PENDAHULUAN
Dewasa ini manusia telah mengenal sistem perencanaan jalan yang baik
dan mudah dikerjakan serta pola perencanaannya yang makin sempurna.
Meskipun demikian, seorang teknik sipil selalu dituntut untuk dapat
merencanakan suatu lintasan jalan yang paling efektif dan efisien dari
alternatif-alternatif yang ada, dengan tidak mengabaikan fungsi-fungsi dasar
dari jalan. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu lintasan jala, seorang
TINJUAN PUSTAKA
Sistem Jaringan
Primer Sekunder
Jalan Fungsi Jalan
Fungsi jalan yang akan direncanakan adalah jalan kolektor Primer. Jalan
kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau
antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
1. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (VR), pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti. Pada tabel dibawah menunjukkan VR untuk masing-
masing fungsi jalan.
Dimana :
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan grafitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f/fm = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal,
ditetapkan 0,35 – 0,55
Rumus umum jarak pandang henti minimum adalah :
𝑉𝑟 2
JBhB= 0,694 . VBRB + 0,004 ………. (1.2)
𝐹
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
Tabel 2.6 Panjang Jarak Mendahului
2. Tikungan
Alinyemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (yang
disebut juga tikungan), yang dapat berupa :
a. Busur Lingkaran (FC)
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
Rumus yang digunakan :
TC = Rc tan ½ Δ ………………….………………. (1.4)
Ec = Tc tan ½ Δ ………………….………………. (1.5)
𝛥 2 𝜋 𝑅𝑐
Lc = ………………….………………. (1.6)
360
b. Lengkung Spiral Circle Spiral (S-C-S)
Lengkung SCS dibuat untuk menghindari terjadinya perubahan
alinyemen yang tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran (Δ=>
R = Rc), jadi lengkung ini diletakkan antara bagian lurus dan bagian
lingkaran (circle) yaitu pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk
busur lingkaran.
Keterangan :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC
(jarak lurus lengkung peralihan)
Ys = ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak
tegak lurus ke titik SC pada lengkung
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC atau
CS ke ST)
Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = panjang tangen dari titik P1 ke titik TS atau ke titik ST
TS = titik dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
Es = jarak dari P1 ke busur lingkaran
𝜃s = sudut lengkung spiral
Rc = jari-jari lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangen spiral
𝜃c = β – 2 x 𝜃s .............................................................. (1.8)
90 𝐿𝑠
𝜃s = ...................................................................... (1.9)
𝜋𝑅
p = P* x Ls ............................................................... (1.10)
p* = A’ + ((X-A)/(B-A)) x (B’-A’) ........................... (1.11)
k* = A’ + ((X-A)/(B-A)) x (B’-A’) ........................... (1.12)
k = k* Ls .................................................................. (1.13)
Ts = (Rc + p) tan ½ β + k .......................................... (1.14)
Es = (Rc + p) cos ½ β – Rc......................................... (1.15)
𝜃𝑐
Lc = . 2𝜋R ............................................................ (1.16)
360
L = 2 Ls + Lc ............................................................ (1.17)
Jika diperoleh Lc<20 m, maka sebaiknya tidak digunakan lengkung
SCS tetapi digunakan lengkung SS, yaitu lengkung yang terdiri dari dua
lengkung spiral.
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
c. Spiral – Spiral (SS)
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
4. Tikungan Gabungan
Pada perencanaan alinemen horizontal, kemungkinan akan ada
ditemui perencanaan tikungan gabungan karena kondisi topografi pada
route jalan yang akan direncanakan sedemikian rupa sehingga terpaksa
(tidak dapat dihindari) harus dilakukan rencana tikungan gabungan, yang
terdiri dari tikungan gabungan searah dan tikungan gabungan berbalik.
a. tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan
dengan arah putaran yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda;
b. tikungan gabungan berbalik, yaitu gabungan dua tikungan dengan
arah putaran yang berbeda.
Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2 :
𝑅𝐼 2
- tikungan gabungan searah harus dihindarkan, jika > 3 apabila
𝑅2
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
Gambar 2.5 Tikungan gabungan searah
dengan sisipan bagian spiral
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
Gambar 2.7 Tikungan gabungan
dengan sisipan bagian lurus >20 m
5. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat
berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai superelevasi
maksimum ditetapkan 10%.
