Anda di halaman 1dari 10

Hamidah Amir

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

JALAN PEMBAGIAN HARTA WARIS


1. Menentukan ahli waris.
2. Menentukan ahli waris yang berhak menerima harta
warisan (mauruts) dengan jalan furudl (asshabul
furudl/dzul furudl). Ada 6, yaitu:
a. ½
b. ¼
c. 1/8
d. 1/3
e. 2/3
f. 1/6
3. Menentukan ahli waris yang terhijab (mahjub).
4. Menentukan ahli waris ashobah.
5. Menetapkan asal mas’alah untuk menentukan bagian
warisan bagi golongan yang berhak menerima dengan
furudl. Terdapat 7 macam asal mas’alah (KPK) yaitu, 2
– 3 – 4 – 6 - 8 – 12 dan 24, tergantung kepada angka
penyebut masing-masing ahli waris yang masuk dalam
golongan dzul furudl.
6. Menentukan jumlah warisan bagi ahli waris dzul faraid.
Jika terdapat sisa warisan akan dibagikan kepada ahli
waris ashobah.
7. Penyelesaian apabila dijumpai kasus ‘aul dan radd

Hukum waris Islam


Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

LAMPIRAN:

1. GOLONGAN AHLI WARIS

14 (empat belas) Golongan ahli waris laki-laki


1 = anak laki-laki
2 = cucu laki-laki dari anak laki-laki
3 = bapak
4 = kakek dari bapak dan seterusnya ke atas
5 = saudara laki-laki sekandung
6 = saudara laki-laki sebapak
7 = saudara laki-laki seibu
8 = anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
9 = anak laki-laki dari saudara sebapak
10 = paman (saudara laki-laki bapak yang sekandung)
11 = paman (saudara laki-laki bapak yang sebapak)
12 = anak laki-laki dari paman yang sekandung dengan bapak
13 = anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan bapak
14 = suami

9 (Sembilan) Golongan ahli waris perempuan


1 = anak perempuan
2 = cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki)
3 = ibu
4 = nenek (ibu dari bapak)
5 = nenek (ibu dari ibu dan seterusnya ke atas)
6 = saudara perempuan sekandung
7 = saudara perempuan sebapak
8 = saudara perempuan yang seibu
9 = istri

2. ASHSABUL FURUDL/DZUL FURUDL

A. BAGIAN ½
1. Seorang anak perempuan, bila tidak menjadi ashobal bil ghoiri
(adanya anak laki-laki)
2. Seorang cucu perempuan, bila ia tidak menjadi ashobah bilghoiri,
dan tidak bersama anak perempuan.
3. Seorang saudara perempuan sekandung, bila ia tidak menjadi
ashobah
4. Seorang saudara perempuan seayah, bila ia tidak menjadi
ashobah, dan tidak bersama dengan saudara perempuan sekandung
5. Suami, bila istrinya tidak mempunyai anak atau cucu (dari anak
laki-laki)
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

B. BAGIAN ¼
1. Suami, apabila istri mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
2. Istri, apabila suami tidak mempunyai anak atau cucu dari anak
laki-laki

C. BAGIAN 1/8
1. Istri, apabila suami mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki

D. BAGIAN 2/3
1. Dua atau lebih anak perempuan, dibagi bersama-sama
2. Dua atau lebih cucu perempuan, jika mereka tidak menjadi
ashobah bil ghoiri
3. Dua orang atau lebih saudara perempuan kandung, jika mereka
tidak menjadi ashobah bil ghoiri
4. Dua orang atau lebih saudara perempuan sebapak, jika mereka
tidak menjadi ashobah bil ghoiri, dan pewaris tidak mempunyai
anak perempuan atau cucu perempuan.

