Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

1, Maret 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK REMAJA DI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KABUPATEN KUNINGAN

Ati Siti Rochayati 1, Eyet Hidayat 2

Staf Pengajar Keperawatan Komunitas 1), dan Keperawatan Jiwa 2) Program Studi
Keperawatan Cirebon. Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
Email: astria.irda@gmail.com

ABSTRACT
Smoking is a detrimental habit to health and is a bridge to further drug abuse. Cigarettes
are known containing many toxic/hazardous chemicals that caused serious health
problems such as heart disease, stroke, and cancer. According to WHO (2009) currently
Indonesia is still a third country with active smokers in the world. This study aims to
analyze the factors influencing smoking behavior of adolescents Vocational School
students (SMK) in Kuningan District, West Java. This research is the explanatory study
with cross sectional approach with 347 samples selected by a simple random sampling
method from total population of 2616 students. A bivariate analysis using Chi-square test
and multivariate analysis with logistic regression enter method are applied. The results of
the bivariate analysis showed no significant effect (p <0.05) between the independent
variable with dependent variable (smoking behavior) The most dominant factor influencing
smoking habits in adolescents SMK is the knowledge with the value of exp (β) = 8.842
Because the value of exp (β) >2 makes the results of this analysis are valid to be
interpreted in the analysis of the effects together (multivariate).
Keywords: smoking behavior, individual characteristics, knowledge and attitudes of
adolescents, Kuningan District

ABSTRAK
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan dan jembatan ke
penyalahgunaan napza. Rokok diketahui banyak mengandung racun/bahan kimia
berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung, stroke,
dan kanker. Menurut WHO (2009) saat ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan
perokok aktif terbanyak di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Jenis penelitan ini adalah explanatory study dengan
pendekatan cross sectional. Total populasinya adalah 2616 orang dengan sampel
sebanyak 347 orang dipilih dengan pendekatan simple random sampling. Analisis bivariat
dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan regresi logistik
metode enter. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan (p<0,05)
antara variabel bebas dengan variabel terikat (perilaku merokok). Faktor yang paling
dominan mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja SMK adalah pengetahuan
remaja tentang rokok dengan nilai eksp (β) = 8.842. Karena nilai eksp (β) > 2 menjadikan
hasil analisis ini sah untuk diintepretasikan dalam analisis pengaruh bersama-sama
(multivariat).
Kata kunci: karakteristik individu, perilaku merokok, pengetahuan dan sikap remaja,
Kabupaten Kuningan.

1
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

PENDAHULUAN
Perilaku merokok saat ini merupakan mengancam kesehatan para perokok,
kebiasaan yang sangat wajar dipandang asap rokok juga berbahaya bagi orang-
oleh masyarakat Indonesia. Perilaku orang di sekitar yang terpapar asap
merokok tidak pernah surut dan rokok tersebut. Makin tinggi kadar bahan
tampaknya merupakan perilaku yang berbahaya yang ada dalam sebatang
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. rokok, maka makin besar kemungkinan
Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan untuk menderita penyakit-penyakit
sehari-hari, baik di lingkungan rumah, tersebut dikemudian hari (Pusat
kantor, angkutan umum maupun di jalan- Promkes Kemkes RI, 2013).
jalan. Hampir setiap saat dapat Merokok merupakan masalah
disaksikan dan dijumpai orang yang yang belum dapat terselesaikan hingga
sedang merokok, bahkan di lingkungan saat ini. Merokok sudah melanda
pendidikan, khususnya kampus/sekolah berbagai kalangan masyarakat di
yang seharusnya bebas dari asap rokok. Indonesia, dari anak-anak sampai orang
Para perokok terlihat sepertinya tua, laki-laki maupun perempuan. Salah
tidak peduli bahwa menghisap rokok satu sasaran program perilaku sehat dan
merupakan suatu kebiasaan yang sangat pemberdayaan masyarakat adalah
merugikan kesehatan baik bagi perokok menurunnya prevalensi perokok serta
maupun orang yang ada disekelilingnya, meningkatnya lingkungan sehat bebas
kebiasaan merokok sangat sulit rokok di sekolah, tempat kerja, dan
dihentikan karena adanya efek tempat umum (Pusat Promkes Kemkes
ketergantungan yang ditimbulkan oleh RI, 2013).
nikotin, selain itu akibat yang ditimbulkan Saat ini, Indonesia masih
berupa penyakit akibat rokok terjadi menjadi negara ketiga dengan jumlah
dalam jangka waktu yang cukup lama, perokok aktif terbanyak di dunia (61,4
sehingga sering menyebabkan juta perokok), setelah China dan India.
kegagalan dalam upaya mencegah untuk Tingginya jumlah perokok aktif tersebut
tidak merokok (Pusat Promkes Kemkes berbanding lurus dengan jumlah non-
RI, 2013). smoker yang terpapar asap rokok orang
Rokok diketahui mengandung lain (second-hand smoke) yang semakin
lebih dari 4000 zat/bahan kimia yang bertambah (97 juta penduduk Indonesia).
berbahaya bagi kesehatan, dimana 43 Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia
zat diantaranya bersifat karsinogenik. terpapar asap rokok (Pusat Promkes
Komponen utamanya adalah nikotin Kemkes RI, 2013).
suatu zat berbahaya penyebab Menurut data Global Youth
kecanduan, tar yang bersifat Tobacco Survey (2009) menyebutkan
karsinogenik, dan CO yang dapat bahwa prevalensi perokok remaja yang
menurunkan kandungan oksigen dalam bersekolah usia antara 13-15 tahun
darah. Rokok merupakan faktor risiko sebesar 20,3%, meningkat dua kali
munculnya penyakit tidak menular dan lipat, selama kurun waktu 3 tahun
mematikan, seperti penyakit jantung terakhir, yaitu 2006–2009. Sementara
koroner, stroke, dan kanker. Selain

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

itu, data Global Adult Tobacco sebanyak 33,1%, sedangkan hasil


Survey (GATS) 2011 menunjukkan Riskesdas pada 2010 naik menjadi
prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas 43,3% (Riskesdas Kemkes, 2010).
sangat tinggi, antara lain perokok laki- Prevalensi perokok remaja di Provinsi
laki (67,4%) dan wanita (2,7%) (Pusat Jawa Barat berdasarkan hasil Riskesdas
Promkes Kemkes RI, 2013). tahun 2010 adalah umur 10-14 tahun
(15,3%), dan pada umur 15-19
Berdasarkan data dari badan
(44,6%)(Dinas Kesehatan Provinsi
kesehatan dunia WHO (World
Jabar, 2010).
HealthOrganization), menyebutkan 1 dari
10 kematian pada orang dewasa Masa remaja merupakan masa
disebabkan karena kebiasaan merokok, pencarian identitas. Remaja cenderung
dimana rokok ini membunuh hampir lima mengangkat diri sendiri sebagai individu,
juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini remaja juga akan menggunakan simbol
berlanjut, maka dapat dipastikan bahwa status seperti kendaraan, pakaian, dan
10 juta orang akan meninggal karena pemilihan barang sebagai usaha menarik
rokok pertahunnya pada tahun 2020, perhatian agar dipandang individu. Hal
dengan 70% kasus terjadi di negara ini berarti remaja akan lebih
berkembang seperti Indonesia. Pada memperhatikan penampilan (Ali, 2011).
tahun 2005 terdapat 5,4 juta kematian Padahal dengan merokok bukan akan
akibat merokok atau rata-rata satu memperbaiki penampilan tetapi akan
kematian setiap 6 detik. Bahkan pada memperburuk penampilan disebabkan
tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian oleh bau asap rokok, plak hitam pada
mencapai angka 8 juta. Merokok juga gigi dan bibir perokok berwarna
merupakan jalur yang sangat berbahaya hitam/gelap. Disisi lain saat pertama
menuju hilangnya produktivitas dan mengkonsumsi rokok gejala yang
hilangnya kesehatan. Menurut tobacco mungkin timbul adalah batuk-batuk, lidah
atlas yang diterbitkan oleh WHO, terasa getir dan perut mual, gejala
merokok adalah penyebab bagi hampir seperti ini tentu tidak enak dirasakan dan
90% kanker paru, 75% penyakit paru sangat mengganggu. Namun para
obstruktif kronis (PPOK), dan juga pemula mengabaikan perasaan tersebut
menjadi 25% penyebab serangan dan akan berlanjut menjadi kebiasaan
jantung (Pusat Promkes Kemkes yang akhirnya membuat para remaja
RI,2013). Hal ini sesuai dengan kemudian tidak dapat meninggalkan
peringatan bahwa “Merokok rokok, setelah ketergantungan terhadap
Membunuhmu” rokok tentu bukan hal yang mudah untuk
dapat menghindar dan berhenti merokok.
Di Indonesia prevalensi perokok
Disisi lain sebagai pelajar, para remaja
remaja terus meningkat dari tahun ke
tentu mendapat pendidikan kesehatan
tahun. Pada tahun 1995 terdapat 7,1%
tentang bahaya dan akibat dari merokok.
remaja umur 15-19 tahun yang merokok,
Sehingga timbul pertanyaan, mengapa
bandingkan kenaikannya pada tahun
para remaja tetap merokok?
2004 perokok remaja umur 15-19 tahun
yang merokok sebesar 17,3% (Pusat Dalam peraturan dan tata tertib
Promkes Kemkes RI,2013). Menurut sekolah telah melarang siswanya untuk
hasil Riskesdas pada tahun 2007, merokok, tetapi pada kenyataannya,
perokok pada remaja usia 15 -19 thn ketika masih mengenakan seragam

