Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSA MEDICINA

Januari-Maret 2007 Vol.26 - No.1

Resistensi dari bakteri enterik :


aspek global terhadap antimikroba

Yenny*a dan Elly Herwana*

ABSTRAK

*Bagian Farmakologi Resistensi antimikroba dari bakteri merupakan suatu masalah kesehatan
Fakultas Kedokteran masyarakat yang sifatnya global. Masalah ini menjadi bertambah penting dalam
Universitas Trisakti hal pengobatan infeksi enterik. Di negara-negara berkembang resistensi terhadap
Korespondensi obat-obat lapis pertama (first-line drugs) telah dijumpai di antara luman-kuman
a
dr. Yenny patogen enterik, yang disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang semena-
Bagian Farmakologi mena. Pada beberapa kasus, derajat resistensi memaksa digunakannya obat-
Fakultas Kedokteran obat lapis kedua dan ketiga, yang harganya lebih mahal. Situasi ini juga
Universitas Trisakti mengancam timbulnya resistensi terhadap golongan obat-obat antimikroba
Jl. Kyai Tapa No.260 Grogol
Jakarta 11440 golongan ini yang pada akhirnya menyebabkan beban ekonomi yang besar dan
Telp. 021-5672731 Eks. 2801 resistensi multipel. Di banyak negara berkembang, data mengenai prevalensi
Email: stasia_mk@yahoo.com resistensi antimikroba sedikit sekali ditemukan. Kurangnya fasilitas
laboratorium merupakan kendala besar dalam mengembangkan surveilans yang
Universa Medicina 2007; 26: 46-56 efektif. Untuk mempertahankan jangka efektivitas suatu antimikroba, khususnya
di negara berkembang, perlu dilakukan perbaikan sistem surveilans untuk
memantau timbulnya resistensi antimikroba, perbaikan akses laboratorium,
peraturan penggunaan antimikroba yang lebih baik, dan pendidikan masyarakat.

Kata kunci : Resistensi, antimikroba, enteropatogen

46
Universa Medicina Vol. 26 No.1

Global aspects of antimicrobial – resistance of enteric bacterial

Yenny*a and Elly Herwana*

ABSTRACT

Bacterial resistance to antimicrobial agents is a global public health problem and *Department of Farmacology
becoming important in the treatment of enteric infections. In developing countries, Medical Faculty
resistance to the first-line drugs has been observed among the enteric pathogens due to Trisakti University
the uncontrolled usage of antimicrobial agents. In some cases, the level of resistance
has forced a change to more expensive second or third-line drugs. Resistance has emerged Correspondence
a
even to newer and more potent antimicrobial agents which caused economic burden dr. Yenny
Department of Farmacology
and multiple resistance. In many developing countries, few data are available on the
Medical Faculty
prevalence of antimicrobial resistance. The lack of laboratory facilities are major
Trisakti University
constrains to the development of effective surveillance. To maintain the useful life of Jl. Kyai Tapa No.260
antimicrobial drugs, especially in developing countries, there needs to be improved Jakarta 11440
access to diagnostic laboratories, improved surveillance of the emergence of resistance, Email: stasia_mk@yahoo.com
better regulation of the use of antimicrobial and better education of the public.
Universa Medicina 2007; 26: 46-56.

Keywords : Resistence, antimicrobial, enteropathogen

PENDAHULUAN Penelitian-penelitian dengan berbagai


kuman patogen lain juga menunjukkan bahwa
Meskipun resistensi antimikroba dari pemindahan resistensi adalah suatu peristiwa
bakteri telah dijumpai semenjak era ‘pra- yang umum di dunia mikroba dan dengan
antibiotika’ dan di lingkungan yang terpencil dicapainya perkembangan mutakhir di dalam
yang tidak mengalami paparan antimikroba, biologi molekuler, pemindahan resistensi ini
perkembangan resistensi antimikroba sejalan dapat dijelaskan secara rinci. Kuman-kuman
dengan perkembangan penggunaan obat-obat patogen telah mampu mengembangkan sejumlah
antimikroba yang semakin meningkat dan sejalan besar mekanisme untuk menghindarkan diri dari
pula dengan ditemukannya obat-obat baru. (1) efek antimikroba dengan cara membentuk enzim
Pemindahan resistensi (resistance transference) yang dapat merusak antimikroba sampai pada
antara bakteria dilaporkan untuk pertama kali kemampuannya untuk melakukan modifikasi
pada kuman enterik ketika terjadi wabah dari proses metaboliknya. Situasi ini tidak statis,
disenteri yang luas di Jepang sekitar tahun 1950- mekanisme yang baru yang lebih kompleks
an. Pemindahan resistensi ini tidak saja terjadi secara cepat dikembangkan mikroorgansime
secara in vitro pada percobaan laboratorium mengikuti diperkenalkannya dan digunakannya
antara kuman Shigella dysenteriae dengan suatu antimikroba yang baru. Perubahan-
Escherichia coli, namun juga dapat terjadi perubahan genetik yang menyebabkan terjadinya
secara in vivo. resistensi antimikroba mungkin terjadi melalui

