Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan tempat hidup berbagai mahluk hidup baik flora maupun
fauna yang ada di dalam tanah Mahluk hidup ini hidup di dalam tanah dengan
memanfaatkan bahan organik yang terkandung di dalam tanah.
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Hampir seluruh kehidupan
dalam tanah tergantung pada bahan organik tanah untuk keperluan energi dan
unsur hara.
Bahan organik penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik,
kimia, maupun biologi tanah. Proses penting yang berlangsung dan berhubungan
dengan pembentukan tanah adalah penimbunan bahan organik yang selalu
mencapai tingkat keseimbangan. Tingkat penimbunan bahan organik dalam tanah
tergantung pada sifat lingkungan pembentukan tanah yang mencakup dua proses
yaitu penambahan residu atau sisa-sisa hewan dan perombakan bahan organik
tersebut oleh jasad mikro perombak tanah.
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan
bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan
pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat
tanah yang stabil.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum c-organik agar
tanah dapat dikelola dengan baik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini ialah
1. Untuk mengukur C – Organik dan bahan organik tanah.
2. Untuk mengetahui hubungan C – Organik dengan ketersediaan bahan organik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Organik


Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan
termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan
berada didalamnya (Madjid,2007).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik
kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-
organik menjadi bahan organik = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik
dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi
yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan,
dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah
bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah
dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik
(Foth,1994).
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan halus atau
humus. Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuran
bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari
hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah.Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur), berwarna
hitam atau cokelat yang memiliki daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten. Pelapukan berwarna cokelat,
amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang
telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jasad mikro. Dalam
jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan dammar dalam jumlah
yang kecil. Jumlah dan sifat komponen-komponen organik dalam sisa-sisa
tumbuhan sangat berpengaruh menentukan penimbunan bahan organik dalam
tanah (Sutedjo, 1991).

3
Penggunaan tanah secara terus-menerus untuk pertanaman, dengan cepat akan
memisahkan kandungan bahan organik tanah alfisol, sebab bahan organik
merupakan bahan dari humus sebagai gudang unsur hara tanaman maka
kandungan bahan organik yang cukup sebaiknya selalu tersedia untuk
mempertahankan sifat dan kesuburan tanah (Subagyo, 1970).
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah,
baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar
kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme
tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh
sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil
dekomposisi itu sendiri (Hakim et al., 1986).
Daerah rawa-rawa seperti daerah rawa-rawa pasang surut sering dijumpai
tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang sangat tinggi dan tebal.
Apabila tanah tersebut mengandung bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah
pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40 cm maka
tanah tersebut tanah organik atau tanah gambut. Kandungan bahan organik tanah
dihitung dari kandungan C-organik dengan rumus sebagai berikut (Hardjowigeno,
2003) : Bahan organik (%) = 1,74 x C-Organik (%)
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-
tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan
bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu,
top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003).
Umumnya, penambahan jumlah sisa-sisa organik setiap tahun ke tanah
ditingkatkan, disini terjadi suatu peningkatan dalam kandungan bahan organik
total. Dengan meningkatnya curah hujan dan diiringi meningkatnya produksi
bahan organik setiap tahun, terjadi suatu peningkatan kandungan bahan organik
tanah. Penyebab umum adalah laju peningkatan kegiatan mikrobia dan
perombakan bahan organik dengan meningkatnya temperature (Foth, 1988).
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang

4
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur
tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-
hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung
kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur.
Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah
lebih produktif (Foth, 1988).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah
kedalaman tanah, iklim (curah hujan , suhu), drainase, tekstur tanah dan vegetasi.
(Hakim, 1986).
Selain itu, faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses
terbentuknya yang terdiri dari 2 sumber, yaitu:
 Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta di inkorporasikan
dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber
bahan organik dari seluruh makhluk hidup.(Hakim, 1986)
 Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih
dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah
binatang menyumbangkan pula bahan organiknya. Berbeda sumber bahan
organik tanah tersebut akan berbeda pula pengaruh yang disumbangkannya ke
dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan
organik tersebut (Hakim, 1986)
Bahan organik berpengaruh terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman
tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin
dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban,
tekstur, struktur dan suplaioksigen, sertar reaksi tanah, ketersediaan hara
terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2010).

5
2.3 Pengaruh Bahan Organik
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat
tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:
 Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
 Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
 Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
 Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (Kapasitas
Kation tanah menjadi tinggi)
 Sumber energi bagi mikroorganisme
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah,
baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan
pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar
kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman.
Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme
tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh
sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil
dekomposisi itu sendiri (Hakim dkk, 1986).
Sisa-sisa bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak dirombak
sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, tetapi unsur pokok kimianya dirombak
bebas satu sama lain. Dalam pembentukan humus dari sisa-sisa tanaman terjadi
penurunan yang cepat dari unsur-unsur pokok yang larut dalam air, suatu
peningkatan relatif dalam persentase lignin dan kompleks lignin, dan suatu
peningkatan dalam kandungan protein. Terjadilah akumumulasi bahan organik
sesuai dengan meningkatnya unsur hara tanaman yang tersedia dalam tanah
akumulatif bahan organik meningkat. Kondisi ini terus menerus terjadi sampai
sautu keseimbangan tercapai (Foth, 1988).
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman
tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor
tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, kadar lignin dan ukuran
bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur
dan suplai oksigen, serta reaksi tanah dan ketersediaan hara (Hanafiah, 2010).

6
2.4 Hubungan Tanah Organik dan Sifat Fisik
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah,
terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan curah hujan
yang tinggi.Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah
mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi,
yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi. Rendahnya
kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran
bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi
biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga
berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut
(Victorious, 2012).
Keberadaan bahan organik dalam tanah terhadap tanaman dapat memacu
pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin dan hormon
pertumbuhan, meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman, menyuplai energi bagi organisme tanah, dan meningkatkan organisme
saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman (Madjid, 2010).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan
tanah.Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada
kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu
tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya.Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan yang demikian berada
dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro. Sebagai akibat,
bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi, 2005).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya
adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua
jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi
bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).

7
Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah
aktif.Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan
biologi, yang dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya
masih tampak dan bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna
(Hardjowigeno,2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah
memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik
tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan
dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2002).
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat
tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah
2. Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain
3. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air
4. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara
5. Sumber energi mikroorganisme

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Waktu dan Tempat


Pada praktikum Penetapan Karbon Organik dilakukan pada hari Rabu, 06
November 2019 pada pukul 07.00 sampai 09.00 WIB di Laboratorium
Bioteknologi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yanng dibutuhkan selama praktikum berlangsung, yaitu ATK,
timbangan analitik, cawan petri, erlenmeyer, bulb pipet, pipet tetes, pipet ukur,
labu ukur, buret, dan statif. Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan, yaitu
sampel tanah, aquades, indikator ferroin, larutan K2CrO7, larutan H2SO4, dan
larutan FeSO4.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja selama praktikum berlangsung, yaitu :
1. Media yang telah lolos saringan 0,5 mm sebanyak 0,5 gram (1 g bila
kandungan bahan organik <1%) ditimbang, lalu ditempatkan dalam
erlenmeyer 500 mL.
2. 10 mL K2CrO7 1 N ditambahkan menggunakan pipet kepada erlenmeyer
yang digoyangkan, agar terjadi pencampuran tanah.
3. Ditambahkan 20 mL H2SO4 pa (pekat) dengan ukur di ruang asam sambil
digoyang cepat hingga tercampur rata. Usahakan tidak ada partikel tanah
yang terlempar ke dinding labu takar hingga tidak tercampur merata.
4. Diusahakan warna larutan menjadi merah jingga, jika berubah menjadi warna
hijau atau kebiru-biruan jangan lupa dicatat dan ditambahkan kembali
K2CrO7 1 N dan H2SO4 98%. Tambahan larutan jangan lupa untuk dicatat,
serta jumlah penambahan blanko harus sama.
5. Dibiarkan dingin diruang asam selama 30 menit.
6. Lalu diencerkan sampai 250 mL dengan air bebas ion.

9
7. Feroin 0,025 M ditambahkan sebanyak 6 – 7 tetes.
8. Larutan dititrasi menggunakan FeSO4 0,5 N hingga larutan berwarna merah
anggur, volume FeSo4 yang terpakai tidak lupa dicatat.
9. Lakukan cara diatas untuk blanko (larutan tanpa tanah).

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Penentuan Bahan Organik dan C-Organik
No. Ulangan Bahan Organik (%) C-Organik (%)
1. Ulangan 1 5,16 % 2,99 %
2. Ulangan 2 5,78 % 3,35 %
3. Ulangan 3 4,85% 2,83%

4.2 Pembahasan
Menurut tabel diatas, dari 3 pengulangan yang terjadi, pengulangan kedua
memiliki besar persenan terbesar. Pada ulangan pertama besar persenanan yaitu
2,99% yang kemudian naik menjadi 3,35% yang lalu turun menjadi 2,83%. Perlu
diketahui, bahwa kriteria C-Organik terdiri atas sangat rendah (<1,00), rendah
(1,00 – 2,00), sedang (2,01 – 3,00), tinggi (3,01 – 5,00), dan sangat tinggi (.5,00).
Menurut data tersebut dapat diketahui bahwa ulangan 1 dan ulangan 3 mmemiliki
kandungan c-organik yang sedang, sedangkan ulangan 2 memiliki kadar c-organik
yang tinggi.
Menurut Susila (2013), Umumnya, kadar C-organik yang rendah disebabkan
oleh daerah sampling tanah yang beriklim kering dengan vegetasi penutup tanah
yang sedikit, temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga proses pelapukan bahan
organik menjadi lebih intensif, menyebabkan kehilangan C-organik tanah menjadi
lebih cepat.
Menurut Sagala (2015), kadar C-organik menunjukkan kandungan bahan
organik dalam tanah. Bahan organik sebagai sumber hara makro dan mikro
tanaman juga menjadi sumber nutrisi bagi mikroorganisme tanah yang
berpengaruh terhadap populasi dan aktivitasnya. Bahan organik yang tinggi
menunjukkan sifat tanah yang masam. Sebaliknya, kandungan unsur organik yang
rendah mengindikasikan bahwa tanah bersifat basa.
Sesuai dengan tabel diatas, ulangan kedua mengandung bahan organik lebih
tinggi dibandingkan ulangan pertama dan ketiga, hal ini sebenarnya adalah hal

11
yang sangat langkah karena seperti yang kita ketahui bahwa bahan organik yang
paling tinggi terdapat pada lapisan pertama. Namun ada kemungkinan lapisan
pertama lebih sedikit bahan organiknya dibanding lapisan kedua karena beberapa
faktor menurut Hakim (1986) yaitu, terjadinya leaching unsur hara yang
mengakibatkan kehilangan unsur hara karena terbawa oleh air turun ketanah yang
bawah dan terjadinya penguapan unsur hara yang menyebabkan kesuburan tanah
menurun dikarenakan tanah terkena matahari langsung.
Kemungkinan yang lain yang menyebabkan lapisan kedua mengandung
bahan organik lebih tinggi dibanding lapisan pertama adalah karena kemungkinan
terdapat kekeliruan dalam penimbangan ataupun timbangan yang mungkin
mengalami masalah, karena menurut Hanafiah (2014) walaupun tanah terdiri dari
beberapa lapisan, namun bagi tanaman yang sangat penting adalah lapisan paling
atas (top soil) karena mengandung bahan organik yang paling tinggi dibanding
lapisan dibawanya.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dapat disimpulkan dari praktikum kali ini bahwa bahan organik adalah
sebuah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau
telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikroba
heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya.
Untuk mengukur C-Organik dan bahan organik tanah, praktikan
menggunakan metode black and wakley. Kadar bahan organik tanah dan C-
Organik tanah berbanding lurus. Sehingga hubungan C-Organik dengan
ketersediaan bahan organik sangat erat karena mempengaruhi kesuburan tanaman
dan kualitas tanah itu sendiri.

5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikum selanjutnya, yaitu agar
praktikan lebih fokus dan memahami materi terlebih dahulu sebelum melakukan
praktikum agar tidak terjadi kesalahan dan kecelakaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Foth. H. D, 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gajah Mada University


Press.
Foth, D Henry, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjamada
University.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha,
Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung :
Universitas Lampung.
Hanafiah, KA. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Press.
Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang : Universitas Sri wijaya..
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Soepardi. 2005. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Bogor : Departemen
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB..
Subagyo. 1970. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit P.T. Soeroengan.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sutedjo. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rhineka Cipta.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C organic Untuk Tanah Organik dan
Anorganik. Jurnal Pertanian. Volume 4 : 5 (10-14).

14
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjat kan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya. Sholawat serata
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah
yang berjudul “Penetapan Karbon Organik” ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan
Dalam penyusunan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membimbing saya dalam penyelesaian laporanini yaitu
1. Bapak Abdul Hasyim SP., M.Si. selaku dosen Dasar-Dasar Ilmu Tanah
2. Elfrisda Miami Asrul selaku asisten laboratorium
3. Diana Erlitaselaku asisten laboratorium
4. Wanda Hamidah Septiani selaku asisten laboratorium
Terlepas dari itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya
membutuhkan saran dan kritik dari pembaca.
Saya harap laporan ini dapat menambah pengetahuan pembaca.

Serang, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Bahan Organik ......................................................................................3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi ................................................................5
2.3 Pengaruh Bahan Organik .....................................................................6
2.4 Hubungan Tanah Organik dan Sifat Fisik ............................................7
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................9
3.3 Cara Kerja .............................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................11
4.1 Hasil .....................................................................................................11
4.2 Pembahasan ..........................................................................................11
BAB V PENUTUP ................................................................................................13
5.1 Simpulan...............................................................................................13
5.2 Saran .....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penentuan Bahan Organik dan C-Organik ......................................7

iii
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR ILMU TANAH
“PENETAPAN KARBON ORGANIK”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu
Tanah

Nama : Salma Cholqiyah Syafardani


NIM : 4442180088
Kelas : III C
Kelompok : II (dua)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019

Anda mungkin juga menyukai