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

sekolahpun para siswa tanpa malu dan 2616 orang. Sampel yang digunakan
canggung merokok di pinggir-pinggir pada penelitian ini berjumlah 347 orang
jalan maupun di lingkungan sekolahnya. yang dipilih secara random sampling.
Berdasarkan pengamatan pada Sebelum dilakukan randomisasi terlebih
beberapa SMK baik berstatus negeri dahulu peneliti melakukan clusterisasi
maupun swasta, didapatkan informasi untuk menentukan lokasi sekolah
bahwa rata-rata siswa laki-laki yang dengan membagi wilayah menjadi 4
merokok pada SMK dengan status bagian, barat, timur, selatan dan utara.
negeri 50% - 60% dan pada siswa SMK Kemudian untuk menentukan
dengan status swasta presentasenya sekolahnya peneliti melakukan
lebih tinggi yaitu berkisar 65% - 70% randomisasi dari masing-masing wilayah.
siswa laki-laki merokok. Siswa SMK Setelah diperoleh sekolah untuk
merupakan para remaja yang dalam dilakukan penelitian, kemudian diambil
perkembangannya, sangat rentan responden secara simple random
terhadap pengaruh lingkungan. sampling. Sesuai dengan jumlah sampel
Lingkungan sosial budaya yang tidak yang ditentukan dan didapatkan sampel
positif merupakan faktor risiko bagi wilayah Kuningan Barat 74 orang,
remaja untuk terjebak dalam perilaku Kuningan Timur 99 orang, Kuningan
yang tidak sehat seperti merokok. Selatan 90 orang, dan Kuningan Utara
84 orang.
Mengingat banyaknya bahaya
merokok terhadap kesehatan, serta Variabel independen dalam
kecenderungan bertambahnya penelitian ini adalah karakteristik,
persentase remaja yang merokok akibat pengetahuan remaja tentang bahaya
gencarnya iklan rokok yang ditayangkan, merokok terhadap kesehatan dan zat-zat
baik melalui media cetak, media berbahaya yang terkandung dalam rokok
elektronik maupun kegiatan-kegiatan serta sikap remaja terhadap perilaku
yang disponsori oleh rokok serta merokok, sedangkan variabel
pergaulan sesama remaja lebih banyak dependennya adalah perilaku merokok.
mendorong mereka untuk melakukan Alat penelitian yang digunakan adalah
kebiasaan merokok, padahal jika dapat kuesioner, pengumpulan data dilakukan
dicegah sejak remaja akan berdampak dengan metoda wawancara. Hasil
lebih baik. Berdasarkan hal-hal tersebut penelitian dianalisis secara univariat,
maka peneliti merasa tertarik melakukan bivariat dan multivariat. Analisis bivariat
penelitian yang bertujuan untuk dengan menggunakan uji korelasi chi
mengetahui perilaku merokok khususnya square sedangkan analisis multivariat
pada remaja SMK di Kabupaten dengan menggunakan uji analisis regresi
Kuningan Jawa Barat. logistik.
METODE PENELITIAN HASIL
Penelitian ini merupakan Perilaku Merokok pada remaja SMK di
explanatory study dengan pendekatan Kabupaten Kuningan
cross sectional. Penelitian ini Perilaku merokok pada penelitian ini
dilaksanakan pada tahun 2014, dengan didefinisikan sebagai jumlah batang
populasi remaja/siswa laki-laki yang rokok yang dikonsumsi dalam satu hari.
merokok dan duduk dikelas XI SMK di Perilaku merokok seseorang diantaranya
Kabupaten Kuningan dengan jumlah

3
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 1. Distribusi Jawaban Responden tentang Perilaku Merokok

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Dalam satu hari anda mengkonsumsi lebih dari 10 88,76 11,24
batang rokok
2. Cara menghisap rokok tidak menelan asap rokok 38,90 61,10
(hanya dimulut lalu dihembuskan)

