Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KULIAH PENGAUDITAN II

PENGAUDITAN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN


Nama Dosen: Made Yenni Latrini, S.E., M.Si

Diusulkan oleh Kelompok 10:


Gusti Ayu Intan Puspita Dewi (1707532088)/12
I Putu Artha Satria Wibawa (1707532099)/19
I Made Gilang Jhuniantara (1707532104)/23
I Gusti Ayu Ngurah Pradnyadevi Utami (1707532111)/29

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
BALI
PENGAUDITAN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN
Kas merupakan satu-satunya akun yang tidak dimasukkan dalam setiap siklus
kecuali persediaan dan pergudangan. Kas merupakan hal yang penting bagi auditor
terutama karena besarnya potensi kecurangan, atau karena kemungkinan terjadinya
kesalahan yang tidak disengaja.
A. Akun-Akun Kas dan Instrumen Keuangan
Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian
perusahaan besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kass setelah
memahami bisnis klien. Berikut jenis akun kas yang utama:
1. Akun Kas Umum
Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya
seluruh penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini. Misalnya,
pengeluaran dalam siklus akusisi dan pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas
umum, dan penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan juga disetorkan ke
dalam akun tersebut.
2. Akun Impres
Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres. Misalnya,
membuat akun penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal
pembayaran gaji. Saldo tetap, misalkan Rp. 5.000.000,- dibuat dalam akun bank
penggajian. Segera sebelum setiap periode pembayaran, suatu cek atas transfer
elektronik ditarik pada akun kas umum untuk menyetorkan total jumlah penggajian
bersih ke akun penggajian. Setelah cek untuk gaji dilakukan pada akun penggajian
impres, akun bank seharusnya memiliki saldo Rp. 5.000.000,-.
3. Akun Bank Cabang
Akun bank cabang berguna untuk membangun relasi dengan bank dalam
komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasional pada tingkat cabang.
Dalam beberapa perusahaan, penyetoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dibuat
dalam akun yang berbeda, dan kelebihan kas secara periodik dikirimkan ke akun bank
umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam ini seperti akun umum, tetapi pada
tingkat cabang.

1
4. Dana Kas Kecil Impres
Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama
dengan kas pada bank. Kun kas kecil biasanya merupakan akun kas yang simpel
untuk keperluan biaya yang mendadak. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas
berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai
dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek
gaji atau pribadi.
5. Setara Kas
Perusahaan biasanya menginvestasikan kelebihan akumulasi kas dalam bagian
tertentu dalam suatu siklus, dimana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat
dan bisa disebut setara kas yang sangat likuid. Setara kas meliputi deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan dana pasar uang.
6. Instrumen Keuangan
Akun instrument keuangan meliputi investasi dalam surat berharga seperti
misalnya sekuritas utang dan sekuritas saham, instrument derivatif, dan aktivitas
hedging. Investasi dalam instrument keuangan dapat dikelompokkan sebagai
sekuritas untuk diperdagangkan, tersedia untuk dijual, dan dimiliki sampai jatuh
tempo, sedangkan derivatif dapat dikelompokkan sebagai asset atau kewajiban, sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.

B. Kas di Bank dan Siklus Transaksi


Jumlah kas yang mengalir masuk ke dalam dan keluar dari akun kas sering
kali lebih besar dari pada jumlah kas yang mengalir untuk aku lainnya. Kas lebih
rentan digelapkan dari pada akun aset lainnya, karena sebagian besar aktiva lainnya
itu harus dikonversikan menjadi kas agar dapat digunakan. Auditor harus
membedakan antara memverifikasi rekonsiliasi saldo pada laporan bank dan saldo di
buku besar umum, serta memverifikasi kas yang tercatat merefleksikan dengan benar
semua transaksi yang terjadi selama tahun tersebut. Salah saji berikut menghasilkan
kesalahan dalam pembayaran atau penerimaan kas, tetapi tidak satupun dapat
ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank seperti, kegagalan menagih pelanggan,

2
penggelapan kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih, kesalahan pembayaran
faktur vendor, pembayaran tidak semestinya atas biaya pribadi pejabat, pembayaran
atas bahan baku yang tidak diterima, pembayaran atas karyawan lebih besar dari jam
kerja actual, pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar
dibandingkan tingkat bunga sebenarnya. Seluruh jenis salah saji yang berbeda
tersebut biasanya umunya sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi bank:
a. Kegagalan memasukkan cek yang belum di kliring oleh bank pada daftar cek
yang beredar, walaupun telah dicatat pada jurnal pengeluaran kas
b. Kas yang diterima dari klien setelah tanggal neraca, tetapi dicatat dalam
penerimaan kas pada tahun berjalan
c. Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan
pada bank dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai
setoran dalam perjalanan.
d. Pembayaran atas wesel bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank,
tetapi tidak dimasukkan dalam catatan klien.

C. Pengauditan Atas Akun Kas Umum


Dalam mengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas,
seperti yang tercantum dalam neraca, telah dinyatakan dan diungkapkan secara layak
sesuai dengan lima dari delapan tujuan audit terkait saldo yang digunakan untuk
seluruh pengujian perincian saldo (eksistensi, kelengkapan, akurasi, pisah batas, dan
detail tie-in). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas
tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo
akun neraca lainya.
Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas
Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang tidak
tepat atau penanganan dana yang dilakukan oleh pihak lain. Risiko bisnis klien lebih
banyak muncul dari Ekuivalen kas dan jenis investasi lainya. Auditor harus

3
memahami risiko yang dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta pengendalian
manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
Tahap I: Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas
yang mempengaruhi saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering
muncul potensi salah saji material dalam kas. Karena kas lebih rentan terhadap
pencurian dibandingkan aset lainya, terdapat risiko inheren yang tinggi untuk tujuan
eksistensi, kelengkapan dan keakuratan. Tujuan tersebut biasanya akan berfokus pada
audit saldo kas.
Tahap I: Menilai Risiko Pengendalian
Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan kas.
2. Rekonsiliasi bank independen
Pengendalian yang mempengaruhi pencatatan transaksi kas, penting dalam
penelitian dan pengendalian untuk kas. Dalam siklus akuisisi dan pembayaran,
pengendalian utama meliputi pengendalian pemisahan tugas yang memadai antar
fungsi hingga pasa verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang
mempengaruhi transaksi yang berhubungan kas beroperasi efektif, risiko
pengendalian akan menurun sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank
akhir tahun.
Rekonsiliasi bank merupakan pengendalian yang penting atas saldo akhir kas.
Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi mereflesikan saldo kas
yang sama seperti jumlah aktual kas di bank setelah mempertimbangkan item
rekosiliasi. Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten
meliputi tindakan-tindakan berikut:
a. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas
menyangkut tanggal, payee dan jumlahnya.

4
b. Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement dan
pembatalan.
c. Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat.
d. Memeriksa urutan nomer pada cek dan menyalidiki cek yang hilang.
e. Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan saldo dan
meverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien.
f. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran
kas.
g. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan
kas.
h. Mereview transfer antar bank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan
pencatatan yang tepat.
i. Menindaklanjuti cek beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.
Pengendalian rekonsiliasi bank dapat ditingkatkan dengan cara review rekonsiliasi
bank bulanan oleh karyawan yang kompeten segera setelah rekonsiliasi selesai.
Tahap II: Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Atas Transaksi
Saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
sehingga terdapat banyak sekali jumlah transaksi akun memengaruhi kas, dan
transaksi kas akan diaudit sepanjang pengujian siklus transaksi tersebut.
Tahap III: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis
Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara ekstensif.
Karena itu penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas menjadi
kurang penting dibandingkan untuk sebagian besar audit lainya. Auditor biasanya
juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan sebelumnya. Prosedur
analitis tersebut mungkin akan mengungkapkan salah saji dalam kas.
Tahap III: Merancang Pengujian Perincian Saldo Kas
Langkah awal dari verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien untuk dicantumkan dalam dokumentasi auditor. Tujuan
yang paling penting dalam audit kas pada pengujian atas rincian saldo adalah

5
eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan, sehingga tujuan tersebut mendapat perhatian
paling besar. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat
tujuan penyajian dan pengungkapan. Prosedur audit aktual bergantung pada
materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di
bagian lainya. Berikut tiga prosedur yang layak dibahas lebih lanjut karena arti
penting dan kompleksitasnya: penerimaan konfirmasi bank, penerimaan laporan pisah
batas bank dan pengujian rekonsiliasi bank.
1. Penerimaan Konfirmasi Bank
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta
konfirmasi dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan
klien, kecuali jika terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Pentingnya
konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank tidak
bertanggung jawab untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau pinjaman selain
yang dimasukkan dalam formulir dari klien kantor akuntan publik. Dampak dari
tanggung jawab yang terbatas ini mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan
kelengkapan atas saldo dan utang bank yang tidak tercatat dengan cara lain. Jika
auditor menginginkan konfirmasi atas jenis informasi ini, maka mereka harus
mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi keuangan yang dapat menjawab
pertanyaan tersebut. Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo
dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang
disebutkan dalam konfirmasi bank. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul
audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

2. Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas


Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi
bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti
yang tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien
agar bank mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10
hari setelah tanggal neraca. Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan

6
bank jika laporan pisah batas tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuannya
adalah untuk menguji apakah karyawan klien tidak memasukkan, menambahkan, atau
menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk
salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam bulan
setelah tanggal neraca:
a. Memfooting daftar semua cek yang dibatalkan.
b. Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total
footing digunakan.
c. Mereview item yang dibatalkan dalam footing untuk memastikan bahwa hal
yang sudah dibatalkan oleh bank pada periode yang tepat dan tidak
memasukkan penghapusan atau perubahan
3. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan melakukan verifikasi apakah saldo bank
yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya. Dalam verifikasi rekonsiliasi,
auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah batas untuk
melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi
meliputi beberapa prosedur:
a. Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
b. Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah
batas ke saldo per bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya
sama.
c. Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan
ke laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank
dan juga jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode
sebelumnya.
d. Menyelidiki seluruh cek yang jumlahnya signifikan termasuk dalam daftar cek
beredar yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas.
e. Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank.

7
f. Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan
rekonsiliasi bank.

D. Prosedur-Prosedur Berorientasi Kecurangan


Auditor harus memperluas prosedur dalam audit akhir tahun untuk
menentukan kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian
internal tidak memadai. Dalam merancang prosedur audit untuk mengungkap
kecurangan auditor harus mempertimbangkan secara teliti sifat kelemahan
pengendalian internal, jenis kecurangan yang mungkin terjadi, materialitas
kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang efektif untuk mengungkapnya.
Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam penerimaan ks masuk antara
lain: konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi
lapping, me-review ayat jurnal buku besar umum akun kas untuk pos yang tidak
biasa, memebandingkan pesanan, penjualan dan penerimaan kas, memerika
persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur.
Sedangkan untuk mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung
dengan saldo kas akhir tahun terdapat 3 prosedur yang mungkin dilakukan yaitu:
1. Memperluas Pengujian atas Rekonsiliasi Bank
Jika auditor yakin rekonsiliasi bank disalah saji dengan sengaja, maka perlu
dilakukan perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang
dilakukan auditor:
a. Memulai rekonsiliasi bank dan membandingkan semua item dengan cek yang
dibatalkan dan dokumen lainnya.
b. Membandingkan semua cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan
bank tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas.
c. Menelusuri seluruh item yang belum dikliring dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah
dimasukkan.
d. Memverifikasi bahwa seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari
jurnal untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

8
2. Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas jika pengendalian internal terhadap kas
lemah untuk menentkan: semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan,
seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi, seluruh pengeluaran kas
dibayarkan oleh bank, seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat. Bukti
kas memasukkan empat tugas rekonsiliasi yaitu:
a. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode
bukti kas.
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan
yang tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
c. Merekonsiliasi kliring cek yang dibatalkan dicatat dalam jurnal pengeluaran
kas untuk periode tertentu.
d. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir
periode pembuktian kas.
Ketika mengumpulkan pembuktian kas, auditor mengkombinasikan pengujian
susbtantif atas transaksi dan pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan
metode yang sangat baik dalam membandingkan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas dengan akun bank dan rekonsiliasi bank.
3. Pengujian Transfer Antarbank
Pengujian transfer bank penting untuk menguji kiting dan kesalahan tidak
sengaja dalam mencatat transfer antarbank. Terdapat beberapa yang sebainya diaudit
dalam skedul transfer antara bank, yaitu:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank yang
mengirimkan.
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama.
d. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau
dikeluarkandengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek
beredar.

9
e. Penerimaan dalam skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam
perjalanan.
Walaupun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya terkait kecurangan,
tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.

E. Pengauditan Akun-Akun Instrumen Keuangan


Dalam pengujian saldo-saldo instrument keuangan akhir tahun, auditor harus
mengumpulkan bukti yang cukup dan akurat untuk mengevaluasi apakah akun-akun
instrument keuangan, sebagaimana Nampak dalam neraca telah disajikan dengan
wajar dan diungkapkan dengan tepat, sesuai degan delapan tujuan audit saldo yang
digunakan untuk pengujian rinci saldo (keberadaan, kelengkapan, keakuratan,
penggolongan, pisah-batas, kecocokan saldo, nilai bersih bisa terealisasi, dan hak).
Tahap I: Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Terhadap Instrumen Keuangan
Risiko bisnis yang berpengaruh terhadap instrument keuangan berbeda-beda
ttterganntung pada signifikansi dan keagresifan suatu perusahaan dalam aktivitas
investasi. Risiko akan tinggi untuk perusahaan yang melakukan investasi dalam
sekuritas atau instrument keuangan derivatif yang kurang likuid, dan apabila investasi
mencermikan proporsi yang besar terhadap total aset. Perusahaan-perusahaan jasa
keuangan memiliki risiko tinggi karena tingginya volume aktivitas dan jenis
instrument yang diperdagangkan, sebagai contoh, banyak perusahaan menderita
kerugian cukup besar sebagai akibat dari aktivitas investasi dan sado kas yang tidak
tepat. Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai risiko dari kebijakan dan
strategi investasi klien, dan bagaimana manajemen mengatasi hal tersebut.
Tahap II: Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren
Saldo akun-akun instrument keuangan bisa material tergantung kepada tipe
dan frekuensi aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko inheren
instrument keuangan meliputi: tujuan manajemen berkaitan dengan aktivitas investasi