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
Gambar 2.9 Perubahan kemiringan melintang pada tikungan
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
Tabel 2.7 Panjang Lengkungan Peralihan Minimum dan Superelevasi yang
dibutuhkan (e maksimum = 10% Metode Bina Marga)
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
Tabel 2.8 Besaran p* dan k*
ϴs P* k* ϴs P* k*
0,5 0,00073 0,5 20,5 0,03094 0,4978
1 0,00146 0,49999 21 0,03174 0,49768
1,5 0,00219 0,49999 21,5 0,03255 0,49757
2 0,00293 0,49998 22 0,03336 0,49745
2,5 0,00366 0,49997 22,5 0,03417 0,49733
3 0,00439 0,49995 23 0,03499 0,4972
3,5 0,00513 0,49994 23,5 0,03581 0,49708
4 0,00586 0,49992 24 0,03663 0,49695
4,5 0,00659 0,4999 24,5 0,03746 0,49681
5 0,00733 0,49987 25 0,03829 0,49667
5,5 0,00806 0,49985 25,5 0,03913 0,49653
6 0,0088 0,49982 26 0,03997 0,49639
6,5 0,00954 0,49978 26,5 0,04081 0,49624
7 0,01028 0,49975 27 0,04166 0,49609
7,5 0,01102 0,49971 27,5 0,04251 0,49594
8 0,01176 0,49967 28 0,04337 0,49578
8,5 0,0125 0,49963 28,5 0,04423 0,49562
9 0,01325 0,49959 29 0,0451 0,49545
9,5 0,01399 0,49954 29,5 0,04597 0,49529
10 0,01474 0,49949 30 0,04685 0,49512
129
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
2.6. Teori Tebal Perkerasan
Perkerasan jalan merupakan campuran antara agregat dan bahan
pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang
dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan
lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Lapisan perkerasan jalan pada umumnya meliputi :
Lapisan Bawah (Sub Base Course),
Lapisan pondasi (Base Course),
Lapisan permukaan (Surface Course).
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
Gambar 2.13 Grafik DDT dan CBR
Sumber : Silvia Sukirman, Dasar - Dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Hal 227
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
4. Menentukan Tingkat Lalu Lintas Harian Rerata (LHR)
Menentukan tingkat lalu lintas harian rata-rata untuk setiap jenis
kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yaitu dengan menghuting
jumlah kendaraan yang melintas, dihitung untuk dua arah pada ruas jalan
yang berbeda. LHR didefinisikan sebagai volume lalu lintas yang
menyatakan jumlah lalu lintas selama 24 jam yang dinyatakan dalam
satuan smp (Satuan Mobil Penumpang).
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
𝐿𝐸𝑃 = ∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑎 𝑈 × 𝐶 × 𝐸 ………….………. (1.22)
Keteragan
UR = Umur Rencana
j = Jenis Kendaraan
C = Koefisien distribusi kendaraan
E = Angka ekuivalen
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
𝐿𝐸𝐴+𝐿𝐸𝑃
𝐿𝐸𝑇 = ………….… (1.24)
2
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
7. Menentukan Indeks Permukaan (IP)
Nilai indeks permukaan dibedakan menjadi duua individu yaitu:
a. Menentukan Indeks Permukaan Awal (IPo)
Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana
(IPo), Perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan
(kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana,
menurut table di bawah ini.
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
jumlah lintas ekuivalen rencana (LER) menurut table di bawah ini.
Beberapa nilai IPt dan artinya adalah sebagai berikut:
IP = 1,0
menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
Sehingga sangat mengganggu lalu lintas kendaraan yang lewat.
IP = 1,5
tingkat pelayanan yang rendah yang masih mungkin (Jalan tidak
terputus)
IP = -2,0
tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
IP = -2,5
menyatakan permukaan jalan yang masih cukup stabil yang baik.
Tabel 2.13 Indeks Permukaan pada AKhir Umur Rencana (IP)
KLasifikasi Jalan
LER
Lokasi Kolektor Arteri Tor
<10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
>1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
a. Mencari Nilai Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
ITP adalah angka yang berhubungan dengan penetuan tebal
minimum tiap lapis di suatu jalan. Jalan yang memakai perkerasan
lentur memiliki 3 lapisan utama yaitu lapis permukaan, lapis
pondasi atas, dan lapis pondasi bawah. Tiap lapisan memiliki nilai
minimum untuk indeks tebal perkerasan yang diambil dari
nomogram ITP berdasarkan hubungan DDT, LER< dan FR.