E. BAGIAN 1/3
1. Ibu, apabila pewaris tidak meninggalkan anak (perempuan atau
laki-laki) atau cucu (perempuan atau laki-laki), atau tidak
mempunyai saudara lebih dari seorang (baik kandung, sebapak
ataupun seibu)
2. Dua atau lebih saudara seibu (laki-laki atau perempuan).

F. BAGIAN 1/6
1. Bapak, apabila pewaris memiliki anak atau cucu
2. Ibu, apabila pewaris memiliki anak, atau cucu atau saudara (laki-
laki atau perempuan) baik sekandung, sebapak, atau seibu
3. Kakek, apabila pewaris memiliki anak atau cucu, dan tidak ada
bapak
4. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), apabila tidak ada ibu
5. Cucu perempuan (seorang atau lebih) dari anak laki-laki,
apabila pewaris mempunyai anak perempuan satu orang saja. Bila
anak perempuan lebih dari seorang, maka cucu perempuan tidak
mendapatkan apa-apa (hijab hirman)
6. Seorang saudara seibu (laki-laki atau perempuan), bila pewaris
dalam keadaan kalalah (yaitu tidak mempunyai anak atau cucu
(laki-laki atau perempuan) dan tidak mempunyai bapak
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

3. AHLI WARIS YANG MAHJUB/TERHIJAB

A. HIJAB NUQSHON

AHLI BAGIAN KEADAAN


WARIS

Istri ¼ Bila suami tidak mempunyai anak atau cucu dari


anak lelaki

1/8 Bila suami mempunyai anak atau cucu dari anak


lelaki.

½ Bila istri tidak mempunyai anak atau cucu dari anak


Suami lelaki

¼ Bila istri mempunyai anak atau cucu dari anak lelaki

½ Tunggal dan tidak mempunyai saudara lelaki

Anak 2/3 Lebih dari seorang dan tidak ada saudara laki-laki
perempuan (tidak menjadi ashobah bil ghoiri)

Ashobah bil Bila memiliki saudara lelaki (perbandingan bagian


ghoiri adalah 1 :2, satu bagian untuk anak perempuan dua
bagian untuk anak lelaki)
1. Jika anak lelaki tunggal, maka menerima
bagian ashobah seluruhnya
2. Jika anak lelaki lebih dari 1, seluruh
bagian ashobah dibagi rata diantara
mereka

½ Tunggal dan pewaris tidak memiliki anak-


lelaki/perempuan

2/3 Lebih dari seorang dan pewaris tidak memiliki anak


Cucu lelaki/perempuan
perempuan Ashobah bil Jika mewaris bersama dengan cucu lelaki (perbandingan
dari anak ghoiri 1:2), dan pewaris tidak mempunyai anak
lelaki lelaki/perempuan

1/6 Bila mewaris bersama dengan anak perempuan


(pelengkap tunggal. (ahli waris 1/6 dan anak perempuan 1/2;
2/3) seolah menggenapi bagian menjadi 2/3)
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Gugur Pewaris meninggalkan 2 orang anak perempuan atau


lebih (kecuali ahli waris mewaris bersama cucu laki-laki
yang menjadi muashibnya).

1/3 Bila pewaris tidak mempunyai anak atau cucu, atau


saudara yang lebih dari seorang
Ibu
1/6 Bila pewaris mempunyai anak atau cucu, atau
saudara lebih dari seorang

1/3 dari sisa Dalam masalah garrawain/umariyatain (menyalahi


ketentuan umum).
Bila ibu mewaris bersama dengan bapak dan suami
atau istri saja (tidak ada anak).
Maka:
 ibu mendapat 1/3 dari sisa (setelah dikurangi
suami (1/2) atau istri (1/4))
 Bapak mendapat 2/3 sisa

1/6 Bila ada anak lelaki atau cucu lelaki

1/6 + Bila ada anak perempuan atau cucu perempuan


Bapak ashobah tanpa ada yang lelaki

Ashobah Jika pewaris tidak memiliki anak atau cucu


binafsihi

Nenek (dari 1/6 Jika seorang diri maupun lebih dari seorang dan
bapak tidak termahjub
atau dari
ibu)

1/6 Jika ada anak lelaki atau cucu lelaki, serta tidak
termahjub

Kakek dari
bapak) 1/6 + Jika ada anak perempuan atau cucu perempuan
ashobah tanpa ada yang lelaki

ashobah Jika pewaris tidak memiliki anak dan cucu.

Tunggal, tanpa saudara lelaki sekandung perempuan


½ atau laki-laki
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Saudara
perempuan 2/3 Lebih dari satu saudara perempuan sekandung,
sekandung tetapi tanpa saudara sekandung lelaki

Ashobah bil Jika memiliki saudara lelaki sekandung satu atau lebih,
ghoiri dengan perbandingan laki-laki mendapat 2 bagian,
perempuan 1 bagian

Ashobah Bila ada anak perempuan atau cucu perempuan dari anak
maal ghoiri lelaki.

Gugur Pewaris mempunyai anak lelaki, cucu lelaki atau bapak.

½ Tunggal dan tidak bersama anak perempuan


kandung, cucu perempuan dari anak lelaki atau
saudara perempuan sekandung

Saudara
perempuan 2/3 Lebih dari satu saudara perempuan seayah dan tidak
seayah bersama anak perempuan kandung, cucu perempuan
dari anak lelaki atau saudara perempuan sekandung

Ashobah bil Bersama dengan saudara lelaki seayah, dan pewaris tidak
ghairi memiliki anak lelaki/perempuan, dengan perbandingan
1:2.

1/6 Sebagai pelengkap 2/3 bila bersama dengan saudara


perempuan sekandung

Ashobah Bila bersama menerima warisan dengan anak perempuan


maal ghoiri seorang atau lebih, atau cucu perempuan seorang atau
lebih, dan pewaris tidak mempunyai anak lelaki, atau
saudara perempuan kandung seorang atau lebih.

Gugur Bila bersama dengan anak lelaki atau saudara perempuan


kandung lebih dari satu, atau saudara perempuan
kandung seorang yang diashobahkan dengan anak
perempuan atau cucu perempuan.

Saudara 1/6 Bila tunggal, laki-laki atau perempuan


lelaki atau
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

perempuan
seibu 1/3 Bila dua orang atau lebih baik laki-laki atau
perempuan, laki-laki saja atau perempuan saja.

B. HIJAB HIRMAN

No Ahli Waris Penghalang (Hajib)


(Mahjub)

1. Kakek 1. Bapak

2. Nenek dari garis ibu 1. Ibu

3. Nenek dari garis 1. Bapak


bapak 2. Ibu

4. Cucu lelaki (1/lebih) 1. Anak laki-laki

5. Cucu perempuan 1. Anak lelaki


(1/lebih) 2. Anak lelaki dan anak perempuan lebih dari seorang
(jika tidak bersamaan dengan cucu lelaki)

6. Saudara kandung 1. Anak lelaki


(laki2/perempuan) 2. Cucu lelaki
3. Bapak

7. Saudara lelaki 1. Anak lelaki


sebapak (1/lebih) 2. Cucu lelaki
3. Bapak
4. Saudara lelaki kandung
5. Saudara perempuan kandung bila menerima
ashobah bersama anak perempuan/cucu perempuan.

8. Saudara perempuan 1. Anak lelaki


sebapak (1/lebih) 2. Cucu lelaki
3. Bapak
4. Saudara lelaki kandung
5. Saudara perempuan kandung bila menerima
ashobah bersama anak perempuan/cucu perempuan.
6. Dua orang saudara perempuan kandung, jika ia (ahli
waris no 8) tidak dishobahkan dengan saudara
lelaki sebapak.

9. Saudara seibu 1. Anak lelaki


(laki2/perempuan) 2. Bapak
1/lebih 3. Kakek
4. Cucu lelaki
5. Anak perempuan
6. Cucu perempuan

10. Anak lelaki dari 1. Anak lelaki


Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

saudara lelaki 2. Cucu lelaki


(keponakan) 3. Bapak
sekandung 4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.

11. Anak lelaki dari 1. Anak lelaki


saudara lelaki 2. Cucu lelaki
(keponakan) sebapak 3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.
9. Anak lelaki dari saudara lelaki
sekandung/keponakan (ahli waris nomer 10)

12. Paman (Saudara 1. Anak lelaki


lelaki bapak) 2. Cucu lelaki
sekandung 3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.
9. Anak lelaki dari saudara lelaki
sekandung/keponakan (ahli waris nomer 10)
10. Anak lelaki dari saudara lelaki sebapak (Ahli
waris no.11)

13. Paman (saudara 1. Anak lelaki


lelaki bapak) 2. Cucu lelaki
sebapak 3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.
9. Anak lelaki dari saudara lelaki
sekandung/keponakan (ahli waris nomer 10)
10.Anak lelaki dari saudara lelaki sebapak (Ahli waris
no.11)
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

11.Ahli waris no. 12 (Paman kandung)

14. Sepupu lelaki (Anak 1. Anak lelaki


lelaki dari paman) 2. Cucu lelaki
yang sekandung 3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.
9. Anak lelaki dari saudara lelaki
sekandung/keponakan (ahli waris nomer 10)
10.Anak lelaki dari saudara lelaki sebapak (Ahli waris
no.11)
11.Ahli waris no. 12 (Paman kandung).
12.Ahli waris no. 13 (paman sebapak).

15. Sepupu lelaki (Anak 1. Anak lelaki


lelaki dari paman) 2. Cucu lelaki
yang sebapak 3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara lelaki kandung
6. Saudara lelaki sebapak
7. Saudara perempuan sekandung yang menjadi
ashobah ma’al ghoiri
8. Saudara perempuan sebapak yang menjadi ashobah
ma’al ghoiri.
9. Anak lelaki dari saudara lelaki
sekandung/keponakan (ahli waris nomer 10)
10.Anak lelaki dari saudara lelaki sebapak (Ahli waris
no.11)
11.Ahli waris no. 12 (Paman kandung).
12.Ahli waris no. 13 (paman sebapak).
13.Ahli waris no. 14 (sepupu lelaki/anak lelaki dari
paman yang sekandung)
Hamidah Amir
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

4. ASHOBAH
A. ASHOBAH BINAFSIHI
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki (dari anak laki-laki)
c. Bapak
d. Kakek (dari pihak bapak)
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
i. Paman yang sekandung dengan bapak
j. Paman yang sebapak dengan bapak
k. Anak laki-laki dari paman sekandung
l. Anak laki-laki dari paman sebapak

B. ASHOBAH BILGHOIRI
a. Anak perempuan beserta anak laki-laki
b. Cucu perempuan beserta cucu laki-laki
c. Saudara perempuan sekandung beserta saudara laki-laki sekandung
d. Saudara perempuan seayah beserta saudara laki-laki sebapak

C. ASHOBAH MA’AL GHOIRI


a. Saudara perempuan sekandung apabila mereka bersamaan dengan
anak perempuan (seorang atau lebih), atau bersamaan dengan cucu
perempuan (seorang atau lebih), tetapi mereka tidak mempunyai
saudara laki-laki (karena jika ada saudara laki-laki, mereka
menjadi ashobah bil ghoiri).
b. Saudara perempuan seayah apabila mereka bersamaan dengan anak
perempuan (seorang atau lebih), atau bersamaan dengan cucu
perempuan (seorang atau lebih), tetapi mereka tidak mempunyai
saudara laki-laki (karena jika ada saudara laki-laki, mereka menjadi
ashobah bil ghoiri).

Anda mungkin juga menyukai