47
mutasi, seperti misalnya multidrug resistance ketiga, yang harganya lebih mahal, dan
dari Mycobacterium tuberculosis dan resistensi menyebabkan beban ekonomi yang besar. (4)
quinolon pada Enterobacteriaceae. Mekanisme Di banyak negara berkembang, juga di
genetik lain adalah transposon dan integron, Indonesia, data mengenai prevalensi resistensi
yang memungkinkan gen pembawa plasmid antimikroba sedikit sekali ditemukan.
menyatu (integrated) ke dalam kromosom Kurangnya fasilitas laboratorium merupakan
bakteri sehingga resistensi yang terjadi menetap kendala besar di dalam pengembangan
dan diturunkan ke generasi bakteri surveilans yang efektif. Untuk mempertahankan
berikutnya. (1) jangka efektivitas suatu antimikroba,
Sejumlah penelitian telah menguraikan khususnya di negara berkembang, perlu
tentang meningkatnya prevalensi resistensi dilakukan perbaikan sistem surveilans untuk
pada kuman-kuman patogen enterik seperti memantau timbulnya resistensi antimikroba,
yang terjadi pada Shigella, salah satu kuman perbaikan akses laboratorium, peraturan
enterik penyebab diare. Hal ini penting karena penggunaan antimikroba yang lebih baik, dan
diare akut memberikan kontribusi yang cukup pendidikan masyarakat.
besar sebagai penyebab kematian pada anak-
anak berusia ≤5 tahun di negara berkembang, MEKANISME RESISTENSI ANTIMIKROBA
termasuk Indonesia. Menurut Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 (2) penyakit Mekanisme utama dari populasi mikroba
diare di Indonesia menduduki urutan ke dua dari untuk bertahan hidup dalam situasi terancam
penyakit infeksi dengan angka morbiditas adalah dengan cara mutasi genetik, ekspresi dari
sebesar 4% dan mortalitas 3,8%. Pada bayi- suatu gen resistensi yang laten, atau melalui gen
bayi, penyakit diare menempati urutan tertinggi yang memiliki determinan resistensi. Ketiga
sebagai penyebab kematian dengan angka mekanisme ini dapat berada bersama-sama
sebesar 9,4% dari seluruh kematian bayi. (3) dalam suatu bakterium. Penggunaan antibiotika
Bakteri merupakan patogen yang paling penting secara berlebihan dapat menimbulkan tekanan
sebagai penyebab penyakit diare. Penggantian selektif yang mendorong perkembang-biakan
cairan dan elektrolit yang hilang dengan hidrasi mikroorganisme yang resisten (Gambar 1).(5)
oral atau terapi cairan intravena merupakan Terdapat bukti kuat bahwa resistensi
upaya pengobatan utama, namun obat bakteri terhadap antibiotika sudah ada jauh
antimikroba yang diberikan bersamaan dengan sebelum ’era antibiotika’. (6) Telah terjadi
rehidrasi memiliki peranan yang sangat penting ekspansi besar-besaran dari populasi bakteri
dalam penanganan diare akut dan diindikasikan yang resisten terhadap antibiotik selama ‘era
bagi diare infektif oleh beberapa bakteri enterik antibiotika’. Ekstraksi, purifikasi, sintesis dan
tertentu (Shigella spp, Vibrio cholerae). pemberian antimikroba dalam jumlah besar yang
Penggunaan antimikroba pada diare tanpa dilakukan oleh manusia telah mempercepat
indikasi yang jelas telah menyebabkan banyak evolusi bakteri dengan memberikan tekanan
jenis kuman enterik menjadi resisten. Di selektif terhadap bakteri yang harus memberikan
Indonesia dilaporkan bahwa hampir semua respon untuk bertahan hidup dan menjadi
spesies Shigella, terlebih S. flexneri telah resisten atau mati. Mikroba yang semula peka
resisten terhadap antimikroba yang menjadi terhadap suatu antimikroba, dapat berubah sifat
obat lapis pertama untuk diare sehingga genetiknya menjadi tidak peka (resisten) atau
terpaksa digunakan obat-obat lapis kedua dan kurang peka.

48
Universa Medicina Vol. 26 No.1

Gambar 1. Resistensi antibiotika oleh mutasi genetik akibat perubahan pada:


a. kode ikatan protein; b. ribosom; c. struktur membran; d. inaktivasi enzim(5)

Faktor yang menentukan sifat resistensi Mutasi terjadi dalam kecepatan bervariasi (10 -
4
mikroba terhadap antimikroba terdapat pada -10 -10 per pembelahan sel) dan meliputi proses
elemen yang bersifat genetik. Beberapa bakteri delisi, substitusi atau adisi satu atau lebih
secara intrinsik resisten terhadap antimikroba pasangan basa nukleotida, sehingga
tertentu. Contohnya bakteri gram positif, menghasilkan substitusi asam amino. Proses
kuman ini tidak memiliki membran sel bagian mutasi yang dikenal sebagai single-step
luar (outer membrane) , sehingga secara mutations menyebabkan timbulnya resistensi
intrinsik resisten terhadap polimiksin yang tingkat tinggi dalam jangka waktu singkat dan
bekerja merusak membran sel setelah bereaksi cepat. Contohnya, mutasi di dalam sistem yang
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mengatur kromosom yang mengkode (coded)
mikroba. produksi β-laktamase oleh Enterobacter dan
Kebanyakan resistensi antibiotika terjadi Citrobacter spp. Hal ini mengakibatkan
akibat mutasi atau transfer horizontal gen yang terjadinya produksi β-laktamase dalam jumlah
membawa sifat resisten. Mutasi terjadi secara yang sangat besar dalam waktu yang sangat
acak, spontan dan tidak tergantung dari adanya singkat sehingga dapat menghidrolisis
antimikroba. Mutasi terjadi bila terdapat antimikroba bahkan yang stabil terhadap β-
kekeliruan dalam proses replikasi DNA yang laktamase seperti seftazidim dan sefotaksim
luput untuk diperbaiki oleh system DNA repair. (Gambar 2). (6)

49
Gambar 2. Resistensi antibiotika β-lactam oleh β-lactamase

Sebaliknya, pada multistep mutation terjadi terhadap satu antimikroba. Dengan demikian
peningkatan resistensi secara bertahap. berbagai unit-r pada 1 plasmid faktor R
Contohnya adalah mutasi DNA gyrase (gyrA dan membawa sifat resistensi terhadap berbagai
parC) pada kuman Salmonella spp atau antimikroba sekaligus. Faktor R ini ditularkan
Staphylococcus aureus sehingga menimbulkan terutama di antara enterobakteria. Transposon
resistensi klinis terhadap fluorokuinolon. merupakan gen individual atau sekelompok kecil
Kebanyakan informasi genetik bakteri dikode gen resisten yang terikat terbalik atau secara
oleh kromosom, tapi tidak semuanya. Beberapa langsung mengulang rangkaian DNA (like
kuman memiliki gen ekstrakromosom baik bookends). Integron terdiri dari 2 segmen DNA
berupa plasmid (untaian DNA ganda berpilin di mana pada salah satu sisi terdapat gen yang
berukuran 2-200 kilobase tiap pasang) atau resisten terhadap antibiotika. Bakteri yang
bacteriofag (virus bakteri yang dapat resisten terhadap banyak antibiotika disebabkan
berintegrasi ke dalam kromosom bakteri). oleh plasmid yang mengalami resistensi multipel
Elemen genetik ekstrakromosom ini dapat atau terdapatnya gen dalam kromosom yang
ditransmisikan secara vertikal (dari bakteri ke membawa sifat resistensi. (6)
keturunannya melalui pembelahan biner) dan Traktus gastrointestinal khususnya pada
yang lebih penting lagi transmisi secara bagian distal merupakan tempat utama
horizontal yang dapat melintasi spesies dan sebagian besar dari flora normal. Ada
genus. Faktor resistensi yang dipindahkan dapat bermacam-macam populasi bakteri usus,
berlangsung dari kromosom ke plasmid atau vice bakteri gram negatif aerobik yang utama adalah
versa pada transposon dan integron. Tidak setiap Escherichia coli (sekitar 10 7 colony-forming
plasmid dapat dipindahkan. Yang dapat unit/g tinja). (6) Ketika antibiotika diberikan,
dipindahkan adalah plasmid faktor R, disebut efek yang diharapkan adalah agar antibiotika
juga plasmid penular (infectious plasmids). itu mampu membunuh bakteri patogen yang
Faktor R sendiri terdiri atas dua unit: segmen merugikan dan pasien dapat disembuhkan. Tapi
resistance transfer factor (RTF) dan yang jarang menjadi pertimbangan adalah
determinan-r (unit-r). Segmen RTF bahwa banyak antibiotika diabsorbsi secara
memungkinkan terjadinya perpindahan faktor R. tidak sempurna atau akan di ekskresi kembali
Masing-masing unit-r membawa sifat resistensi dalam bentuk utuh atau bentuk yang telah

50
Universa Medicina Vol. 26 No.1

mengalami modifikasi tapi masih mempunyai terhadap berbagai obat antimikrobial di daerah
aktivitas antimikroba. Dengan demikian setiap tropik dan negara berkembang sedikit
kali antibiotika digunakan, flora normal akan jumlahnya, data yang dilaporkan menunjukkan
terpapar dalam konsentrasi dan lama pemberian adanya resistensi antimikrobial yang luas di
obat yang bervariasi. Pemakaian antibiotika, daerah ini, bahkan pada beberapa kuman
khususnya bila digunakan tanpa aturan yang patogen enterik tertentu tercatat adanya
jelas seperti yang banyak terjadi di negara peningkatan prevalensi resistensinya. (1)
berkembang akan menyebabkan penggunaan Penyakit diare akut di mana pemberian
antibiotika secara tidak rasional. Adanya antibiotika merupakan upaya pengobatan yang
penggunaan antibiotika secara berlebihan efektif dan sangat dianjurkan adalah penyakit-
menyebabkan tingginya prevalensi resistensi penyakit seperti shigellosis, dan kolera.
p a d a f l o r a n o r m a l a e r o b i k . St u d i y a n g Sejumlah besar kuman-kuman enterik patogen
dilakukan di Inggris menunjukan pada 11% yang dapat menyebabkan infeksi saluran
anak sehat bakteri koliform di dalam tubuhnya gastrointestinal sudah mengalami resistensi.
telah resisten terhadap kloramfenikol, dan C a m p y l o b a c t e r j e j u n i d a n C. c o l i
sering kali juga berkaitan dengan resistensi merupakan salah satu penyebab gastroenteritis
terhadap ampisilin, streptomisin dan pada manusia dan menyebar di seluruh dunia.
spektinomisin. Bahkan 3,2% anak-anak Mikroorganisme ini adalah flora normal dari
mengekskresi bakteri yang resisten terhadap usus unggas, sapi dan hewan ternak lainnya.
seftazidim. (7) Penyebaran ke manusia biasanya terjadi karena
Flora komensal usus dapat berperan konsumsi daging unggas mentah, kontaminasi
sebagai reservoir bagi gen yang resisten terhadap silang dari daging unggas ke produk makanan
antimikroba. Gen-gen ini seringnya berupa lain, dan minum susu yang proses
plasmid, transposon atau integron. Keberadaan pasteurisasinya tidak sempurna atau minum air
gen-gen ini merupakan faktor yang menentukan yang belum dimasak. (1) Pada umumnya infeksi
bagi timbulnya resistensi terhadap banyak obat. campylobacteriosis merupakan infeksi yang
Bila hal ini terjadi maka penggunaan satu sifatnya self-limiting dan tidak memerlukan
antimikroba dapat menimbulkan resistensi pada pengobatan antibiotika. Dalam beberapa kasus
beberapa jenis antimikroba lain yang tidak infeksi dapat bersifat invasif dan sangat berat
mempunyai hubungan sehingga terjadi resistensi sehingga memerlukan antibiotika yaitu
silang (coss-resistance). Faktor yang eritromisin atau fluoroquinolon. Namun,
menentukan resistensi pada banyak obat ini prevalensi C. jejuni dan C. coli yang
dapat dipindahkan pada bakteri patogen yang mengalami resistensi terhadap antimikroba
menginfeksi usus. (1) ditemukan meningkat di berbagai negara di
dunia. (8-10) Resistensi yang timbul ini ternyata
Penyebaran resistensi antimikroba dari berkaitan dengan penggunaan antimikroba di
patogen enterik peternakan untuk memacu pertumbuhan ternak
Meningkatnya resistensi kuman enterik dan mengobati penyakit infeksi pada
secara progresif di negara-negara berkembang ternak. (10,11)
menimbulkan keprihatinan yang besar pada Di Amerika Serikat resistensi
banyak pihak dan menjadi suatu masalah Campylobacter terhadap quinolon meningkat
kesehatan masyarakat yang serius. Meskipun secara tajam dalam waktu singkat. Menurut
data surveilans mengenai prevalensi resistensi Food and Drugs Administration (FDA) Amerika

51
Serikat, timbulnya resistensi Campylobacter merupakan suatu kemunduran yang sangat
terhadap fluoroquinolon didapatkan dari besar.Wabah tifoid yang resisten terhadap
konsumsi ayam yang makanannya dicampur kloramfenikol dilaporkan terjadi di berbagai
antibiotika agar ternak menjadi gemuk, atau tempat seperti di Meksiko, India, Vietnam,
antibiotika ini diberikan untuk mengobati Korea, Pakistan, bahkan beberapa kasus juga
penyakit infeksi unggas. (12) Resistensi terhadap ditemukan di Indonesia. (17) Menjelang akhir
quinolon dilaporkan dari banyak negara di dunia, tahun 1980-an, Salmonella enterica ser. Typhi
baik negara industri maupun negara menunjukkan resistensi secara simultan terhadap
berkembang. Paparan terhadap fluoroquinolon, beberapa antibiotika yang digunakan sebagai
baik pada manusia maupun pada hewan, dapat first line drugs seperti kloramfenikol,
menginduksi terjadinya resistensi pada kotrimoksazol, tetrasiklin, dan ampisilin.
Campylobacter. Resistensi Campylobacter Masalah yang ditimbulkan oleh penyakit demam
jejuni terhadap antimikroba bahkan ditemukan tifoid menjadi lebih rumit karena adanya galur
pada burung-burung liar di Swedia. (13) kuman yang multiresisten (multidrug
Salmonella enterica yang terdiri atas resistance). Meskipun resistensi ini bervariasi
serotipe atau serovar.Typhi, dan ser. Paratyphii dari satu daerah dan daerah lainnya serta
A, B, C dan Salmonella non-tifoid yang secara berbeda dari tahun ke tahun, namun jelaslah
predominan menjadi penyebab penyakit diare, bahwa kemungkinan akan bertambah luasnya
ada kalanya bersifat invasif dan menyebabkan galur multiresisten ini telah menimbulkan
infeksi ekstraintestinal terutama pada mereka banyak kekuatiran. Timbulnya multiple drug
yang daya tahan tubuhnya rendah seperti resistance (MDR) dari S. Typhi dilaporkan dari
penderita penyakit imun. Serotipe Salmonella daerah-daerah di Asia (India, Pakistan,
non-tifoid yang paling sering dijumpai pada Banglades, Vietnam, Korea),(18) dan negara-
manusia adalah Typhimurium, Enteritidis, negara di Timur Tengah. Adanya MDR juga
Hadar, Virchow, dan Choleraesuis. ( 1 4 ) dilaporkan berbagai negara di Afrika seperti
Pengobatan antibiotika tidak diperlukan untuk Kenya (19) dan Nigeria. (20) Di Indonesia, galur S.
Salmonella gastroenteritis, tetapi sangat esensial Typhi yang resisten kloramfenikol tidak
untuk demam tifoid, salmonellosis invasif, dan persisten, setelah tahun 1978 hingga kini semua
infeksi ekstraintestinal. isolat S. Typhi sensitif terhadap obat-obat
Diperkenalkannya kloramfenikol pada antibiotika di atas. (4)
tahun 1948 sebagai standar pengobatan untuk Terjadinya MDR terhadap obat-obat
tifoid telah membawa dampak yang luar biasa antibiotika di atas menyebabkan digunakannya
dalam pengobatan demam tifoid. Kloramfenikol obat alternatif di dalam pengobatan demam
mampu menurunkan angka kematian yang tifoid, seperti misalnya golongan fluorokuinolon.
disebabkan oleh penyakit tersebut secara sangat Penggunaan fluorokuinolon (misalnya
bermakna. (15) Akan tetapi, dalam jangka waktu siprofoksasin) pada mulanya menunjukkan hasil
dua tahun setelah digunakan, telah terjadi yang memuaskan namun penggunaan obat secara
resistensi terhadap antibiotika ini meskipun berlebihan akhirnya menyebabkan kepekaan S.
belum menjadi masalah besar. Baru pada tahun Typhi terhadap fluorokuinolon mulai
1972 resistensi tifoid terhadap kloramfenikol menurun. (21) Akhir-akhir ini, di Asia ditemukan
menjadi suatu masalah yang besar. ( 1 6 ) galur yang telah tidak peka lagi terhadap
Munculnya galur yang resisten terhadap golongan fluorokuinolon sehingga menimbulkan
kloramfenikol dan antibiotika lainnya masalah dalam pengobatan tifoid. Suatu wabah

52
Universa Medicina Vol. 26 No.1

yang disebabkan galur semacam terjadi di menunjukkan resistensi terhadap obat-obat


Tajikistan, menyebabkan 8.000 orang sakit yang disebutkan di atas. Tahun 2003 laporan
dengan 150 kematian.(22) MDR yang dialami oleh dari beberapa negara ditemukannya Shigella
Salmonella enterica ser Typhi, Typhimurium dysentrie tipe I yang resisten terhadap
dan serovar lainnya dengan prevalensi yang siprofloksasin dan fluorokuinolon lain. Pola
rendah tampaknya mulai berkembang pesat resistensi yang berbeda ditunjukkan oleh S.
dengan mendapatkan tambahan integron pada flexneri dan S. sonnie. Umumnya S. flexneri
plasmid atau kromosom DNA. Tambahan menunjukkan resistensi terhadap ampisilin,
plasmid yang mengkode β-laktamase mempunyai kloramfenikol dan tetrasiklin, sedangkan S.
kemampuan untuk menghidrolisis antibiotik sonnei resisten terhadap trimetoprim-
berspektrum luas seperti sefoksitin atau sulfametoksazol dan tetrasiklin. Obat
seftriakson. Resistensi terhadap antibiotika yang antimikroba yang masih cukup efektif adalah
termasuk dalam extended-spectrum mecillinam, fluoroquinolon, seftriakson dan
betalactamase (ESBL) ini dilaporkan dari azitromisin. (23)
banyak tempat seperti Afrika, Asia, Timur Rehidrasi merupakan terapi utama yang
Tengah, Eropa dan Amerika. (1,6) paling penting dilakukan untuk penanganan
Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan penyakit kolera, namun penggunaan antimikroba
oleh shigelosis cukup tinggi pada negara yang tepat dapat mengurangi beratnya penyakit
berkembang. Dari 165 juta kasus diare yang dan lamanya eksresi Vibrio cholerae sehingga
disebabkan oleh Shigella 99% terjadi di negara membatasi penyebaran penyakit. Tetrasiklin,
berkembang dan sebesar 69% episode diare doksisiklin, furazolidin dan asam nalidiksat
dialami oleh anak balita. Lebih dari 1,1 juta digunakan untuk mengatasi penyakit ini. Sejak
kematian disebabkan oleh infeksi Shigella di tahun 1994 ditemukan peningkatan V. cholerae
negara berkembang, 60% kematian terjadi pada O1 yang menunjukkan resistensi multipel
anak balita. Terdapat empat spesies Shigella terhadap ampisilin, kotrimoksazol, asam
yaitu S. dysentriae, S. flexneri, S. bodyii dan S. nalidiksat.(24) Di antara V. cholerae O1 dan O139
sonnei. (23) Shigellosis merupakan salah satu juga terdapat resistensi terhadap furazolidin,
penyebab diare akut di mana antimikroba di tapi secara umum prevalensi resistensi V.
indikasikan. cholerae O139 lebih kecil dibandingkan O1.
Perkembangan resistensi kuman patogen Resistensi pada V. cholerae biasanya terjadi
enterik dilaporkan pertama-tama pada S. akibat penambahan plasmid atau integron pada
dysenteriae. Kuman ini menyebakan wabah flora normal. Studi yang dilakukan Taneja et
yang luas di beberapa daerah di Afrika seperti al (25) di India menunjukkan V. cholerae masih
Somalia, Zaire, Rwanda dan Burundi. (1) Di peka terhadap terhadap tetrasiklin, kecuali asam
A s i a , w a b a h o l e h m u l t i p l e - re s i s t a n t S . nalidiksat (89,5% resisten) dan kotrimoksazol
dysenteriae di India, Bangladesh, Myanmar dan (77,8% resisten).
Thailand. Selama beberapa dekade kuman- Escherichia coli dapat merupakan bakteri
kuman ini secara progresif menjadi resisten komensal, patogen intestinal dan patogen
terhadap first-line antimicrobial drugs, seperti ekstraintestinal (infeksi traktus urinarius,
ampisilin, kotrimoksazol, kloramfenikol dan meningitis, septicemia). Traveler’s diarrhea
tetrasiklin, akibat penggunaan obat antimikroba dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, tapi
s e c a r a l u a s . (6) S h i g e l l a d y s e n t r i e t i p e I yang paling sering disebabkan oleh
merupakan spesies yang paling sering enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC). Di