Keterangan :
a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Relatif
D1, D2, D3 = Tebal masing – masing perkerasan
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
Tabel 2.15 Batas – Batas Minimum
Tebal
ITP Bahan
Minimum (cm)
<300 15 Batu pecah, stabilisasi tanah
dengan semen, stabilisasi tanah
dengan kapur.
20 Batu pecah, stabilisasai tanah
3,00 – 7,49 dengan semen, stabilisasai tanah
dengan kapur.
10 Laston Atas
20 Batu pecah, stabilisasi tanah
7,50 – 9,99 dengan semen, stabilisasi tanah
dengan kapur, pndasi macadam
15 Laston Atas
Batu pecah, stabilisasi tanah
10-12,14 20 dengan semen, stabilisasi tanah
kapur, pondasi macadam, Lapen,
laston atas..
Batu pecah, stabilisasi tanah
>12,25 25 denga semen, stabilisasi tanah
dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston Atas
2
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
BAB III
PEMBAHASAN
B, dan C.
Stasiun A = 200 m
Stasiun B = 150 m
Stasiun C = 200 m
aman; nyaman; dan ekonomis untuk fungsi jalan Arteri. Berikan penomoran
patok pada rencana trase jalan sesuai dengan standard dan spesifikasi yang
berlaku.
1. Alinyemen Horizontal :
c) Landai relatif
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
d) Pelebaran perkerasan di tikungan
2. Alinyemen Vertikal :
b) Lengkung vertikal
ketentuan:
SKALA 1:5000
Kontur 1 = 200
Kontur 2 = 205
Perhitungan :
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
𝑦 1,785 1,785
= ⇒𝑦= . − 5 ⇒ 𝑦 = −0,073 𝑚
−5 121,69 121,69
= 200 – (- 0,073)
= 200,073 m
Data :
𝛥ℎ
𝑒= . 100%
𝑑
0,073
𝑒 = 1,785 . 100% = 4.1088 %
Data :
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
Beda tinggi, ∆h = 200,073 – 200 = 0,073 m
𝛥ℎ
𝑒= . 100%
𝑑
0,073
𝑒= . 100% = 0,098 %
75
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
Tabel 3.1 Beda tinggi dan kelandaian
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
3.2.2 Perencanaan Jalan Raya Secara Geometri
1. Klasifikasi Medan
Dengan ketentuan :
Jadi :
41”) untuk kelandaian medan lebih besar dari 9% dan lebih kecil
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
B. Kecepatan Tikungan dan Jari – Jari Tikungan
𝑉2
Rumus : R=
127(𝑒+𝑓𝑚)
V = √𝑅 . 127 (𝑒 + 𝑓𝑚)
Dimana :
-0.00065 Vr + 0.192
Kelas IIA
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
Jenis lapisa permukaan jalan : Aspal beton
1. Tikungan I
Dimana
R = 337,530
e = 0,1
fm = 0,153
V = √ 𝑅 𝑥 127 𝑥 ( 𝑒 + 𝑓𝑚)
= 104,140 Km/Jam
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
2. Tikungan II
Dimana
R = 360,763
e = 0,1
fm = 0,153
V = √ 𝑅 𝑥 127 𝑥 ( 𝑒 + 𝑓𝑚)
= 107,665 Km/Jam
3. Tikungan III
Dimana
R = 200,258
e = 0,1
fm = 0,153
V = √ 𝑅 𝑥 127 𝑥 ( 𝑒 + 𝑓𝑚)
= 80,215 Km/Jam
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
4. Tikungan IV
Dimana
R = 219,936
e = 0,1
fm = 0,153
V = √ 𝑅 𝑥 127 𝑥 ( 𝑒 + 𝑓𝑚)
= 84,064 Km/Jam
5. Tikungan V
Dimana
R = 326,475
e = 0,1
fm = 0,153
V = √ 𝑅 𝑥 127 𝑥 ( 𝑒 + 𝑓𝑚)
= 102,420 Km/Jam
3
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
C. Perhitungan Alingamen Horizontal
1. Tikungan I
Data : R : 337,530
B : 33,07
V : 60 km/jam
Kelas jalan II dipakai spiral circle spiral (S.C.S) lihat tabel 4.7 (Buku
337,530 −358
e = 0,050541 e = 0,054 + ( ) ( 0,048 –
409−358
0,054)
Ls = 50 m = 0,05641
