Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi dari pengaruh globalisasi sekarang ini begitu

pesat yang diiringi dengan perkembangan sistem informasi yang berbasis

teknologi. Teknologi Informasi sangat berperan dalam membantu pekerjaan

manusia saat ini. Hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada dengan

kebutuhan manusia yang semakin kompleks serta ketergantungannya terhadap

teknologi informasi tersebut. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi,

suatu organisasi sekarang ini membutuhkan sistem informasi (SI) yang berguna

untuk kehidupan jangka panjang perusahaan. Dalam dunia bisnis di sebuah

organisasi, informasi merupakan komponen utama yang paling penting sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh

sebuah organisasi adalah informasi akuntansi.

Sistem informasi dan teknologi informasi merupakan hal fundamental

yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan operasional suatu organisasi atau

perusahaan. Rahadi (2007) menyebutkan bahwa saat ini sistem informasi dan

teknologi informasi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi perusahaan terutama

dalam segala aspek aktifitas perusahaan. Sistem informasi dan teknologi informasi

pada saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi dunia bisnis. Sistem

informasi dan teknologi informasi berperan sebagai alat bantu dalam pembuatan

keputusan bisnis pada berbagai fungsi maupun peringkat manajerial, karena

1
kemampuan sistem informasi dan teknologi informasi dalam mengurangi

ketidakpastian.

Sistem informasi dapat di definisikan sebagai serangkaian prosedur formal

di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan

kepada para pemakai (Hall, 2001). Sistem informasi merupakan kumpulan

perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan

data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Sistem informasi yang berbasis

komputer dapat melakukan fungsinya secara lebih tepat dan cepat serta

pemprosesan datanya akan lebih murah bila dibandingkan dengan sistem manual

(Wilkinson & Cerullo, 1997).

Perkembangan SI sangat berkaitan erat dengan akuntansi yang berguna

untuk operasional suatu organisasi. Untuk menjalankan kegiatannya dengan

efektif dan efisien, sebuah perusahaan memerlukan suatu sistem pengolahan data

informasi yang mendukungnya. Kebutuhan ini akan terpenuhi dengan adanya

sistem informasi akuntansi. Menurut Wilkinson & Cerullo (1997), Sistem

Informasi Akuntansi (SIA) adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan

peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya

menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil

keputusan.

Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa perkembangan teknologi

informasi saat ini banyak memberikan kemudahan pada berbagai aspek kegiatan

bisnis. Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi dan teknologi

informasi merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun

2
mengolah informasi. Sistem teknologi informasi telah membawa perubahan yang

sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Oleh

karena itu, sistem teknologi informasi menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam menentukan daya saing dan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

kinerja bisnis di masa mendatang. Sumber daya teknologi informasi menjadi

sebuah pertimbangan bagi para manajer dan konsultan dalam menentukan

keberhasilan perusahaan di masa mendatang.

Teknologi informasi sudah merupakan suatu kebutuhan yang sangat

penting, bahkan sebagai tuntutan yang mendesak bagi setiap orang untuk

menyelesaikan semua permasalahan dengan cepat serta meringankan semua

pekerjaannya. Seiring dengan situasi seperti ini, perkembangan teknologi

informasi terutama peranan komputer mendapatkan perhatian yang sangat serius.

Teknologi informasi ini memberi dampak luar biasa dalam dunia perbankan saat

ini. Akhir-akhir ini banyak sekali perubahan pada teknologi informasi, demikian

juga di bidang telekomunikasi, kebanyakan disebabkan karena adanya desakan

dan dahsyatnya kompetisi di dunia perbankan saat ini. Perkembangan teknologi

ini semakin hari semakin pesat, akan tetapi apakah kita siap atau tidak dalam

mengikuti perkembangan teknologi tersebut.

Handayani (2007) menyatakan bahwa sistem teknologi informasi berperan

dalam bidang akuntansi. Sistem teknologi informasi akan memberikan

kemudahaan bagi para akuntan untuk menghasilkan informasi keuangan yang

dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji sehingga akan

membantu pengambilan keputusan.

3
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) telah

membuat sertifikasi baru yaitu Certified Information Technology Professional

(CITP). CITP mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan

yang memiliki pengetahuan luas di bidang teknologi dan yang memahami

bagaimana sistem teknologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi.

Hal ini mencerminkan pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi atau

teknologi informasi dan hubungannya dengan akuntansi. Pada dasarnya sistem

teknologi informasi telah diimplementasikan di banyak perusahaan dengan biaya

yang besar, namun masalah yang timbul adalah penggunaan yang masih rendah

terhadap sistem teknologi informasi secara kontinus. Rendahnya penggunaan

sistem teknologi informasi diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang

mendasari terjadinya productivity paradox yaitu investasi yang mahal di bidang

sistem teknologi informasi tetapi menghasilkan return yang rendah (Handayani,

2007). Selain itu buruknya kualitas teknis sistem teknologi informasi juga menjadi

salah satu akibat kegagalan dalam pengunaan sistem informasi teknologi suatu

perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab kegagalan tersebut

terletak pada aspek keperilakuan (behavioral) individu sebagai pengguna sistem

informasi. Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara sistem teknologi informasi

tersebut dengan individu-individu sebagai pengguna sistem teknologi informasi.

Menurut Hartono (2007) interaksi tersebut akan menyebabkan masalah

keperilakuan.

Penggunaan teknologi informasi berkaitan dengan sistem yang berarti

individu percaya bahwa dalam menggunakan suatu sistem tertentu akan terlepas

dari suatu usaha tertentu melalui proses penggunaan aplikasi sistem. Suatu

4
perusahaan sangat membutuhkan informasi untuk pengambilan keputusan dan

salah satu yang ada yaitu informasi akuntansi manajemen pada intensitas

persaingan pasar terhadap kinerja unit perusahaan. Hal ini mengindikasikan

pentingnya peran mediasi yang dimainkan oleh sistim informasi dalam usaha

organisasi untuk mengelola persaingan pasar dan meningkatkan kinerja karyawan.

Salah satu tujuan utama penelitian di bidang sistem informasi adalah untuk

membantu tingkat pemakai akhir dan organisasi agar dapat memanfaatkan

teknologi informasi secara efektif. Di bidang akuntansi, perkembangan teknologi

informasi telah banyak membantu meningkatkan sistem informasi akuntansi.

Peningkatan penggunaan teknologi komputer sebagai salah satu bentuk teknologi

informasi telah banyak mengubah pemrosesan data akuntansi secara manual

menjadi otomatis. Dengan otomatisasi atau sistem informasi yang berdasarkan

pada komputer berbagai fungsi dapat dilakukan secara tepat dan cepat (Sunarta,

2005:1).

Minat pemanfaatan teknologi informasi (behavioral intention)

didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau niat pemakai menggunakan sistem

secara terus menerus dengan asumsi bahwa mereka mempunyai akses terhadap

informasi. Seorang akan berminat menggunakan suatu teknologi informasi yang

baru apabila si pengguna tersebut meyakini dengan mennggunakan teknologi

informasitersebut akan meningkatkan kinerjanya, menggunakan teknologi

informasi dapatdilakukan dengan mudah, dan si pengguna tersebut mendapatkan

pengaruh lingkungan sekitarnya dalam menggunakan teknologi informasi tersebut

Perilaku penggunaan teknologi informasi (use behavior) didefinisikan

sebagai intensitas dan atau frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi

5
informasi. Kesuksesan penggunaan pemanfaatan teknologi informasi sangat

tergantung pada teknologi itu sendiri dan tingkat keahlian individu yang

mengoperasikannya, pemanfaatan teknologi informasi akan berguna hanya jika

kebutuhan akan informasi terpenuhi.

Kegagalan sistem teknologi informasi pada proses awal biasanya karena

kendala pada sistem dan teknologinya. Misalnya tidak kompatibelnya sistem

dengan proses bisnis dan informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi atau

perusahaan (Lucat et al., 1988; Jason dan Subramanian, 1996 dalam Budianto,

2010). Tetapi saat ini kegagalan pada implementasi sistem tenologi informasi

lebih terletak pada faktor manusia (Mustakini, 2008), yaitu diakibatkan oleh aspek

perilaku individu yang menggunakan sistem teknologi informasi tersebut. Seperti

perilaku menolak sistem teknologi informasi (resistence to change), kurangnya

dukungan dari para pemakai akhir, ketidakmampuan pemakai akhir

mengaplikasikan dengan baik suatu sistem teknologi informasi, dan sistem

teknologi informasi tidak dapat memberikan kepuasan pada pemakai akhir.