dapat diidentifikasi dari jumlah rokok Tabel 2 menunjukkan bahwa


yang dihisap dalam satu hari, dan cara sebagian besar responden adalah
menghisap rokok. perokok berat sebanyak 246 orang
(70,89 %) dan sebagian kecil adalah
Dari rincian jawaban responden
perokok ringan yaitu sebanyak 101
tersebut, didapatkan sebagian besar
responden rata-rata memiliki kebiasaan orang (29,11 %).
merokok dalam kategori berat (88,76% Karakteristik Responden Berdasarkan
merokok lebih dari 10 batang perhari), Umur
dan menelan asapnya (sebesar 61,10%). Data karakteristik responden dirinci
Hal ini menunjukkan bahwa responden menurut umur. Rata-rata siswa kelas XI
sudah kecanduan terhadap rokok. berada pada umur antara 16 sampai 17
tahun. Berdasarkan pemilihan secara
Tabel 2. Distribusi Perilaku Merokok acak karakteristik umur responden
Responden diperlihatkan pada tabel 3. Berdasarkan
tabel tersebut diketahui bahwa jumlah
No Perilaku n (%) siswa SMK kelas XI di Kabupaten
Merokok Kuningan Tahun 2014 yang berumur 16
1 Berat 246 70,89 tahun jumlahnya lebih dari 50% yaitu
(>10 50,10%, jumlah ini hanya berbeda sedikit
batang/hari)
dari yang berumur 17 tahun yaitu
2 Ringan 101 29,11 sebesar 49,90%.
(<10
batang//hari) Pengetahuan Remaja Tentang Bahaya
Jumlah 347 100 Merokok
Pengetahuan yang dimaksud dalam
Tabel 3. Distribusi Umur Responden penelitian ini adalah kemampuan
(Tahun) responden dalam menjawab pertanyaan
yang berkaitan dengan bahaya merokok
No Umur n (%) dan zat-zat yang terkandung dalam
1 16 174 50,10 rokok.
2 17 173 49,90 Berdasarkan tabel tersebut
pengetahuan responden tentang
Total 347 100 merokok dibagi menjadi dua kategori
yaitu baik dan kurang baik. Hasil

4
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Tabel 5. Distribusi Sikap Remaja


Responden tentang Bahaya Merokok tentang Perilaku Merokok

No Kategori n (%) No Sikap n (%)


1 Baik 73 21,04 Remaja
2 Kurang Baik 274 78,96 1 Baik 119 34.29
2 Kurang baik 228 65.71
Jumlah 347 100
Jumlah 347 100
penelitian menunjukkan bahwa sebagian 119 orang (34,29%).
besar responden berpengetahuan Hubungan antara Pengetahuan
kurang baik sebanyak 274 orang Tentang Rokok dengan Perilaku
(78.96%), sedangkan responden yang Merokok pada Remaja SMK di
mempunyai pengetahuan baik sebanyak Kabupaten Kuningan.
73 orang (25,36%).
Hasil penelitian dari 347 responden
Sikap Remaja Tentang Merokok tentang hubungan antara pengetahuan
Sikap yang dimaksud dalam penelitian remaja tentang rokok dengan perilaku
ini adalah tanggapan atau respon merokok dapat ditunjukan oleh tabel 6.
responden tentang perilaku merokok. Berdasarkan data hasil
Dalam mengukur sikap remaja terhadap penelitian diketahui bahwa remaja yang
merokok ini digunakan dua pilihan sikap menjadi perokok berat lebih banyak
yaitu sikap baik dan tidak baik terhadap dijumpai pada kelompok remaja yang
kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil memiliki pengetahuan kurang baik
uji statistik menunjukkan data sebanyak 194 orang (70,80%), jumlah ini
berdistribusi normal sehingga nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan
katagori yang digunakan adalah mean perokok berat dari kelompok remaja
dimana nilai p 0,277. yang memiliki pengetahuan yang baik
Berdasarkan tabel tersebut, tentang rokok yaitu sebanyak 52 orang
didapatkan bahwa sebagian besar (71,23%). Nilai p yang diperoleh lebih
responden bersikap kurang baik besar dari α = 0,05 (0,00 < 0,05), maka
sebanyak 228 orang (65,71%) dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh
sedangkan yang bersikap baik sebanyak pengetahuan tentang rokok terhadap

Tabel 6. Hubungan antara Pengetahuan tentang Rokok dan Perilaku Merokok Remaja
SMK di Kabupaten Kuningan.

Perilaku Merokok Total


Pengetahuan
Remaja Berat Ringan
n % n % n % OR Χ p 95%CI
Baik 52 71.23 21 28.77 73 100 8,842 43,521 0,00 4,639-
16,853
Kurang Baik 194 70.80 80 29.20 274 100

5
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Tabel 7. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Merokok Remaja SMK di Kabupaten
Kuningan.