𝑉3 𝑉.𝑒
Ls min = 0,022 . – 2,72 x
𝑅𝑐 𝑐
(60)3 60 . 0,00541
= 0,022 – 2,72 x = 12,123 m
337,530 𝑥 0,4 0,4
𝐿𝑠 . 90 𝐿𝑠 .90
∅𝑠 = → ∅𝑠 =
𝜋.𝑅 𝜋. 𝑅
50 . 90
= 3,14 . 337,530 = 4,242
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
∅𝑐 = B – 2 . ∅𝑠
= 33,07 – 2 x 4,242
= 24,586
(1,671)
(24,99)
∅𝑐
Lc = . 𝜋.R
180
22,1
= . 3,14 . 248,410
180
= 144,762 m
L = 2 . Ls + Lc
= 2 x 50 + 144
= 244.762 m
Ts = ( R + P) . tan . ½ . 𝛽 + K
= 125,697 m
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
(𝑅+𝑃)
ES = –R
𝐶0𝑆 . 1/2 . 𝛽
(337,530 +1,67092)
= 1 – 337,530
𝐶𝑂𝑆 . .33,07
2
= 16,3033
Kontrol II L < 2 . Is
2. Tikungan II
Data : R : 360
B : 30,8
V : 60 km/jam
Kelas jalan II dipakai spiral circle spiral (S.C.S) lihat tabel 4.7
360,764−358
e = 0,054 e = 0,054 + ( ) (0,048-0,054)
409−358
Ls = 50 m = 0,054
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
Catatan : Nilai C = 0,4 m /𝑑𝑒𝑡 3 dimana e : Perubahan Percepatan
𝑉3 𝑉.𝑒
Ls min = 0,022 . – 2,72 x
𝑅𝑐 𝑐
(60)3 60 . 0,05367
= 0,022 – 2,7272 x = 10,974 m
360,763. 0,4 0,4
𝐿𝑠 . 90 𝐿𝑠 .90
∅𝑠 = → ∅𝑠 =
𝜋.𝑅 𝜋. 𝑅
50 . 90
= 3,14 . 360,763 = 3,969
∅𝑐 = B – 2 . ∅𝑠
= 30,8 – 2 x 3,969
= 22,862
(24,997)
∅𝑐
Lc = .2𝜋.R
180
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
22,862
= . 2 . 3,14 . 360,763
180
= 143,879 m
L = 2.Ls + Lc
= 2 x 50 + 143,879
= 243,879 m
Ts = ( R + P) . tg . ½ . B + K
= 124,447 m
(𝑅+𝑃)
ES = –R
𝐶0𝑆 . 1/2 . 𝐵
(360,763+ 0,29066)
= 1 – 360,763
𝐶𝑂𝑆 .2 .30,8
= 13,7369 m
Kontrol II L < 2 . Is
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
3. Tikungan III
Data : R : 200,258
B : 82,30
V : 60 km/jam
Kelas jalan II dipakai spiral circle spiral (S.C.S) lihat tabel 4.7 (Buku
200,358−179
e = 0,08109 e = 0,086 + ( ) (0,08 – 0,086 )
205−179
Ls = 50 m = 0,08109
𝑉3 𝑉.𝑒
Ls min = 0,022 . – 2,727 x
𝑅𝑐 𝑐
109”)
(60)3 60 . 0,08109
= 0,022 – 2,727 x = 26,152 m
200,258 . 0,4 0,4
𝐿𝑠 . 90 𝐿𝑠 .90
∅𝑠 = → ∅𝑠 =
𝜋.𝑅 𝜋. 𝑅
50 . 90
= = 7,150
3,14 . 200,258
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
∅𝑐 = B – 2 . ∅𝑠
= 82,3 – 2 x 7,150
= 68,000
(24,987)
∅𝑐
Lc = .2𝜋.R
180
68,000
= . 2 . 3,14 . 200,258
180
= 237,552 m
L = 2.Ls + Lc
= 2 x 50 + 237,552
= 337,552 m
Ts = ( R + P) . tg . ½ . B + K
= 200,450 m
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
(𝑅+𝑃)
ES = –R
𝐶0𝑆 . 𝑌2 . 𝐵
(200,258 + 0,52502)
= 1 – 200,258
𝐶𝑂𝑆 . 2 . 82,3
= 66,3899 m
Kontrol II L < 2 . Is
4. Tikungan IV
Data : R : 213,936
B : 48,90
V : 60 km/jam
Kelas jalan II dipakai spiral circle spiral (S.C.S) lihat tabel 4.7
219,936−205
e = 0,07692 e = 0,080 + ( ) (0,037 – 0,08 )
239−205
Ls = 50 m e = 0,007692
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
Catatan : Nilai C = 0,4 m /𝑑𝑒𝑡 3 dimana e : Perubahan Percepatan
𝑉3 𝑉.𝑒
Ls min = 0,022 . – 2,72 x
𝑅𝑐 𝑐
(60)3 60 . 0,07692
= 0,022 – 2,727 x = 22,550 m
219,936 . 0,4 0,4
𝐿𝑠 . 90 𝐿𝑠 .90
∅𝑠 = → ∅𝑠 =
𝜋.𝑅 𝜋. 𝑅
50 . 90
= = 6,510
3,14 . 219,936
∅𝑐 = B – 2 . ∅𝑠
= 48,9 – 2 x 6,510
= 35,880
∅𝑐
Lc = .2𝜋.R
180
35,880
= . 2 . 3,14 . 462,251
180
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
= 137,658 m
L = 2.Ls + Lc
= 2 x 50 + 137,658
= 237,658 m
Ts = ( R + P) . tg . ½ . B + K
= 125,205 m
(𝑅+𝑃)
ES = –R
𝐶0𝑆 . 𝑌2 . 𝐵
(219,936 + 0,47773)
= 1 – 219,936
𝐶𝑂𝑆 . .48,9
2
= 22,1910 m
Kontrol II L < 2 . Is
4
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
5. Tikungan V
Data : R : 326,475
B : 34,06
V : 60 km/jam
Kelas jalan II dipakai spiral circle spiral (S.C.S) lihat tabel 4.7
326,475−318
e = 0,05794 e = 0,05 + ( ) (0,054 –
358−318
0,059 )
Ls = 50 m = 0,05794
𝑉3 𝑉.𝑒
Ls min = 0,022 . – 2,72 x
𝑅𝑐 𝑐
(60)3 60 . 0,05794
= 0,022 – 2,727 x = 12,688 m
326,475 . 0,4 0,4
𝐿𝑠 . 90 𝐿𝑠 .90
∅𝑠 = → ∅𝑠 =
𝜋.𝑅 𝜋. 𝑅
50 . 90
= = 4,386
3,14 . 326,475
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
∅𝑐 = B – 2 . ∅𝑠
= 34,06 – 2 x 4,386
= 25,289
∅𝑐
Lc = .2𝜋.R
180
25,289
= . 2 . 3,14 . 326,475
180
= 144,023 m
L = 2.Ls + Lc
= 2 x 50 + 144,023
= 244,023 m
Ts = ( R + P) . tg . ½ . B + K
= 125,094 m
(𝑅+𝑃)
ES = –R
𝐶0𝑆 . 𝑌2 . 𝐵
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
(326,475 + 0,32127)
= 1 – 326,475
𝐶𝑂𝑆 .2 .34,06
= 15,3075 m
Kontrol II L < 2 . Is
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
1. Gambar kurva spiral circle spiral untuk tikungan I
SKALA 1: 3500
R = 460
B = 27
V = 80
e = 0.06125
Ls = 70
𝐿𝑠2
Φs = 4,36167 Xs= Ls – (1-40 𝑥 𝑅2 )
Φc = 18,3
702
P = 0.44731 Xs= 70– (1-40 𝑥 4602 )
K = 34,99321
Xs = 69,95948 m
Lc = 146,66
L = 286,66
Ts = 145,5368
Es = 13,53101
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
2. Gambar kurva spiral circle spiral untuk tikungan II
SKALA 1:4000
R = 525
B = 16
V = 80
e = 0.057
Ls = 70
𝐿𝑠2
Φs = 3,82166 Xs= Ls – (1-40 𝑥 𝑅2 )
Φc = 8,4
P = 0.39180 Xs= 70– (1-
702
K = 34,99478 )
40 𝑥 5252
Lc = 76,5333
L = 216,5333 Xs = 69,96889 m
Ts = 108,8338
Es = 5,555127
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
SKALA 1: 2500
R = 250
B = 44
V = 80
e = 0.0793
Ls = 70
𝐿𝑠2
Φs = 8,02548 Xs = Ls – (1-40 𝑥 𝑅2 )
Φc = 27,9
702
P = 0.82586 Xs = 70– (1-40 𝑥 2502 )
K = 34,97697
Lc = 121,8889 Xs = 69,8628 m
L = 261,8889
Ts = 136,3172
Es = 20,52441
SKALA 1: 3000
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
R = 420
B = 24
V = 80
e = 0.064191
Ls = 70
Φs = 4,777
Φc = 14,4 𝐿𝑠2
Xs = Ls – (1-40 𝑥 𝑅2 )
P = 0,49
K = 34,99185 702
Xs = 70– (1-40 𝑥 4202 )
Lc = 105,84
L = 245,84
Xs = 69,95139 m
Ts = 124,3698
Es = 9,884054
SKALA 1: 3500
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
R = 265
B = 53
V = 80
e = 0.07834
Ls = 70
𝐿𝑠2
Φs = 7,47121 Xs= Ls – (1-40 𝑥 𝑅2 )
Φc = 37,9
702
P = 1,83382 Xs= 70– (1-40 𝑥 2652 )
K = 34,97951
Lc = 175,0072 Xs = 69,87789 m
L = 315,0072
Ts = 168,0179
Es = 33,16021
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
7. Gambar Diagram Superelevasi dan Kemiringan Melintsng untuk Tikungan II
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
8. Gambar Diagram Superelevasi dan Kemiringan Melintsng untuk Tikungan III
5
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
9. Gambar Diagram Superelevasi dan Kemiringan Melintsng untuk Tikungan IV
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
D. Lengkung Peralihan
1. Tikungan I
Dimana:
1
M = 125 = m maks = 125
Jika, LP = B . e . m
1
= 7,0 x 0,08 x 125 = 0,00448 m
V = 60 km/jam S = 4,24 0
∆ = 33,07 0 C = 24,59
R = 337,530 m Lc = 144,762 m
e = 0,05641 L = 194,762 m
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
LS = 50 m TS = 125,697 m
e Max = 8% ES = 11,516 m
Landai relative
1 ℎ 1 (𝑒𝑡𝑒𝑛). 𝐵
