Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi
fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan
dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi
ORIF (Open Reduktion with Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral
terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita. Ratusan orang meninggal dan
luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu
lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di
Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur
(patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur
terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan
udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan
dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang
yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup,
bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan,
terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau
belakang.

1
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam
kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah,
tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup
tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.

B. Tujuan Penulisan
Penulisan Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok selama praktek
Kebutuhan Dasar Manusia di RSUD Karanganyar

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerk dimana manusia

memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda

kesehatan seseorang adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas

seperti berdiri,berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas

dari ke adekuatan sistem persyarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang

kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem

muskuloskeletal seperti atrofi otot,sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan

ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk

menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara

pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan

fleksibilitas otot. Selain itu latihan fisik dapat membuat fungsi-fungsi

gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan dan

melancarkan eliminasi. (Heriana Palpina,2014)

B. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara lain :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Status nutrisi

d. Penyakit terutama yang menyerang istem nervosa dan sistem

muskuloskeletal

3
e. Penyakit kardiovaskuler dan pulmonary

f. Kondisi psikologis

(Heriana Palpina,2014)

C. Patofisiologi

Aktivitas atau pergerakan (mobilisasi) sangat dipengaruhi oleh

neomuskuler,meliputi sistem otot,skeletal,sendi,ligamen,tendon,kartilago dan

saraf. Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot

berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe

kontraksi otot,antara lain :

a. Listonik : peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek

b. Isometrik : peningkatan tekanan otot menyebabkan tetapi tidak ada

pemendekan atau gerakan aktif dari otot.

4
Pathway :

Gangguan Difusi Jaringan

Difusi otak menurun terjadi herbiasi otak, Kematian jaringan otak sehingga defisit neusologis

Lobus Frontalis, Temporalis, Lobus Parientalis, Lobus Okspitalis

Lobus Frontalis, Temporalis, Lobus Parientalis, Lobus Okspitalis

Kelemahan Otot

Intoleran aktivitas
Gangguan pola tidur

Hambatan mobilitas fisik

(Tarwoto dan Wartonah. 2010)

D. Manifestasi klinis

a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan,irama tidak teratur

b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi

oithostatic

c. Terjadi peningkatan frekuensi pernafasan cepat dangkal

d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan

e. Kecepatan dan posisi tubuh akan mengalami kecepatan aktivitas dan

ketidakstabilan posisi tubuh

f. Status emosi stabil. (Tarwoto dan Wartonah. 2010)

5
E. Komplikasi

a. Kontraktur

Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan

oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan

menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian.

b. Difusi Atrofi

Berkurangnya masa otot karena berkurangnya lapisan aktin dan

miosin dan miofibril.

c. Konstipasi

Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga

menyebabkan absorsi cairan beerlebihan pada intestinum.

d. Gastritis

Selama Badrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga

meningkatkan keasaman pada lambung. (Tarwoto dan

Wartonah. 2010)

F. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan kekuatan otot (Neuthopografi)

b. Pemeriksaan sendi-sendi dengan cara menyuruh pasien berjalan

menggerakkan kaki kanan dan kiri, jika tidak bisa dapat dibantu oleh perawat,

bisa juga dengan MMT 0-5 :

0 : Tidak ada kontraksi/di palpasi tidak ada tonus otot

1 : Ada kontraksi, tidak ada gerakan melawan

2 : Ada kontraksi, mampu menggerakkan sendi tetapi tidak mampu

melawan

6
3 : Ada kontraksi otot, mampu melawan gravitasi gerakan full RDM.

4 : Ada kontraksi otot, mampu melawan gravitasi dan tahanan minimal

full RDM

5 : Dapat melakukan aktivitas seluruhnya

(Tarwoto dan Wartonah. 2010)

G. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

a. Body mekanik

Penggunaan organ secara efektif dan efisien sesuai fungsinya

b. Tindakan yang berhubungan dengan mobilitas

- Membantu merubah posisi

- Melatih ROM

- Membantu klien duduk ditempat tidur

c. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri. (Tarwoto

dan Wartonah. 2010)

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan adalah
sebagai berikut:
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan
kebutuhan aktivitas dan latihan.
b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
c. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri
untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.

7
d. Kemampuan aktivitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri,
bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
e. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
f. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system
pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Sedangkan yang berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti
nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
h. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan aktivitas
dan aktivitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping, dan lain-lain.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur


tulang akibat fraktur, dan nyeri.
b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik
c. Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing,
dressing/grooming, feeding berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, dan
kelemahan

8
3. Intervensi Keperawatan

Diagnose keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan aktivitas fisik NOC : NIC :

berhubungan dengan a. Mobility Level Exercise therapy :

kehilangan integritas b. Self care : ADLs ambulation

struktur tulang akibat c. Transfer performance a. Monitoring vital sign

fraktur, dan nyeri Kriteria Hasil : sebelum/sesudah latihan

Definisi : a. Klien meningkat dan lihat respon pasien

Keterbatasan dalam dalam aktivitas fisik saat latihan

kebebasan untuk pergerakan b. Mengerti tujuan dari b. Ajarkan pasien atau

fisik tertentu pada bagian peningkatan mobilitas tenaga kesehatan lain

tubuh atau satu atau lebih c. Memverbalisasikan tentang teknik ambulasi

ekstremitas secara mandiri perasaan dalam c. Kaji kemampuan pasien

dan terarah meningkatkan dalam mobilisasi

Batasan karakteristik : kekuatan dan d. Latih pasien dalam

a. Postur tubuh yang tidak kemampuan berpindah pemenuhan kebutuhan

stabil selama melakukan d. Memperagakan ADLs secara mandiri

kegiatan rutin harian penggunaan alat Bantu sesuai kemampuan

b. Keterbatasan untuk mobilisasi e. Dampingi dan Bantu

kemampuan untuk (walker) pasien saat mobilisasi

melakukan keterampilan dan bantu penuhi

motorik kasar kebutuhan ADLs ps.

c. Keterbatasan f. Berikan alat Bantu jika

kemampuan untuk klien memerlukan.

melakukan keterampilan Ajarkan pasien bagaimana

motorik halus merubah posisi dan berikan

d. Keterbatasan ROM bantuan jika diperlukan

e. Usaha yang kuat untuk


perubahan gerak

9
Faktor yang berhubungan :
a. Kurang pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
b. Tidak nyaman nyeri
c. Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
d. Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina

2. Nyeri akut NOC : NIC :


Definisi : a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang tidak b. pain control, secara komprehensif
menyenangkan dan c. comfort level termasuk lokasi,
pengalaman emosional yang Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi,
muncul secara aktual atau keperawatan selama …. frekuensi, kualitas dan
potensial kerusakan jaringan Pasien tidak mengalami faktor presipitasi
atau menggambarkan nyeri, dengan kriteria hasil: b.Observasi reaksi nonverbal
adanya kerusakan (Asosiasi a. Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan
Studi Nyeri Internasional): nyeri (tahu penyebab c. Bantu pasien dan keluarga
serangan mendadak atau nyeri, mampu untuk mencari dan
pelan intensitasnya dari menggunakan tehnik menemukan dukungan
ringan sampai berat yang nonfarmakologi untuk d. Kontrol lingkungan yang
dapat diantisipasi dengan mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
akhir yang dapat diprediksi mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
dan dengan durasi kurang b. Melaporkan bahwa nyeri pencahayaan dan
dari 6 bulan. berkurang dengan kebisingan
Batasan karakteristik :

10
a. Laporan secara verbal menggunakan e. Kurangi faktor presipitasi
atau non verbal manajemen nyeri nyeri
b. Fakta dari observasi c. Mampu mengenali nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri
c. Gerakan melindungi (skala, intensitas, untuk menentukan
d. Tingkah laku berhati- frekuensi dan tanda nyeri) intervensi
hati d. Menyatakan rasa g. Ajarkan tentang teknik non
e. Gangguan tidur (mata nyaman setelah nyeri farmakologi: napas dala,
sayu, tampak capek, berkurang relaksasi, distraksi,
sulit atau gerakan kacau, e. Tanda vital dalam kompres hangat/ dingin
menyeringai) rentang normal h. Berikan analgetik untuk
f. Fokus menyempit f.Tidak mengalami mengurangi nyeri: ……...
(penurunan persepsi gangguan tidur i. Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses j. Berikan informasi tentang
berpikir, penurunan nyeri seperti penyebab
interaksi dengan orang nyeri, berapa lama nyeri
dan lingkungan) akan berkurang dan
g. Perubahan dalam nafsu antisipasi
makan dan minum ketidaknyamanan dari
prosedur
k. Monitor vital sign sebelum
Faktor yang berhubungan : dan sesudah pemberian
Agen injuri (biologi, kimia, analgesik pertama kali
fisik, psikologis)
DS:
a. Laporan secara verbal
DO:
a. Posisi untuk menahan
nyeri
b. Tingkah laku berhati-hati
c. Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)

11
d. Terfokus pada diri sendiri
e. Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
f. Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
g. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
h. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
i. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
j. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
3. Kurangnya NOC : NIC :
perawatan a. Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
Berhubungan dengan Daily Living (ADLs)
: penurunan atau

12
kurangnya motivasi, Setelah dilakukan tindakan a. Monitor kemempuan
hambatan keperawatan selama …. klien untuk perawatan
lingkungan, Defisit perawatan diri diri yang mandiri.
kerusakan teratas dengan kriteria b. Monitor kebutuhan
muskuloskeletal, hasil: klien untuk alat-alat
kerusakan a. Klien terbebas dari bau bantu untuk kebersihan
neuromuskular, badan diri, berpakaian,
nyeri, kerusakan b. Menyatakan berhias, toileting dan
persepsi/ kognitif, kenyamanan terhadap makan.
kecemasan, kemampuan untuk c. Sediakan bantuan
kelemahan dan melakukan ADLs sampai klien mampu
kelelahan. c. Dapat melakukan secara utuh untuk
DO : ADLS dengan bantuan melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk d. Dorong klien untuk
mandi, ketidakmampuan melakukan aktivitas
untuk berpakaian, sehari-hari yang normal
ketidakmampuan untuk sesuai kemampuan yang
makan, ketidakmampuan dimiliki.
untuk toileting e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.

13
g. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H & Kamitsuru,S. 2014. NANDA INTERNATIONAL NURSING Diagnosis :


Definition And Classification. 2015-2017 Oxford : Willey Blackwell

Heriana, Palpina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan : Binarupa
Aksara

Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba Medika

NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Mediaction Publishing

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Medika Salemba

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.G DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

AKTIVITAS DAN LATIHAN DIRUANG TERATAI 2 RSUD KARANGANYAR

Tanggal MRS : 16 Juni 2019 / 18.20 WIB

Tanggal / Jam Pengkajian : 20 juni 2019 / 09.50 WIB

Metode Pengkajian : Saya menggunakan metode Auto anamnesa yaitu

bertanya kepada pasien karena pasien dalam keadaan

sadar penuh.

Diagnosa Medis : post op ORIF femur sinestra

No. Registrasi : 00298716

A. Pengkajian

I. Biodata

1. Identitas klien

Nama klien : Tn.G

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : karanganyar

Umur : 70tahun

Agama : islam

Status perkawinan : menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

16
2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.S

Jenis Kelamin : laki- laki

Alamat : karanganyar

Umur : 38 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Hubungan dengan klien : anak

II. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Klien mengatakan susah untuk bergerak karena nyeri

2. Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan dibawa kerumah sakit karena

kecelakaan dijalan raya. Klien tidak bisa berjalan dan mengeluhkan nyeri pada

kaki sebelah kiri setelah sampai dirumah sakit klien mengatakan nyerinya

seperti tersobek. Kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen didapatkan fraktur

fremur .klien mengatakan nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 7,pasien

diajurkan opname di bangsal Teratai 2 untuk pengobatan dan perawatan lebih

lanjut,kemudian pasien menjalani operasi ORIF (Open Reduction Interna

Fixation) pada tanggal 18 juni 21019. TD: 140/80 mmHg, N: 80x /menit, RR:

20x /menit, S: 36.5ºC, GCS: 15 (Compos Mentis)

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu

17
4. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang

penyakit menurun maupun menular seperti DM,hepatitis, jantung, sesak nafas,

dll

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

K : Klien

: Tinggal serumah

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

18
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: klien mengatakan menjaga

kesehatan itu penting dengan berolahraga seperti jalan-jalan dipagi hari.klien

mengatakan apabila sakit klien berobat ke dokter.,obat yang dikonsumsi selama

ini dari resep dokter dan sesekali beli di apotik.klien mengatakan tidak

mengkonsumsi obat terlarang dan minum alkohol karena hal tersebut dapat

merugikan kesehatan dalam kesehariannya pasien tidak menggunakan alat

bantu seperti kacamata,pendengaran dan alat bantu berjalan.

2. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4

diri

Makan/minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas ditempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Keterangan :

0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

19
3. Pola Istirahat dan Tidur

a. Sebelum Sakit : pasien mengatakan kebiasaan tidurnya 7-8 jam dengan pola

tidur teratur kualitas tidur nyenyak,tidak mengkonsumsi obat-obatan sebagai

pengantar tidur.

b. Sesudah sakit : pasien mengatakan kebiasaan tidur 4-5 jam dengan kualitas

tidur tidak nyenyak dikarenakan nyeri pada luka post op.

4. Pola nutrisi metabolik

a. Pengkajian Nutrisi

A : Antropometri : BB : 61 kg/ TB : 167 cm

B : Biomechanical : Kreatinin 1,16/ ureum 38

C : Clinical Sign : rambut putih,mudah dicabut, badan kurus

D : Diet : makan habis ½ x 3 porsi sehari,tidak memiliki alergi

makanan tertentu.

b. Pola Nutrisi

Sebelum Sakit

1) Frekuensi : 2x-3x sehari

2) Jenis : nasi,lauk,sayur,air putih,teh

3) Porsi : 1 porsi habis

4) Keluhan : tidak ada

Selama Sakit

1) Frekuensi : 3x sehari

2) Jenis : nasi lembek,snack,lauk,sayur air putih,susu

3) Porsi : ½ porsi

4) Keluhan : tidak selera makan

20
5. Pola Eliminasi

a. BAB

Sebelum Sakit

1) Frekuensi BAB : 1x sehari tiap pagi

2) Konsistensi : lunak berbentuk

3)Warna : kuning kecoklatan

4) Keluhan/kesulitan BAB : tidak ada keluhan

5) Penggunaan obat pencahar : tidak menggunakan obat pencahar

Selama Sakit

1) Frekuensi BAB : 2x sehari

2) Konsistensi : lunak berbentuk

3) Warna : kuning kecoklatan

4) Keluhan/kesulitan BAB : kesulitan melakukan BAB secara mandiri

5) Penggunaan obat pencahar : tidak menggunakan obat pencahar

b. BAK

Sebelum Sakit

1) Frekuensi BAK : 5-7x sehari

2) Jumlah Urine : ± 200cc sekali BAK

3) Warna : kuning jernih

4) Keluhan/kesulitan BAK : tidak ada keluhan

Selama Sakit

1) Frekuensi BAK : Terpasang katheter

2) Jumlah Urine : ± 200cc sekali BAK

3) Warna : jernih

21
4) Keluhan/kesulitan BAK : tidak bisa BAK secara mandiri

6. Pola Kognitif dan Perceptual

Pasien mengatakan mengetahui sakitnya saat ini sehingga pasien

memeriksakan ke dokter pasien juga merasakan nyeri karena kakinya yang

fraktur,nyeri dirasakan panas,nyeri dirasakan dikaki sebelah kiri,skala nyeri

7,nyeri dirasakan post op , pasien mengatakan sudah mengetahui tentang

penyakitnya

7. Pola Konsep Diri

a. citra diri : pasien mengatakan tidak merasa minder dengan keadaannya

sekarang.

b. ideal diri : pasien berharap agar cepat pulang dan sembuh,ingin kumpul

dengan keluarganya dirumah.

c. harga diri : pasien mengatakan selalu dicintai dan diperhatikan oleh anak-

anaknya.

d. peran diri : pasien mengatakan selama dirumah sakit binggung tidak bisa

bekerja sedangkan biaya rumah sakit mahal.

e. identitas diri :klien menyadari bahwa klien seorang laki-laki ,apapun yang

terjadi itu semua sudah digariskan oleh tuhan yang maha esa ,ingin menjadi

suami dan bapak yang baik untuk keluarga.

8. Pola Koping

Pasien mengatakan jika mempunyai masalah selalu menceritakan kepada

keluarganya selalu menanggapi dan memberi dukungan.

22
9. Pola Seksual-Reproduksi

Dalam aktivitas seksualnya pasien baik-baik saja tidak mengalami gangguan

pada sistem reproduksinya.

10. Pola Peran Hubungan

Hubungan pasien dengan orang-orang terdekatnya sangat baik dan akrab

saat berinteraksi dengan orang lain cukup hiperaktif dan pasien tidak

mempunyai konflik dengan siapapun.

11. Pola Nilai dan Kepercayaan

Pasien mengatakan saat dirumah menunaikan ibadah sholat ,pasien ingin

segera sembuh dan beribadah seperti biasa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : sedang

a. Kesadaran : Compos mentis

b. Tanda-Tanda Vital

1) tekanan darah : 140/80 mmHg

2) nadi

- Frekuensi : 110x mnt

- Irama : teratur

- kekuatan : kuat

3) pernafasan

- frekuensi :20x/mnt

- irama : teratur

4) suhu : 36,5oC

2. Pemeriksaan Head To Toe

23
a. Kepala

1) Bentuk dan ukuran kepala : simetris

2) Pertumbuhan rambut : rambut tipis

3) Kulit kepala: bersih

b. Muka

1) Mata

- Kebersihan : bersih

- Fungsi penglihatan : pengelihatan baik

- Palpebra : tidak ada pembengkakan

- Konjungtiva : tidak anemis

- Sklera : tidak ikterik

- Pupil : isokor

- Diameter ki/ka : 14,2mm

- Reflek terhadap cahaya : mengecil saat ada cahaya

- Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak menggunakan alat bantu

penglihatan

2) Hidung: bersih tidak ada sekresi,tidak ada pernapasan cuping hidung

,simetris

3) Mulut : bibir tidak kering,mukosa mulut lembab,lidah bersih,gigi tidak

berlubang

4) Telinga : bersih tidak ada sekresi ,dapat mendengar dengan baik.

5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe,dan tyorid,vena jugularis

tidak teraba,leher tidak kaku.

24
c. Dada (thorax)

Paru-paru

- Inspeksi : simetris,tidak ada pembesaran dan luka.

- Palpasi: tidak ada nyeri tekan.

- Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru.

- Auskultasi: vesikular padaseluruh area paru tidak ada suara

tambahan.

Jantung

- Inspeksi :ictus cordis tidak tampak

- Palpasi : IC teraba

- Perkusi :redup,konfigurasi jantung dalam batas normal

- Auskultasi: bunyi jantung I-II murni tidak ada suara tambahan.

d. Abdomen

- Inspeksi : umbilikus normal,tidak ada penamabahan warna dan luka

- Auskultasi: peristaltik 15x/menit,bising usus normal

- Perkusi : Tympani

- Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan

e. Genetalia : Terpasang DC

f. Anus dan rektum : tidak terdapat hemoroid

g. Ekstremitas :

- tangan kanan = 5 kaki kiri = 2

- tangan kiri = 5 kaki kanan = 5

25
1) Atas

- Kekuatan otot kanan dan kiri : normal

- ROM kanan dan kiri : normal

- Perubahan bentuk tulang : tidak ada perubahan bentuk tulang

- Pergerakan sendi bahu : normal

- Perubahan akral : dingin

- Pitting edema : kembali cepat

- Terpasang infus : ya

2) Bawah

- Kekuatan otot kanan dan kiri : kaki kiri lemah

- ROM kanan dan kiri : kaki kiri kesulitan bergerak

- Perubahan bentuk tulang : femur fraktur

- Varises : tidak timbul varises

- Perubahan akral : dingin

- Pitting edema : kembali lambat pada lutut kiri

h. Integumen : turgor kulit baik

26
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 19 juni 2019

Jenis pemeriksaan Nilai normal Satuan Hasil Keterangan hasil

Hb 14.0-17.5 g/dL 11.1

Hematrokit 40-52 % 32.6

Lekosit 4.4-11.3 10^3/uL 12.44

Trombosit 150-362 10^3/uL 138

Eritrosit 4.5-5.9 10^6/uL 3.61

MPV 6.5-12.00 fL 7.3

PDW 9.0-17.0 16.4

3. Terapi medis

Hari/ Tanggal Jenis terapi Dosis Golongan &Fungsi

Kandungan

Kamis,20/6/2019 Ranitidine 50mg/12 antihistamin Mengurangi

jam produksi asam

lambung

Kamis,20/6/2019 Inf RL 20 tpm

27
Kamis,20/6/2019 Ketorolac 30mg/8 Anti inflamasi Mengatasi nyeri

jam nonsteroid akibat peradangan

atau non

peradangan.

Kamis,20/6/2019 Ceftriaxone 1gr/12 Antibiotik Mengobati dan

jam mencegah infeksi

VI. Analisa Data

Nama : Tn. G No. RM : 223215

Umur : 69 tahun Diagnosa medis : post op ORIF femur sinestra

No Hari/Tangg Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa


. al/Jam Keperawatan
1. Kamis, DS : Pasien mengatakan Hambatan Nyeri Hambatan
20 Juni 1. Memerlukan bantuan Mobilitas Mobilitas
2019 untuk duduk Fisik Fisik
10:10 WIB. 2. Kaki kiri terasa berat (00085) berhubungan
dan nyeri dengan nyeri
DO :
1. Keluarga membantu
pasien untuk duduk
2. Pasien tampak belum
berani turun dari tempat
tidur
3. Terjadi pemendekan
tulang

28
2. Kamis, DS : Nyeri akut Agen cidera Nyeri akut
20 Juni 1. Pasien mengatakan (00198) fisik berhubungan
2019 kaki kirinya sangat nyeri dengan agen
10:10 Wib P : fraktur femur cidera fisik
Q : nyeri seperti teriris
R : paha kiri
S:7
T : hilang timbul
DO :
1. Terdapat luka bekas
op di femus sebelah
kiri
5. Pasien tampak
menahan nyeri

VII. Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik

VIII. Rencana Keperawatan

Nama : Tn.G No. RM : 223215

Umur : 69 tahun Diagnosa medis : : post op ORIF femur sinestra

Hari/ No Rencana Perawatan TTD


Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kami 1. Setelah dilakukan tindakan Peningkatan latihan : Latihan
s 20 keperawatan selama 3x24 jam Kekuatan (0140)
Juni masalah mobilitas fisik teratasi - Dapatkan persetujuan
2019 dengan kriteria hasil : medis untuk memulai

29
Pergerakan (0208) program latihan
- Cara berjalan dari skala kekuatan,jika diperlukan
1 sangat terganggu - Bantu klien untuk
menjadi skala 3 cukup menyampaikan atau
terganggu mempraktekan pola
- Gerakan sendi dari gerakan yang dianjurkan
skala 1 menjadi skala 3 tanpa beban terlebih
cukup terganggu dahulu sampai gerakan
- Bergerak dengan yang benar sudah
mandiri dari skala 1 dipelajari
menjadi skala 3 cukup - Instruksikan untuk
terganggu mengenali tanda/gejala
latihan yang bisa atau
tidak bisa ditoleransi
selama dan setelah sesi
latihan, (misalnya
(kepala) terasa
ringan,SOB,otot yang
tidak biasanya
nyeri,nyeri tulang atau
sendi,kelemahan,kelelah
an yang
ektrim,angina,keringat
yang
berlebihan,palpitasi)
- Kolaborasikan dengan
keluarga dan tenaga
kesehatan yang lain
(misalnya terapis
aktivitas, pelatih;
fisiologis,terapis
okupasional, terapis
rekreasional, terapis

30
fisik) dalam
merencanakan,
mengajarkan dan
memonitor program
latihan otot.

Kami 2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)


s 20 keperawatan selama 3x24 jam - Observasi adanya
Juni masalah nyeri teratasi dengan petunjuk nonverbal
2019 kriteria hasil : mengenai
Kontrol nyeri (1609) ketidaknyamanan
- Mengenali kapan nyeri terutama pada mereka
terjadi dari skala 1 tidak yang tidak dapat
pernah menunjukkan berkomunikasi secara
menjadi skala 3 kadang- efektif
kadang ditunjukkan - Berikan infromasi
- Menggunakan tindakan mengenai nyeri, seperti
pengurangan (nyeri) penyebab nyeri, berapa
tanpa analgesik dari lama nyeri akan
skala 1 menjadi skala 4 dirasakan,dan antisipasi
- Melaporkan nyeri yang dari ketidaknyamanan
terkontrol dari skala 2 akibat prosedur
menjadi skala 4 - Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat dan
tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan
tidakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai
kebutuhan

31
IX. Tindakan Keperawatan

Nama : Tn. G No. RM : 223215

Umur : 69 tahun Diagnosa medis : Post op ORIF femur sinestra

Hari/ No Evaluasi proses/ Respon Ttd


Tindakan Keperawatan
Tgl/Jam Dx Tindakan
Peningkatan latihan : Latihan
1
Kekuatan (0140)
Kamis,21 - Membantu klien untuk
S : Pasien mengatakan bisa
Juni mempraktekan pola
melakukan beberapa
2019 gerakan yang
gerakan
09.00 dianjurkan untuk latiha
O : Pasien merasa nyaman
WIB ototnya

- Mengkolaborasikan
Kamis,21
dengan keluarga dalam
Juni S : Pasien mengatakan mau
merencanakan,
2019 menjalani terapi
mengajarkan dan
10.00 O : pasien merasa termotivasi
memonitor program
WIB
latihan otot.

2 Manajemen nyeri (1400)


- Memberikan infromasi
Jumat,22 mengenai nyeri, seperti
Juni penyebab nyeri, berapa
S : Pasien mengatakan paham
2019 lama nyeri akan
O : Pasien tampak kooperatif
09.30 dirasakan,dan antisipasi
WIB dari ketidaknyamanan
akibat prosedur

32
Jumat,22
- Mengajarkan prinsip-
juni 2019 S : pasien mengatakan paham
prinsip manajemen
10.00 O : Pasien tampak mengerti
nyeri
WIB
- Mengkolaborasikan
dengan pasien dan
orang terdekat untuk
Sabtu,23 memilih dan
S : Pasien dan keluarga
juni 2019 mengimplementasikan
mengatakan bersedia
10.30 tidakan penurun nyeri
O : Pasien dan keluarga
WIB nonfarmakologi, sesuai
tampak kooperatif
kebutuhan berupa
relaksasi nafas dalam
dan distraksi

X. Evaluasi

Nama : Tn. G No. RM : 223215

Umur : 69 tahun Diagnosa medis : Post op ORIF femur sinestra

Hari/Tgl No.
Evaluasi TTd
Jam Dx
Sabtu /23 1 S : pasien mengatakan masih belum kuaat memposisikan
tubuhnya secara mandiri
Juni /10.00
WIB O : pasien tampak kesulitan
A : tujuan tercapai sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1. Membantu klien untuk menyampaikan atau
mempraktekan pola gerakan yang dianjurkan
tanpa beban terlebih dahulu sampai gerakan yang
benar sudah dipelajari.
2. Mengkolaborasikan dengan keluarga dan tenaga
kesehatan yang lain (misalnya terapis

33
aktivitas,pelatih,fisiologis,terapis
rekreasional,terapis fisik) dalam
merencanakan,mengajarkan dan memonitor
program latihan otot.

Sabtu,23 juni 2 S : pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang


2019 P : fraktur femur
10.30 WIB
Q : nyeri seperti teriris
R : paha kiri
S:3
T : hilang timbul
O : pasien tampak lebih nyaman
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama 3 hari mengobservasi dan menangani pasien Post operasi ORIF fraktur femur
kami menemukan beberapa kesenjangan antara teori yang kami peroleh selama pendidikan
dengan praktek yang langsung kami jalani di lapangan antara lain :

1. Menurut teori perawat harus memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur


tindakan kepada pasien akan tetapi yang kami jumpai selama praktek hal tersebut
tidak perlu dilakukan cukup lakukan identifikasi benar pasien dan interaksi
seperlunya dengan pasien, hal ini dilakukan untuk efisiensi waktu mengingat jumlah
pasien yang banyak dan perawat jaga yang sedikit.
2. Dalam proses medikasi yang dikakukan pada pasien Post operasi ORIF fraktur femur
juga terdapat kesenjangan antara praktek lapangan dengan teori yang kami peroleh.
Menurut teori dalam tindakan medikasi selain harus dengan prinsip steril, peralatan
yang digunakan juga harus dipergunakan sesuai fungsinya akan tetapi dalam praktek
lapangan tidak demikian,peralatan digunakan sesuai kebutuhan, untuk memegang
kasa dalam teori menggunakan pinset namun dalam praktek perawat memilih
menggunakan gunting karena dinilai lebih kokoh.

Pathway kasus :

Faktor Presipitasi,kecelakaan lalu lintas (cedera fisik)

Fraktur femur sinistra

Reseptor nyeri

Persepsi nyeri

Operasi ORIF

Nyeri akut Mobilitas fisik

35
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerk dimana manusia


memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Latihan merupakan suatu
gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan
mempertahankan postur tubuh.

Aktivitas dan latihan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Usia, jenis
kelamin, status nutrisi, penyakit terutama yang menyerang istem nervosa dan sistem
muskuloskeletal, penyakit kardiovaskuler dan pulmonary,kondisi psikologis.
Komplikasi yang bisa muncul pada gangguan aktivitas dan latihan antara lain adalah
kontraktur,difusi atrofi, konstipasi dan gastritis.

B. Saran
Dalam menjalani praktek di rumah sakit banyak dijumpai berbagai kesenjangan
antara teori keperawatan yang kami peroleh dari perkuliahan dengan praktek
keperawatan secara langsung,hal ini terjadi karena berbagai macam faktor, contoh :
kualitas rumah sakit menentukan mutu sarana-prasarana yang tersedia di rumah
sakit,rumah sakit dengan kualitas tipe A tentu mampu menjalankan praktek sesuai teori
berkat ketersediaan sarana,sementara tipe yang lebih rendah yang tidak memiliki
prasarana selengkap tipe A harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana ketika
melakukan tindakan keperawatan. Faktor lain juga karena perbedaan persepsi dalam
menjalani tindakan keperawatan,ada tindakan yang dilakukan tidak sesuai teori karena
teori dianggap kurang menguntungkan oleh kebanyakan orang.
Adanya kesenjangan diatas maka pertimbangan paling baik adalah paham
mengenai teori dan bertindak sesuai situasi dan kondisi yang ada.

36

Anda mungkin juga menyukai