10
(misalnya : untuk meminimumkan risiko), kompleksitas sekuritas atau derivatif,
pengalaman perusahaan di masa lalu dengan investasi tertentu, dan apakah faktor
eksternal seperti misalnya risiko kredit atau risiko tingkat bunga berdampak terhadap
asersi-asersi yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berkaitan dengan tujuan
keakuratan, penggolongan, dan nilai bisa direalisasi.
Tahap I : Menilai Risiko Pengendalian
Auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai perancangan dan
efektivitas pengoperasian pengendalian internal yang berkaitan dengan inisiasi,
otorisasi, pengolahan, pengukuran nilai wajar, dan pengungkapan aktivitas investasi.
Di atas segalanya, yang terpenting adalah bahwa manajemen memiliki: (1) strategi
investasi dan pemahaman tentang tingkat berbagai risiko; (2) prosedur yang
diterapkan untuk menggolongkan instrument keuangan sebagai untuk
diperdagangkan (trading), tersedia untuk dijual, atau disimpan hingga jatuh tempo;
(3) prosedur-prosedur yang diterapkan untuk menginisiasi, mencatat transaksi, dan
(4) pengendalian internal yang kuat dalam mengestimasi nilai pasar, seperti misalnya
personil yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menilai estimasi level dua
dan level tiga.
Tahap II : Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan
Pengujian Substantif Transaksi
Berbeda dengan akun-akun yang lain di mana auditor dapat memilih untuk
melakukan pengujian substantif yang lebih luas dan mengurangi pengandalan atas
pengendalian , penilaian pengendalian internal atas instrument keuangan diperlukan
untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima, terutama untuk tujuan
audit transaksi. Pengujian transaksi yang dilakukan berkaitan dengan instrument
keuangan meliputi pembelian dan penjualan sekuritas dan derivatif atau transaksi
hedging, laba-rugi yang berkaitan, dan pendapatan bunga dan dividen. Auditor
biasanya mengandalkan pada laporan (pemberitahuan dari pialang kepada klien yang
rinci tentang pembelian dan penjualan) dari manajer investasi untuk menguji
pembelian dan penjualan sepanjang pengendalian dipandang efektif, menelusur
pembayaran atau hasil yang diperoleh ke catatan pengeluran kas dan penerimaan kas,

11
dan juga memeriksa ketelitian perhitungan laba atau rugi. Pendapatan bunga dapat
dihitung ulang, demikian pula dividen dapat dihitung ulang dan dibandingkan ke
sumber-sumber independen.
Tahap II: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir
tahun instrument keuangan karena saldo-saldo tersebut bisa berfluktuasi dari tahun ke
tahun, dan tidak selalu berkaitan dengan akun yang lain. Namun demikian, prosedur
analitis bisa digunakan untuk menguji kewajaran pendapatan bunga dan dividen.
Auditor juga bisa membandingkan presentase relatif investasi pada ketiga kategori
nilai wajar (level satu, dua, atau tiga) dari tahun ke tahun untuk menilai perubahan
dalam srategi investasi atau risiko portfolio.
Tahap III: Merancang Pengujian Rinci Saldo Instrumen Keuangan
Titik tolak pengujian saldo akhir akun-akun instrument keuangan adalah
mendapatkan suatu daftar (skedul) aktivitas investasi selama tahun yang diperiksa.
Daftar aktivitas investasi meliputi saldo awal, pembelian dan penjualan instrument
keuangan termasuk laba atau rugi, dan saldo akhir yang dicatat pada nilai wajar pasar
atau nilai lain sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Daftar
tersebut juga berisi pendapatan dividen dan pendapatan bunga. Tujuan audit saldo
dan pengujian rinci saldo atas instrument keuangan yang lazim dilakukan auditor
dapat dilihat pada Tabel 20.

Kasus Audit Kas/Teller


Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit Tapung Raya
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan
polisi. Ia terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen
laporan keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan
pengawas dari BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy
saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan
dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi gantung

12
yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRI Unit Pasir
Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan
Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya. Kapolres Kampar
AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya
ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karena mentransfer
uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan. Kasus ini dilaporkan oleh
Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian).
Penyelesaian Masalah
Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan. Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkan kontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan
pelatihan pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan
teknologi yang berkembang.
Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki
kepribadian yang berbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam
hal ini karyawan diharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat
memperkecil risiko terjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
a. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk
apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen
pentingmilik nasabah.
e. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan
buktisetoran/ penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap
identifikasiteller yang memproses.
f. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan
uangtunai berdasarkan kopurs/masing-masing pecahan).

13
g. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang
dilaporkanoleh teller.
h. Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller
yangbersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.
i. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan
pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
j. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus
dibuatkanberita acara selisih kas.
k. Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas
ataupejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
l. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke
counterarea.
m. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang
berasaldari unit kas.
n. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
o. Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.

Referensi

https://www.academia.edu/27640199/Kasus_Audit_Kas_Teller
Jusuf, Al Haryono. 2014. Auditing (pengauditan berbasis ISA). Bagian
penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN: Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai