Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diindonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD), pertama kali
dicurigai terjangkit disurabaya pada tahun 1968, sedangkan dijakarta,
kasus pertama dilaporkan terjangkit pada tahun 1969, bandung dan
Yogyakarta terjangkit pada tahun 1972. Diluar jawa seperti sumatera
barat, lampung, riau, Sulawesi utara, dan bali berturut-turut dilaporkan
tahun 1972-1973. Pada tahun 1974 dilaporkan terjadi wabah
dikalimantan selatan dan NTB dan pada tahun 1994 telah menyebar ke-
27 provinsi diindonesia. Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD
tidak begitu jelas tetapi dalam garis besarnya dapat dikemukakan jumlah
penderita DBD meningkat antara bulan septeember sampai februari dan
puncaknya dibulan januari.
Vector DBD atau penyebar penyakit atau pembawa virus
penyebab DBD adalah nyamuk aedes aegypti, sedangkan penyebab
DBD adalah virus dengue.
Mengenai penularan penyakit DBD dapat dijelaskan bahwa
penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
tersebut. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
menyebabkan kematian terutama pada anak-anak serta sering
menimbulkan kejadiann luar biasa atau wabah.
Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit menular
berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue, menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan system pembekuan darah
sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian.
Bumi mengalami perubahan iklim dan pemanasan suhu global.
Menurut kajian intergovernmental panel on climate change (IPCC)
dinyatakan bahwa kenaikan suhu permukaan bumi berada pada kisaran
1,40C hingga 5,80C pada awal abad ke-21. Peningkatan ini merupakan
peningkatan suhu paling tinggi sepanjang 100.000 tahunn terakhir.
Perubahan iklim ini biasa disebut global warming adalah perubahan
penyakit yang ditularkan nyamuk (vector born disease).
Global warming dapat menyebabkan perubahan bionomic
nyamuk seperti pertumbuhan nyamuk semakin cepat, siklus hidup
semakin pendek tetapi populasinya meningkat dengan pesat dan
perilaku keinginan menggigit manusia meningkat. Sehingga pada tahun
2001 diperkirakan apabila suhu meningkat 30c maka akan terjadi
penularan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk adalah demam
berdarah dengue.
WHO menyebutkan, kasus DBD meningkat setiap tahunnya.. hal
ini dibuktikan dari rentangan tahu 1990-1997 kasus DBD tercatat
sebanyak 479.848 kasus terjadi peningkatan hamper 2 kali lipat pada
rentangan tahun 2000-2007 sebanyak 925.896 kasus. Data dari seluruh
dunia menunjukkan asia sebagai menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Selanjutnya menurut WHO
kasus DBD tertinggi terjadi pada delapan negara di Asia yaitu Indonesia
Myanmar, Bangladesh, india, Maldives, sri lanka, Thailand, timur leste.
Penularan DBD dipengaruhi oleh unsur iklim. Suhu
mempengaruhi reproduksi nyamuk, angka gigitan, masa inkubasi
ekstrinsik virus, dan pergeseran daerah distribusi nyamuk. Curah hujan
mempengaruhi kepadatan populasi nyamuk betina dewasa. Tingginya
curah hujan dapat menyebabkan terbentuknya tempat perindukan bagi
nyamuk sehingga dapat meningkatkan populasi nyamuk. Biasanya di
negara tropis, kasus DBD meningkat pada musim hujan dan mengalami
penurunan pada beberapa bulan setelah berakhirnya musim hujan. Hal
ini dapat dibuktikan dari peningkatan kasus DBD di Jakarta pada tahun
La nina yaitu tahun 1973, 1988 dan 1998 yaitu 8/100.000, 28/100.000
dan 35/100.000 penduduk.
B. TUJUAN
 Memberi pengetahuan mengenai penyakit DHF dan penyebabnya
 Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit
Demam Berdarah
 Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit
Demam Berdarah
 Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit
Demam berdarah tersebut

C. MANFAAT
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam memahami
dalam memahami konsep penyakit Demam Berdarah.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Demam Dengue/DD dan Demam Berdarah Dengue / DBD
(Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dana tau nyeri sendi yang di sertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan homokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue (dengue shock syndrome) adal demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok.
Demam Dengue(DD)/ Demam Berdarah Dengue (DBD) secara
eipidemiologi di dunia berubah secara cepat. Infeksi dengue merupakan
penyakit menular melalui nyamuk (mosquito-borne) yang paling sering
terjadi pada manusia dalam beberapa tahun terakhir, sehingga masalah
kesehatan dunia. World Health Organization mengestimasi bahwa 2,5
miliard manusia tinggal di daerah virus dengue bersikulasi.

B. ETIOLOGI
Virus dengue, termaksud genus flavivirus, keluarga flaviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DAN DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia.
Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting. Infeksi dengue terjadi
secara endemis di Indonesia selama 2 abad terakhir dari gejala yang
ringan dan self limiting disease. Dalam beberapa tahun terakhir,
penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang semakin berat sebagai
demam berdarah dengue dan frekuensi kejadian luar biasa meningkat.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi yang padat
mencapa 245 juta penduduk. Hampir 60% penduduk tinggal di pulau
jawa, daerah kejadian luar biasa infeksi dengue terjadi. Walaupun
demikian, penyakit dengue banyak dilaporkan di kota besar dan
pedesaan di Indonesia dan telah menyebar sampai di desa-desa
terpencil oleh karena perpindahan dan kepadatan penduduk yang tinggi.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernapasan, nyeri, hipoventilasi.
2. Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma
darah.
4. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penekanan intra abdomen).
5. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
6. Resiko syok (hypovolemik) b.d perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
8. Resiko perdarahan b.d penurunan factor-factor pembekuan darah
(trombositopenia).
D. PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga factor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vector perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti.
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis. Aedes mengandung virus
dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat
ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali
virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya.
Pada manusia, penularan penyakit terjadi karena setiap kali
nyamuk menggigit, alat tusuknya yang disebut proboscis akan mencari
kapiler darah. Setelah diperoleh, maka dikeluarkan liur yang
mengandung zat anti pembekuan darah, agar darah mudah di hisap
melalui saluran proboscis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah
virus dipindahkan kepada orang lain. Virus memerlukan waktu masa
tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan
penyakit.

E. TERAPI
1. Minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus
jus jambu) dan ukur jumlah cairan yang keluar dan yang diminum.
2. Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang
mengandung DEET saat mengunjungi tempat endemic dengue.
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalanya.
5. Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan
air untuk mencegah nyamuk berkembang biak dengan menutup
tempat penampungan, mengosongkan air tergenang dari ban bekas,
kaleng bekas, dan pot bunga.
6. Pada pasien DBD tidak boleh diberikan asetosal, aspirin, anti
inflamasi, nonsteroid karena potensial mendorong, terjadinya
perdarahan.
7. Melakukan abatesasi tempat-tempat penampungan air untuk
mencegah berkembang biaknya nyamuk. Untuk abate yang
ditaburkan kedalam bak tedon air, satu sendok makan abate untuk
bak ukuran 1 m x 1 mx 1 m atau 10 mg dalam 100 liter air. Jangan
dikuras 1 bulan karena obat ini melapisi dinding bak air sehingga
kalua ada jentik, jentik akan mati.
BAB III
KONSEP TEORI ASKEP

A. PENGKAJIAN
Pengkajian fisik pada pasien DBD yang perlu dikaji pada
perdarahan adalah ditemukan iji tourniquet positif, adanya ptekie (bintik-
bintik merah), perdarahan, mukosa (adanya gusi berdarah dan adanya
epistaksis (mimisan), perdarahan gastrointestinal (hematemesis,
melena) atau tanda perdarahan lainnya lalu trombositopenia
<100.000/ul, terjadinya perembasan plasma seperti peningkatan nilai
hematokrit >20% dan penurunan nilai hematokrit >20% setelaj
mendapat pemberian cairan yang adekuat.
Hasil pengkajian pada Ny. N didapatkan uji tourniquet positif,
adanya perdarah kulit, nilai trombosit pasian 17.000/ul (trombositopenia
<100.000/ul). Hasil yang didapatkan penulis tidak semuanya
menunjukkan kesesuaian terhadap teori yang ada, hanya sebagian teori
yang sesuai dengan kenyataan sehingga dapat menimbulkan resiko
yang akan terjadi. Pemeriksaan lain yang mendukung adalah
pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan darah dan uji serologi
(IgG dan IgM positif).

B. DIAGNOSA
Resiko perdarahan pada pasien DBD disebabkan oleh infeksi
virus dengue yang membentuk kompleks antigen-antibody kemudian
mengaktivasi system komplemen menyebabkan terjadinya agregasi
tronosit dan mengaktivasi system koagulasi melalui kerusakan endotel
pembuluh darah. Kompeks antigen-antibody dalam membran trombosit
mengalami pelekatan sehingga merangsang pengeluaran ADP yang
membuat sel-sel trombosit saling melekat. Kelompok trombosit dari sel
trombosit yang saling melekat tadi dihancurkan oleh system
retikuloendotel sehingga mengakibatkan terjadinya trombisitopeni
(factor-factor pembukan darah) lalu agregasi trombosit tadi akan
menyababkan pengeluaran flatelet factor III penyebab terjadinya
koagulopati konsumtif atau koagulasi intravaskuler diseminata (KID) lalu
mengalami peningkatan FDP (Fibrinogen Degradation Product) yang
mengakibatkan turunnya factor pembekuan darah.

C. INTERVENSI
Tindakan yang telah dirancanakan penulis diantaranya anjurkan
dan pantau pasien dalam mengkonsumsi jambu biji merah rasional
mencegah terjadinya perdarahan. Rencana tindakan lain menurut
Nurarif dan Kusuma, 2013 adalah monitor tanda-tanda adanya
perdarahan rasional membantu pasien mendapatkan penanganan
sedini mungkin, monitor niali laboratorium, pertahankan patensi
intavena linerasionalnya untuk mendukung kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh, monitor status cairan (intake dan output), monitor
tanda-tanda vital rasionalnya untuk menentukan status kesehatan
pasien, kolaborasi dalam pemberian obat dan manfaatnya, anjurkan
pasien banyak istirahat untuk mengoptimalkan istirahat dan memulihkan
energy pasien. Dalam intevensi yang telah direncanakan, penulis
melakukan semua intervensi tersebut karena pasien dan keluarga mau
bekerja sama dengan perawat. Pasien dan keluarga bersedia dan setuju
untuk dilakukan semua tindakan sesuai intervensi keperawatan guna
untuk kesembuhan dan kesehatan pasien. Penulis tidak mengalami
hambatan kerena pasien dan keluarga koperatif dengan perawat.

D. IMPLEMENTASI
Tindakan yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi resiko
perdarahan tersebut diantaranya adalah dapat ditingkatkan dengan
salah satu pengobatan non farmakologi yaitu memanfaatkan tanaman
yang dapat mempercepat penyembuhan penyakit demam berdarah
dengue seperti anjurkan pasien mengonsumsi jus jambu biji merah. Jus
jambu buji merah merupakan salah saru alternative yang dapat
digunakan yang memiliki kandungan vitamin C yang tinggi diantara
berbagai jenis buah.
Tindakan keperawatan lain dalam penanganan penyakit DBD
adalah dalam mengatasi perdarah dan mencegah atau mengatasi
keadaan syok/presyok, yaitu agar penderita banyak minum.
Penambahan cairan tubuh melalui infus diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebih maka tindakan yang
dilakukan penulis adalah dengan mempertahankan patensi intravena
lain yang juga dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan cairan tubuh
dan monitor status cairan yang meliputi intake dan output yang
dilakukan untuk mengidentifikasi keseimbangan cairan.
Cairan infus yang diberikan kepada pasien adalah Ringer laktat
karena Ringer laktat sebagai cairan kristaloid isatonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma. Cairan kristaloid sebagai
cairan pengganti dan cairan rumatan yang digunakan untuk
menanggulangi kebocoran plasma selain itu juga diperlukan cairan
koloid yang isotonic dan isoosmotik untuk menyumpal kebocoran
endotel. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan penelitian yang ada yaitu pasien tidak dehidrasi, bintik-
bintik merah pasien berkurang dan menghilang.
Memonitor nilai laboratorium digunakan untuk mengetahui jumlah
penurunan trombosit serta peningkatan nilai hematokrit
(hemakonsentrasi) yang merupakan tanda kebocoran, selain itu
terdapat pemeriksaan laboratorium lain yang lebuh canggih yaitu
dengan pemeriksaan IgM dan IgG antidengue, yaitu pemeriksaan yang
digunakan untuk mendeteksi zat kebal tubuh yang muncul akibat infeksi
dengue pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk menetukan
penyebab syok apakah akibat perdarahan atau perpindahan plasma
selain itu diperlukan untuk meramalkan perjalanan penyakit serta
tindakan pengobatan apa yang tepat dan perlu segera dilakukan.
Memonitor tanda-tanda vital merupakan cara cepat memonitor
kondisi klien, mengenali masalah, dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi. Factor yang dapat menyebabkan perubahan randa
vital keluar rentan normal yaitu suhu lingkungan, kegiatan fisik pasien,
dan pengaruh penyakit yang menunjukan adanya perubahan pada
fungsi fisiologi. Memonitor tanda-tanda vital seperti meraba nadi,
mengukur tensi darah, suhu badan, dan pernafasan sangat penting
dilakukan kerena digunakan untuk mendeteksi kondisi prasyok. Syok
harus dicegah karena beresiko memunculkan perdarahan yang
biasanya terjadi di saluran pencernaaan. Syok yang disertai dengan
perdarahan menambah buruk pada penyakit DBD dan beresiko berakhir
dengan kematian.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
seperti asam traneksamat 500 mg digunakan untuk perdarahan
abnormal dan gejala penyakit hemoragik lainnya. Metilprednisolon
memiliki sedikit efek mineralokortikoid pada dosis terapeutik karena
terdapat efek untuk berbagi dangguan inflamasi. Selain itu
metilprednisolon diindikasikan untuk berbagai gangguan inflamasi,
meredakan ketidaknyamanan dan memberi kesempatan tubuh untuk
pulih dari berbagai efek inflamasi. Omeprazol merupakan obat yang
bekerja dengan cepat dan diekskresikan lebih cepat yang diindikasikan
untuk pengobatan ulkus duodenum dan esophagitis. Ranitidin
merupakan obat yang memiliki efek merugikan antiadrenergik atau
pelambatan metabolisme yang jelas di dalam hati. Rranitidin secara
selekif akan menghabat sisi reseptor histamin-2 karena dapat
menyebabkan berkurangnya sekresi lambung dan penuruna
keseluruhan produksi pepsin.
Faktor yang mendukung implementasi ini adalah pasien dan
keluarga mau bekerja dan kooperatif dengan perawat. Pasien dengan
bersedia dan setuju untuk dilakukan semua tidakan sesuai dengan
rencana keperawat. Pasien dan keluarga bersedia dan setuju untuk
dilakukan semua tidakan sesuai dengan rencana keperwatan yang telah
dibuat guna untuk kesembukan dan kesehatan pasien. Penulis tidak
mengalami hambatan dalam melakukan tidakan keperawatan karena
pasien dan keluarngalami hambatan dalam melakukan tidakan
keperawatan karena pasiean dan keluarga koopratif dengan perawat.

E. EVALUASI
Berdasarkan evaluasi yang diperoleh penulis selama tiga hari
yang tidak terjadi perdasarkan hasil yang diperoleh adalah keadaan
pasien awalnya lemah kini sudah mulai membaik tidak lemah seperti
sebelumnya, bitik - bintik merah yang ada pada pengkajian hari pertama
pasien setelah dilakukan tidakan keperawatan sekarang sudah
berkurang dan samar menghilang, tidak terjadinya pendarahan seperti
hematemais, tanda – tanda vital pasien normaltekanan darah 130/90
mmHg ( normal 140/90 ), pernafasan 18 x/ m, nadi 82 x/ m ( 60 – 100 x/
m ), suhu 36o C ( 36 – 380 C ), niali hematokrit 37,7% ( 37 – 43% ) dan
hemoglobin 12,9 g/ dl ( 12 – 16 g/ dl ) dalam batas normal, nilai trombosit
pasien selam tiga hari mengalami peningkatan setiap harinya. Hasil
asuhan keperawatan dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya membuaktikan bahwa adanya kesesuaian terhadap hasil
yang telah dicapai yaitu tidak terjadi pendarahan dan nilai trombosit
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai