Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP DENGAN

KEJADIAN BRONKITIS PADA BALITA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI DURI KABUPATEN BENGKAYANG

Vina astriana 1 Ismael Saleh, 2, Selviana 3


1
Perminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak Tahun 2015
2
Perminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak
3
Perminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pontianak

ABSTRAK

Latar belakang : Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan paru seperti
bronkitis masih menduduki peringkat tertinggi. Balita lebih rentan terkena penyakit bronkitis, karena
saluran napasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Jumlah penderita bronkitis di
wilayah kerja puskesmas Sungai Duri Kabupaten Bengkayang terjadi peningkatan pada tahun 2013
berjumlah 22 penderita, pada tahun 2014 berjumlah 30 dan pada tahun 2015 berjumlah 27 penderita
Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara lingkungan fisik rumah dan paparan
asap dengan kejadian bronkitis pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai Duri Kabupaten
Bengkayang
Metode : Penelitian ini menggunakan desain case control dengan jumlah sampel 40 responden
diambil menggunakan teknik matching. Menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kepercayaan
95%.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah (p
value = 0,002 OR = 11,000, sumber asap (p value = 0,025; OR =4,500,), jenis lantai (p value = 0,013;
OR = 7,364, , kepadatan hunian (p value = 0,001; OR = 10,524, perubahan cuaca (p value = tidak
diperoleh, dengan kejadian bronkitis diwilayah kerja puskesmas sungai duri kabupaten bengkayang.
Variabel yang tidak berhubungan yaitu paparan asap rokok (p value = 0,102; OR = 3,000).
Saran : Diharapkan agar petugas kesehatan menginformasikan syarat-syarat rumah sehat dan
meningkatkan sistem kewaspadaan dini terhadap kejadian bronkitis melalui promosi kesehatan pada
acara pertemuan posyandu, pembagian pamflet dan membuat program khusus untuk pencegahan
bronkitis diwilayah kerja puskesmas sungai duri

Kata kunci : balita, bronkitis, lingkungan fisik rumah, paparan asap rokok

1
ABSTRACT

Background: The Number of illnes and deathness due to respiratory and lung diseases such
as bronchitis still in highest rating. Babies more susceptible to bronchitis, because the
windpipe is narrow and the body resistance is low. Number of patients with bronchitis in the
helath clinic of Sungai Duri Bengkayang regency. increased in 2013, at least 22 peoples, in
2014 reach to 30 and in 2015 reach to 27 patients
Aim: This study aims to know the correlation between the physical environment of the house and
smoke exposure to incidence of bronchitis to the babies in health clinic of Sungai Duri Bengkayang
regency
Method: This study uses a case control design with a sample of 40 respondents taken matching
technique. Using Chi-squaredengan confidence level of 95%.
Result: The results showed a significant relationship between the house ventilation (p value = 0,002
OR = 11,000, the source of the smoke (p value = 0.025; OR = 4.500,), the type of floor (p value =
0.013; OR = 7.364,, rain season (p value = 0.001; OR = 10.524, weather changes (p value = not
obtained, with the incidence of bronchitis in helath clinic of sungai duri bengkayang regency.
Variables that are not related, exposure to cigarette smoke (p value = 0.102; OR = 3.000).
Suggestion: It is expected that health workers to inform the terms of healthy homes and improve the
early warning system on the incidence of bronchitis through health promotion clinics meetings,
distribution of pamphlets and make a special program for the prevention of bronchitis working area
health centers thorn river.

Keywords: babies, bronchitis, house environment, smoke exposure

PENDAHULUAN parasit seperti askariasis dan jamur. Penyebab non


Angka kesakitan dan kematian akibat infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan
penyakit saluran napas dan paru seperti fisik atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya
infeksi saluran napas akut, tuberculosis, bronchitis adalah perubahan cuaca, alergi, polusi
asma dan bronkitis masih menduduki udara dan infeksi saluran nafas atas kronik
peringkat tertinggi. Penyakit menular yang memudahkan terjadinya bronkitis4
selalu menjadi penyebab kesakitan dan Menurut hasil survei nasional yang
kematian utama mulai bergeser dan dilakukan pada tahun 2006, diperkirakan 9,5 juta
digantikan oleh penyakit tidak menular, orang, atau 4% dari populasi terdiagnosis
salah satunya adalah penyakit Berdasarkan bronkitis kronis. Penyakit ini terkait dengan
saluran pernapasan yaitu bronkhitis1 paru-paru kronis yang jumlah bisa sampai 50%,
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus yang gejalanya tidak terdignosis5
yang berasal dari hidung dan tenggorokan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Bronkus merupakan suatu pipa sempit yang Kabupaten Bengkayang jumlah kejadian penyakit
berawal dari trakea, yang menghubungkan bronkitis pada tahun 2014 berjumlah 9518
saluran pernapasan atas, hidung, penderita, sedangakan pada tahun 2015 tertinggi
tenggorokan, dan sinus ke paru2 di Sungai Betung berjumlah 15% penderita dan
Pada anak usia 3 tahun lebih rentan terendah Samalantan sebesar 0,5% penderita,
terkena penyakit bronkitis, karena saluran sedangkan Sungai Duri berjumlah 11% penderita6
napas nya masih sempit dan daya tahan Jumlah kejadian bronkitis di wilayah kerja
tubuh nya masih rendah. Disamping organ Puskesmas Sungai Duri pada tahun 2013
pernapasan, keadaan pernapasan pada anak berjumlah 655 penderita, sedangkan pada tahun
juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, 2014 menurun menjadi 628 penderita. Jumlah
seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapat penderita bronkitis pada Balita pada tahun 2013
sakit perut, atau lambung yang penuh3 berjumlah 22 penderita dan pada tahun 2014
Bronkitis biasanya sering disebabkan berjumlah 30 penderita, hal ini terjadi peningkatan
oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory yang sangat signifikan dari tahun 2013 ke tahun
Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus 20147
para influenza, dan coxsackie virus. Berbagai faktor risiko penyebab terjadinya
Bronkitis dapat juga disebabkan oleh bronkitis kronis (merokok, polusi udara, infeksi
2
berulang). Penderita dengan bronkitis Hasil Penelitian
kronis mengalami eksaserbasi yang cukup Karaktersitik Responden
sering sepanjang tahunnya, terutama pada Hasil pengumpulan dan pengolahan data
saat musim penghujan atau musim dingin8 responden dapat diketahui ketahui bahwa umur
Berdasarkan hasil observasi awal yang balita ≤ 3 tahun pada kelompok kasus dan kontrol
peneliti lakukan pada 10 kepala keluarga sama yaitu sebesar 60,0%.
yang memiliki balita menderita bronkitis di Karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada
wilayah kerja Puskesmas Sungai Duri kelompok kasus dan kontrol adalah laki-laki dan
Kabupaten Bengkayang, menunjukan perempuan yaitu masing-masing sebesar 50% dan
bahwa 8 rumah (80%) ventilasi tidak 50%. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik
memenuhi syarat, 6 (60%) kepala keluarga responden berdasarkan jenis kelamin mempunyai
masih menggunakan kayu api, 7 (70%) proporsi yang sama yaitu laki-laki dan
lantai rumah terbuat dari papan dan 3 (30%) perempuan.
semen dan rata-rata setiap kepala keluarga Karakteristik berdasarkan jenis pendidikan
berpenghuni 4-12 orang, sedangkan 70% di sebagian besar tingkat pendidikan responden
dalam rumah ada yang merokok kelompok kasus yaitu pada Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan fenomena tersebut dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 40,0% .pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang berjudul hubungan antara lingkungan sebesar 20,0%, dan pada Perguruan Tinggi (PT)
fisik rumah dan status merokok dengan sebesar 0,0%. Sedangkan pada kelompok kontrol
kejadian bronkitis akut pada balita di pada Sekolah Dasar (SD) sebesar 5,0%, pada
wilayah kerja Puskesmas Sungai Duri Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar
Kabupaten Bengkayang 25,0%, pada Sekolah Menengah Atas sebesar
40,0% dan Perguruan Tinggi 30,0%.
METODE PENELITIAN Karaktersitik berdasarkan jenis pekerjaan
Desain penelitian ini bersifat sebagian besar responden pada kelompok kasus
observasional dengan rancangan penelitian mempunyai status pekerjaan yaitu sebagai buruh
Case Control yaitu studi epidemiologi yang pasar dan nelayan 20,0%, sebagai buruh bangunan
mempelajari hubungan antara paparan dan tukang kayu 15,0%, sebagai tukang parkir,
(faktor penelitian) dan penyakit, dengan supir dan pedagang 10,0% dan sebagai PNS 0,0%.
cara membandingkan kelompok kasus dan Sebagian besar responden pada kelompok kontrol
kelompok control mempunyai status pekerjaan yaitu sebagai supir
.Populasi 25,0%, sebagai buruh bangunan 20,0%, sebagai
Populasi dari penelitian ini adalah nelayan, pedagan dan PNS 15,0%, sebagai tukang
balita yang bertempat tinggal di wilayah parkir 10,0%, sebagai buruh pasar dan tukang
kerja puskesmas sungai duri dan ada pada kayu 0,0%.
saat penelitian. Karaktersitik berdasarkan pendapatan
Sampel responden sebagian besar responden pada
Sampel dalam penelitian ini kelompok kasus mempunyai pendapatan <
menggunakan perbandingan 1 : 1. Dan Rp.1.950.000 sebesar 70,0% dan > Rp. 1.950.000
memakai teknik matching yaitu sebesar 30,0 % sedangkan pada kelompok kontrol
menyetarakan (mencocokkan) ciri-ciri < 1.950.000 sebesar 25,0 % dan > 1.950.000
individu kelompok kasus dengan kelompok sebesar 75,0 %.
control yaitu 20 kasus dan 20 kontrol.

3
Analisa Bivariat
Tabel 2. Hubungan Antara Lingkungan Fisik Rumah Dan Paparan Asap Rokok Dengan
Kejadian Bronkitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Duri Kabupaten Bengkayang
Responden
Variabel p value OR 95% CI
Kasus Kontrol
N % N %
Ventilasi
Tidak memenuhi syarat 18 90,0 9 45,0 0,002 11,000
Memenuhi syarat 2 10,0 11 55,0 (1,998-
60,572)
Sumber Asap
Terpapar 15 75,0 8 40,0 0,025 4,500
(1,166-
Tidak terpapar 5 25,0 12 60,0 17,373)

Jenis Lantai
Lantai tidak kedap air 18 90,0 11 55,0 0,013 7,364
(1,337-
Lantai kedap air 2 10,0 9 45,0 40,548)
Kepadatan hunian
Tidak memenuhi syarat jika <5 m2 13 65,0 3 15,0 0,001 10,524
perorang (2,271-
Memenuhi syarat jika >5 m2 perorang 7 35,0 17 85,0 48,757)
Perubahan cuaca
Mengalami 20 100 20 100
Tidak mengalami 0 0 0 100
Paparan asap rokok
Terpapar 15 75,0 10 50,0 0,102 3,000
Tidak terpapar 5 25,0 10 50,0 (0,786-
11,445)
Sumber : Data medical record di RSUD. DR. Soedarso Pontianak tahun 2014
Hasil analisis statistik dengan = 4,500 nilai kemaknaan 95% CI = 1,166-
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p 17,373 (confidence interval tidak mencakup
value = 0,002 lebih kecil dari α = 0,05, dengan angka 1) artinya sumber asap merupakan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada faktor risiko dari kejadian bronkitis, responden
hubungan yang signifikan antara ventilasi yang terpapar sumber asap berisiko 4,500 kali
dengan kejadian bronkitis pada balita di Desa mengalami kejadian bronkitis dibandingkan
Sungai Duri. Hasil analisis diperoleh nilai OR dengan responden yang tidak terpapar sumber
= 11,000 nilai kemaknaan 95% CI = 1,998- asap.
60,572 (confidence interval tidak mencakup Hasil analisis statistik dengan
angka 1) artinya ventilasi merupakan faktor menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p
risiko dari kejadian bronkitis, responden yang value = 0,013 lebih kecil dari α = 0,05, dengan
memiliki ventilasi tidak memenuhi syarat demikian dapat disimpulkan bahwa ada
berisiko 11,000 kali mengalami kejadian hubungan yang signifikan antara jenis lantai
bronkitis dibandingkan dengan responden yang dengan kejadian bronkitis pada balita di Desa
memiliki ventilasi memenuhi syarat. Sungai Duri. Hasil analisis diperoleh nilai OR
Hasil analisis statistik dengan = 7,364 nilai kemaknaan 95% CI = 1,337-
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p 40,548 (confidence interval tidak mencakup
value = 0,025 lebih kecil dari α = 0,05, dengan angka 1) artinya jenis lantai merupakan faktor
demikian dapat disimpulkan bahwa ada risiko dari kejadian bronkitis, reponden yang
hubungan yang signifikan antara sumber asap memiliki jenis lantai tidak kedap air berisiko
dengan kejadian bronkitis pada balita di Desa 7,364 kali mengalami kejadian bronkitis
Sungai Duri. Hasil analisis diperoleh nilai OR
4
dibandingkan dengan responden yang memiliki 2013 adalah ventilasi yang tidak memenuhi
jenis lantai kedap air. syarat (p value = 0,033). Sehingga HO di tolak
Hasil analisis statistik dengan artinya ada hubungan antara ventilasi rumah
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p dengan kejadian bronkitis di Rumah Sakit
value = 0,001 lebih kecil dari α = 0,05, dengan Bhayangkara Mappaouddang Makassar9
demikian dapat disimpulkan bahwa ada Secara teori Ventilasi rumah mempunyai
hubungan yang signifikan antara kepadatan banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
hunian dengan kejadian bronkitis pada balita di menjaga agar aliran udara di dalam rumah
Desa Sungai Duri. Hasil analisis diperoleh tersebut tetap segar. Hal ini berarti
nilai OR = 10,524 nilai kemaknaan 95% CI = keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
2,271-48,757 (confidence interval tidak penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
mencakup angka 1) artinya kepadatan hunian Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
merupakan faktor risiko dari kejadian kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti
bronkitis, responden yang padat hunian kadar CO2 yang bersifat racun bagi
berisiko 10,524 kali mengalami kejadian penghuninya menjadi meningkat. Di samping
bronkitis dibandingkan dengan responden yang itu tidak cukupnya ventilasi akan
tidak padat hunian. menyebabkan kelembaban udara di dalam
Hasil analisis statistik dengan ruangan naik karena terjadinya proses
menggunakan uji Chi-square tidak diperoleh penguapan airan dari kulit dan penyerapan.
nilai p value. Dengan demikian dapat Kelembaban ini merupakan media yang baik
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri
signifikan antara perubahan cuaca dengan penyebab penyakit).10
kejadian bronkitis pada balita di Desa Sungai Dari uraian di atas disimpulkan bahwa
Duri. ventilasi berfungsi untuk menjaga aliran udara
Hasil analisis statistik dengan didalam rumah agar tetap segar. Kurangnya
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dan
value = 0,102 lebih besar dari α = 0,05, dengan meningkatkan kadar CO2 yang bersifat racun
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada bagi penghuni rumah. Ventilasi yang tidak
hubungan yang signifikan antara paparan asap memenuhi syarat juga dapat mengakibatkan
rokok dengan kejadian bronkitis pada balita di lembabnya udara didalam rumah yang dapat
Desa Sungai Duri. nilai OR yang lebih dari 1 menyebabkan suburnya pertumbuhan
yaitu 3,000 yang berarti masih terdapat resiko mikroorganisme yang dapat mengakibatkan
antara paparan asap rokok dengan kejadian gangguan terhadap kesehatan manusia
bronkitis pada balita. terutama mengenai penyakit pernapasan.
Bronkitis merupakan salah satu penyakit
PEMBAHASAN pernapasan yang bisa terjadi akibat virus yang
1. Hubungan Antara Ventilasi Dengan berada didalam rumah, dengan ventilasi yang
Kejadian Bronkitis tidak memenuhi syarat, virus tersebut akan
Hasil analisis statistik dengan tetap berada didalam rumah dan terhirup oleh
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p penghuni didalam rumah karena tidak adanya
value 0,002 yang artinya Ha diterima (Ho pergantian udara akibat ventilasi yang tidak
ditolak) dengan demikian dapat disimpulkan memenuhi syarat. Oleh karena itu diharapkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pada masyarakat perlu diperhatikan luas
ventilasi dengan kejadian bronkitis pada balita ventilasi dengan ukuran 10%-15% dari luas
di Desa Sungai Duri. Hasil analisis diketahui lantai, agar tidak terjadinya kasus bronkitis.
responden yang memiliki ventilasi tidak
memenuhi syarat beresiko 11,000 kali 2. Hubungan Antara Paparan Sumber
mengalami kejadian bronkitis di bandingkan Asap Dengan Kejadian Bronkitis
responden yang memiliki yang memenuhi Hasil analisis statistik dengan
syarat. menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p
Hasil penelitian ini sejalan dengan value 0,025 yang artinya Ha diterima (Ho
penelitian sebelumnya yang di lakukan di ditolak) dengan demikian dapat disimpulkan
Rumah Sakit Bhayangkara Mappaouddang bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Makassar yaitu Faktor yang berhubungan paparan sumber asap dengan kejadian bronkitis
dengan kejadian bronkhitis di Rumah Sakit pada balita di Desa Sungai Duri. Hasil analisis
Bhayangkara Mappaouddang Makassar Tahun diketahui responden yang terpapar sumber

5
asap beresiko 4,500 kali mengalami kejadian menggunakan kelambu, menggunakan bahan
bronkitis di bandingkan responden yang tidak bakar untuk memasak yang aman, seperti gas,
terpapar sumber asap. jika menggunakan bahan bakar kayu sebaiknya
Hasil penelitian ini sesuai dengan dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi
penelitian sebelumnya yaitu Halim (2012) produksi asap, meminimalisir pembakaran
tentang hubungan faktor lingkungan fisik sampah menjadi seminggu sekali.
dengan kejadian infeksi saluran pernapasan
akut, Hasil analisa statistik menunjukan adanya 3. Hubungan Antara Jenis Lantai Dengan
hubungan yang bermakna antara sumber Kejadian Bronkitis
pencemaran udara/ indoor air pollution dengan Hasil analisis statistik dengan
ISPA didapatkan hasil OR sebesar 5,89 dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p
95% CI 1,93 – 17,98, dengan nilai p = 0,002. value 0,013, yang artinya Ha diterima (Ho
Berarti kondisi sumber pencemaran udara yang ditolak) dengan demikian dapat disimpulkan
kurang baik mempunyai resiko sebesar 5,89 bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kali untuk terkena infeksi saluran pernapasan jenis lantai dengan kejadian bronkitis pada
akut.11 balita di Desa Sungai Duri. Hasil analisis
Secara teori sumber asap dalam ruangan diketahui responden yang memiliki lantai tidak
merupakan perubahan kondisi udara yang kedap air beresiko 7,364 kali mengalami
terjadi akibat masuknya suatu bahan atau zat kejadian bronkitis di bandingkan responden
kedalam ruangan akibat aktivitas atau perilaku yang memiliki lantai kedap air.
manusia. Adanya sumber pencemaran udara Hasil penelitian ini sesuai dengan
dalam rumah dapat merusak pertahanan paru- penelitian sebelumnya yaitu tentang faktor
paru sehingga dapat menimbulkan gangguan yang berhubungan dengan kejadian TB paru.
pada saluran pernapasan. Penggunaan bahan Hasil analisa statistik menunjukan adanya
bakar kayu, gas atau arang untuk memasak hubungan yang bermakna dengan didapatkan
atau menghangatkan ruangan tanpa ventilasi hasil OR sebesar 7,095 dengan 95% CI 2,930 –
yang baik dapat menyebabkan asap yang 17,179, dengan nilai p = 0,001. Berarti kondisi
mengandung gas-gas berbahaya dan partikel- jenis lantai yang kurang baik mempunyai
partikel halus tersebar didalam rumah. Asap resiko sebesar 7,095 untuk tertular TB paru
tersebut dapat meyebabkan gangguan dari pada kondisi jenis lantai yang baik.13
pernapasan, sakit kepala, kelelahan, serta Secara teori Komponen yang harus
penyakit serius lainnya seperti asma, dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air
pneumonia, bronkitis, kanker paru, dan tidak lembab. Lantai adalah bagian dasar
tuberkulosis12 sebuah ruang, yang memiliki peran penting
Sebagian besar masih sering dijumpai untuk memperkuat eksistensi obyek yang
rumah tangga yang menggunakan kayu sebagai berada di dalam ruang. Jenis lantai tanah
bahan bakar. Apabila sirkulasi udara didalam memiliki peran terhadap proses kejadian
rumah tidak baik, maka asap akan memenuhi bronkitis, melalui kelembaban dalam
seluruh ruangan. Apalagi ibu-ibu sering masak ruangan.14
sambil menggendong bayi/anak balitanya. Sebagian besar di desa sungai duri masih
Asap akan memperparah penderita sakit menggunakan lantai yang tidak kedap air
pernapasan. Lebih-lebih pada bayi/balita dan seperti papan/kayu di tambah lagi rata-rata
orang tua. penduduk tinggal di atas sungai dan memiliki
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa rumah panggung yang memberikan
sumber pencemaran udara didalam rumah kesempatan masuknya udara atau uap air dari
dapat merusak pertahanan paru-paru sehingga sungai melalui cela-cela lantai sehingga
dapat menimbulkan gangguan pada saluran membuat udara didalam rumah menjadi
pernapasan. Oleh karena itu diharapkan pada lembab, udara yang lembab dapat mendukung
masyarakat untuk mengurangi kasus bronkitis perkembangan bakteri atau virus penyebab
dan tidak terjadinya kasus bronkitis sedapat bronkitis .
mungkin gunakan bahan bakar yang tidak Dari uraian di atas disimpulkan bahwa
menimbulkan pencemaran udara atau lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya
pembakaran sebaiknya dilakukan diluar rumah penyakit saluran pernapasan karena lantai yang
dan diminimalisir penggunaan yang dapat tidak memenuhi standar merupakan media
menimbulkan sumber asap seperti mengurangi yang baik untuk perkembangbiakan bakteri
kebiasaan penggunaan obat nyamuk, atau virus penyebab penyakit pernapasan salah

6
satunya virus penyebab bronkitis. Dilihat dari Pengaruh psikologis juga menimbulkan
kondisi lingkungan fisik rumah tempat oleh adanya penghuni rumah ini akibat jumlah
penelitian dilakukan bahwa hampir rata-rata penghuni dalam ruangan melebihi persyaratan
penduduk di desa sungai duri tinggal diatas yang maksimal untuk dua orang setiap kamar
permukaan air yang dapat mengakibatkat tidur, sehingga dari tiap-tiap anggota keluarga
penguapan air masuk kedalam rumah melalui tidak terganggu, tersedianya jumlah ruangan
celah dari lantai papan kayu. Oleh karena itu di kediaman yang cukup yakni 5 m2 penghuni
harapkan kepada masyarakat untuk dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan
mengurangi kasus bronkitis dan tidak penghuninya dalam melakukan kegiatan
terjadinya kasus bronkitis maka jenis lantai sehari-hari.16
yang seharusnya yaitu lantai yang kedap air, Kepadatan dalam rumah yang
seperti semen/keramik. Sedangkan yang dimungkinkan dapat mempengaruhi kesehatan
menggunakanlantai papan kayu sebaiknya penghuni rumah. persyaratan rumah dikatakan
dilapisi sesutu, seperti tikar atau karpet agar padat penghuni apabila perbandingan luas
udara atau uap air sedikit tertahan oleh alas lantai seluruh ruangan dengan jumlah
lantai tersebut. penghuni lebih kecil semakin tingginya
kepadatan rumah, maka penularan penyakit
4. Hubungan Antara Kepadatan Hunian khususnya melalui udara akan semakin cepat17
Dengan Kejadian Bronkitis Dari uraian di atas disimpulkan bahwa
Hasil analisis statistik dengan hunian yang padat akan memudahkan
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p penyebaran penyakit menular salah satunya
value 0,001, yang artinya Ha diterima (Ho pada saluran pernapasan terutama penyakit
ditolak) dengan demikian dapat disimpulkan bronkitis. Oleh karena untuk mengurangi kasus
bahwa ada hubungan yang signifikan antara bronkitis dan tidak terjadinya kasus bronkitis
kepadatan hunian dengan kejadian bronkitis maka perlu diperhatikan kepadatan hunian
pada balita di Desa Sungai Duri. Hasil analisis yang seharusnya 5 m2 perorang.
diketahui responden yang padat hunian
beresiko 10,524 kali mengalami kejadian 5. Hubungan Antara Perubahan Cuaca
bronkitis di bandingkan responden yang tidak Dengan Kejadian Bronkitis
padat hunian. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian sebelumnya yaitu tentang faktor-
yang dilakukan di Kota Batam Kepulauan Riau faktor risiko yang berpengaruh terhadap
bahwa terdapat hubungan antara kepadatan kejadian asma bronkial pada anak. Hasil
hunian dengan tuberkolosis di Kota Batam analisa statistik menunjukan adanya hubungan
Kepulauan Riau oleh karena itu, dapatlah yang bermakna dengan didapatkan hasil OR
dimengerti bahwa terjadinya turbokulosis pada sebesar 19,27 dengan 95% CI 2,169-171,3,
seseorang sangatlah dipengaruhi oleh dengan nilai p = 0,008. Berarti mengalami
kepadatan penghuni yang tidak memenuhi perubahan cuaca mempunyai resiko sebesar
syarat kesehatan.15 19,27 untuk kambuh asma bronkial dari pada
Kepadatan penghuni akan menyebabkan tidak mengalami perubahan cuaca.
efek negatif terhadap kesehatan baik fisik Penyakit bronkitis akan mudah kambuh
maupun mental. Penyebaran penyakit menular pada saat udara di bawah normal. Terdapat
pada rumah dengan kepadatan tinggi akan hubungan statistik yang signifikan diantara
cepat terjadi. Pengalaman menunjukkan bahwa frekuensi serangan bronkitis dan fase cuaca
pada ruangan yang padat, penyebaran penyakit tertentu, misalnya insiden bronkitis meningkat
menular terutama penyakit pada salura pada saat musim dingin, dan menurun dengan
pernapasan mempercepat terjadinya penyakit massa udara yang hangat pada saat musim
tersebut. Rumah tinggal yang dinyatakan kering 18
padat, bila jumlah penghuni menunjukkan hal- Kondisi cuaca yang berlawanan seperti
hal sebagai berikut yaitu dua invidu dari dua temperatur dingin, tingginya kelembaban dapat
jenis yang berbeda dan berumur diatas sepuluh menyebabkan bronkitis lebih parah, epidemik
tahun an tidak berstatus sebagai suami istri, yang dapat membuat bronkitis menjadi lebih
tidur dalam satu kamar dan jumlah orang parah berhubungan dengan badai dan
dalam satu rumah dibandingkan dengan luas meningkatnya konsentrasi partikel alergenik.
melebihi ketentuan yang ditetapkan. Dimana partikel tersebut dapat menyapu pollen
sehingga terbawa oleh air dan udara.

7
Perubahan tekanan atmosfer dan suhu merangsang silia yaitu bulu-bulu halus yang
memperburuk bronkitis dan pengeluaran lendir terdapat pada permukaan saluran nafas,
yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika sehingga sekret mokus meningkat menjadi 30-
kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim 50%. Hal ini mengakibatkan silia akan
dingin.19 mengalami kerusakan dan mengakibatkan
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa menurunnya fungsi ventilasi paru. Asap rokok
ada hubungan yang signifikan antara dapat mengakibatkan menurunnya imun.
perubahan cuaca dengan kejadian bronkitis Kerusakan dari saluran napas disertai dengan
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai menurunnya imunitas tubuh dapat
Duri Kabupaten bengkayang. Oleh karena menyebabkan mudahnya terjadi infeksi pada
untuk mengurangi kasus bronkitis dan tidak saluran pernapasan.22
terjadinya kasus bronkitis maka perlu Dari uraian di atas disimpulkan bahwa
diperhatikan kondisi kesehatan balita pada saat meskipun berdasarkan uji statistik menunjukan
perubahan cuaca, bisa seperti memakaikan tidak adanya hubungan yang signifikan antara
baju hangat pada saat musim hujan dan paparan asap rokok dengan kejadian bronkitis
mengurangi aktivitas balita diluar rumah pada pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sungai
saat musim kemarau. Duri Kabupaten bengkayang. Tetapi dari hasil
penelitian didapatkan bahwa responden pada
6. Hubungan Antara Paparan Asap kelompok kasus lebih banyak yang terpapar
Rokok Dengan Kejadian Bronkitis asap rokok (85,0%) di bandingkan dengan
Hasil analisis statistik dengan yang tidak terpapar asap rokok (15,0%).
menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa
value 0,102 yang artinya Ha ditolak (Ho banyak responden yang tidak merokok
diterima) dengan demikian dapat disimpulkan bersama balita. Keterpaparan asap rokok
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan sangat tinggi pada saat berada didalam
antara paparan asap rokok dengan kejadian rumah.anak dan anggota keluarga yang berada
bronkitis pada balita di Desa Sungai Duri. didalam rumah lebih mudah dan lebih sering
Hasil analisis diperoleh nilai OR =3,000. menderita gangguan pernapasan dibandingkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan orang yang merokok. Asap rokok yang
penelitian kaunang (2012) diwilayah kerja ditimbulkan akan terhirup oleh anak secara
Puskesmas Kawangkoan Kabupaten Minahasa langsung Oleh karena untuk mengurangi kasus
dengan nilai p = 0,8 yang menunjukan bahwa bronkitis dan tidak terjadinya kasus bronkitis
tidak adanya hubungan yang signifikan antara maka perlu diperhatikan tempat atau ruangan
kebiasaan merokokdengan kejadian pneumonia untuk merokok, sebaiknya merokok tidak
pada balita.20 didalam rumah apalagi didekat balita dan
Penelitian ini juga sejalan dengan meminimalisir kebiasaan merokok bagi
penelitian yang dilakukan di wilayah kerja anggota keluarga yang merokok.
UPTD Puskesma Kecamatan Pontianak
Selatan tentang faktor risiko lingkungan yang KESIMPULAN
berhubungan dengan kejadian pneumonia pada 1. Ada hubungan yang signifikan antara
balita wilayah kerja UPTD Puskesma ventilasi rumah dengan kejadian bronkitis
Kecamatan Pontianak Selatan dengan nilai p = pada balita di Desa Sungai Duri (p value =
0,242 yang menunjukan bahwa tidak terdapat 0,002, OR = 11,000, 95% CI = 1,998-
hubungan yang bermakna antara polusi asap 60,572).
rokok dengan kejadian pneumonia pada 2. Ada hubungan yang signifikan antara
balita.21 sumber asap dengan kejadian bronkitis
Secara teori, pada dasarnya asap rokok pada balita di Desa Sungai Duri (p value =
mengandung zat beracun yang berbahaya bagi 0,025,OR = 4,500 95% CI = 1,166-
kesehatan terutama pada balita. Beberapa 17,373).
bahan kimia asap rokok yang terkandung 3. Ada hubungan yang signifikan antara jenis
didalamnya yaitu nikotin, gas karbon lantai dengan kejadian bronkitis pada
monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, balita di Desa Sungai Duri (p value =
amonia, acrolein, acetilen, benzoldehide, 0,013,OR = 7,364 95% CI = 1,337-
urethane, methanol, conmarin, 4- ethyl 40,548).
cathecol, orteresorperyline, dan lain-lain. 4. Ada hubungan yang signifikan antara
Berbagai bahan kimia tersebut dapat kepadatan hunian dengan kejadian

8
bronkitis pada balita di Desa Sungai Duri 1. Togap, 2012. Karakteristik
(p value = 0,001,OR = 10,524 95% CI = penderita bronkitis yang dirawat
2,271-48,757). jalan Berdasarkan kelompok umur
5. Ada hubungan yang signifikan antara ≥ 15 tahun di rsu Dr.ferdinan
perubahan cuaca dengan kejadian bronkitis lumban tobing Sibolga Tahun
pada balita di Desa Sungai Duri (p value =
2010-2012. Skripsi. Departemen
0,000).
6. Tidak Ada hubungan yang signifikan Epidemiologi FKM USU. Medan
antara paparan asap rokok dengan kejadian 2. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak
bronkitis pada balita di Desa Sungai Duri Sakit Jilid 2. Penerbit Buku
(p value = 0,102, OR = 3,000 95% CI = Kedokteran EGC. Jakarta
0,786-11,445). 3. Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak
Sakit Jilid 1. Penerbit Buku
SARAN Kedokteran EGC. Jakarta
Bagi Puskesmas Sungai Duri
4. Dinkes Kabupaten Bengkayang,
1. Petugas kesehatan diharapkan dapat
menginformasikan syarat-syarat rumah
2014. Profil Dinas Kesehatan
sehat seperti memiliki ventilasi 10-15% Kabupaten Bengkayang tahun 2014.
dari luas lantai sebagai tempat pertukaran Bengkayang (Profil Puskesmas
sirkulasi udara, memiliki jenis lantai yang Sungai Duri, 2014)
kedap air seperti semen/keramik, dan 5. Puskesmas Sungai Duri, 2014.
memperhatikan jumlah penghuni didalam Profil Puskesmas Sungai Duri
rumah sebaiknya 5m2 perorang. Kabupaten Bengkayang. Sungai
2. Agar meningkatkan sistem kewaspadaan Duri
dini terhadap kejadian Bronkitis melalui 6. Gunawan, Wahyudi.2014, Faktor
peningkatan pengetahuan, sikap dan
Yang Berhubungan Dengan
perilaku ibu mengenai penggunaan yang
dapat menimbulkan sumber asap seperti Kejadian Bronkhitis Di Rumah
penggunaan obat nyamuk bakar dan Sakit Bhayangkara Mappaouddang
penggunaan bahan bakar kayu untuk Makassar Skripsi Makasar.
memasak.
7. Notoatmodjo, 2005. Metodologi
3. Hendaknya petugas kesehatan
memberikan promosi kesehatan mengenai
Penelitian Kesehatan. PT. Rineka
bronkitis misalnya pada acara pertemuan Cipta. Jakarta.
posyandu, dan membagikan pamflet 8. Halim, Fitria. 2012. Hubungan
tentang bronkitis. Faktor Lingkungan Fisik Dengan
4. Puskesmas hendaknya membuat program Kejadian Infeksi Saluran
khusus pencegahan bronkitis untuk Pernapasan Akut (ISPA) Pada
meminimalisir kejadian bronkitis di Pekerjaan Di Industri Mebel Dukuh
wilayah kerja puskesmas sungai duri Tukrejo, Desa Bondo, Kecamatan
Bangsri, Kabupaten Jepara,
Bagi peneliti selanjutnya
1. Perlu dikembangkan lebih lanjut dengan Propinsi Jawa Tengah. Skripsi.
menggunakan parameter lain untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat
mengukur variabel-variabel lain misalnya Universitas Indonesia. Depok.
variabel kontak serumah yaitu seberapa 9. Conant, Jeff dan Fadem, Pam.
sering interaksi atau kontak balita dengan 2009. Panduan Masyarakat untuk
keluarga yanag berada didalam rumah. Kesehatan Lingkungan. The
Variabel status gizi balita, faktor asi Eksyezet. Bandung
ekslusif dan kejadian ispa pada orang tua. 10. Adrial, 2005. Hubungan Faktor
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan Lingkungan Fisik Rumah Terhadap
peneliti mengkaji lebih dalam dengan Kejadian Tuberkulosis Paru BTA
menggunakan bantuan tenaga medis untuk
Positif di Kota Batam Provinsi
mendiagnosis lebih dalam sebab penyakit
bronkitis. Kepeluana Riau. Tesis. Universitas
Indonesia. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
9
11. Prisca, 2012. Hubungan Sanitasi
Lingkungan Rumah Dengan
Kejadian TB paru di Kampung
Ujoh Bilang Wilayah Kerja
Puskesmas Ujoh Bilang. Skripsi.
Universitas Widya Gama Mahakam
Samarinda Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Samarinda
12. Achamadi, 2005. Manajemen
Penyakit Berbasis Wilayah.
Penerbit Buku Kompas. Jakarta
13. Herdi. 2011. Gambaran Faktor
Pencetus Serangan Asma Pada
Pasien Asma di Poliklinik Paru Dan
Bangsal Paru Rsu Dr. Soedarso
Pontianak. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak
14. Purnomo. 2008 Faktor Risiko yang
Berpengaruh Terhadap Kejadian
Asma Bronkial pada Anak. Jurnal
epidemiologi. Universitas
diponegoro
15. Kaunang, Yohana C. N. 2012.
Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Pneumonia Pada Anak Balita
Diwilayah Kerja Puskesma
Kawangkoan Kabupaten Minahasa.
Program Pascasarjana Universitas
Sam Ratulangi.
16. Putriani, Annisa. 2014. Faktor
Risiko Lingkungan yang
Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita Diwilaya
kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Selatan. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadya Pontianak.

10

Anda mungkin juga menyukai