Theory of Reasoned Action (TRA) adalah suatu teori yang berhubungan

dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan kegiatan. Seseorang akan

memanfaatkan SI dengan alasan bahwa sistem tersebut akan menghasilkan

manfaat bagi dirinya. Sheppard et al. (1988) menyatakan bahwa TRA telah

digunakan untuk memprediksi suatu perilaku dalam banyak hal.

Penelitian mengenai SI telah menguji perilaku pengguna dan penerimaan

sistem dari berbagai perspektif (Venkatesh et al. 2003). Dari berbagai model yang

telah diteliti, Technology Acceptance Model (TAM) yang diadopsi dari Theory of

Reasoned Action (TRA) menawarkan sebagai landasan untuk memperoleh

6
pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan

penggunaan SI (Davis 1989; Davis et al. 1989). Model TAM berasal dari teori

psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna teknologi informasi. Yang

berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan

hubungan perilaku pengguna (user behavior relatioship). Tujuan model ini adalah

untuk dapat menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi

informasi terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. TAM

meyakini bahwa penggunaan SI akan meningkatkan kinerja individu atau

perusahaan, disamping itu penggunaan SI adalah mudah dan tidak memerlukan

usaha keras dari pemakainya. Dengan menggunakan perceived usefullness dan

perceived ease of use, maka TAM diharapkan dapat menjelaskan penerimaan

pemakai SI terhadap SI itu sendiri.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Fhina Khilla Fathinah dan

Dr.Zaki Baridwan (2012). Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu objek penelitian pada penelitian sebelumnya di bank syariah

namun pada penelitian ini meneliti pada bank konvensional. Dana nasabah dalam

sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi.

Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan deposito pada bank konvensional

dimana deposito merupakan upaya mem-bungakan uang. Konsep dana titipan

berarti kapan saja nasabah membutuhkan, maka bank syariah harus dapat

memenuhinya, akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang

tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang

membutuhkan pengendapan dana. Sedangkan jika dana nasabah tersebut

diinvestasikan, maka karena konsep investasi adalah usaha yang menanggung

7
risiko, artinya setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang

dilaksanakan, didalamnya terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka

antara nasabah dan banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun

risiko.

Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan kebijakan di setiap

bank dalam mengimplementasikan teknologi informasi. Penggunaan teknologi

informasi tersebut akan menimbulkan masalah keperilakuan karena adanya

interaksi antara sistem dengan individu-individu sebagai pengguna sistem. Pada

dasarnya interaksi tersebut dapat menyebabkan masalah keperilakuan (Hartono,

2007:20). Tidak semua individu sebagai pengguna teknologi informasi menerima

secara penuh implementasi teknologi. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan perilaku Banking Staff sebagai

pengguna IT pada Bank Maluku Malut Cabang Ambon. Bank Maluku Malut

adalah bank milik pemerintah daerah Maluku yang berdiri sejak tahun 1961

dengan nama Bank Pembangunan Daerah Maluku.

Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Minat Individu, Sikap dan Norma Terhadap

Perilaku Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Teknologi Di Bank

Makluku Cabang Ambon”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penilitian

sebagai berikut :

8
1. Apakah minat Banking Staff mempengaruhi perilaku penggunaan

sistem informasi berbasis teknologi ?

2. Apakah sikap (attitude) Banking Staff mempengaruhi perilaku

penggunaan sistem informasi berbasis teknologi?

3. Apakah norma subyektif (subjective norms) Banking Staff

mempengaruhi perilaku penggunaan sistem informasi berbasis

teknologi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk menguji secara empiris

minat keperilakuan seseorang untuk menggunakan sistem informasi berbasis

teknologi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak bank, khususnya PT. Bank Maluku Malut (Persero).

Cabang Ambon diharapkan dapat dijadikan bahan masukan agar dapat

meningkatkan minat keperilakuan staf bank untuk menggunakan

sistem informasi berbasis teknologi.

2. Bagi perguruan tinggi, diharapkan dapat menambah informasi dan

perbendaharaan kepustakaan Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Universitas Pattimura Ambon.

9
3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan, dan pengalaman dalam

serta referensi bagi rekan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian

lebih lanjut.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA)

Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan

Azjen (1977) adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku

individu dalam melaksanakan kegiatan atau tindakan yang beralasan dalam

konteks penggunan teknologi sistem informasi. Teori ini merupakan perluasan

dari penelitian yang menguji tentang sikap yang diharapkan. Seseorang akan

memanfaatkan teknologi informasi atau sistem informasi dengan alasan bahwa

teknologi atau sistem tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya

(Handayani, 2007).

Teori tindakan beralasan ini menjelaskan tahapan manusia melakukan

perilaku. Pada tahap awal, perilaku (behaviour) disaumsikan ditentukan oleh niat

(intention). Pada tahap selanjutnya, niat dapat dijelaskan dalam bentuk perilaku

(attitudes toward the behaviour) dan norma subyektif (subjective norms) dalam

bentuk kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilakunya tentang

ekspektasi normatif dari orang yang relevan. Sehingga secara keseluruhan

perilaku seseorang dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan kepercayaannya,

karena kepercayaan seseorang mewakili informasi yang mereka peroleh tentang

dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya (Jogiyanto, 2007).

Theory of Reasoned Action (TRA) menyatakan bahwa individu akan

menggunakan computer jika mereka mengetahui adanya keuntungan atau hasil

11
positif dalam penggunaan komputer tersebut, contohnya pekerjaan yang dapat

diselesaikan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik sehingga kinerja individu

tersebut dapat dikatakan meningkat. Teori tersebut masih digunakan dalam

literatur teknologi informasi sampai sekarang.

Di dalam TRA (Theory of Reason Action) terdapat dua faktor yang

mempengaruhi minat untuk melakukan sebuah perilaku (behavioral) yaitu sikap

(attitude) dan norma subyektif (subjective norms). Sehingga dapat dikatakan

bahwa minat seseorang untuk melakukan perilaku diprediksi oleh sikap (attitude)

dan bagaimana seseorang berfikir tentang penilaian orang lain jika perilaku

tersebut dilakukan (sebjective norms).

Pada dasarnya sikap (attitude) yang dikombinasikan dengan norma-norma

subyektif (subjective norms) akan membentuk minat perilaku (intention

behavior). Dalam hal ini peneliti ingin menguji pengaruh minat perilaku

(intention) terhadap perilaku (behavior) Banking Staff sebagai pengguna teknologi

informasi dalam penggunaan teknologi informasi.

2.1.2 Minat Individu

A. Definisi Minat

Salah satu faktor utama untuk mencapai kesuksesan dalam studi atau aktivitas

apapun adalah minat. Hal ini dikarenakan jika minat tumbuh dalam diri seseorang

akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal, dan memusatkan

perhatiannya terhadap hal yang ia minati. Lestari (2007) mengemukakan bahwa

secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu hal.

Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar

12
sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat individu

akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang

tidak mungkin melakukan sesuatu. Minat adalah suatu dorongan yang

menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan,

pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif,

dan motorik, dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang

diinginkan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat

menimbulkan kepuasan dalam diri seseorang. Semakin sering minat diekspresikan

dalam kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi

pupus jika tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.

Ormrod dalam Hartono (2009) mengemukakan bahwa minat adalah suatu

bentuk motivasi intrinsik, karena ketika siswa memiliki minat (interest) pada topik

atau aktivitas tertentu, mereka akan beranggapan bahwa topik atau aktivitas

tersebut menarik dan menantang untuk dikerjakan atau diperhatikan. Siswa yang

mengejar suatu tugas yang menarik minatnya mengalami efek positif yang

signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan. Zaki Baridwan (2012)

mengemukakan bahwa secara bahasa minat berarti sumber motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas

memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan

menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika

kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak

bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

13
B. Macam-macam Minat

Witherington (dalam Madden, 1992) mengelompokkan minat menjadi 2 macam,

yaitu:

1. Minat primitif (biologis)

Minat primitif adalah minat yang timbul dari kebutuhan dari jaringan yang

berkisar pada soal-soal makanan, kebahagiaan hidup atau berkebebasan

beraktivitas. Minat ini dapat dikatakan sebagai minat pokok dari manusia.

2. Minat kultural

Minat kultural, yaitu minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi

tarafnya yang merupakan hasil dari pendidikan. Minat ini dikatakan sebagai minat

pelengkap. Azhari, 1996 dalam Finna Khillah (2012) mengemukakan bahwa

minat dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

Minat volunteer, yaitu minat yang timbul dengan sendirinya dari individu tanpa

pengaruh yang sengaja dari luar. Contohnya, seorang anak yang berminat pada

pelajaran matematika, maka anak tersebut ikut les matematika untuk

meningkatkan kemampuannya.

Minat involunter, yaitu minat yang timbul dari dalam diri individu, dengan

pengaruh dari satu situasi yang sengaja diciptakan pengajar. Contohnya, seorang

guru akan memberikan hadiah kepada siswa yang mengerjakan sholat lima waktu.

Siswa yang berminat dengan hadiah tersebut akan melakukan hal tersebut.

14
Minat nonvolunter, yaitu minat yang ditimbulkan secara sengaja dipaksakan atau

diharuskan. Contohnya, minat belajar pada siswa yang harus dipaksakan atau

diharuskan dimiliki oleh siswa tersebut. Kuder mengklasifikasikan minat kedalam

sepuluh kategori (www.upi.edu/operator/upload/pdf), antara lain:

Minat outdoor, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

alam (binatang dan tumbuhan). Minat mechanical, yaitu minat terhadap hal-hal

yang berhubungan dengan mekanik atau mesin. Minat computational, yaitu minat

terhadap hal-hal yang membutuhkan kecakapan perhitungan. Minat scientific,

minat untuk menentukan faktor-faktor baru dan pemecahan masalah. Minat

persuasive, minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mempengaruhi

orang lain. Minat artistic, yaitu minat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan

seni (kesenian dan kerajinan tangan). Minat library, yaitu minat terhadap hal-hal

yang berhubungan dengan menulis dan membaca karangan atau tulisan. Minat

musical, yaitu minat terhadap music. Minat social service, yaitu minat terhadap

pekerjaan sosial atau membantu orang lain. Minat clerical, yaitu minat terhadap

hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan administrasi.

Ormrod (dalam Finna Khillah , 2012) mengemukakan bahwa para ahli

psikologi membedakan dua jenis minat, yaitu minat situasional dan minat pribadi.

Minat situasional dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Misalnya hal-hal yang

baru, berbeda, tak terduga, atau secara khusus hidup sering menghasilkan minat

situasional, demikian pula hal-hal yang melibatkan tingkat aktivitas yang tinggi

atau emosi yang kuat. Sedangkan minat pribadi adalah minat di dalam pikiran

siswa. Dimana siswa cenderung memiliki preferensi pribadi tentang topik-topik

15
yang siswa kejar dan aktivitas yang diikuti. Minat pribadi semacam ini relatif

stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang

dibuat siswa.

Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan

penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu

terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau rasa tidak senang. Perasaan

senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang dapat

diketahui dari pernyataan senang atau tidak senang terhadap suatu obyek tertentu.

(Dewa Ketut Sukardi, 1994:83).

Selain itu Sumadi Suryobroto (1983:7) juga menyatakan minat adalah

pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek serta banyak sedikitnya

kekuatan yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Kemudian Agus

Suyanto(1983:101) juga mendefinisikan minat sebagai suatu pemusatan perhatian

yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari

bakat dan lingkungan. Pemusatan perhatian menurut pendapat di atas merupakan

tanda seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu yang muncul dengan

tidak sengaja yang menyertai sesuatu aktivitas tertentu.

Dari pendapat para ahli di atas dapat diasumsikan bahwa timbulnya minat

seseorang itu disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu rasa tertarik atau rasa

senang, faktor perhatian dan kebutuhan. Kaitannya dengan penelitian minat

individu terhadap perilaku penggunaan sistem informasi berbasis teknologi

sesuatu tersebut tidak dapat diketahui atau diukur secara langsung harus

digunakan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengungkap minat

seseorang terhadap sesuatu. Karena minat tidak dapat diukur secara langsung

16
maka unsur-unsur atau faktor yang menyebabkan timbulnya minat di atas

diangkat untuk mengungkap minat seseorang.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Individu

Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk

melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita

yang menjadi keinginannya. Melihat bahwa adanya minat pada diri seseorang

tidak terbentuk secara tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui sebuah proses yang

dilakukannya. Hal ini berarti bahwa minat pada diri seseorang tidak hanya

terbentuk dari dirinya sendiri, akan tetapi ada pengaruh juga dari luar dirinya

termasuk lingkungan. Menurut LD crow dan Alice Crow (Hurlock, 1993) ada

beberapa faktor yang berhubungan dengan minat, yaitu:

1. The factor inner urge

Rangsangan dari dalam diri atau pembawaan yang sesuai dengan

keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya,

seseorang cenderung terhadap belajar, dalam hal ini individu tersebut mempunyai

hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

2. The factor of social motive

Minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal, selain dipengaruhi oleh faktor

dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial. Misalnya, seseorang

berminat pada prestasi tinggi agar mendapat status sosial yang tinggi pula.

17
3. Emotional factor

Faktor perasaan dan emosi yang berpengaruh terhadap objek. Misalnya,

perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat

membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat serta kuatnya

minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan

menyebabkan minat seseorang berkembang. Menurut Moch. Surya, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi minat seseorang (www.upi.edu/operator/upload/pdf),

yaitu:

Faktor dari dalam (internal)

a. Faktor jasmani atau fisiologi individu yang bersifat bawaan, seperti

penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun herediter, yang terdiri atas:

1) Faktor intelektual, yang terdiri atas faktor potensial, yaitu kecerdasan dan

bakat, serta faktor actual atau kecakapan nyata, yaitu achievement atau

prestasi.

2) Faktor non-intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, pengawasan diri, emosional,

dan sebagainya.

2. Faktor kematangan, baik fisik maupun psikis

18
a. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor sosial, yang terdiri atas faktor lingkungan keluarga

Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.

Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan

sebagainya.

Faktor spiritual dan lingkungan keagamaan.

D. Fungsi Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang

dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius

dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa

memiliki minat rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan

mengingatnya.

Hurlock (Wahid, 1998) menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak yaitu

sebagai berikut :

1. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.

Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah

menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada

kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.

19
2. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.

Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar

kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.

Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tetapi

antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda.

Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap anak dan daya serap ini dipengaruhi

oleh intensitas minat anak.

4. Minat yang terbentuk sejak kecil, masa kanak-kanak sering terbawa seumur

hidup karena minat membawa kepuasan.

2.1.3 Sistem

Jogiyanto (2008, hal : 34) “Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai

kumpulan komponen yang saling berhubungan yang membentuk satu kesatuan

untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Tata Sutabri (2004 : 9 ) Sistem adalah

sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi

bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah satu kesatuan

yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk

mencapai suatu tujuan. Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian

(subsistem). Subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk

satu kesatuan sehingga suatu tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai.

20
2.1.4 Informasi

Menurut Tata Sutabri (2004 : 18) yang dimaksud dengan Informasi adalah

data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk

digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

2.1.5 Sistem Informasi

Jogiyanto H.M (Teknologi Sistem Informasi, 2000, hal : 697). “Sistem

informasi dapat didefenisikan sebagai suatu sistem didalam suatu organisasi yang

merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, dan

pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting,

memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan

yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan

menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan”.

2.1.6 Penggunaan Sistem Informasi

Penggunaan sistem informasi sebagai perilaku seorang individu untuk

menggunakan sistem informasi karena adanya manfaat yang akan diperoleh untuk

membantu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Ketika sustu sistem dipercaya

menjadi lebih berguna, lebih penting atau memberikan keuntungan relatif maka

akan menimbulkan minat seseorang untuk menggunakan sistem tersebut

(Handayani, 2007). Perilaku penggunaan sistem informasi sangat bergantung pada

evaluasi pengguna dari sistem tersebut. Suatu sistem informasi akan digunakan

apabila pengguna memiliki minat untuk menggunakan sistem informasi tersebut

21
karena keyakinan bahwa menggunakan sistem informasi dapat meningkatkan

kinerjanya, menggunakan sistem informasi dapat dilakukan dengan mudah, serta

pengaruh lingkungan sekitarnya dalam mengggunakan sistem informasi tersebut.

Penggunaan sistem informasi juga dipengaruhi oleh kondisi yang memfasilitasi

pengguna dalam menggunakannya karena apabila sistem informasi tersebut tidak

didukung oleh peralatan-peralatan dan fasilitas yang diperlukan maka pengguna

tersebut tidak dapat menggunakan sistem informasi tersebut.

2.1.7 Teknologi Informasi

Teknologi informasi yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk

memproses dan menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan

untuk. mengirimkan informasi. Definisi teknologi informasi sangatlah luas dan

mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan dalam menangkap,

manipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan data yang akan

diubah menjadi informasi. Dalam penelitian sistem informasi, teknologi merujuk

pada sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras,perangkat lunak dan data

serta dukungan layanan yang disediakan untuk membantu para pemakai dalam

menyelesaikan tugasnya. Kecocokan tugas dengan teknologi dapat berhubungan

dengan lokabilitas data yang berkaitan dengan kemudahan dalam menemukan

data yang dibutuhkan, otoritas dalam mengakases data, ketepatan waktu dalam

menyelesaikan tugas, kemudahan dalam mengoperasikan sistem dan reliabilitas

sistem.

Teknologi informasi saat ini sangat dibutuhkan oleh organisasi bisnis.

Penting bagi organisasi bisnis dalam menggunakan teknologi informasi untuk

22
mendukung aktivitas bisnisnya, pengambilan keputusan dan peningkatan strategi

(O’Brien, 2003). Teknologi informasi juga akan bernilai saat digunakan dalam

organisasi untuk mencapai tujuan yang strategis dan operasionalnya. Kebutuhan

efisiensi waktu dan biaya juga menyebabkan setiap organisasi bisnis merasa perlu

menerapkan teknologi informasi dalam ligkungan kerja. Oleh karena itu, banyak

organisasi bisnis mengeluarkan dananya untuk membuat teknologi informasi yang

memadai serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya

manusia yang dimiliki.

Infrastruktur teknologi informasi perusahaan dideskripsikan sebagai

sumber bisnis utama dan sumber kunci untuk keunggulan bersaing yang

berkelanjutan (Keen, 1991 dan McKeney, 1995). Infrastruktur terdiri dari

komputer, teknologi informasi, program teknikal dan data base. Infrastruktur

teknologi tidak akan bisa unggul dalam bersaing jika pesaing dapat membelinya

atau meniru. Untuk itu infrastruktur yang terintegrasi sangat perlu sehingga sulit

untuk ditiru oleh pesaing. Pembangunan infrastruktur yang terintegrasi

memerlukan waktu, usaha dan melibatkan pembelajaran pengalaman.

Infrastruktur teknologi informasi memungkinkan perusahaan untuk

mengidentifikasikan dan mengembangkan aplikasi kunci secara cepat, hal ini akan

membuat biaya dan nilai inovasi teknologi yang berbeda.

2.1.8 Sistem Informasi Berbasis Teknologi

Pada dasarnya, penggunaan Sistem Informasi (SI) tidak akan lepas dari

teknologi informasi, artinya keberhasilan atau kesuksesan penerapan suatu sistem

informasi akan selalu didukung oleh adanya teknologi informasi. Kata teknologi

dapat digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia

23
adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk

memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produkproduk yang

dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan

keinginan, yang meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat,

dan bahan mentah. Teknologi, terutama komputer dan sistem informasi,

memainkan peranan yang penting dalam proses pekerjaan. Di dalam banyak

pekerjaan, perilaku perilaku kerja individu, dan juga kinerja sangat berkaitan

dengan sistem berdasarkan atas teknologi (Amijaya, 2010). Dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa teknologi pada dasarnya merupakan suatu alat yang

diciptakan dan digunakan oleh individu sebagai sarana untuk memenuhi

kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara

teknologi computer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti

perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan

telekomunikasi lainnya (Maharsi, 2000). Disisi lain Martin (1999) dalam Amijaya

(2010) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi

komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk

memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi

komunikasi untuk mengirimkan informasi. Secara lebih umum, Lucas (1999)

menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang

diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk

elektronik.

24
2.2 Penelitian Terdahulu

Handayani (2007) menemukan bahwa minat pemanfaatan sistem informasi

berpengaruh positif tetapi tidak tidak signifikan terhadap pengunaan sistem

informasi, artinya bukti menunjukkan bahwa responden kurang mempunyai niat

atau minat untuk memanfaatkan sistem yang ada dalam perusahaan maka

penggunaan sistem tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Vekatesh et al

(2003) menyatakan bahwa terdapat adanya hubungan langsung dan signifikan

antara minat dan pemanfaatan sistem informasi terhadap pengunaan sistem

informasi.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneiti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Handayani (2007) Minat Pemanfaatan Minat pemanfaatan sistem

Sistem Informasi, informasi berpengaruh positif

Penggunaan Sistem bukti menunjukkan bahwa

Informasi tetapi tidak responden kurang mempunyai

tidak signifikan niat atau minat untuk

terhadap pengunaan memanfaatkan sistem yang ada

sistem informasi, dalam perusahaan maka

artinya penggunaan sistem tidak akan

mencapai hasil yang maksimal.

25
Fina Khillah dan Minat Individu, Sikap tidak berpengaruh

Zaki Baridwan Perilaku Penggunaan signifikan terhadap minat

(2012) Sistem Informasi penggunaan sistem informasi

berbasis teknologi. Minat

berpengaruh positif terhadap

perilaku actual penggunaan

sistem informasi berbasis

teknologi. Variabel minat tidak

memediasi penuh norma

subjektif terhadap perilaku actual

dala penggunaan sistem

informasi berbasis teknologi.

26
2.3 Kerangka Pemikiran

Minat Individu

(X1)

Perilaku Penggunaan
Sikap (Attitude)
Sistem Informasi berbasis
(X2) Teknologi

(Y1)

Norma Subjektif
(Subjective Norms)

(X3)

Gambar 2.1

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat dilihat bahwa peneliti ingin

menguji minat, sikap staf banking dan norma subjektif terhadap minat pengunaan

teknologi informasi, penelitian ini juga menguji lebih lanjut minat penggunaan

teknologi informasi terhadap perilaku actual penggunaan teknologi informasi.

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengembangan Hipotesis Minat

Minat (intention) didefinisikan sebagai suatu keinginan seseorang untuk

melakukan suatu perilaku tertentu (Hartono, 2007). Pada dasarnya, minat

(intention) dan perilaku aktual (actual behavior) merupakan dua hal yang

berbeda. Minat (intention) merupakan keinginan seseorang untuk melakukan

27
perilaku. Namun minat tersebut hanya berupa minat atau keinginan, belum

tercermin dalam tindakan atau perilaku. Sedangkan perilaku aktual (actual

behavior) adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. Dalam hal ini

Theory Reasoned Action (TRA) merupakan model penelitian yang menjelaskan

bahwa perilaku aktual (actual behavior) dilakukan karena individu mempunyai

minat (intention) atau keinginan untuk melakukannya. Beberapa penelitian

menunjukkan hasil yang signifikan antara minat dengan perilaku aktual.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Davis et al. (1989), Taylor and Todd (2001),

Limayem et al. (2001), Sandberg and Wahlberg (2006), Ozer dan Yilmaz (2010).

Semua penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama. Dari beberapa penelitian

tersebut, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh minat (intention) terhadap

perilaku (behavior) penggunaan teknologi informasi secara umum di Bank

Maluku . Adapun hipotesisnya :

H1 : Terdapat pengaruh minat individu terhadap penggunaan

teknologi informasi berbasis teknologi.

2.4.2 Pengembangan Hipotesis Sikap (Attitude)

Sikap (attitude) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif

seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (Davis, 1989). Dengan kata lain,

sikap seseorang juga dapat dilihat dari kepercayaan seseorang untuk mau

menggunakan sebuah sistem (Sulistiyarini,2012). Penelitian yang dilakukan Lin

(2007) dalam Dewi dan Baridwan (2013) tentang prediksi niat konsumen

melakukan belanja Online, dalam penelitian tersebut menemukan bahwa sikap

merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi niat konsumen

28
melakukan belanja online di Taiwan. Petra, (2005) juga mendapatkan hasil yang

sama yaitu variabel attitude mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel

behavior intention to use. Kintani dan Baridwan (2010) secara empiris

menyebutkan bahwa sikap dan persepsi perilaku kontrol berpengaruh terhadap

minat penggunaan teknologi. Atas dasar ini maka dikembangkan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Terdapat pengaruh sikap (attitude) terhadap perilaku

penggunaan sistem informasi berbasis teknologi.

2.4.3 Pengembangan Norma Subyektif (subjective norms)

Norma subyektif (sujective norm) adalah persepsi atau pandangan

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilku (Ajzen, 1991). Norma

subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu

atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui

perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka

(Ajzen, 1991).

Norma subjektif dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tekanan

dari lingkungan sosial, kesempatan yang muncul, teman kerja, keamanan, praktik

sosial, dan waktu dalam memutuskan penggunaan sistem (Horst, et al., 2007).

Tekanan dari lingkungan sosial, teman kerja, praktik sosial termasuk dalam

kategori norma sosial. Sedangkan kesempatan yang muncul, masalah keamanan

dan waktu masuk dalam norma moral. Atas dasar ini maka dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

29
H3 : Terdapat pengaruh norma subjektif (subjective norms) terhadap

perilaku penggunaan sistem informasi berbasis teknologi.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi

Objek penelitian ini adalah Bank Maluku dan Malut Cabang Ambon.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010: 115).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Banking Staff yang ada pada

Bank Maluku.

Menurut Sugiyono (2010: 116) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul representatif (mewakili) keseluruhan dari populasi..

Sampel dari penelitian ini adalah Banking Staff Bank Maluku yang pernah

menggunakan teknologi informasi dalam pekerjaannya. Pengambilan sampel

tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa Banking Staff Bank Maluku

sebagai karyawan perbankan kemungkinan besar menggunakan teknologi

informasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penggunaan teknologi informasi

ini berarti luas sehingga penggunaan teknologi informasi dalam bentuk apapun

yang dilakukan oleh Banking Staff Bank Maluku dapat dimasukkan ke dalam

sampel penelitian.

31
3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode judgement sampling.

Metode judgement sampling merupakan salah satu dari metode purposive

sampling. Metode judgement sampling yaitu suatu metode yang melibatkan

pilihan-pilihan dari subyek yang memiliki tempat paling menguntungkan atau

posisi terbaik yang menyediakan informasi yang dibutuhkan (Sekaran, 2006).

Pada dasarnya metode judgement sampling merupakan metode yang

mempergunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria tertentu dalam

pemilihan sampelnya. Pertimbangan terhadap sampel yang dipilih dalam

penelitian ini adalah Banking Staff Bank Maluku yang menggunakan teknologi

informasi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli tanpa melalui perantara. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan pada sampel yang telah

ditentukan serta diukur dengan skala Likert.

3.5 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan :

1. Variabel terikat (dependen)

32
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen). Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu minat individu, sikap dan norma subyektif.

2. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel

terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu perilaku penggunaan sistem

informasi berbasis teknologi.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

3.6.1 Variabel Minat Individu

Minat (intention) didefinisikan sebagai suatu keinginan seseorang untuk

melakukan suatu perilaku tertentu (Hartono, 2007). Minat (intention) merupakan

keinginan seseorang untuk melakukan perilaku. Namun minat tersebut hanya

berupa minat atau keinginan, belum tercermin dalam tindakan atau perilaku.

Minat pemanfaatan teknologi informasi (behavioral intention) didefinisikan

sebagai tingkat keinginan atau niat pemakai menggunakan sistem secara terus

menerus dengan asumsi bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi.

3.6.2 Variabel Sikap

Sikap (attitude) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif

seseorang untuk melakukan perilaku tertentu (Davis, 1989). Dengan kata lain,

33
sikap seseorang juga dapat dilihat dari kepercayaan seseorang untuk mau

menggunakan sebuah sistem (Sulistiyarini,2012).

Menurut Hartono (2007), sikap (attitude) merupakan perasaan positif atau

negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang ditentukan. Indikator

konstruk sikap diukur dengan menggunakan lima item pertanyaan berdasarkan

konsep Madden et al. (1992) dan Lee and Ming et al. (2005) yang kemudian

diadaptasi oleh Yilmaz and Ozer (2010)/

3.6.2 Variabel Norma Subyektif

Norma subyektif (sujective norm) adalah persepsi atau pandangan

seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilku (Ajzen, 1991). Norma

subyektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu

atau lebih orang di sekitarnya menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi

individu tersebut untuk mematuhi mereka (Ajzen, 1991).

Indikator konstruk norma subyektif berdasarkan konsep Cohen (1994) dan

Girgin and Ryu et al. (2003) yang diadaptasi oleh Yilmaz and Ozer (2010).

3.6.3 Variabel Perilaku Penggunaan Sistem Informasi

Penggunaan sistem informasi merupakan perilaku untuk menggunakan

sistem informasi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Goodhue dan Thompson,

1995). Pengukuran variabel ini dapat dilakukan melalui frekuensi penggunaan

atau diversifikasi program aplikasi yang digunakan. Variabel penggunaan sistem

34
informasi diukur dengan dua pertanyaan yang dikembangkan oleh Thompson et.

al., (1991). Kemudian akan diukur dengan skala Likert.

3.7 Metode Analisa Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian

(Arikunto, 2006: 239). Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menguji

hipotesis dalam rangka penarikan simpulan. Analisis data pada dasarnya yaitu

memperkirakan atau dengan menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif

dari perubahan suatu (beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian

lainnya, serta memperkirakan atau meramalkan kejadian lainnya. Kejadian (event)

dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Dalam penelitian kuantitatif,

analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber

data lain terkumpul.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Teknik

pengolahan data menggunakan perhitungan komputasi program SPSS (Statistical

program for Social Science) yaitu suatu program computer statistik yang mampu

memproses data statistik secara tepat dan cepat, menjadi berbagai output yang

dikehendaki para pengambil keputusan. Pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variable menggunakan skala likert yang dibuat menjadi

lima alternatif jawaban. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono,

35
2012:93). Skala likert melibatkan serangkaian pernyataan kepada responden yang

tertulis didalam kuesioner yang berkaitan dengan sikap tanggapan dari responden.

Tanggapan diberi nilai yang akan merefleksikan secara konsisten sikap responden.

Persepsi responden terhadap instrumen diukur dengan menggunakan lima

poin skala likert yaitu, Setuju (S), Sangat Setuju (SS), Netral (N), Tidak Setuju

(TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai total seluruh pernyataan dihitung untuk

setiap responden dan setiap tanggapan akan diberi skor 1 sampai 5 dengan

penjelasan berikut:

a. Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)


b. Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS)
c. Skor 3 untuk jawaban Netral (N)
d. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)
e. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS)

3.7.1. Uji Statistik Deskriptif

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden terkumpul. Dalam penelitian ini menggunakan statistik

deskriptif yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

standar deviasi , nilai terendah, dan nilai tertinggi (Ghozali, 2013:19).

3.7.2. Uji Kualitas Data


3.7.2.1. Uji Validitas

36
Validitas merupakan kebenaran dari instrumen penelitian yang digunakan.

Uji ini digunakan untuk mengukur apakah alat yang digunakan dalam penelitian

berupa kuesioner valid atau tidak. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila

kuesioner yang disebarkan kepada responden tersebut mampu untuk mengungkap

apa yang akan diukur oleh peneliti (Ghozali 2006:45). Sebagaimana dikutip dalam

Sugiyono (2008), Masrun menjelaskan bahwa dalam memberikan interpretasi

terhadap koefisien kolerasi, item yang mempunyai kolerasi posotif dengan skor

total menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Uji

validitas dilakukan dengan uji kolerasi Person Moment antara masing-masing

skor indicator dengan total skor konstrak. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid

jika nilai kolerasi item butir dengan skor total signifikan pada tingkat siggnifikasi

0,01 dan 0,02.

3.7.2.2. Uji Reliabilitas

Menurut (Ghozali 2006:41), uji reabilitas merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau

konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban

responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu

(Ghozali, 2013:47). Pengujian Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

Cronbach Alpha untuk menguji kelayakan terhadap konsistensi seluruh skala yang

digunakan. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2013:48).

37
3.7.3. Uji Asumsi Klasik
3.7.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2013:160). Model regresi yang baik adalah model regresi yang terdistribusi

dengan normal, di mana penyebaran data berada di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau nilai signifikansi > 0.05 (Ghozali, 2013:161).

Untuk mengetahui normalitas dapat menggunakan uji statistic kolmogrov-

Smirnov (K-S) dengan cara mendistribusikan unstandardized residual. jika nilai

signifikansi > 0,05, maka data residual terdistribusi normal.

3.7.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (bebas)

(Ghozali, 2013:105). Multikolinieritas terjadi dalam regresi apabila nilai tolerance

≤ 0,1 atau nilai VIF ≥ 10.

3.7.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamatan yang

lain. Apabila variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Menurut Ghozali (2006:105) model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui

38
heteroskedastisitas dapat menggunakan uji glejser yaitu dengan cara meregresikan

nilai absolute residual terhadap variabel independen, yang dilihat dari probabilitas

signifikansi variabel independen > 0,05 (Ghozali, 2013:143), maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.7.4. Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis linier berganda

karena variabel independen lebih dari satu variabel.

Suharjo (2013), menyatakan bahwa regresi linier berganda lebih sesuai

dengan kenyataan dilapangan bahwa suatu variabel terikat tidak hanya dapat

dijelaskan oleh satu variabel bebas saja tetapi perlu dijelaskan oleh beberapa

variabel terikat.

Persamaan umum linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

Tabel 3.1. Persamaan Liner Berganda

Keterangan:

Y = Academic Fraud

α = Konstanta

β = koefisien regresi, terdiri dari (β1, β2, β3, β4, β5, β6, β7)

X1 = Tekanan ( Pressure)

39
X2 = Kesempatan (Opportunity)

X3 = Rasionalisasi (Rationalization)

X4 = Kemampuan (Capability)

X5 = Keserakahan (Greed)

X6 = Pengungkapan (Exposure)

e = Error persamaan regresi

3.7.5. Pengujian Hipotesis

3.7.5.1. Uji Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

masing-masing variabel independen (X) secara individual terhadap variabel

dependen (Y).

a. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variable bebas (Xn)

terhadap

variable terikat (Y).

b. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabl bebas (Xn)

terhadap variable

terikat (Y).

Cara melakukan uji t dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel maka HO ditolak dan H1 diterima, berarti ada

pengaruh signifikan antara variabel bebas (Xn) terhadap variabel

terikat (Y).

40
b. Jika t hitung ≤ t maka H1 ditolak dan HO diterima, berarti tidak ada

pengaruh signifikan antara variabel bebas (Xn) terhadap variabel terik

at (Y).

Cara menentukan tingkat signifikan menggunakan α = 5% (0,05)

(Ghozali, 2013:98).

a. Apabila nilai signifikan > 0,05 maka HO diterima dan H1 ditolak

b. Apabila nilai signifikan < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak

3.7.5.2. Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen atau bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersam-sama terhadap variabel dependen (Y).

a. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variable bebas ( X1,

X2, X3, X4, X5, X6) secara bersama-sama terhadap variable terikat (Y).

b. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabl bebas ( X1, X2, X3,

X4, X5, X6) secara bersama-sama terhadap variable terikat (Y).

Cara melakukan uji F dengan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

a. Jika F hitung > F tabel maka HO ditolak dan H1 diterima, berarti ada

pengaruh signifikan antara variabel bebas ( X1, X2, X3, X4, X5, X6)

secara bersama-sama terhadap variable terikat (Y).

b. Jika F hitung ≤ F maka H1 ditolak dan HO diterima, berarti tidak ada

pengaruh signifikan antara variabel bebas ( X1, X2, X3, X4, X5, X6)

secara bersama-sama terhadap variable terikat (Y).

41
Cara menentukan tingkat signifikan menggunakan α = 5% (0,05)

(Ghozali, 2013:98).

c. Apabila nilai signifikan > 0,05 maka HO diterima dan H1 ditolak

d. Apabila nilai signifikan < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan

cara survey dan menyebarkan kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut

dibagikan kepada sampel yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Sebagai mana

dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menjadi objek penelitian ini adalah staf bank

yang pernah menggunakan teknologi informasi pada Bank Maluku Malut.

Pendistribusian kuesioner dilakukan dengan mendatangi secara langsung Bank Maluku

Malut yang menjadi lokasi pengambilan sampel dan membagikannya kepada responden.

Proses pendistribusian hingga pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21 Desember

2016. Jumlah kuesioner yang dibagikan yaitu sebanyak 40 eksemplar. Adapun rincian

pendistribusian kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1

Ikhtisar Distribusi dan Pengembalian Kuesioner

Responden Distribusi Kuesioner Kuesioner Yang Tidak Kuesioner


Kuesioner Kembali Lengkap dapat diolah
dan
dianalsisis
Karyawan Biro 40 30 10 30
SDM
Total 40 30 10 30
Presentasi 100% 90% 10% 90%

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kuesioner yang disebarkan kepada

responden sebanyak 40 kuesioner, dengan rincian 40 kuesioner pada karyawan

43
biro SDM . Kuesioner yang dapat dianalisis sebanyak 30 kuisioner, dengan

rincian 10 kuesioner yang tidak lengkap.

4.2 Analisis Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan data-data responden yang meliputi

jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan lama bekerja. Karakteristik

responden tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada tabel mengenai data

responden sebagai berikut :

4.2.1 Jenis Kelamin Responden


Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Presentasi


(orang) (%)
Laki-laki 12 42,00%
Perempuan 18 58,00%
Total 40 100%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari responden, sebagian besar

berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (58,00%) dan sisanya responden

laki-laki sebanyak 12 orang (42,00%).

4.2.2 Umur Responden

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden Frekuensi Persentase


(orang) (%)

44
21-30 tahun 23 73,00%
31-40 tahun 7 27,00%
Total 40 100%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari karakteristik responden

berdasarkan umur, frekuensi 23 (orang ) pada tingkat umur 21 - 30 Tahun dengan

presentase 73,00%, frekuensi terendah 7 (orang) pada tingkat umur 31 dan 40

Tahun dengan presentase 27,00%.

4.2.3 Pendidikan Terakhir


Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase


(orang) (%)
SMU 11 31,00%
D3 2 12,00%
S1 17 57,00%
S2 - -
Lain-lain - -
Total 40 100%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir, frekuensi 11 (orang ) pada tingkat SMU dengan

presentase 31,00%, frekuensi terendah 2 (orang) pada tingkat S1 dengan

presentase 12,00%.

4.2.4 Lama Bekerja


Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi Persentase

45
(orang) (%)
< 1 tahun 5 15,00%
1-3 tahun 14 54,00%
> 3 tahun 11 31,00%
Total 40 100%
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari karakteristik responden

berdasarkan lama bekerja, frekuensi tertinggi 14 (orang ) lama bekerja 1-3 tahun

dengan presentase 54,00%, frekuensi terendah 5 (orang) lama bekerja < 1 tahun

dengan presentase 15,00%.

4.3 Uji Kualitas Data


4.3.1 Uji Validitas Data

Uji validitas merupakan tahap awal yang dilakukan setelah data dari

kuesioner diperoleh.Pengujian validitas ini dilakukan dengan menghitung korelasi

antara skor item instrumen dengan skor total. Nilai koefisien korelasi antara skor

setiap item dengan skor total dihitung dengan analisis corrected

itemtotalcorrelation. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila koefisien korelasi

r hitung lebih besar dibandingkan koefisien korelasi r-tabel pada taraf signifikansi

0,05. Hal ini dapat di lihat pada tabel di bawah, dimana r-tabel adalah 0,3610 yang

dihitung dari n-2 = 30-2 = 28 (dimana n adalah jumlah data). Adapun hasil uji

validitas data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut :

46
Tabel 4.

Hasil Uji Validitas Data


No Item Corrected Item - Total R Keterangan
Correlation tabel
1. X1.1 0,757 0,3610 Valid
2. X1.2 0,516 0,3610 Valid
3. X1.3 0,757 0,3610 Valid
4. X1.4 0,419 0,3610 Valid
5. X1.5 0,757 0,3610 Valid
6. SIKAP_X1 0,890 0,3610 Valid
7. X2.1 0,757 0,3610 Valid
8. X2.2 0,562 0,3610 Valid
9. X2.3 0,516 0,3610 Valid
10. X2.4 0,757 0,3610 Valid
11. X2.5 0,558 0,3610 Valid
12. X2.6 0,410 0,3610 Valid
13. X2.7 0,757 0,3610 Valid
14. X2.8 0,562 0,3610 Valid
15. X2.9 0,516 0,3610 Valid
16. NORMA_X2 0,969 0,3610 Valid
17. X3.1 0,757 0,3610 Valid
18. X3.2 0,562 0,3610 Valid
19. X3.3 0,516 0,3610 Valid
20. X3.4 0,558 0,3610 Valid
21. X3.5 0,410 0,3610 Valid
22. MINAT_X3 0,908 0,3610 Valid
23. Y.1 0,497 0,3610 Valid
24. Y.2 0,757 0,3610 Valid
25. PERILAKU_Y 0,732 0,3610 Valid

Tabel di atas memperlihatkan bahwa semua item pernyataan memiliki

nilai koefisien korelasi positif dan lebih besar daripada r-tabel, tetapi ada beberapa

item pertanyaan yang tidal valid pada saat proses pengujian yaitu, item X2.4,

X2.8, X2.12, X2.13, X3.5, dan X3.8. Hal ini berarti item pertanyaan yang tidak

mendapat nilai valid, tidak akan digunakan sebagai indicator dalam pengujian

data lebih lanjut. Item pertanyaan yang digunakan sebagai indicator untuk

47
pengujian lebih lanjut adalah item pertanyaan yang valid yaitu ; X1, X1.1, X1.2,

X1.3, X1.4, X1.5 ; X2, X2.1, X2.2, X2.3, X2.5, X2.6, X2.7, X2.9, X2.10, X2.11 ;

X3, X3.1, X3.2, X3.4, X3.6, X3.7, ; Y, Y1, Y2.

4.3.2 Uji Reliabilitas Data

Uji reabilitas data dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s

Alpha dimana suatu instrumen dikatakan reliabel bila memiliki koefisien

keandalan reliabilitas sebesar 0,60 atau lebih. Hasil pengujian reliabilitas data

dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.
Hasil Uji Reliabilitas Data

No Item Cronbach’s Cronbach’Alpha Keterangan


Alpha If item deleted
1 Sikap X1 0,60 0,912 Reliabel
2 Norma X2 0,60 0,928 Reliabel
3 Minat X3 0,60 0,910 Reliabel
4 Perilaku Y 0,60 0,915 Reliabel

Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas data di atas, menunjukkan bahwa

setiap item memiliki koefisien alpha > dari 0,60 sehingga seluruh item dinyatakan

reliable dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.

4.4 Analisis Statistik Deskriptif

Statistic deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variable penelitian. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban

48
responden terhadap setiap variabel yang diukur dari minimum,maksimum,rata-

rata dan standar deviasi.

Table 4.
Hasil uji Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SIKAP_X1 30 15.00 25.00 19.7333 3.11762


NORMA_X2 30 24.00 45.00 34.9000 5.11489
MINAT_X3 30 13.00 25.00 19.0333 2.91823
PERILAKU_Y 30 5.00 10.00 7.7000 1.64317
Valid N (listwise) 30

Tabel 4. menjelaskan bahwa jumlah responden (N) yang valid dan dapat

di proses lebih lanjut sebanyak 30 responden, nilai minimum menunjukan nilai

akumulasi paling rendah dari masing-masing jawaban responden pada tiap

indicator sedangkan nilai maksimum menunjukan nilai akumulasi tertinggi . Mean

(nilai rata-rata) menunjukan nilai rata-rata keseluruhn jawaban pada setiap elemen

variabel dan standar deviasi pada penelitian ini digunakan untuk menilai tingkat

dispersi atau persebaran rata-rata atas jawaban dari keseluruhan responden.

Berdasarkan hasil pengelolaan statistic deskriptif SPSS dalam tabel di atas

menunjukan bahwa nilai rata-rata norma 34,90 nilai tersebut merupakan nilai

yang tertinggi dibandingkan nilai pada indicator lainnya. Hal ini menggambarkan

bahwa norma merupakan indicator yang sangat mempengaruhi perilaku

penggunaan system informasi berbasis teknologi.

49
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk memenuhi persyaratan model

regresi bahwa data yang diperoleh memiliki sifat normal.Dalam pengujian ini,

suatu data dikatakan berdistribusi normal jika sebaran data yang ada menyebar

merata ke semua daerah kurva normal yang ditunjukkan pada hasil Histogram dan

Normal Probability Plot. Hasil dari pengujian normalitas dapat dilihat pada

gambar 4. Berikut:

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa kurva histogram membentuk


seperti gunung atau lonceng sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi
dengan normal. Demikian halnya dengan grafik Normal Probability Plot di atas,
dapat di lihat data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, oleh karena itu model regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel

bebas (independen) dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antara variabel bebas. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor. Setelah dilakukan

pengujian dengan SPSS 20, dihasilkan nilai VIF dan tolerance sebagai berikut:

50
Tabel 4.
Hasil Pengujian Multikolinearitas

Collinearity
Model Statistics Keterangan
Tolerance VIF

(Constant)
Sikap (X1) 0,190 5,263 Bebas Multikolinearitas
Norma (X2) 0,030 33,248 Bebas Multikolinearitas
Minat (X3) 0,049 20,205 Bebas Multikolinearitas

Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa setiap variabel independen memiliki

nilai Variance Inflation Factor (VIF) berada sekitar 1 sampai 10, demikian juga

hasil tolerance value lebih dari 0,10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat masalah multikolinearitas antar variabel independen.

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Pengujian ini menggunakan grafik Scatterplot atau nilai prediksi

variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dengan menggunakan

ScatterPlot, suatu heteroskedastisitas diketahui dengan melihat sebaran plot data.

Ketika pada grafik terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola

teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

51
Heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastistas dapat dilihat pada gambar 4.2

berikut ini:

Gambar 4.
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Pada gambar 4. di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak

membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah titik

angka nol pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam regresi.

4.6 Analisis Regresi Linier Berganda

Analsis regresi linear berganda setelah dilakukan analisis dengan

menggunakan bantuan software SPSS versi 20 maka diperoleh persamaan sebagai

berikut:

52
Tabel. 4.12
Hasil Uji Anlasisis Regresi Berganda

Y = -0,402 + 0,482 X1 + -0,079 X2 + 0,070 X3 + e

Berdasarkan tabel dan persamaan di atas, dapat diketahui bahwa:

a) Nilai konstanta (α) sebesar -0,402 artinya jika variable sikap, norma,

dan minat, diasumsikan bernilai nol, maka variabel perilaku

penggunaan system informasi berbasis teknologi akan bernilai negatif

sebesar -0,402.

b) Nilai koefisien regresi variabel sikap (β1) sebesar 0,482 yang

berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan system informasi

berbasis teknologi (Y). Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel

sikap (X1) satu kesatuan, maka kesatuan perilaku penggunaan system

informasi berbasis teknologi naik sebesar 0,482 dengan asumsi bahwa

variabel independen yang lainnya tetap.

c) Nilai koefisien regresi norma (β2) sebesar -0,079 yang berpengaruh

negatif terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis

teknologi (Y). Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan norma (X2) satu

kesatuan, maka kesatuan variabel perilaku penggunaan system

informasi berbasis teknologi menurun sebesar -0,079 dengan asumsi

bahwa variabel independen yang lainnya tetap.

53
d) Nilai koefisien regresi variabel minat (β3) sebesar 0,070 yang

berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan system informasi

berbasis teknologi (Y). Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan variabel

minat (X3) satu kesatuan, maka kesatuan variabel perilaku

penggunaan system informasi berbasis teknologi naik sebesar 0,070

dengan asumsi bahwa variabel independen yang lainnya tetap.

4.7 Pengujian Hipotesis


4.7.1 Uji Parsial ( Uji Statistik t )

Uji statistik t (uji parsial) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh masing-masing variable independen (X) yaitu, sikap, norma, minat,

berpengaruh signifikan atau tidak secara individual terhadap variable dependen

(Y) perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi. Kriteria pengujian

yang digunakan adalah dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel

berdasarkan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi dengan derajat kebebasan df (nk-

1) = 30-3-1 = 26 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variable independen),

sehingga t-tabel yang diperoleh dari tabel statistik adalah sebesar 2,05553.

Apabila t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima, sedangkan apabila t-hitung >t-tabel

maka Ho ditolak.

54
Tabel 4.13
Hasil Uji Statistik t Hitung

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -.402 1.354 -.297 .769

SIKAP_X1 .482 .142 .915 3.392 .002


1
NORMA_X2 -.079 .218 -.245 -.362 .720

MINAT_X3 .070 .298 .125 .236 .815

a. Dependent Variable: PERILAKU_Y

4.7.1.1. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Penggunaan System

Informasi Berbasis Teknologi

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa variabel sikap (X1)

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi

(Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,482 dan memiliki nilai

signifikansi 0,002 yang lebih kecil dari α=0,05 serta hasil t-hitung sebesar 3,392

lebih besar dari t-tabel sebesar 2,05553, maka H0 ditolak dan H1 diterima dan

memperoleh hasil bahwa variabel sikap secara signifikan berpengaruh positif

terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi. Hubungan

yang ditunjukkan adalah positif, semakin tinggi pemahaman karyawan Bank

Maluku Kantor Cabang Utama Ambon bahwa sangatlah pentingnya penggunaan

teknologi informasi untuk akuntansi dalam dunia perbankan, semakin tinggi

pemahaman karyawan bahwa menggunakan layanan TI adalah hal yang sangat

menarik, pemahaman karyawan bahwa menggunakan layanan TI merupakan ide

55
yang paling baik, karyawan merasa nyaman ketika menggunakan layanan TI,

karyawan tidak merasa bosan jika menggunakan layanan TI dalam pekerjaannya,

mempengaruhi perilaku karyawan untuk menggunakan system informasi berbasis

teknologi.

Hal ini berarti, jika karyawan Bank Maluku Kantor Cabang Utama

Ambon yang memiliki pemahaman bahwa menggunakan layanan TI adalah hal

yang sangat menarik, pemahaman karyawan bahwa menggunakan layanan TI

merupakan ide yang paling baik, karyawan merasa nyaman ketika menggunakan

layanan TI, karyawan tidak merasa bosan jika menggunakan layanan TI dalam

pekerjaannya, yang semakin tinggi, cenderung membuat karyawan untuk

menggunakan system informasi berbasis teknologi.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika

(2009) dan Yilmaz dan Ozer (2010), yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh

terhadap perilaku karyawan dalam penggunaan system informasi berbasis

teknologi.

4.7.1.2. Pengaruh Norma Terhadap Perilaku Penggunaan System

Informasi Berbasis Teknologi

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa variabel norma (X2) tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi

(Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,079 dan memiliki nilai

signifikansi 0,720 yang lebih besar dari α=0,05 serta hasil t-hitung sebesar -0,362

lebih kecil dari t-tabel sebesar 2,05553, maka H0 diterima dan H1 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel norma tidak berpengaruh terhadap

56
perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi karyawan Bank Maluku

Kantor Cabang Utama Ambon.

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yilmaz dan Ozer (2010)

yang memperoleh hasil bahwa norma berpengaruh signifikan terhadap perilaku

penggunaan system informasi berbasis teknologi.

Dalam penelitian ini memperoleh hasil yang berbeda yakni norma tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi.

Hal ini berarti jika semakin rendah kecenderungan persepsi atau

pandangan karyawan Bank Maluku Kantor Cabang Utama Ambon terhadap

kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan memengaruhi minat seseorang

untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan

seperti, karyawan Bank Muamalat merasa rekan kerja yang menggunakan TI

terlihat lebih membanggakan, karyawan merasa sebagian besar rekan kerja yang

penting baginya menggunakan TI, karyawan merasa pendapat rekan kerja adalah

penting baginya untuk mengambil keputusan apakah akan menggunakan layanan

TI atau tidak, karyawan merasa sebagian besar orang yang penting baginya

berpendapat bahwa penggunaan TI adalah ide yang bagus, akan mempengaruhi

minat karyawan Bank Maluku Kantor Cabang Utama Ambon untuk cenderung

tidak menggunakan layanan system informasi berbasis teknologi.

4.7.1.3. Pengaruh Minat Terhadap Perilaku Penggunaan System

Informasi Berbasis Teknologi

57
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa variabel minat (X3) tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi

mahasiswa akuntansi (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,070

dan memiliki nilai signifikansi 0,815 yang lebih besar dari α=0,05 serta hasil t-

hitung sebesar 0,236 lebih kecil dari t-tabel sebesar 2,05553, maka H0 diterima

dan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel minat tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi.

Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian penelitian Limayem et al.

(2001). Dalam penelitian ini memperoleh hasil yang berbeda yakni minat tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi.

Hal ini berarti kecenderungan minat karyawan untuk terus menggunakan

teknologi informasi dimasa depan rendah, kecenderungan minat karyawan Bank

Maluku Kantor Cabang Utama Ambon untuk mempelajari perubahan-perubahan

mengenai TI yang terkait dengan pekerjaannya rendah, kecenderungan minat

karyawan untuk mengaplikasikan inovasi yang ada rendah, kecenderungan minat

karyawan untuk mengajak orang lain menggunakan TI rendah.

4.7.2 Uji Simultan (Uji F)


Uji simultan ( uji F) digunakan untuk menguji secara bersama-sama

signifikansi pengaruh variabel sikap, norma, minat individu dan perilaku.

Pengujian ini menggunakan alat uji statistik metode Fisher (Uji F) pada tingkat

kepercayaan signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya adalah dengan

membandingkan F-hitung dengan F-tabel yang dapat diketahui dengan

menghitung df1 (jumlah total variabel-1) = 4-1 = 3 ,dan df2 (n-k-1) = 30-3-1 = 26

(n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen), sehingga Ftabel

58
yang diperoleh dari tabel statistik adalah sebesar 2,980. Apabila F-hitung > F-

tabel maka Ho ditolak H1 diterima, dan apabila F-hitung ≤ F-tabel, maka Ho

diterima H1 ditolak.

Tabel 4.9
ANOVA Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 50.164 3 16.721 15.452 .000b

1 Residual 28.136 26 1.082


Total 78.300 29

a. Dependent Variable: PERILAKU_Y


b. Predictors: (Constant), MINAT_X3, SIKAP_X1, NORMA_X2

Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.16 di atas, diperoleh nilai F-hitung

sebesar 15,452 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000< 0,05), sedangkan

F-tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah sebesar 2,980. Hal ini

berarti F-hitung < F-tabel (15,452 > 2,980). Perhitungan tersebut menunjukkan

bahwa secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku

penggunaan system informasi berbasis teknologi.

59
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Dari hasil pengujian hipotesis secara parsial (uji t), hipotesis

pertama diterima, menyatakan bahwa sikap berpengaruh positif

terhadap perilaku penggunaan system informasi berbasis teknologi

karyawan Bank Maluku dan Malut Kantor Cabang Utama Ambon.

Semakin tinggi pemahaman bahwa menggunakan layanan TI

adalah hal yang sangat menarik, pemahaman karyawan bahwa

menggunakan layanan TI merupakan ide yang paling baik,

karyawan merasa nyaman ketika menggunakan layanan TI,

karyawan tidak merasa bosan jika menggunakan layanan TI dalam

pekerjaannya, membuat karyawan menggunakan system informasi

berbasis teknologi.

b) Hipotesis kedua ditolak menyatakan bahwa norma tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi

berbasis teknologi karyawan Bank Maluku dan Malut Kantor

Cabang Utama Ambon.

c) Hipotesis ketiga ditolak menyatakan bahwa minat tidak

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan system informasi

60
berbasis teknologi karyawan Bank Maluku dan Malut Kantor

Cabang Utama Ambon.

d) Secara Simultan factor sikap, norma, dan minat secara bersama-

sama memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penggunaan

system informasi berbasis teknologi karyawan Bank Maluku dan

Malut Kantor Cabang Utama Ambon.

5.2 Keterbatasan

1. Pemilihan sampel yang berada dalam satu wilaah tertentu, sehingga dapat

mengurangi kemampuan generalisasi temuan ini.

2. Jumlah sampel sebenarnya masih tergolong kecil, walaupun sudah memenuhi

jumlah minimal yang dibutuhkan.

3. Responden hanya terbatas pada banking staff yang menggunakan teknologi

informasi sehingga ada kemungkinan diperoleh hasil yang berbeda apabila

populasi responden diperluas.

4. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode survey, yaitu dengan cara

pemberian kuisioner pada responden dan tidak melakukan wawancara langsung

sehingga kesimpulan yang diperoleh didasarkan pada data yang terkumpul

melalui penggunaan instrument yang tersedia.

5.3. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk penelitian yang akan datang sebagai

berikut:

61
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah ruang lingkup

penelitian, sampel dan objek penelitian.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar juga menggunakan teknik

pengumpulan data dengan wawancara dan observasi, sehingga nanti hasilnya

akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.

5.4 Implikasi

Implikasi dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Rekomendasi untuk penelitian yang mendatang adalah untuk memperbesar

jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian. Selain itu populasi

responden penelitian diperluas. Tidak hanya pada perbankan tetapi pada

perusahaan dagang, jasa atau perusahaan dalam skala besar.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas model penelitian dengan

menambahkan variabel.

3. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah partisipan, kemudian

menggunakan metode analisis yang berbeda misalnya dengan menerapkan

metode analisis jalur secara langsung misalnya dengan LISREL.

62

Anda mungkin juga menyukai