- Menurut BINA MARGA landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 ℎ 1 (1). 𝐵
- Menurut AASHTO landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 (𝑒+𝑒𝑛). 𝐵
Landai Relatif = 𝑚 = 𝐿𝑆
(0,05641+0,02). 3,5
= 50
= 0,0053
m = 186,966 m
186,966 125,000 . . . . . Ok
Dimana :
1
= Landai relatif
𝑚
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
B = Lebar jalur 1 arah (m)
+6,2%
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
2. Tikungan II
Dimana:
1
M = 125 = m maks = 125
Jika, LP = B . e . m
1
= 7,0 x 0,08 x 125 = 0,00448 m
V = 60 km/jam S = 3,969
∆ = 30,8 C = 22,862
R = 360 m Lc = 143,879 m
e = 0,054 L = 243,879 m
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
LS = 50 m TS = 124,447 m
e Max = 8% ES = 13,7369 m
Landai relative
1 ℎ 1 (𝑒𝑡𝑒𝑛). 𝐵
- Menurut BINA MARGA landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 ℎ 1 (1). 𝐵
- Menurut AASHTO landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 (𝑒+𝑒𝑛). 𝐵
Landai Relatif = 𝑚 = 𝐿𝑆
= 0.0052
m = 193.902 m
193.902 125,000 . . . . . Ok
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
Di mana :
1
= Landai relatif
𝑚
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
3. Tikungan III
Dimana:
1
M = 125 = m maks = 125
Jika, LP = B . e . m
1
= 7,0 x 0,08 x 125 = 0,00448 m
V = 60 km/jam S = 7,150
∆ = 82,30 C = 68,000
R = 200,258 Lc = 237,552 m
e = 0,08109 L = 337,552 m
6
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
LS = 50 m TS = 200,450 m
e Max = 8% ES = 66,3899 m
Landai relative
1 ℎ 1 (𝑒𝑡𝑒𝑛). 𝐵
- Menurut BINA MARGA landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 ℎ 1 (1). 𝐵
- Menurut AASHTO landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 (𝑒+𝑒𝑛). 𝐵
Landai Relatif = 𝑚 = 𝐿𝑆
= 0.0071
m = 141.311 m
141.311 125,000 . . . . . Ok
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
Di mana :
1
= Landai relatif
𝑚
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
4. Tikungan IV
Dimana:
1
M = 125 = m maks = 125
Jika, LP = B . e . m
1
= 7,0 x 0,08 x 125 = 0,00448 m
V = 60 km/jam S = 6,510
∆ = 48,90 C = 35,880
R = 213,936 Lc = 137,658 m
e = 0,07692 L = 237,658 m
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
LS = 50 m TS = 125,205 m
e Max = 8% ES = 22,1910 m
Landai relative
1 ℎ 1 (𝑒𝑡𝑒𝑛). 𝐵
- Menurut BINA MARGA landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 ℎ 1 (1). 𝐵
- Menurut AASHTO landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 (𝑒+𝑒𝑛). 𝐵
Landai Relatif = 𝑚 = 𝐿𝑆
= 0.0068
m = 147.389 m
233,868 125,000 . . . . . Ok
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
Di mana :
1
= Landai relatif
𝑚
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
5. Tikungan V
Dimana:
1
M = = m maks = 125
125
Jika, LP = B . e . m
1
= 7,0 x 0,08 x 125 = 0,00448 m
V = 60 km/jam S = 4,386
∆ = 34,06 C = 25,289
R = 326,475 Lc = 144,023 m
e = 0,05794 L = 244,023 m
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
LS = 50 m TS = 125,094 m
e Max = 8% ES = 15,3075 m
Landai relative
1 ℎ 1 (𝑒𝑡𝑒𝑛). 𝐵
- Menurut BINA MARGA landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 ℎ 1 (1). 𝐵
- Menurut AASHTO landau relative 𝑚 = = =
𝐿𝑆 𝑚 𝐿𝑆
1 (𝑒+𝑒𝑛). 𝐵
Landai Relatif = 𝑚 = 𝐿𝑆
= 0.0055
m = 183.290 m
183.290 125,000 . . . . . Ok
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
Di mana :
1
= Landai relatif
𝑚
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
E. Jarak Pandang Bebas
Rumus :
Jh = d1 + d2
Di mana :
V = kecepatan ( km/jam )
d2 = jarak yang di tempuh oleh kendaraan dari menginjak pedal rem sampai berhenti
fm = koefesien gesek antara ban dan muka jalan arah melintang jalan
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
diketahui untuk V = 60 Km/jam fm = 0,33 ( Dasar-dasar perencanaan gemetrik
𝑣2
Untuk jalan datar d2 =
245 𝑥 𝑓𝑚
𝑣2
Untuk jalan bukit d2 =
245 𝑥 𝑓𝑚 ±𝐿
d1 = 0,278.v.t
= 0,278 x 60 x 2,5
= 41,700 m
V = 60 km/jam
𝑣2
d2 =
254 . ( 𝑓𝑚 𝐿 )
(60)2
=
254 𝑥 ( 0,33−0 )
= 42,949 m
Jadi Jh = d1 + d2
7
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
2. Jarak pandang menyiap
Di mana :
𝑎𝑡1
d1 = 0,278 . 𝑡1 . ( V – m + 2
)
d2 = 0,278 . v . 𝑡2
d3 = diambil 30-100 m
2
d4 = d2
3
keterangan :
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
a = percepatan rata – rata yang besarnya tergantung dari kecepatan rata- rata
2,052 + 0,0036
d2 = jarak yang di kumpul, selama kendaraan yang menyiap berada pada jalur
kanan
𝑡2 = waktu di mana kendaraan menyiap berada pada jalur kanan yang dapat di
Diketahui :
V = 60 Km/jam
m = 15 Km/jam
maka :
2,268 𝑥 3,68
d1 = 0,278 x 3,68 (60 – 15 + ( ))
2
= 50,306 m
d2 = 0,278 x 60 x 9,44
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
= 157,459 m
d3 = di ambil = 80 m
Jadi :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
2
Jd = 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4
Rumus 3
Diketahui :
V = 60 Km/jam
2
Jd minimum = 157,459 + 80 + 104,973
3
Jd = 290,000 m
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
GAMBAR KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN UNTUK JENIS
Keterangan :
beton)
pondasi atas
Pondasi Bawa
memanjang jalan
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
F. Merencanakan Suatu Kontruksi Perkerasan Jalan
Suatu kontruksi perkerasan jalan kontur untuk pelayanan lalu lintas (ringan ,
sedang , berat yang penggabungan-nya mulai tahap 2018 dan diharapkan dibuka
- Bus = 1180
- Truk = 660
5. CBR sub base grade = 6% bahan sub grade 80 bahan base 100 dan bahan
lapisan permukaan AC
Penyelesaian :
Dimana = i = 5% = 0,05
n = 5 tahun
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
LHR 2038 (akhir umur rencana )
Dimana : i = 4% =0,04
n = 20 tahun
E = angka ekuivalen
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
kendaraan ringan 2 ton = 0,5 * 1850 * 0,0004 = 0,370
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐿𝐻𝑅
Dimana =FP = 10
20
= =2
10
LER = 334,840 * 2
= 669,680
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
8. Tebal Lapisan Perkerasan
1. Faktor Regional
Dari data:
2. Indeks Permukaan
- Jalan arteri
- LER= 669,680
- Untuk jalan arteri Ipt = 2.0 – 2,5 diambil 2,5 (table indeks
- Ipt = 2.5
- LER= 592,14
- FR = 2.0
= 5,046
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
Atau dengan menggunakan Grafik untuk mrncari Nilai DDT
( DIGUNAKAN NOMOGRAM 1 )
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
Gambar 3.19 Penggunaan Nomogram 2 untuk Ipt=2,5 dan IPo=3,9-3,5
Maka ITP = 10
𝑎3 = 0.14
8
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
Sub base = 80 ( Sirtu / Pitrun kelas A )
𝑎2 = 0,13
D1 minimum = 10 cm
D2 minimum = 20 cm
D3
D3 = 24,615 digunakan 25 cm
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
0
Gambar 3.20 Susunan Lapisan Perkerasan
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
1
G. Perhitungan Komponen Alinyemen Vertikal
Data :
Perhitungan :
= 175 + 4,339
= 179,339 m
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2
Tabel 3.2 Elevasi tanah rencana A – C
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
3
BAB IV
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
4
4.1.2. Patok P1
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
5
4.1.3. Patok P1
Koordinat
Nama Titik Xn . Y Yn . X
x y
a 0 195.700 0 1272.441
b 6.502 186.755 1214.281 1401.036
c 7.502 186.755 1395.410 1494.414
d 8.002 186.005 1488.412 1581.415
e 8.502 186.005 1587.791 1674.417
f 9.002 186.755 1675.227 2147.683
g 11.500 186.095 2150.213 2791.425
h 15.000 186.975 2791.425 3458.664
i 18.498 186.095 3454.594 3907.623
j 20.998 186.755 3905.734 4014.859
k 21.498 186.005 3998.736 4091.739
l 21.998 186.005 4108.236 4184.741
m 22.498 186.755 4201.614 4388.369
n 23.498 186.755 4554.236 5602.650
o 30.000 193.814 5850.000 3292.014
p 16.985 195.000 3324.053 0
a 0 195.700
Ʃ 45700 45303.4897
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
6
4.1.4. Patok P3
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
7
3.2 Perhitungan Volume Galian & Timbunan
Dimana :
Jarak A – P1 = 75 m2
116,6309 + 217,494251
= x 75
2
= 167,062 m3
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
8
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Jalan Arteri, adalah jalan umum yang berfungsi untuk melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rencana > 60 km/jam, lebar
badan jalan > 8 m
2. Jalan Lokal adalah jalan umum yang digunakan untuk melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan dekat, kecepatan rencana > 40 km/jam, lebar
jalan > 5 m,
1. Jalan nasional
2. Jalan provinsi
3. Jalan kabupaten
4. Jalan kota
5. Jalan desa
9
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
9
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dengan lebar kendaraan < 2,5 m, panjang ≤ 1,8
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri dengan lebar kendaraan < 2,5 m, panjang ≤
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor dengan lebar kendaraan < 2,5
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor dengan lebar kendaraan < 2,5 m, panjang
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dengan lebar kendaraan < 2,1 m, panjang ≤
3.2. Saran
dengan ini kita semua benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita
kertahui tentang mata kuliah Teknik Jaln Raya ini. Dengan apa yang telah kita
ketahui sebagai pengguna langsung dari prasarana ini, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu dibutuhkan kritik dan saran sebagai masukan untuk
saya guna memperbaiki segala kekurangan yang ada pada penulisan ini.
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 0
0
DAFTAR PUSTAKA
1
TEKNIK JALAN RAYA | PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 0
1