Oleh :
Pola aliran merupakan hasil proses geomorfologi pada permukaan bumi dengan struktur geologi
tertentu. Ada beberapa pola aliran sungai, antara lain sebagai berikut.
P.A Dendritik
•Pola aliran dendritik memiliki bentuk yang tidak teratur
•Berkembang pada daerah dengan curah hujan tinggi serta tidak ada kenampakan struktur
geologi yang dominan & komposisi batuan sama
•Bentuk pola aliran ini menyerupai percabangan pohon
•Pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan yang homogeny
P.A Rectangular
•Pola aliran ini terdapat pada daerah dengan struktur patahan (fault) atau mempunyai banyak
retakan (joint)
•Pola aliran ini ditandai oleh pertemuan aliran sungai utama dengan anak sungai membentuk
pola saling tegak lurus
•Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut saling
tegak lurus.
• Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga memungkinkan air mengalir dan
berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya
lurus-lurus mengikuti sistem kekar.
•Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya
mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan
batuannya lunak.
•Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.
•Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai
yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan).
P.A Trelis
• Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
•Terdapat pada daerah dengan struktur lipatan, biasanya juga didukung oleh adanya patahan atau
retakan
•Pola aliran ini terbentuk ketika lembah sempit berbatuan lunak dipisahkan oleh perbukitan
paralel berbatuan resisten
•Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar, mengalir searah
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah searah
dengan sumbu lipatan.
4. Pola aliran sungai paralel
P.A Paralel
•Pola aliran ini memiliki arah yang saling sejajar, terkendali oleh proses dan struktur geologi
•Pola ini terbentuk pada daerah yang kemiringan lerengnya dapat menghambat kerja angin atau
faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkokan alur
•Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya akan
berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang sangat
sedikit.
•Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam.
•Pola aliran paralel kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong
daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk dari transisi
dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
P.A Annular
•Pola aliran ini hampir sama dengan pola aliran radial
•Tetapi pada pola aliran anular aliran yang menyebar tadi kemudian masuk ke sungai subsekuen
•Pola ini terbentuk pada daerah dengan struktur kubah/dome atau intrusi loccolith
8. Multibasinal
•Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement berbagai variasi dari kondisi
geologinya.
• Dapat terjadi pada daerah dengan banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi
sekarang.
• daerah dengan cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.
9. Contorted
•Pola ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek.
•Umumnya berasosiasi dengan batuan metamorfose kompleks denganlipatan yang intensif, patahan,
intrusi, kekar dan lain-lain
https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/01/23/pola-aliran-sungai/
2. POLA ALIRAN UBAHAN
MENGANYAM
Kipas aluvium dan delta
(DIKHOTOMIK)
KARST Batugamping
https://impact23.wordpress.com/2010/05/09/pola-aliran-sungai/
3. Pengertian Geomorfologi
Geomorfologi adalah Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bentuk lahan sebagai
pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah muka air laut dan menekankan pada
genesa, perkembang-an di masa depan dan dalam konteks kelingkungan dengan mengedepankan
aspek aspek geomorfologi.
1. “Proses fisik dan hukum yang terjadi seluruhnya saat ini telah terjadi juga sepanjang
waktu geologi, meskipun intensitasnya tidak sama seperti sekarang”. Konsep ini
hampir sama dengan prinsip yang dikemukakan oleh James Hutton pada 1785 yaitu
prinsip uniformitarianisme. James Hutton mengajarkan “the present is the key to the
past”, tetapi dia mengaplikasikan prinsip ini terlalu kaku dan berpendapat bahwa
proses geologi yang terjadi dahulu dan sekarang mempunyai intensitas yang sama.
Telah terbukti bahwa intensitas kejadian geologi tiap waktu tidak sama, seperti gletser
pada Pleistosen lebih besar intensitasnya dibanding sekarang.
2. “Struktur geologi adalah salah satu pengontrol dominan dalam evolusi pada bentang
alam dan tercermin pada daratan tersebut”. Pada suatu waktu W.M Davis
mengajarkan bahwa struktur, proses, dan tingkatan adalah faktor pengontrol utama
pada bentang alam. Tetapi apa yang diajarkan Davis tentang “tingkatan” cukup
diragukan oleh para geomorfologist. Hal yang tidak diragukan adalah tentang proses
dan struktur. Istilah struktur tidak hanya mencakup lipatan, kekar,
dan uncomfotmity tetapi juga mencakup cara bagaimana material bumi membentuk
daratan yang meninggalkan jejak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
seperti sikap batuan, kehadiran kekar, sesar, unsur mineral, dan sebagainya.
5. “Karena agen erosional berbeda pada permukaan Bumi, maka akan menghasilkan
urutan yang sesuai dengannya pada bentang alam”. Hampir semua geomorfologist
percaya bahwa bentang alam memiliki proses yang teratur dan berurutan, tetapi tidak
selalu melewati tahapan muda, dewasa, dan tua. Konsep muda, dewasa, dan tua
mungkin cocok pada tingkat dasar tetapi tidak cocok ketika pendekatan canggih
dilakukan pada evolusi bentang alam.
7. “Sedikit topografi Bumi lebih tua daripada Tersier dan kebanyakan tidak ada yang
lebih tua daripada Pleistosen”. Ashley (1931) memperkirakan setidaknya 90 persen
daratan yang ada sekarang terbentuk pada post-Tersier dan mungkin sekitar 99 persen
terbentuk pada post-tengah Miosen. Contohnya seperti pegunungan Himalaya
pertama terlipat pada zaman Kapur dan hampir seluruh topografi seperti sekarang
terbentuk pada Pleistosen.
8. “Interpretasi yang tepat pada bentang alam masa kini tidak mungkin tanpa apresiasi
dari pengaruh perubahan geologi dan iklim selama Pleistosen”. Gletser
dan diastropishm adalah kejadian yang signifikan pada Plesitosen yang
mempengaruhi bentang alam yang kita jumpai pada masa kini.Diastropishm berperan
pada pembentukan bentang alam disekitar batas lempeng laut pasifik. Gletser yang
terjadi pada Plesitosen salah satunya berefek pada arus yang terjadi pada sungai Ohio
dan Missouri yang kita lihat sekarang. Air lelehan dari zaman es diperkirakan berefek
pada permukaan Bumi seluas 10.000.000 m2
.
9. “Apresiasi terhadap perubahan iklim dunia diperlukan untuk memahami secara tepat
terhadap ragam penting dari proses geomorfologi yang berbeda”. Ragam iklim dapat
mempengaruhi operasi dari proses geomorfologi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh secara tidak langsung adalah seperti iklim yang berpengaruh
terhadap jumlah, jenis, dan distribusi tumbuhan yang menutupi bentang alam.
Pengaruh secara langsung adalah seperti jumlah dan jenis pengendapan,
intensitasnya, hubungan antara pengendapan dan penguapan, rentang suhu harian, dan
kecepatan dan arah angin.
10. “Geomorfologi tidak hanya fokus terhadap bentang alam masa kini, tetapi juga masa
lalu”. Geomorfologist juga dapat menyusun sejarah tentang suatu bentang alam yakni
dengan prinsip uniformitarianisme .
http://geo-geomorfologi.blogspot.co.id/p/materi-pembelajaran.html
http://amriyogi.blogspot.co.id/2013/08/pemanfaatan-geomorfologi-bagi-manusia_6883.html
http://geographymat.blogspot.co.id/2011/02/fundamental-conecpts.html
4. Metode Geofisika
1. Metode Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan
dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain.
tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self
potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda - metoda
eksplorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan
tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis. Salah satu keunikan lain dari metoda
geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-macam mazhab (aliran atau school) yang
berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan kedalam tanah
melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda V) pada elektroda lain. Hasil
pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat diketahui
dengan Hukum Ohm .
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m
sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang
merupakan lapisan pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan
akifer yang diapit oleh lapisan
batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’
akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik
bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras
resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa juga untuk mengetahui
perkiraan kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan.
Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di bawah
permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu dari metoda geofisika
yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan sumber panas bumi di bawah permukaan
https://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/geolistrik/
2. Metode Seismik Refraksi
Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang terjadi di bumi baik yang
disebabkan secara alami maupun buatan manusia. Adapun pengertian refraksi secara harfiah
adalah pembiasan. Sehingga seismic refraksi adalah pembiasan gelombang seismic. Selain
refraksi dikenal pula seismic refleksi atau pantulan, namun dalam laporan ini hanya dibahas
tentang seismic refraksi karena dalam penelitian yang dilakukan di daerah Seling hanya
menggunakan metoda refraksi.
Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang seismic
pada suatu sistem dan kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gejala tersebut
melalui receiver (geophone). Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan
kedalaman lapisan berdasarkan pengukuran waktu tempuh gelombang antara sumber getaran
(shot) dan geophone. Adapun waktu yang diperlukan oleh gelombang seismic untuk merambat
pada lapisan batuan bergantung besar kecepatan yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya
tersebut.
Dalam peneletian yang dilakukan di daerah Seling ini metoda seismic refraksi digunakan
untuk mengetahui jumlah lapisan yang ada pada daerah tersebut dan diketahui pula nilai densitas
dari setiap lapisan sehingga kita dapat memperkirakan karakteristik batuan yang sesuai dengan
densitas batuan yang diketahui. Dengan mengetahui jenis batuan yang diperkirakan dari lapisan
tersebut kita bisa menduga batuan di lapisan mana yang berkemungkinan menjadi bidang lincir
yang menyebabkan pergerakan tanah di daerah Seling tersebut.
Teori Dasar
Dalam penjalaran gelombang seismic yang terjadi di bumi mengikuti beberapa prinsip fisika
perambatan gelombang pada suatu medium yaitu :
1. Prinsip Huygen
Suatu gelombang yang melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi sumber
gelombang baru dan akan begitu seterusnya.
2. Prinsip Fermat
Dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik selanjunya yang melewati suatu medium
tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu tempuh yang paling sedikit.
3. Prinsip Snellius
Gelombang yang merambat dan melalui medium yang berbeda akan mengalami pembiasan
maupun pemantulan. Adapun dalam pembiasan maupun pemantulannya akan mengikuti
persamaan berikut :
Sedangkan untuk sudut kritis (q2 = 900) maka persamaannya akan berubah menjadi :
Dalam penjalaran gelombang seismic gelombang yang datang pertama kali adalah gelombang
langsung (jaraknya paling kecil) setelah itu adalah gelombang bias dan yang paling terakhir
ditangkapa adalah gelombang pantul (refleksi).
Selain prinsip utama penjalaran gelombang sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam metoda
refraksi dikenal pula prisip Hagiwara. Metoda Hagiwara ini digunakan untuk menentukan
kedalaman suatu lapisan dari daerah yang kita survey yaitu daerah Seling. Ketika digunakan
metoda Hagiwara sebagai metoda intrepetasi maka diperlukan suatu pasngan kurva travel
time bolak-balik (reciprocal travel time curve) yang direfraksikan dari suatu lapisan pada
kedalaman lapisan yang diselidiki.
http://radargeofisika.blogspot.co.id/2014/09/seismik-refraksi.html
http://geofisika1b.blogspot.co.id/2009/12/metode-seismik-refraksi.html
3. Metode Ground Penetrating Radar / Elektromagnet
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika
yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan
menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar menggunakan
gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi
seperti pada metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk
mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan
resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity
Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman,
dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai
pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa
yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode
konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik.
Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan
moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai dengan
karaketristik antena tersebut (10 MHz – 4 GHz). Receiver diset untuk melakukan scan yang
secara normal mancapi 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor
(real-time) sebagai fungsi waktu two-way traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan gelombang
EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut radargram.
Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell. Persamaan Maxwel ini
adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang elektromagnet. Pada material dielektrik
murni suseptibilitas magnetik (μ) dan permitivitas listrik (є) adalah konstan dan tidak terdapat
atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak sama halnya jika berhadapan dengan material
dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material
tersebut. Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi
gelombang elektromagnet.
Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio Detection
and Ranging) ke dalam medium target dan selanjutnya gelombang tersebut dipantulkan kembali
ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver), dari hasil refleksi itulah barbagai
macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram. Mekanisme kerja GPR dan contoh
rekaman radargram ditunjukan oleh gambar
Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari medium
yang dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara lain permitivitas
listrik, konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air
didalamnya, dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan
gelombang radar dan atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Reynold dalam
bukunya An Introduction to Applied and Evironmental Geophysics, menyatakan bahwa
kecepatan gelombang radar dalam suatu medium tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang
hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta dielektrik relatif medium (εr) dan permeabilitas magnetic relatif
(μr).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang ditimbulkan oleh
radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan antara konstanta dielektrik
relatif antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R) yang ditentukan oleh
perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan
dari konstanta dielektrik relatif dari medium yang berdekatan.
Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan karena adanya energi yang
hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di tiap batas medium dan terjadi setiap kali
gelombang radar melewati batas antar medium. Faktor kehilangan energi disebabkan oleh
perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar terjadinya atenuasi merupakan
fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik medium yang dilewati oleh sinyal radar.
Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas, permitivitas, dan permeabilitas magnetic
medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta frekuensi sinyal itu sendiri.
Skin depth ( adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (yaitu Hubungan
antara konstanta dielektrik dan cepat rambat gelombang radar dapat dilihat pada tabel dibawah
ini. Untuk material geologi, berada pada rage 1-30, sehingga range jarak cepat rambat
gelombang menjadi besar yaitu sekitar 0.03 sampai 0.175 m/ns (Reynolds, 1997).
http://bu-gis.blogspot.co.id/2011/11/metode-ground-penetrating-radar-gpr.html
http://www.academia.edu/6755988/Sistem_Ground_Penetrating_Radar_untuk_Mendeteksi_Ben
da-benda_di_Bawah_Permukaan_Tanah
4. Metode Gravity
Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal
maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi
rapat massa batuan di bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah
perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode
gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode
ini juga banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat massa suatu material
terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur bawah permukaan dapat diketahui.
Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah
eksplorasi baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini dibutuhkan
minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang
digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik
pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan pengukuran
gravitasi ini, dilakukan secaralooping.
HukumGravitasiNewton
Pada dasarnya gravitasi adalah gaya tarik menarik antara dua benda yang memiliki rapat massa
yang berbeda, hal ini dapat diekspresikan oleh rumus hukum Newton sederhana sebagai berikut:
Dengan menggunakan rumus dasar inilah maka survey geofisika metode gravitasi dapat
dilakukan
https://id.wikipedia.org/wiki/Metoda_gravitasi
http://sodiqur-rifky-achmad.blogspot.co.id/p/blog-page_4776.html
5. Metode Magnetik
Dilakukan berdasarkan pengukuran anomaly geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan
kontras suseptibilitas, atau permeabilitas magnetik tubuh cebakan dari daerah sekelilingnya.
Perbedaan permeabilitas relatif itu diakibatkan oleh perbadaan distribusi mineral ferromagnetic,
paramagnetic, diamagnetic. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya
digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan
mineral ferromagnetic, struktur geologi. Dan metode ini juga sangat disukai pada studi
geothermal karena mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanasi mendekati temperatur Curie oleh karena itu digunakan untuk mempelajari daerah yang
dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
Metode eksplorasi disukai karena data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak
serumit metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan
anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomaly magnetic yang
ingin diselidiki. Di pasaran banyak ditawarkan alat geomagnet dengan sensitifitas yang tinggi
seperti potongan PROTON MAGNETOMETER dan lain-lain
Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi. Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif
besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk
distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika
dengan metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehngga
keduanya sering disebut sebagai metoda potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran
fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya
ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan
sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap
waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut
dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi,
panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-
benda arkeologi.
http://cahayabelida.blogspot.co.id/2011/04/metode-metode-dalam-survei-geofisika.html
http://forum.iagi.or.id/viewtopic.php?f=16&t=332
4. PENYIMPANGAN ALIRAN SUNGAI
2. LOCAL MEANDERING
Air tidak pernah mengalir dalam garis lurus bahkan dalam alur sungai yang tampaknya
lurus.Aliran air yang melewati batu atau penghalang lain menimbulkan area pergerakan
air yang lebih lambat dan lebih cepat. Area yang lebih lambat ditemukan di bagian sungai
yang dalam dan penuh dengan sedimen. Area ini disebut dengan pools. Sementara itu,
area yang lebih cepat ditemukan di bagian sungai yang dangkal dan berada di sekitar
batu. Area ini disebut dengan riffles.Lalu, sungai mengalir pada sisi-sisi sungai yang
masih relatif lurus.Setelah itu, aliran air yang lebih cepat akan bergerak berlawanan dari
arah sungai dari waktu ke waktu sehingga akan membentuk kelokan.
3. LOCAL BRAIDING
Sebuah sungai yang terbentuk dari salah satu dari sejumlah jenis saluran dan memiliki
saluran yang terdiri dari jaringan saluran kecil yang dipisahkan oleh pulau-pulau kecil
dan sering sementara yang disebut braid bar
http://dokumen.tips/documents/pola-aliran-sungai-55a754b5366b6.html
http://www.britannica.com/science/meander-river-system-component
https://en.wikipedia.org/wiki/Braided_river
5. KONTROL STRUKTUR PASIF DAN AKTIF
Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi terhadap bentuk sungai dan jaringannya adalah
dinamika struktur geologi, yaitu tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika
struktur diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang dapat
menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari sistem sungai karena kegiatan
tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang
memudahkan terja- dinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi.
KONTROL
BENTUK SUNGAI
STRUKTUR
A. DINAMIK
-Lembah terjal
VULKANIK
B. PASIF.
-Saluran "OFFSET'
reng kemiringan.
jumlah dan jenis curah hujan secara langsung mempengaruhi kuantitas dan karakter batuan. di
daerah di mana curah hujan yang terjadi badai , bagian yang lebih besar dari curah hujan akan
berjalan cepat segera dan menjadi saluran sungai. sehingga permukaan akan turun tergantung
pada intensitas curah hujan , distribusi curah hujan dan penguapan . iklim menentukan jumlah
dan jenis vegetasi di daerah dan ini pada gilirannya mempengaruhi kedalaman dan kecepatan
permukaan sungai
2. Kapasitas infiltrasi
kapasitas infiltrasi mengacu permeabilitas batuan induk itu mungkin adalah faktor yang paling
penting yang mempengaruhi tekstur drainase. saluran drainase yang lebih banyak lebih bahan
kedap dibandingkan dengan yang di atas bahan permeabel . Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh
begitu banyak faktor termasuk tekstur tanah dan karakteristik , jenis dan kerapatan tutupan
tumbuhan , bahan organik , sifat permukaan tanah dan komposisi mineral tanah . dalam kasus ini
sesar dan kekar pada batuan induk memainkan peran dalam terbentuknya sungai
Lembahnya berbentuk V
Erosinya vertikal sangat intensif
Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram – jeram dan air terjun.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, halterpenting adalah pengamatan
terhadap pola kontur yang menunjukanadanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik
pada pola bukitmaupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran
sungai.
http://dokumen.tips/documents/pengenalan-struktur-litologi-dan-proses-geomorfologi-berdasarkan-
bentuk-lahan-yang-ada.html
8. TEMPAT MENGALIR
1. Bed rock stream adalah aliran sungai yang mengalir pada batuan dasar
2. Alluvial stream adalah aliran sungai yang mengalir pada endapan alluvial biasanya
memiliki material batuan sedimen seperti pasir kerikil dan lempung artikel-partikel ini
dapat diangkut di aliran sungai dan disimpan hilir. Jika sungai bergerak cepat, air
memiliki kekuatan lebih dan menyebabkan erosi, atau mengendap dari menjadi sedimen
di tepi saluran. Akibatnya, jika aliran air lambat, kita melihat pengendapan sedimen, yang
merupakan proses yang disebut deposisi. Erosi dan deposisi menjelaskan bagaimana
saluran aluvial dapat mengubah bentuk dari waktu ke waktu
HUBUNGAN METODE GEOFISIKA DENGAN POLA PENGALIRAN
METODE SEISMIK
3. PENYIMPANGAN ALIRAN
4. TEXTURE PENGALIRAN
METODE ELEKTROMAGNET/GPR
5. BENTUK LEMBAH
METODE GRAVITY
6. TEMPAT MENGALIR
METODE MEGNETIK