1 PERENCANAAN TRANSPORTASI
Perencanaan adalah suatu rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan,
melihat masa depan yang lebih baik, yang disusun secara sistematis, terstruktur,
fleksibel dan mempunyai beberapa alternatif dengan menghindari kendala dan
memanfaatkan potensi yang ada serta harus dapat dilaksanakan.
Transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan atau mengangkut barang
dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain (Morlok E.K., 1998),
Kegiatan manusia yang berbagai macam menyebabkan mereka perlu saling
berhubungan. Untuk itu diperlukan alat perhubungan, salah satu diantaranya adalah
transportasi.
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari perencanaan kota atau perencanaan daerah. Rencana kota atau
daerah tanpa mempertimbangkan keadaan atau pola transportasi yang akan
terjadi sebagai akibat rencana itu sendiri, maka akan menghasilkan kesemrawutan
lalu lintas di kemudian hari (Tamin, 2000:22).
Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan harus
tanggap terhadap perubahan tata guna lahan, keadaan ekonomi dan pola arus
lalu lintas. Perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya
mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang
bergerak atau berpindah tempat dengan aman dan murah (Pignataro, 1973
dalam Tamin, 2000:22). Bahkan untuk memindahkan manusia, selain cepat,
aman dan murah, sistem transportasi harus pula nyaman. Dalam sistem
transportasi makro terdiri dari empat sistem yang saling terkait, yaitu :
1. Sistem kegiatan yaitu sistem tata guna lahan yang mempunyai
jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan
akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan.
2. Sistem jaringan adalah prasarana transportasi yang menjadi media
tempat moda transportasi bergerak dimana prasarana tersebut
meliputi sistem jalan raya, kereta api, terminal bus dan kereta api,
bandara dan pelabuhan laut
3. Sistem pergerakan yang merupakan interaksi antara sistem kegiatan
dan sistem jaringan menghasilkan pergerakan manusia dan/atau
barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan
kaki)
4. Sistem kelembagaan yang meliputi individu, kelompok, lembaga
dan instansi pemerintah serta swasta yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung berusaha menjamin terwujudnya sistem
pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, handal, dan sesuai
dengan lingkungannya.
Jenis pemodelan seperti ini sangat kompleks, membutuhkan banyak data dan waktu
yang lama dalam proses pengembangan dan pengkalibrasianya. Akan tetapi model
ini dapat disederhanakan agar dapat memenuhi kebutuhan perencanaan transportasi
di daerah yang mempunyai keterbatasan waktu dan biaya. Gambar 2
memperlihatkan garis besar semua proses yang terdapat dalam konsep
perencanaan transportasi, (IHT and DTp, 1987 dalam Tamin, 2000).
Data
Perencanaan
Asal dan
Survei Tujuan
inventarisa
si jaringan
Model Sebaran Survei
Pergerakan perjalanan pada
masa sekarang
Model Pemilihan
Moda
Biaya
perjalanan MAT penumpang MAT
angkutan pribadi penumpang
angkutan umum
Model Pemilihan
Rute
i j
2. Definisi Dasar
a. Perjalaanan : Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan,
termasuk pergerakan pejalan kaki. Berhenti secara kebetulan (misalnya
berhenti diperjalan untuk membeli rokok) tidak dianggap sebagai tujuan
perjalanan walaupun perubahan rute terpaksa dilakukan. Meskipun
perjalanan dengan perjalanan pulang dan pergi, dalam dalam ilmu
transportasi biasanya analisis keduanya harus dipisahkan. Hal yang
dikaji disini tidak saja mengenai pergerakan kendaraan, tetapi kadang-
kadang pergerakan pejalan kaki.
b. Pergerakan berbasis rumah : Pergerakan yang salah satu atau kedua
zona (asal dan atau tujuan) pergerakan tersebut adalah rumah.
c. Pergerakan berbasis bukan rumah : Pergerakan yang baik asal
maupun tujuan pergerakan adalah bukan rumah.
d. Bangkitan pergerakan : Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis
rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan adalah rumah atau
pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah;
lihat gambar 4.
e. Tarikan pergerakan : Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis
rumah yang mempunyai tempat asal dan atau tujuan bukan rumah atau
pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah; lihat
gambar 4.
Bangkitan Tarikan
Tempat
Rumah Bangkitan Tarikan Kerja
Bangkitan Tarikan
Tempat
Tempat Kerja
Tarikan Bangkitan Kerja
i j
Untuk setiap pasangan zona (i,j) beberapa arus dari zona i ke zona j
1. Pendahuluan
Dalam hal ini, notasi Tid menyatakan besarnya arus pergerakan (kendaraan,
penumpang, atau barang) yang bergerak dari zona asal i ke zona tujuan d
selama selang waktu tertentu.
Jumlah zona dan nilai setiap sel matriks adalah dua unsur penting dalam
MAT karena jumlah zona menunjukkan banyaknya sel MAT yang harus
4. Metode Konvensional
5. Metode Analogi
Beberapa metode telah dikembangkan oleh para peneliti, dan setiap metode
Berasumsi bahwa pola pergerakan pada saat sekarang dapat diproyeksikan
ke masa mendatang dengan menggunakan tingkat pertumbuhan zona yang
berbeda-beda. Semua metode mempunyai persamaan umum seperti
berikut:
Tid = tid . E ………………………………….. 2.1
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
tid = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
E = tingkat pertumbuhan
Jadi,m odel ini tidak cocok untuk peramalan untuk waktu yang cukup
panjang. Untuk itu diperlukan metode yang juga memperhitungkan
adanya perubahan aksesibilitas, selain perubahan tingkat
pertumbuhan setiap zona
Untuk selang waktu yang pendek dan di daerah yang stabil
pengembangan wilayahnya, metode ini dapat digunakan dengan
baik. Sebaliknya, metode ini tidak dapat digunakan pada daerah
yang pesat pengembangan wilayahnya dan tajam peningkatan
aksesibilitas system jaringan transportasinya. Karena batasan di
atas, metode analogi sangat jarang digunakan dalam kajian
transportasi di masa sekarang.
6. Metode Sintetis
prinsip yang menggaris bawahi metode ini adalah pergerakan dari zona asal
ke zona tujuan berbanding lurus dengan besamya bangkitan lalulintas di
zona asal dan juga tarikan lalulintas di zona tujuan serta berbanding terbalik
dengan jarak (kemudahan) antara kedua zona tersebut. Menggunakan
model semacam ini secara tidak langsung sudah membatasi pemodelan
pola pergerakan dan ini tentu menyebabkan informasi yang dibutuhkan
semakin sedikit serta survei semakin berkurang.
Disarankan juga pemakaian parameter dari model yang 'dipinjam' dari kajian
di daerah lain yang cirinya hampir sama. Kritik terhadap pendekatan ini
adalah bahwa tidak pernah ada dua tempat yang cirinya persis sama. Jadi,
peminjaman parameter dari suatu model sangat jarang dilakukan, kecuali
untuk perkiraan kasar saja. Metode sintetis juga dapat digunakan untuk
mengisi sel MAT yang tidak dapat dihasilkan oleh metode langsung.
Metode sintetis (inter aksi spasial) yang paling terkenal dan sering
digunakan adalah model gravity (GR) karena sangat sederhana
sehingga mudah dimengerti dan digunakan. Model ini menggunakan
konsep gravity yang drperkenalkan oleh Newton pada tahun 1686
yang dikembangkan dan analogi hukum gravitasi.
Bentuk umum ketiga fungsi hambatan ini untuk nilai parameter yang
berbeda-beda dapat dilihat pada gambar 11
Gambar.11 Bentuk umum fungsi hambatan
Sumber: Ortuzar and Willumsen (1994) dalam Tamin (2000)
Model ini mempunyai beberapa keuntungan secara teori dan praktis. Selain
itu, telah tersedia pula beberapa paket program yang dapat digunakan untuk
mengkalibrasinya. Model ini dapat dikembangkan untuk menampung lebih
dari satu jenis pergerakan dan juga dapat digunakan untuk pemodelan
pergerakan barang. Akan tetapi, model GR tidak dapatd igunakan untuk
setiap kondisi. Untuk itu, dijelaskanp endekatanla in, meskipunj arang
digunakan, yang merupakan alternatif model GR, yaitu model intervening-
opportunity (IO).
Ide dasar yang menggaris bawahi model ini adalah bahwa setiap
pergerakan pada dasarnya tidak selalu berkaitan dengan jarak antara asal
dan tujuan, tetapi tergantung pada tingkat kepuasan atau kesempatan yang
dapat diterima atau dihasilkan oleh tempat tujuan pergerakan tersebut.
Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Stoufer (1940) yang
mencoba menerapkan ide tersebut pada pemodelan proses migrasi dan
perpindahan lokasi pelayanan dan perumahan. Schneider( 1959)
mengembangkan teori tersebut seperti yang kita lihat sekarang.
Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa setiap pergerakan akan
mempertimbangkan setiap kesempatan yang ada secara berurutan dan
mempunyai peluang tertentu yang kebutuhannya terpenuhi. Untuk
mengetahui beroperasinya asumsi dasar tersebut, pertimbangkan situasi
yang zona tujuannya diurut sesuai denganj arak dari suatu zona asal.