Anda di halaman 1dari 1

Analisis Hubungan Komponen Selulosa dan Hemiselulosa Pada Kayu

Komposisi kimia kayu terdiri dari karbohidrat, selulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Selulosa
merupakan komponen kayu terbesar dan merupakan komponen struktur utama dinding sel
tumbuhan. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel, senyawa ini juga dijumpai pada
tumbuhan rendah seperti paku, lumut, ganggang, jamur, dan selulosa alami yang paling murni
yaitu serat kapas (98%). Lignin merupakan bagian terbesar kedua, terletak di antara sel-sel dan di
dalam dinding sel. Di antara sel-sel, lignin berfungsi sebagai perekat untuk mengikat sel
bersamasama dan dalam dinding sel, lignin sangat erat hubungannya dengan selulosa dan
berfungsi untuk memberikan kekuatan pada sel. Komponen kimia kayu penting lainnya adalah zat
ekstraktif. Zat ekstraktif adalah bahan organik dan anorganik yang pada awalnya merupakan cairan
yang terdapat dalam rongga sel (protoplasma) pada waktu sel-sel masih hidup. Setelah sel-sel tua
mati cairan menempel pada dinding sel berupa getah, lilin, zat warna, gelatin, gula, dan mineral
(Wibisono, 2018).
Sebagaimana diketahui kayu disenangi rayap karena kayu mengandung selulosa, di mana
selulosa merupakan makanan utama rayap dan dalam kayu kandungan selulosa berkisar 40-50%.
Disamping itu lignin dalam kayu berpengaruh dan memperkecil perubahan dimensi sehubungan
dengan perubahan kandungan air dan juga bahwa lignin mempertinggi racun kayu yang membuat
kayu tahan terhadap serangan jamur dan serangga Salah satu faktor yang memengaruhi keawetan
kayu, yaitu kandungan selulosa dan lignin (Wibisono, 2018).
Salah satu bentuk produk hasil olahan kayu dan juga untuk meningkatkan nilai tambahnya
adalah bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dibuat melalui proses fermentasi terhadap senyawa
karbohidrat tertentu dengan menggunakan mikroorganisme dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar pengganti premium. Dengan demikian bioetanol dapat dibuat dari bahan baku yang
mengandung gula, pati dan lignoselulosa. Pembuatan bioetanol dari bahan baku yang mengandung
gula dan pati seperti jagung, tebu, singkong, kentang, sagu, gandum, nira nipah dikenal dengan
generasi pertama. Sedangkan generasi kedua adalah pembuatan bioetanol dari lignoselulosa seperti
kayu, limbah industri pertanian, kehutanan, perkebunan, dan jenis rumput-rumputan. Prinsip
pembuatan bioetanol dari lignoselulosa adalah memecah karbohidrat dalam bentuk polisakarida
yaitu selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana/monosakarida, dan memfermentasikan
gula sederhana tersebut menjadi etanol. Hal ini memerlukan bahan baku dengan kandungan
selulosa dan hemiselulosa yang tinggi (Sokanandi, 2014).
Kadar holoselulosa dalam kayu menyatakan jumlah dari senyawa karbohidrat atau
polisakarida. Karbohidrat dalam kayu banyak terdapat pada bagian dinding sekunder yang di
dalamnya menganduog arabinosa, glukomanan, glukoronoksilan, glukosa, asam uronat dan
xylosa. Apabila komponen tersebut dihidrolisis dengan campuran asam sulfat, soda api dan kapur
pada suhu 170oC akan menghasilkan molases, asam asetat, etanol dan furfural yang dapat
digunakan sebagai bahan pengilap pengerjaan kayu (Sokanandi, 2014).

Anda mungkin juga menyukai