua tidak pernah merasa keberatan kalian tinggal disini.
Yoyo : Maaf sebelumnya kalau saya memotong pembicaraan kakak berdua. Begini tadi saya keluar
menemuai tema kerja saya untuk membicarakan proyek yang sedang kami kerjakan dan kebetulan
teman saya tadi ada menawarkan rumah kepada saya.tempatnya pun tidak jauh dari sini dan
harganya pun pas untuk kami.jadi kemungkinan besar kami akan mengambilnya.
Ayah : Apakah itu tidak terlalu cepat yo,kan kalian baru saja tinggal disini tinggalah untuk beberapa
saat lagi.
Yoyo : Terimakasih banyak kak atas kebaikan kalian semua,sepertinya kami berdua sudah cukup
banyak merepotkan kami akan semakin tidak enak kalo harus lebih lama lagi tinggal disini.
Ayah : Kalo rina bagaimana rin,apakah setuju saja dengan keputusan suamimu itu?
Rina : Kalo saya ikut apa kata mas yoyo saja,sebenarnya kami sudah lama membicarakan masalah ini
ingin secepatnya mencari rumah sendiri kak.
Ayah : Baiklah kalo itu keputusan kalian.kami tidak bias lagi menahannya.
Yoyo : Iya kak,sekali lagi kami mengucapkan nterimakasih yang sebesar-besarnya atas kaebaikan
kalian semua.
Pembantu : Maaf semuanya.. makan siang sudah siap.
Ibu : Oh iya bi,kita sampai hampir lupa makan saking asiknya membicaraka hal ini.kalo begitu ayo
kita semua makan nanti sempat dingin kalo terlalu lama didiamkan.
Ayah : Kalau begitu kita lanjutkan percakapan kita nanti setelah makan.
Ibu : Ayo semua kita makan.
Daftar Rujukan :
- Sanggar Titian Berantai (STB-UNISKA)

H. Pertemuan Kedelapan
1. Topik Pembahasan : Kesopan Santunan Dalam Berkomunikasi
2. Teknik : Sosiodrama

Bimbingan Kelompok Religius 180


3. Materi :
“ Dompet Yang Hilang ”
Pada topik layanan kedelepan ini menceritakan tentang dompet yang hilang. Drama ini
nantinya diperankan oleh beberapa perserta didik. Ringkasan cerita dompet yang hilang ini, yuyun
sebagai anak yang kehilangan dompet dengan gamlangnya menuduh dan berkata kasar kepada bibi
(pembantu) kemudian membuat keadaan rumah menjadi ribut atas kejadian yang dialaminya.
Keributan ini terdengar oleh ayah yuyun, dan kemudian ayah yuyun memberikan solusi untuk mencari
secara bersama-sama dengan orang-orang yang berada dirumah, akhirnya dompet itu ketemu dan
isinya masih utuh. Ayah dengan bijaksana menasehati yuyun dan akhirnya yuyun meminta maaf
kepada bibi. Berikut disajikan dibawah ini dialog sosiodrama :
Tiwi : Selamat pagi bibi..
Pembantu : Selamat pagi non..
Tiwi : Bibi lagi mengerjakan apa?
Pembantu : Oohh lagi siap – siap memasak buat makan siang nanti.
Tiwi : Wah,kelihatanya akan ada makan besar siang nanti makanan yang mau dimasak banyak sekali
Pembantu : Iya non.kata ibu nanti siang nenek dan kakek akan datang kesini.
Tiwi : Oh ya bi,wah kenapa saya tidak diberitahu ibu ya.
Pembantu : Mungkin ibu mau member kejutan kepada nona.
Tiwi : Sepertinya memang seperti itu.
Yuyun : Bibi.. pasti bibi yang mengambil dompet saya dikamar.
Pembantu : Maaf non,dompet yang mana yang nona maksud
Yuyun : Alah bibi tidak usah pura-pura tidak tahu mengaku saja bibi yang mengambilnya bibi kan
yang membersikan kamar saya tadi pagi
Pembantu : Iya non memang saya yang membersikan kamar nona.tapi bibi tidak ada meangambi
apa-apa dari kamar nona.
Tiwi : Iya kak,kaka jangan menuduh bibi sembarangan seperti itu..
Yuyun : Kamu tidak usah ikut campur tiwi !
Tiwi : Saya bukanya ikut campur tapi kaka tidak seharusnya bersikap dan berkata-kata seperti itu
kepada bibi.
Yuyun : Halah.. kamu tidak usah membela bibi.atau jangan-jangan kamu yang mengambil dompetku
dikamar
Tiwi : Astaga kak,mana berani saya melakukan hal seperti itu
Ibu : Ada apa ini pagi-pagi seperti ini sudah rebut – rebut.

Bimbingan Kelompok Religius 181


Yuyun : Ini bu dompet saya dikamar saya hilang.dan yang menambilnya pasti bibi karna tidak ada
orang yang masuk kekamar saya selain bibi pagi hari ini.
Pembantu : Iya bu,saya memang masuk kekamap nona yuyun pagi ini tapi itu hanya untuk
membersihkan kamarnya saya tidak ada mengambil apa-apa dari kamarnya.
Ibu : Yuyun,kamu tudak boleh menuduh bibi seperti itu.
Yuyun : Apakah ibu juga membela bibi? Ternyata orang dirumah ini sama saja semuanya hanya bias
membela pembantu yang tidak tahu diri ini.
Ibu : Yuyun Jaga perkataanmu !
Yuyun : Memang kenyataanya seperti itu,semua orang membela pembantu ini.dan tidak ada seorang
pun yang membela yuyun.
Ibu : Kami semua bukanya membela bibi.tapi kamu tidak boleh menuduh seseorang tanpa bukti
seperti itu.
Yuyun : Sudah jelas tidak ada orang masuk kamar saya selain bibi.lalu siapa lagi yang menambil
dopet saya selain dia.
Ibu : Apa sudah kamu cari dompet itu dikamar mu?
Yuyun : Sudah bu,sudah saya cari kesana kemari tetep saja tidak ada.
Herman : Ada apa ini? Kami dengar dari kamar rebut sekali di dapur.
Dewi : Iya, pagi-pagi sudah ribut sekali.
Ibu : Ini Herman,adikmu yuyun kehilangan dopetnya.dan dia mengatakan bibi yang mengambilnya.
Herman : Apa kamu yakin itu yun?
Yuyun : Iya kak,saya yakin sekali kalau bibi yang mengambilnya.
Dewi : Apa benar yang dikatakan yuyun itu bi?
Pembantu : Tidak ada non.saya berani bersumpah saya tidak tahu menahu dengan masalah dompet
nona yuyun yang hilang.
Yuyun : Mana ada maling yang mau mengaku.
Herman : Yuyun,kamu jangan berkata seperti itu.kamu akan derdosa kalo menuduh bibi sedangkan
bibi tidak mengambilnya.
Ayah : Selamat pagi semuanya..
Semua : Selamat pagi
Ayah : Wah kenapa ini berkumpul di dapur semua?
Herman : Ini yah,yuyu kehilangan dompetnya.
Ayah : Kehilangan dompet?
Herman : Iya yah,dan yuyun menuduh bibi yang mengambilnya.
Ayah : Kenapa yuyun jadi menuduh bibi yang mengembilnya?

Bimbingan Kelompok Religius 182


Herman : Karna bibi yang biasanya pagi-pagi yang membersihkan kamar yuyun.
Ayah : Ohh.. jadi bagitu.tapi ayah tidak yakin kalo bibi yang mengambilnya karna ayah tahu yuyun
pelupa kalo sudah menaruh barang-barangnya sendiri.
Yuyun : Tidak mungkin yuyun lupa menaruh dompet yuyun.sedang kan tadi malam yuyun mau tidur
dompet tersebut masih ada di samping yuyun tidur.
Ayah : Nah berarti kan pasti masih ada dikamar?
Yuyun : Tapi kenyataanya sudah tidak ada.
Ayah : Begini saja.bagai mana kalau kita Tanya satu persetu orang yang ada dirumah ini biar
semuanya jelas dan kalau memang tidak ada juga yang mengambil kita cari bersama-sama dikamar
yuyun.herman,tolong kau panggilkan pak ujang panggil dia kemari.
Herman :Baik yah,saya akan segera memanggilnya.
(Tidak lama ujang dan herman datang)
Ujang : Iya pak,ada apa?
Ayah : Apakah kamu ada melihat dompet yuyun jang?
Ujang : Tidak ada pak,memangnya ada apa pak?
Ayah : Dompet yuyun hilang tadi pagi.
Ujang : Wah,barangkali non yuyun lupa menaruhnya.
Ayah : Nah,saya juga mengira seprti itu.berhubung semua orang rumah tidak ada yang tahu dengan
dompet kamu yun.jadi bagai mana kalau kita cari bersama-sama dikamar kamu?
Yuyun : Baiklah kalu begitu.
(semuanya membantu mencari dompet yuyun yang hilang dikamar yuyun dan tidak lama kemudian)
Dewi : Nah yun.. ini dompet siapa?
Yuyun : Astaga,itu dompet saya kak. Kakak menemukanya diman?
Dewi : Saya temukan di bawah tempat tidurmu.
Ibu : Nah yun,apa yang dikatakan ayahmu tadi ternyata benar kan.kamu pasti lupa menaruhnya.
Yuyun : Iya bu.saya meminta maaf.
Dewi : Dompet ini pasti tidak sengaja kamu jatuhkan sewaktu kamu tidur tadi malam.
Yuyun : Sepertinya memeng seperti itu.
Ayah : Nah sekarang kamu harus meminta maaf kepada bibi atas perkataan dan sikap yang kasar
kepadanya dan kamu tidak boleh bersikap seperti itu lagi yun.kamu harus mempunyai bukti yang jelas
sebelum kamu menuduh seseorang.
Yuyun : Iya yah,saya meminta maaf.dan kepada bibi.maaf kan atas perkataan yuyun yang kasar.tidak
seharusnya saya berkata seperti tadi.
Pembantu : Iya non,tidak apa-apa.saya bias memaluminya.

Bimbingan Kelompok Religius 183


Ayah : Kalau begitu ayo kita kembali ketempat kita masing-masing.ayah juga masih banyak pekerjaan
yang ayah belum selesaikan.
Bibi : Ayo semua kita keluar.
Daftar Rujukan :
Sanggar Titian Berantai (STB-UNISKA)

Bimbingan Kelompok Religius 184


TENTANG PENULIS

Akhmad Rizkhi Ridhani, M.Pd. Lahir di Banjarmasin


tanggal 18 Januari 1991, anak ke-dua dari tiga
bersaudara dari pasangan Dr. H. Jarkawi, M.M.Pd dan
Hj. Norhaida, S.Pd. Menamatkan pendidikan jenjang
sarjana (S1) Bimbingan dan Konseling Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari (2012),
jenjang magister (S2) Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang (2016). Saat ini bertugas
sebagi dosen tetap yayasan di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari dan penulis
juga menjabat sebagai sekretaris jurusan Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari
masa bakti 2016-2020. Buku pertama ini dihasilkan dari tesis penulis yang
dibimbingan oleh Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd dan Dr. Edi Purwanto, M.Si
kemudian diolah penulis sedemikan rupa sehingga dapat menambah
khasanah keilmuan bidang Bimbingan dan Konseling, khususnya layanan
bimbingan kelompok religius untuk membentuk karakter anak islami.
Bidang minat penulis bimbingan dan konseling islami, konseling anak usia
dini, dan pendidikan karakter. Alamat email : rizkhi.ridhani@fkip.uniska-
bjm.ac.id

Bimbingan Kelompok Religius 185


Bimbingan Kelompok Religius 186

Anda mungkin juga menyukai