53
negara berkembang ETEC juga merupakan menggunakan 8 antimikroba antara lain
penyebab diare akut pada anak-anak dan orang ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol,
dewasa, umumnya oleh karena tidak cukupnya kloramfenikol, dan tetrasiklin, sefalotin,
ketersediaan air bersih dan karena higiene yang seftriakson, norfloksasin, dan siprofloksasin.
buruk. (26) Obat pilihan utama antimikroba untuk Shigella spp resisten terhadap ampisilin,
mengobati diare yang disebabkan ETEC adalah trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol,
doksisiklin. Resistensi yang meningkat dari dan tetrasiklin. Salmonella enterica ser. Typhi
ETEC terhadap antimikroba menyebabkan dan S. Paratyphi A masih peka terhadap
kotrimoksazol dan fluorokuinolon digunakan antimikroba yang disebut di atas. Sejumlah
untuk mengatasi infeksi ini. Belakangan kecil V. cholera O1 resisten terhadap ampisilin,
diketahui E. coli dengan resistensi multipel trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol,
(juga terhadap fluorokuinolon) pada beberapa dan tetrasiklin; tapi masih sensitif terhadap
kasus berkaitan dengan penggunaan seftriakson, norfloksasin, dan siprofloksasin.
antimikroba pada makanan ternak. Hal yang sama juga ditemukan pada V. cholera
non-O1. Campylobacter jejuni menunjukkan
KEPEKAAN KUMAN ENTERIK DI peningkatan resistensi terhadap seftriakson,
INDONESIA norfloksasin, dan siprofloksasin, tapi masih
s e n s i t i f t e r h a d a p e r i t r o m i s i n . St u d i i n i
Studi pendahuluan untuk mengetahui m e n u n j u k k a n , s e l a i n C . j e j u n i d a n V.
organisme penyebab diare sudah dilakukan di parahaemolyticus, tampaknya sebagian besar
Indonesia. Pada studi yang dilaksanakan dari enterik patogen masih sensitif terhadap
tahun 1997-1999, S. flexneri ditemukan sebagai fluorokuinolon. (29)
penyebab tersering penyakit diare di Meskipun di Indonesia belum ditemukan
masyarakat yang berdomisili di Jakarta. Hasil galur S. Typhi yang resisten terhadap asam
tes kepekaan antimikroba menunjukkan bahwa nalidiksat, maupun terhadap siprofloksasin.
kuman-kuman enterik patogen umumnya masih K e n y a t a a n n y a s e m u a i s o l a t S . Ty p h i d i
sensitif terhadap quinolon kecuali beberapa Indonesia masih sensitif terhadap semua jenis
isolate C. jejuni yang menunjukkan resistensi antibiotika, namun dengan adanya galur
terhadap siprofoksasin, asam nalidiksat, dan resistensi tersebut, tetap diperlukan
norfloksasin. (27) kewaspadaan. Sebagai konsekuensinya, pada
Pada studi tahun 1995-2001, berhasil setiap penderita dengan dugaan demam tifoid
diisolasi 2.812 enterpatogen penyebab diare harus dilakukan pemeriksaan mikrobiologis
dari 8 rumah sakit di Indonesia. (28) Vibrio berupa pemeriksaan biakan kuman, sekaligus
cholera O1 (37,1%) merupakan patogen yang kemudian menentukan pola kepekaan
paling tinggi frekuensinya diikuti oleh Shigella antibiotika dari isolat tersebut. Pola kepekaan
spp (27,3%), Sallmonella spp (17,7%), V. antibiotika pada ETEC sebagai penyebab diare
parahaemoliticu s (7,3%), S. Typhi (3,9%), C. akut sudah dilaksanakan di Denpasar, Bali dari
jejuni (3,6%), V. cholerae non-O1 (2,4%), dan tahun 2000-2001. (29) Insiden ETEC paling
S. paratyphi A (0,7%). Dari 767 Shigella spp tinggi ditemukan pada anak-anak usia 1-15
yang berhasi diisolasi, 82,2% adalah S . tahun. Frekuensi resistensi ETEC terhadap
f l e x n e r i , 1 5 % S . s o n n e i, d a n 2 , 2 % S . antimikroba ditemukan paling banyak terhadap
dysentriae. Tes kepekaan kuman enteropatogen ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol,
terhadap antimikroba dilakukan dengan kloramfenikol, tetrasiklin dan sefalotin. Semua

54
Universa Medicina Vol. 26 No.1

galur ETEC masih peka terhadap norfloksasin, Daftar Pustaka


siprofloksasin, asam nalidiksat. (29)
Studi yang dilakukan oleh Agtini et al(30) di 1. Shears P. Antibiotic resistance in the tropics. Trans
Jakarta Utara terhadap diare yang disebabkan Roy Soc Trop Med Hyg 2001; 95: 127-30.
2. Departemen Kesehatan RI. Survei Kesehatan
shigellosis dan kolera menunjukkan anak berusia
Nasional 2001. Laporan SKRT 2001: studi
1-2 tahun mempunyai insiden tertinggi morbiditas dan disabilitas. Jakarta: Badan
shigellosis (32/1.000/tahun) dan S. flexneri Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2002.
merupakan spesies yang paling sering 3. Departemen Kesehatan RI. Survei Kesehatan
ditemukan, yaitu dengan prevalensi sebesar 73% Nasional 2001. Laporan studi mortalitas 2001: pola
penyakit penyebab kematian di Indonesia. Jakarta:
sedangkan 95% dari padanya menunjukkan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
resistensi terhadap ampisilin, trimetoprim- 2002.
sulfametoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin, 4. Oyofo BA, Lesmana M, Subekti D, Tjaniadi P,
tapi masih peka terhadap asam nalidiksat, Larasati W, Putri M, et al. Surveillance of bacterial
siprofloksasin, seftriakson. Resistensi V. cholera pathogens of diarrhea disease in Indonesia. Diagn
Microbiol Infect Dis 2002; 44: 227-34.
terhadap antimikroba belum menjadi masalah di
5. Conly J. Antimicrobial resistance in Canada.
Indonesia. CMAJ 2002; 167: 885-91.
Tingginya resistensi enterik patogen 6. Kariuki S, Hart A. Global aspects of antimicrobial-
terhadap obat pilihan pertama untuk pengobatan resistant enteric bacteria. Curr Opin Infect Dis
penyakit diare sudah terjadi juga di Indonesia. 2001; 14: 579-86.
7. Millar MR, Walsh TR, Linton CJ. Carriage of
Besarnya persentase penderita diare yang
antibiotic-resistant bacteri by healthy children. J
mendapat antimikroba sangat mengkuatirkan Antimicrob Chemother 2001; 47: 605-10.
karena akan menimbulkan tekanan untuk 8. Taremi M, Mehdi SDM, Gachkar L, MoezAdralan
terjadinya galur bakteri yang resisten. S, Zolfagharian K, Reza ZM. Prevalence and
Peningkatan resistensi progresif terhadap antimicrobial resistance of Campylobacter isolated
from retail raw chicken and beef meat, Tehran,
siprofoksasin akan menimbulkan masalah
Iran. Int J Food Microbiol 2006; 108: 401-3.
kesehatan besar di kemudian hari. 9. Boonmar S, Sangsuk L, Suthivarakom K,
Padungtod P, Morita Y. Serotypes and antimicrobial
KESIMPULAN resistance of Campylobacter jejuni isolated from
humans and animals in Thailand. Southeast Asian
J Trop Med Public Health. 2005; 36: 130-4.
Resistensi antimikroba terhadap
10. Griggs DJ, Johnson MM, Frost JA, Humphrey T,
enteropatogen terus berlangsung di negara Jorgensen F, Piddock LJ. Incidence and mechanism
berkembang maupun negara maju. Khususnya of Ciprofloxacin resistance in Campylobacter spp.
di negara berkembang keadaan ini didukung Isolated from commercial poultry flocks in the
oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut United Kingdom before, during, and after
fluoroquinolone treatment. Antimicrob Agents and
antara lain: tersebar luasnya ketersediaan obat
Chemother 2005; 49: 699-707.
antimikroba yang dapat dibeli tanpa resep, 11. Inglis GD, McAllister TA, Busz HW, Yanke LJ,
regimen terapi yang sub-optimal, penggunaan Morck DW, Olson ME, et al. Effect of
poli-antimikroba, kurangnya fasilitas subtherapeutic administration of antimicrobial
laboratorium sebagai sarana penunjang agents to beef cattle on the prevalence of
antimicrobial resistance in Campylobacter jejuni
diagnostik untuk penulisan resep, berpindahnya
and Campylobacter hyointestinalis. Appl Environ
gen bakteri yang resisten, penyebaran galur Microbiol 2005; 71: 3972-81.
bakteri yang resisten di masyarakat dan rumah 12. FDA. Human health impact of fluoroquinolone
sakit. resistant Campylobacter jejuni infection attributed

55
to the consumtion of chicken. Washington DC: 22. Mermin JH, Villar R, Carpenter J, Robert L,
United States Federal Drugs Administration; Samaridden A, Gasanova L, et al. A massive
2000. epidemic of multi-drug resistant typhoid fever in
13. Waldenstrom J, Mevius D, Veldman K, Broman Tajikistan associated with consumption of
T, Hasselquist D, Olsen B. Antimicrobial resistance municipal water. J Infect Dis 1999; 179: 1416-22.
profiles of Campylobacter jejuni isolates from wild 23. Niyogi SN. Shigellosis. J Microbiol 2005; 43: 133-
birds in Sweden. Appl Environ Microbiol 2005; 43.
71: 2438-41. 24. Garg P, Cakraborty S, Basu I. Expanding multiple
14. Parry CM. Antimicrobial drug resistance in antibiotic resistance among clinical strains of
Salmonella enterica. Curr Opin Infect Dis 2003; Vibrio cholerae isolated from 1992-7 in Calcutta,
16: 467-72. India. Epidemiol Infect 2000; 94: 323-26.
15. Islam A, Butler T, Kabir I, Alam NH. Treatment 25. Taneja N, Mohan B, Khurana S, Sharma M.
of typhoid fever with ceftriaxone for 5 days or Antimicrobial resistance in selected bacterial
chloramphenicol for 14 days: a randomized enteropathogen in North India. Indian J Med Res
controlled trial. Antimicrob Agents Chemother 2004; 120: 39-43.
1993; 37: 1572-5. 26. Qadri F, Svennerholm AM, Faruque AS, Sack RB.
16. Mirza SH, Beeching NJ, Hart CA. multi-drug Enterotoxigenic Escherichia coli in developing
resistant typhoid: a global problem. J Med countries: epidemiology, microbiology, clinical
Microbial 1996; 44: 317-19. features, treatment, and prevention. Clin Microbiol
17. Sanborn WR, Lesmana M, Dennis DT, Rev 2005; 18: 465-83.
Trenggonowati R, Kadirman, Lita I, et al. 27. Oyono BA,Subekti D, Tjaniadi P, Machpud N,
Antibiotic resistant typhoid in Indonesia. Lancet Komalarini S, Setiawan B. Enteropathogen
1975; ii: 408-9. associated with acute diarrhea in community and
18. Lee K, Yong D, Yum JH. Lim YS, Kim HD, Lee hospital patient in Jakarta, Indonesia. FEMS
BK, Chong Y. Emergence of Multidrug-resistant Immunol Med Microbiol 2002; 34: 139-46.
Sallmonella enterica serovar Typhii in Korea. 28. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N,
Antimicrob Agents Chemother 2004; 48: 4130- Komalarini S, Santoso W, et al. Antimicrobial
5. resistance of bacterial pathogen associated with
19. Kariuki S, Revathi G, Muyodi J, Mwituri J, diarrhea patients in Indonesia. Am J Trop Hyg
Munyalo A, Mirza S, et al. Characterization of 2003; 68: 666-70.
mulridrug-resistant thyphoid outbreaks in Kenya. 29. Subekti DS, Lesmana M, Tjaniadi P, Machpud N,
J Clin Microbiol 2004; 42: 1477-82. Sriwati, Sukarma, et al. Prevalence of
20. Akinyemi KO, Smith SI, Oyefolu AO, Coker AO. enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) in
Multidrug resistance in Sallmonella enterica hospitalized acute diarrhea patients in Denpasar,
serovar Typhi isolated from patients with typhoid Bali, Indonesia. Diagn Microbiol Infect Dis 2003;
fever complication in Lagos, Nigeria. Public Health 47: 399-405.
2005; 119: 321-7. 30. Agtini MD, Rooswanti S, Lesmana M, Punjabi NH,
21. Mohanty S, Renuka K, Sood S, DAS BK, Kapil A. Simanjuntak S, Wangsaputra F, et al. The burden
Antibiogram pattern and seasonality of Salmonella of diarrhea, shigellosis dan cholera in North
serotypes in a North Indian tertiary care hospital. Jakarta, Indonesia: findings from 24 month
Epidemiol Infect 2006; 14:1-6. surbeillance. BMC Infect Dis 2005; 5: 89: 1-11.

56

Anda mungkin juga menyukai