Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TINDAKAN MEET THE EXPERT (MTE)

DENGAN TEMA ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SUKOHARJO

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Kegawatdaruratan


Program Profesi Ners XXI

Disusun oleh :
PRIMA YUNITA CAHYANINGTYAS
J230195041

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA
2019
Nama mahasiswa : Prima Yunita Cahyaningtyas

NIM : J230195041

Topik : Elektrokardiogram (EKG)

Pemberi materi : Triyono S,Kep. Ns

1. Anatomi Jantung dan Sistem Konduksi


Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagi pompa, yaitu atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel
diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls listrik dari
atrium ke ventrikel.
Sistem konduksi jantung teridiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus Atrioventrikular
(AV), berkas his dan serabut-serabut purkijnje. Nodus SA (SAN) terletak pada pertemuan
antara vena kava superior dengan atrium kanan. Sel-sel dalam SAN secara otomatis dan
teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60-100 kali/ menit. Nodus AV (AVN) terletak
di atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel dalam AVN
mengeluarkan impuls lebih rendah dari SAN yaitu 40-60 kali/ menit. AVN kemudian menjadi
berkas his yang menembus jaringan pemisah miokardium atrium dan miokardium ventrikel,
selanjutnya berjalan pada septum ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas
kanan (right bundle branch) dan berkas kiri (left bundle branch). RBB dan LBB kemudian
menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkeas tersebut bercabang menjadi serabut-
serabut purkinje. Serabut purkinje mampu mengelurakan impuls dengan frekuensi 20-40 kali/
menit.

2. Elektrofisiologi Sel Otot Jantung


Sel otot jantung dalam keadaan istirahat pada permukaan luarnya bermuatan positif dan
bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan melalui membrane sel ini
kira-kira – 90 miliVolt.
Terdapat 3 ion yang mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu kalium,
natrium dan kalsium.rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion
natrium dengan cepat dari luar ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi
lebih positif dibandingkan muatan luar sel.
Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan DEPOLARISASI.
Setelah depolarisasi, terjadi pengambalian muatan ke keadaan semula proses ini dinamakan
REPLARISASI. Seluruh proses tersebut dinamakan AKSI POTENSIAL.
Aksi potensial dibagi dalam lima fase sesuai dengan elektrofisiologi yang terjadi yaitu
fase 0, fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4. Fase 0 dinamakan fase depolarisasi yang
menggambarkan masuknya natrium dari luar sel ke dalam dengan cepat. Akibatnya muatan
dalam sel menjadi positif sedangkan luar sel menjadi negatif. Fase 1 merupakan fase
permulaan proses repolarisasi yang mengembalikan potensial dalam sel ke 0 miliVolt, hal ini
terutama akibat penutupan saluran atrium. Fase 2 terjadi perpindahan ion kalsium ke dalam
sel otot jantung dengan laju yang relatif lebih lambat dan menyebabkan keadaan stabil yang
agak lama sesuai dengan masa refrakter absolut dari miokardium. Fase 3 merupakan fase
pengembalian potensial intrasel ke potensial istirahat, akibat pengeluaran Kalium dari dalam
ke luar sel, sehingga mengurangi muatan positif di dalam sel. Fase 4 dinamakan juga fase
istirahat, dimana bagian dalam sel otot bermuatan negatif dan bagian luar bermuatan positif.
Dengan demikian sel tersebut mengalami polarisasi.
3. Sandapan EKG
Rekaman EKG diperoleh dengan memasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-
temoat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena
penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Terdapat dua jenis sandapan (lead) pada EKG yaitu sandapan bipolar dan unipolar.
Sandapan bipolar hanya dapat merekam perbedaan potensial dari dua elektroda yang terbagi
menjadi tiga, sedangkan sandapan unipolar terbagi menjadi dua.
Sandapan bipolar terdiri dari lead I, lead II, dan lead III. Lead I merekam beda potensial
antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan negatif
(-) dan tangan kiri bermuatan positif (+). Lead II merekam beda potensial antara tangan kanan
(RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan kaki kiri
bermuatan positif (+). Lead III merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki
kiri (LF), dimana tangan kiri bermuatan negatif (-) dan kaki kiri bermuatan positif (+). Ketiga
sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi yang lazim disebut segi
tiga EINTHOVEN.

Sandapan unipolar terbagi menjadi dua sandapan yaitu sandapan unipolar ekstermitas
dan unipolar precordial. Sandapan unipolar ekstremitas merekam beda potensial listrik pada
satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).
Sandapan unipolar ekstremitas terdiri dari sandapan avR, sandapan avL, dan sandapan avF.
Sandapan avR merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan
bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kirimembentuk elektroda indiferen. Sandapan avL
merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+),
tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen. Sandapan avF merekam potensial
listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan tangan
kiri membentuk elektroda indifern.
Sandapan unipolar ke dua yaitu sandapan unipolar precordial, sandapan ini merekam
potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan di beberapa
tempat dinding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda
ekstremitas. Letak sandapan meliputi V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. V1 terletak di ruang
interkosta IV garis sternal kanan, V2 terletak di ruang interkosta IV garis sternal kiri, V3
terletak di pertengahan V2 dan V4, V4 terletak di ruang interkosta V garis midklavikula kiri,
V5 sejajar V4 garis aksila depan, dan V6 sejajar garis aksila tengah. Umumnya perekaman
EKG lengkap dobuat 12 lead (sandapan), akan tetapi pada keadaan tertentu perekaman dibuat
sampai V7, V8, dan V9 atau V3R dan V4R.
4. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertikal
dengan jarak 1 mm (sering disebut kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5
mm (disebut kotak beasr). Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0,04
detik, sedangkan 5 mm = 0, 20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm =
0,1 miliVolt, sedangkan setiap 10 mm = 1 miliVolt.
Pada praktik setiap hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 miliVolt. Kalibrasi yang
biasanya dilakukan adalah 1 miliVolt, yang menimbulkan defleksi 10 mm. pada keadaan
tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil
yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat perekaman EKG
sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi yang membacanya.
5. Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik ini terdiri dari depolarisasi atrium, repolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel,
dan repolarisasi ventrikel.
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal memperlihatkan
3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel.
Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena disamping intesitasnya kecil
juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai
intesitas yang jauh lebih besar. Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S, dan T
serta kadang terlihat delombang U. Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Gelombang P yang
normal yaitu lebar kurang dari 0,12 detik, tinggi kurang dari 0,3 miliVolt, selalu positif di lead
II dan selalu negatif di lead avR.
Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel. Gelombang QRS
yang normal yaitu lebar 0,06-0,12 detik dan tinggi tergantung lead. Gelombang QRS terdiri
dari gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Gelombang Q adalah defleksi negative
pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang normal yaitu lebar kurang dari 0,04 detik,
tinggi/ dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R. Gelombang Q abnormal disebut gelombang Q
patologis. Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang R
umumnya positif di lead I, II, V5, dan V6. Di lead avR, V1, dan V2 biasanya hanya kecil atau
tidak ada sama sekali. Gelombang S adalah defleksi negative sesudah gelombang R. di lead
avR dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin
menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang
T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di avR.
Gelombang U adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui namun
diduga akibat repolarisasi lambat sistem konduksi interventrikel.
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.
Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi
ventrikel.
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. segemn ini
umumnya isoelektris, tetapi pada lead precordial dapat bervariasi dari - 0,5 sampai + 2 mm.
segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut ST depresi.
6. Cara Menilai EKG
1) Menentukan Frekuensi (Hearth Rate)
Cara menentukan frekuensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu:
a. 300____________
Jumlah kotak besar antara R-R
b. 1500___________
Jumlah kotak kecil antara R-R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10
atau ambil EKG 12 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan dengan 5.
2) Menentukan Irama Jantung (Rhythm)
Dalam menentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sebagai
berikut:
a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
b. Tentukan berapa frekuensi jantung (HR)
c. Tentukan gelombang P normal atau tidak
d. Tentukan interval PR normal atau tidak
e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
f. Interpretasi
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya disebut irama
sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus (SR) adalah irmanya teratur, frekuensi jantung
antara 60-100 kali per menit, gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti
gelombang GRS dan T, interval PR normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal
(0,06-0,12 detik), semua gelombang sama.
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut disebut disritmia. Disritmia terdiri dari
disritmia yang disebebakan oleh gangguan pembentukan impuls dan disritmia yang
disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls.
Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan imupls terdiri dari:
a. Nodus SA
1) Takikardi Sinus (ST)
2) Bradikardi Sinus (SB)
3) Aritmia sinus
4) Sinus Arrest
b. Atrium
1) Ekstrasistolal atrial (AES/PAB/PAC)
2) Takikardi atrial (PAT)
3) Flutter atrial
4) Fibrilasi atrial
c. Nodus AV
1) Irama junctional (JR)
2) Ekstrasistolal junctional (JES/PJB/PJC)
3) Takikardi junctional
d. Supraventrikel
1) Ekstrasistol supraventrikel (SVES)
2) Takikardi supraventrikel (SVT)
e. Ventrikel
1) Irama idioventrikel (IVR)
2) Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
3) Takikardi ventrikel (VT)
4) Fibrilasi ventrikel (VF)
Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls:
a. Nodus SA
Blok sinoatrial (SA Block)
b. Nodus AV
1) Blok AV derajat I
2) Blok AV derajat II
3) Tipe Mobitz I (Wenckebach)
4) Tipe mobitz II
5) Blok AV derajat III (total AV blok)
c. Interventrikuler
1) Right bundle branch block (RBBB)
2) Left bundle branch block (LBBB)
3) Menentukan sumbu jantung (axis)
Untuk menentukan axis dapat dapat dipakai bebrapa cara, yang paling mudah adalah
dengan menghitung QRS rata-rata di bidang frontal. Axis normal terletak antara -30
sampai +110 derajat.
Gambar 1.5. Axis
Deviasi axis ke kiri (LAD) antara -30 sampai – 90 derajat dan deviasi axis kanan
(RAD) antara +110 sampai -180 derajat.
4) Menentukan adanya tanda hipertrofi
a. Hipertrofi atrium kanan (RAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lancip dan tinggi paling jelas terlihat
di lead I dan lead II, biasanya disebut P-Pulmonal.
b. Hipertrofi atrium kiri (LAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lebar dan berlekuk, paling jelas
terlihat di lead I dan II, biasa disebut gelombang P-Mitral.
c. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)
Ditandai dengan gelombang R lebih besar dari gelombang S pada lead precordial
kanan, VAT > 0,03 detik di V1, gelombang S menetap di V5/ V6, depresi
segmen ST dan gelombang T terbalik di V1-V3, dan RAD.
d. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)
Ditandai dengan gelombang R pada V5/V6 lebih dari 27 mm atau gelombang S
di V1 + gelombang R di V5/V6 lebih dari 35 mm, VAT > 0,05 detik di V5/V6,
depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V5/V6, dan LAD.
5) Menentukan adanya tanda iskemia/ infark miokard
Iskemia miokard ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau gelombang
T terbalik. Sedangkan infark miokard, gambaran yang paling diagnostik adalah
gelombang Q patologis. Pada fase akut umumnya gelombang Q patologis disertai
adanya elevasi segmen ST, sedangkan pada fase sub akut atau recent gelombang Q
patologis disertai gelombang T terbalik. Pada fase old gambaran EKG berupa
gelombang Q patologis, segmen ST dan gelombang T normal kembali.
Adapun untuk menentukan lokasi iskemia atau infark digunakan ketentuan
sebagai berikut:
a. Anterior kelainannya di V2-V4
b. Anteroseptal kelainannya di V1-V3
c. Anterolateral kelainnanya di I, AVL, V5-V6
d. Ekstensif anterior kelainannya di I, AVL, V1-V6
e. Inferior kelainannya di II, III, dan AVF
f. Posterior kelainannya di V1-V2 (resipokal)
g. Ventrikel kanan kelainannya di V1, V3R, dan V4R
7. Prosedur Perekaman EKG
1. Alat dan bahan :
a. Elektrokardiogram
b. Elektroda ektremitas
c. Elektroda hisap
d. Kawat penghubung klien dan kawat penghubung dengan bumi
e. Kapas dan alkohol
f. Elektrolit jelly
g. Probandus
2. Cara kerja :
a. Persiapan
1) Klien berbaring dengan tenang dan telanjang dada. Klien diberikan penjelasan
mengenai tujuan dan jalanya prosedur pemeriksaan. Kepala klien diberi bantal dan
perhiasan maupun aksesoris yang terbuat dari logam dilepas.
2) Permukaan kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dibersihkan dengan kapas
beralkohol.
3) Elektroda diberi EKG jelly secukupnya dan dipasangkan pada tempat yang sudah
dibersihkan.
4) Kabel penghubung klien dihubungkan dengan elektroda :
 Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan
kanan.
 Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda dipergelangan tangan
kiri.
 Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki kiri.
 Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda dipergelangan kaki
kanan.
5) Permukaan kulit dada klien dibersihkan dengan kapas beralkohol
6) Elektroda diberi EKG jelly secukupnya dan dipasang pada prekordial yang telah
dibersihkan
7) Kabel penghubung klien dihubungkan dengan elektroda :
 V1 diletakan diruang interkostal ke empat disebelah kanan sternum (merah).
 V2 diletakan diruang interkostal ke empat disebelah kiri sternum (kuning).
 V3 diletakan diantara V2 dan V4 (hijau).
 V4 diletakan diruang interkostal kelima pada garis midklavikula (coklat).
 V5 diletakan diantar V4 dan V6 (hitam).
 V6 diletakan diruang interkostal kelima pada garis midklavikula (ungu).
3. Perekaman
a. Posisi kertas diperiksa.
b. Tombol ON ditekan.
c. kecepatan dan sensitivitas dipilih.
d. Tombol START ditekan.
e. Setelah semua lead terekam, tombol OFF ditekan.
f. Identitas dan waktu merekam diperiksa.
g. Elektroda beserta kabel-kabelnya dilepas dan dibersihkan.

Anda mungkin juga menyukai