Perilaku Merokok Total


Pengetahuan Berat Ringan
Remaja n % n % n % OR Χ p 95%CI
Baik 84 70.59 35 29,41 119 100 0,758 1,180 0,227 0,422-
1,321
Kurang Baik 162 71.05 66 28.95 228 100

perilaku merokok remaja SMK PEMBAHASAN


Kabupaten Kuningan. Data hasil penelitian menunjukan bahwa
Hubungan antara sikap dengan terdapat 194 remaja SMK yang
perilaku merokok pada remaja SMK di berpengetahuan kurang baik tentang
Kabupaten Kuningan. rokok menjadi perokok berat, dan hanya
52 remaja SMK yang berpengetahuan
Hasil penelitian dari 347 responden
baik yang menjadi perokok berat.
tentang Hubungan Antara sikap remaja
Kenyataan ini menunjukan pentingnya
dengan perilaku merokok dapat
informasi tentang rokok bagi para remaja
ditunjukan oleh tabel di bawah ini:
SMK agar tidak terjerumus dalam
Berdasarkan data hasil pergaulan yang memiliki kebiasaan
penelitian, diketahui bahwa remaja yang merokok. Dunia pergaulan remaja yang
mempunyai kebiasaan merokok dengan memasukan merokok sebagai salah satu
kategori berat lebih banyak dijumpai pembangun eksistensi diri dapat
pada kelompok remaja yang memiliki memunculkan sikap tidak peduli
sikap kurang baik yaitu sebanyak 162 terhadap berbagai hal yang diakibatkan
orang, jumlah ini lebih tinggi jika oleh rokok. Kondisi ini dapat muncul
dibandingkan dengan perokok berat dari karena lingkungan pergaulan yang
kelompok remaja yang memiliki sikap cenderung bersifat acuh tak acuh
baik terhadap perilaku merokok yaitu terhadap berbagai informasi tentang
sebanyak 84 orang. Untuk mengetahui bahaya merokok demi pengakuan dirinya
pengaruh sikap remaja terhadap perilaku untuk diterima oleh kelompoknya. Akibat
merokok pada remaja SMK di Kabupaten dari menjaga eksistensi dirinya dalam
Kuningan dilakukan pengujian lingkungan pergaulan dikelompoknya
menggunakan analisis statistik uji chi dapat mendorong terjadi perubahan
square, diperoleh X2 = 1.180, p value= intelektual yang kurang matang. Padahal
0,227, α = 0.05, dan nilai Odd Ratio = pada usia ini menurut Piaget para remaja
0.756 (95% = 0.422–1.321) Nilai p yang seharusnya mendapatkan perkembang-
diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (0,227 an intelektual yang sempurna.
> 0,05), maka dapat diartikan bahwa
Pengetahuan merupakan hasil
tidak terdapat pengaruh sikap remaja
dari ‘tahu’ dan terjadi setelah orang
terhadap perilaku merokok remaja SMK
tersebut melakukan penginderaan
Kabupaten Kuningan.
terhadap sesuatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia

6
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

diperoleh melalui mata dan telinga. yang memiliki sikap baik terhadap
Pengetahuan yang dicakup mempunyai perilaku merokok yaitu sebanyak 35
enam tingkatan yaitu tahu, memahami, orang. Berdasrkan hasil tersebut dapat
aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi diketahui bahwa ada kecenderungan
(Notoatmodjo, 2000). Pengetahuan semakin mempunyai sikap kurang baik,
merupakan salah satu faktor predisposisi maka semakin tinggi tingkat perilaku
untuk terbentuknya sebuah perilaku merokok pada remaja tersebut.
baru, untuk mendapatkan pengetahuan Sikap adalah sebagai tingkatan
yang cukup tentang bahaya merokok, kecenderungan yang bersifat positif atau
diperlukan adanya informasi yang terus negatif yang berhubungan dengan objek
menerus dan berkesinambungan psikologi, yang meliputi simbol, kata-
(Notoatmodjo, 2000). kata, slogan, orang, lembaga, ide dan
Variabel pengetahuan tentang sebagainya. Individu dikatakan
bahaya merokok terhadap kesehatan mempunyai sikap positif terhadap suatu
dan zat-zat yang terkandung dalam objek psikologi apabila suka atau
rokok merupakan faktor dominan untuk memiliki sikap yang favourable,
mempunyai kebiasaan merokok. Untuk sebaliknya individu yang dikatakan
itu perlu diupayakan perbaikan tingkat memiliki sikap negatif terhadap objek
pengetahuan bagi para remaja SMK psikologi apabila tidak suka atau
agar tingkat perilaku merokoknya sikapnya unfavourable terhadap objek
menjadi lebih rendah atau bahkan psikologi (Notoatmodjo, 2007).
menjadi tidak merokok sama sekali. Sikap pada teori Green
Gencarnya iklan bahaya merokok pada
merupakan salah satu faktor predisposisi
bungkus rokok yang baru-baru ini untuk terbentuknya suatu perilaku baru,
diterapkan mudah-mudahan menjadi untuk mendapatkan sikap yang baik
salah satu solusi yang efektif dalam terhadap perilaku merokok diperlukan
mengurangi pecandu rokok pada remaja adanya pelatihan tentang bahaya
SMK khususnya dan kalangan merokok dan cara menanggulangi akibat
masyarakat pada umumnya. merokok secara khusus dan perlu selalu
Berdasarkan hasil penelitian, adanya penyegaran. Oleh karena itu
diketahui bahwa remaja yang untuk meningkatkan sikap responden
mempunyai kebiasaan merokok dengan yang masih kurang agar menjadi baik
kategori berat lebih banyak dijumpai diperlukan pendidikan kesehatan secara
pada kelompok remaja yang memiliki rutin.
sikap kurang baik yaitu sebanyak 162 Masa remaja adalah masa
orang, jumlah ini lebih tinggi jika transisi dari masa kanak-kanak menuju
dibandingkan dengan perokok berat dari masa dewasa yang diikuti dengan
kelompok remaja yang memiliki sikap berbagai masalah yang ada karena
baik terhadap perilaku merokok yaitu adanya perubahan fisik, psikis dan
sebanyak 84 orang. Demikian juga sosial. Masa peralihan itu banyak
untuk perokok ringan, kelompok ini lebih menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam
banyak dijumpai pada remaja yang penyesuaian terhadap dirinya maupun
memiliki sikap kurang baik terhadap
terhadap lingkungan sosial. Berbagai
perilaku merokok yaitu sebanyak 66 kesulitan dalam penyesuaian diri
orang jika dibandingkan dengan remaja membawa dampak pada sikap yang

7
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

muncul sebagai cerminan pribadinya bersikap tidak baik terhadap kebiasaan


yang masih labil. Keinginan untuk diakui merokok. Ditinjau dari faktor psikologis,
sebagai orang dewasa seringkali diikuti para remaja perokok mempercayai
dengan meniru-niru kebiasaan orang bahwa merokok dapat meningkatkan
dewasa tanpa disertai oleh pemikiran penampilan dan menimbulkan
yang matang. Padahal berbagai pilihan kenyamanan psikologis.
yang diambil pada masa remaja Berdasarkan Management Of
merupakan hal penting yang dapat Affect Theory, ada empat tipe perilaku
berakibat langsung terhadap sikap dan merokok.
perilaku serta berakibat panjang.
Pertama, perokok yang
Masa ambivalensi remaja yang dipengaruhi perasaan positif. Mereka
dipenuhi oleh sikap ragu-ragu ketika berpendapat bahwa dengan merokok
membuat suatu keputusan, mendorong seseorang akan merasakan
remaja SMK cenderung lebih memilih penambahan rasa yang positif. Green
hubungan pertemanan dibandingkan dalam Psychological Factor in Smooking
dengan pilihan untuk hidup sehat tanpa menambahkan 3 sub tipe. 1) Pleasure
rokok. Rasa takutnya terhadap relaxation, yaitu perilaku merokok hanya
ketidakpedulian teman kelompoknya, untuk menambah atau meningkatkan
membuat remaja SMK ingin terlihat lebih kenikmatan yang sudah didapat,
eksis dengan cara berbaur mengikuti misalnya merokok setelah minum kopi
kebiasaan teman di lingkungannya yaitu atau makan. 2) Stimulation to pick them
merokok, meskipun sadar akan bahaya up, yaitu perilaku merokok hanya
yang ditimbulkannya.
dilakukan sekedarnya untuk
Pada usia remaja seseorang menyenangkan perasaan. 3) Pleasure of
mempunyai rasa keterikatan yang kuat handling the cigarette, yaitu kenikmatan
dengan kelompoknya. Kepentingan yang diperoleh dengan memegang
untuk diakui dalam kelompoknya juga rokok, sangat spesifik pada perokok
dapat menjadi alasan lain atas pipa. Perokok pipa akan menghabiskan
ketidakberpengaruhan sikap dalam waktu untuk mengisi pipa dengan
menekan perilaku merokok di kalangan tembakau, sedangkan untuk
remaja. Pilihan untuk bersikap tidak baik menghisapnya hanya beberapa waktu
atau bersikap tidak setuju terhadap beberapa menit saja. Ada juga perokok
berbagai faktor yang memiliki keterkaitan yang lebih senang berlama-lama untuk
dengan kebiasaan merokok tidak dapat memainkan rokoknya dengan jari-jarinya
dipilihnya karena ternyata tidak mampu lama sebelum ia nyalakan dengan api.
mengalahkan faktor farmakologis, faktor Kedua, perilaku merokok yang
sosial, dan psikologis yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak
dibutuhkannya. Artinya ditinjau dari orang yang menggunakan rokok untuk
faktor farmakologis efek nikotin sudah mengurangi perasaan negatif, misalnya
mengendalikan perasaan dan kebiasaan. bila sedang marah, cemas, atau gelisah.
Ditinjau dari faktor sosial, kepentingan Rokok dianggap sebagai penyelamat.
untuk merasa lebih diterima dalam Mereka menggunakan rokok bila
lingkungan teman dan kelihatan dewasa,
perasaan tidak enak terjadi, sehingga
serta merasa lebih nyaman lebih terhindar dari perasaan yang lebih tidak
mendominasi dibanding memilih enak.

8
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Ketiga, perilaku merokok yang tahap preparatory (pengenalan terhadap


adiktif. Green menyebutkan sebagai rokok). Tahap ini adalah tahap dimana
kecanduan secara psikologis seseorang mendapatkan gambaran yang
(psychological addiction). Mereka yang menyenangkan terhadap rokok.
sudah kecanduan cenderung akan Seseorang dapat melihat, mendengar
menambah dosis rokok yang digunakan atau mungkin membacanya dari sebuah
setiap saat setelah efek dari rokok yang majalah misalnya. Tahap ini, adalah
dihisapnya berkurang. Mereka umumnya tahap pemunculan penilaian positif
akan pergi keluar rumah membeli rokok, terhadap rokok. Penilaian positif ini
walau tengah malam sekalipun, karena mungkin didapat karena melihat atau
khawatir rokok tidak tersedia saat ia membandingkan orang yang merokok
menginginkannya. dengan yang tidak merokok. Merokok
lebih macho, maskulin dan lebih
Keempat, perilaku merokok yang
mengggambarkan kelelakian misalnya.
sudah menjadi kebiasaan. Mereka
Tahap ini akan memunculkan minat
menggunakan rokok sama sekali bukan
merokok.
karena untuk mengendalikan perasaan,
tetapi karena benar-benar sudah menjadi Kedua, tahap initiation (tahap
kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada inisiasi), dimana seseorang mencoba
orang-orang tipe ini, merokok sudah merokok, dan memberikan penilaian. Dia
menjadi perilaku yang bersifat otomatis, akan meneruskannya jika merokok itu
sering kali tanpa difikirkan dan tanpa dianggapnya adalah hal yang baik bagi
disadari. Ia menghidupkan lagi api dirinya. Tahap ini adalah tahap
rokoknya apabila rokok yang terdahulu pengambilan keputusan apakah dia akan
telah benar-benar habis. terus merokok atau tidak. Ketiga, tahap
become a smoker ( tahap menjadi
Merokok adalah sebuah aktivitas
seorang perokok ). Tahap ini adalah
yang menyenangkan bagi seorang
tahap dimana seseorang menjadi
pecandu rokok. Sebenarnya, kebiasaan
seorang perokok. Jika seseorang secara
merokok, apalagi menjadi seorang
rutin menghabiskan rokok sebanyak 4
pencandu rokok, tidak datang begitu
batang sehari, maka bisa dikatakan dia
saja. Seperti tingkah laku lainnya, butuh
adalah seorang perokok dan
waktu untuk memunculkan suatu
kecenderungan untuk meneruskan
kebiasaan, termasuk kebiasaan
kebiasaan merokok. Keempat, tahap
merokok. Akan tetapi, perilaku merokok
maintenance of smoking (tahap
tidak hanya sekedar kebiasaan, karena
ketergantungan/tahap tetap menjadi
ada efek ketergantungan dengannya,
perokok). Pada tahap ini, seseorang
terhadap zat yang terkandung dalam
menjadikan rokok sebagian bagian dari
rokok. Hal inilah yang membuat perilaku
kehidupannya (kepribadiaanya). Dia
merokok, bukan hanya sekedar dilihat
sudah masuk dalam pengaturan diri (self
dari tingkah lakunya tetapi juga dari sisi
regulation). Merokok sudah menjadi
ketergantungannya.
ketergantungan karena mempunyai efek
Tahap-tahap seseorang menjadi fisiologis yang menyenangkan.
seorang pecandu rokok. Menurut
Tahap pertama adalah tahap
Leventhal & Clearly, terdapat 4 tahap,
dimana seseorang membuka pintu
sehingga seseorang menjadi seorang
terhadap rokok, yang paling kritis disini
perokok aktif (pecandu rokok). Pertama,

9
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

adalah para remaja, dimana seorang karakteristik responden yaitu sebagian


remaja adalah tahap identifikasi dan besar responden berada pada umur 16
pencarian jati diri, sehingga tahap tahunyaitu 50,10%. Remaja SMK di
persiapan/pengenalan sangat besar, Kabupaten Kuningan baik yang memiliki
disamping pengaruh lingkungan yang perilaku merokok berat yaitu sebanyak
menggambarkan bahwa merokok adalah 246 orang (70,89%)maupun yang
sebuah tingkah laku yang positif. memiliki perilaku ringan yaitusebanyak
Biasanya, seseorang yang sudah 101 orang (29,11%) jumlahnya lebih
melewati masa remaja dan tidak tinggi pada remaja yang memiliki
merokok, kemungkinan besar pada pengetahuan yang kurang baik
tahap selanjutnya tidak akan dibanding yang memiliki pengetahuan
merokok.Bagi para remaja SMK yang yang baik tentang bahaya dan
berada dalam kategori perokok dapat kandungan zat yang terdapat dalam
digolongkan sebagai tahap menjadi rokok. Hasil analisa uji statistik
seorang perokok atau bahkan menjurus didapatkan hasil sebagai berikut Odd
pada tahap ketergantungan. Ratio = 8.842, X2 hitung = 43.521 dan p
value = 0,00.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa jumlah siswa SMK kelas Perilaku merokok remaja SMK di
XI di Kabupaten Kuningan Tahun 2014 Kabupaten Kuningan tidak dipengaruhi
yang berumur 16 tahun jumlahnya lebih oleh sikap remaja terhadap rokok, hal ini
dari 50% yaitu 50,10%, jumlah ini hanya diprediksi karena remaja berada dalam
berbeda sedikit dari yang berumur 17 sifat ambivalensi. Hal ini ditunjukan
tahun yaitu sebesar 49,90%. Perubahan dengan hampir samanya persentase (%)
perilaku disebabkan karena proses perokok berat pada kelompok remaja
pendewasaan, melalui perjalanan yang memiliki sikap baik dengan yang
umurnya semakin dewasa individu yang memiliki sikap tidak baik
bersangkutan akan melakukan adaptasi (71.05%:70.59%). Hasil uji statistik
perilaku terhadap lingkungan menunjukkan Odd Ratio = 0,756, X2
(Notoatmodjo, 2000). Teori Green, hitung = 1.180 dan p value = 0,227.
dimana umur termasuk faktor pemudah REFERENSI
(predisposing factor), faktor ini
berpengaruh langsung terhadap Ali, M. (2011). Psikologi remaja:
terjadinya perilaku seseorang (Green, perkembangan peserta didik. (Edisi
1991). Umur merupakan lama hidup 7). Jakarta: PT Bumi Aksara.
yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
bertambah umur seseorang, maka (2010). Profil kesehatan. Bandung:
semakin bertambah pula daya Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
tanggapnya (Notoatmodjo, 2005). Barat.
Green,L.W. and Kreuter, M.W. (1991).
KESIMPULAN Health promotion planning an
Remaja SMK di Kabupaten educational and environmental
Kuninganyang memiliki perilaku merokok approach. ( 2nd Ed). USA: Mayfield
berat yaitu sebanyak 246 orang Publising Company.
(70,89%) sedangkan yang memiliki Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset
perilaku merokok ringan yaitu sebanyak Kesehatan Dasar Riskesdas. Badan
101 orang (29,11%).Berdasarkan Penelitian dan Pengembangan

10
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.1, Maret 2015

Kesehatan, Kementrian Kesehatan Pratisto, A. (2010). Statistik menjadi


RI. mudah dengan SPSS 17. (Cetakan
Kementrian Kesehatan Republik 2). Jakarta: PT Elex Media
Indonesia. (2011). Profil data Komputindo, Kompas Gramedia.
kesehatan Indonesia. Jakarta. Pusat Promosi Kesehatan. Dampak
Kementrian Kesehatan Republik merokok terhadap kesehatan
Indonesia. (2010). Profil Kesehatan remaja/smoking go kills. (on line)
Indonesia. Jakarta. diakses dari Promkes.depkes.go.id
Machfoed, I. (2008). Metodologi tanggal 23 Juli 2013.
penelitian. (Cetakan ke 4). Riyanto, A. (2012). Penerapan analisis
Yogyakarta: Fitramaya. multivariat dalam penelitian
Monks, F.J. dan Knoers, A.M.P. (1999). kesehatan. (cetakan pertama).
Psikologi perkembangan. Yogyakarta.
Yogyakarta: UGM Press. Sarlito, S.W. (2010). Psikologi remaja.
Notoatmodjo, S. (2000). Pengantar (Edisi revisi). Jakarta: PT Raja
pendidikan kesehatan dan ilmu Grafindo.
perilaku. Jakarta: Andi Offset. Sarwono, J. (2006). Metode penelitian
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:
kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Graha Ilmu.
Rineka Cipta. Sujarweni, W. dan Poly, E. (2012).
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Statistika untuk penelitian.
kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rineka Cipta. Tim penulis Poltekkes DepKes Jakarta I.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi (2012). Kesehatan remaja problem
penelitian kesehatan. (Edisi revisi 1). dan solusinya. Jakarta: Salemba
Jakarta: Rineka Cipta. Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai