1.2. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum penggaraman adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prinsip penggaraman pada ikan.
2. Mengetahui perbedaaan organoleptik antara penggaraman kering dan
penggaraman basah.
3. Mengetahui hasil kadar air ikan dari perlakuan penggaraman kering dan
penggaraman basah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penggaraman
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan di
berbagai negara termasuk Indonesia. Dalam skala nasional, hampir 65% produk
perikanan masih diolah dan diawetkan dengan cara penggaraman. Di Sulawesi
Selatan, sebanyak 46% dari keseluruhan hasil tangkapan nelayan diawetkan
secara tradisional. Umumnya melalui penggaraman dan penjemuran langsung di
bawah sinar matahari. Pada proses penggaraman digunakan garam dapur (NaCl)
sebagai media pengawet, baik yang terbentuk kristal maupun larutan (Yunus dkk,
2000).
Penggaraman adalah teknik pengawetan menggunakan garam dengan
konsentrasi tinggi yang biasa diaplikasikan pada ikan, daging, produk sayuran,
dan bahan pangan lainnya. Ada 2 macam teknik penggaraman yaitu penggaraman
basah dan penggaraman kering. Penggaraman yang umum dilakukan adalah jenis
penggaraman kering yaitu penggaraman yang menggunakan kristal garam yang
dicampurkan dengan ikan atau produk penggaraman lainnya (Syahruddin, 2013).
Tujuan penggaraman adalah untuk pengawetan dan perubahan sensoris
yang diinginkan seperti tekstur, warna, aroma dan rasa yang khas. Fungsi
penggaraman adalah menghambat mikroorganisme pencemar tertentu secara
selektif karenagaram bersifat bakteriostatik. Mikroba pembusuk atau proteolitik
dan pembentuk spora adalah mikroba yang paling terpengaruh oleh kadar garam.
Garam berfungsi mengikat air dan menurunkan Aw yang menjadi factor
pendukung pertumbuhan mikroba. Selain itu garam juga dapat menentukan dalam
pembentukan flavor dan aroma tertentu (Buckle et al, 2009).
Prinsip utama penggaraman adalah pembubuhan garam yang dapat
mereduksi kadar air daging ikan sehingga menghambat kegiatan pembusukan
bakteriologis dan enzimatis (Ilyas, 1972). Mekanisme pengawetan ikan melalui
proses penggaraman menurut Iman Supardi dan Sukamto (1999), adalah sebagai
berikut :
1. Garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa.
Akibatnya kandungan air dalam tubuh ikan menjadi media hidup bakteri
menjadi berkurang. Kekurangan air di lingkungan tempat bakteri hidup
mengakibatkan proses metabolism dalam tubuh bakteri menjadi terganggu.
Dengan demikian proses kemunduran mutu ikan oleh bakteri dapat
dihambat dan dihentikan.
2. Selain menyerap kandungan air dari tubuh ikan, garam juga menyerap air
dalam tubuh bakteri sehingga bakteri akan mengalami plasmolysis
(pemisahan inti plasma) sehingga bakteri akan mati.
Ikan
Penimbangan
Pe
Penimbangan
Pengamatan organoleptik
dan perhitungan kadar air
3.2.2. Fungsi Perlakuan
Pada praktikum penggaraman hal pertama yang harus dilakukan yaitu
menyiapkan alat dan bahan. Adapun bahan yang digunakan sebagai sampel pada
praktikum ini ialah ikan kembung. Sebelum dilakukan penggaraman, ikan tersebut
dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang
terdapat pada tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang menggunakan neraca digital
untuk mengetahui berat awal pada ikan. Setelah itu menimbang garam yang
dibutuhkan yaitu 50% dari berat awal ikan dan air yang dibutuhkan yaitu 1 : 2 dari
berat awal ikan. Dalam praktikum ini dilakukan 2 perlakuan berbeda, yaitu
penggaraman kering dan penggaraman basah. Untuk penggaraman kering
menggunakan garam halus sedangkan penggaraman basah menggunakan garam
kasar. Dalam penggaraman kering, tubuh ikan dilumuri garam secara merata
untuk memberikan hasil penggaraman yang optimal. Setelah itu sampel ditutup
dengan kertas untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme dan udara
luar. Dalam penggaram basah, garam kasar dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan air, kemudian ikan direndam dan dibolak balik agar larutan garam
dapat merata pada tubuh ikan. Hal ini bertujuan untuk memberikan hasil yang
optimal pada penggaraman basah. Setelah itu, sampel ditutup menggunakan kertas
untuk menghindari adanya kontaminan dari luar. Langkah selanjutnya yaitu
sampel didiamkan selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk memberikan hasil yang
optimal selama proses penggaraman dan untuk menghambat serta membunuh
bakteri penyebab pembusukan pada ikan. Setelah 24 jam, sampel ditimbang
menggunakan neraca digital untuk mengetahui berat akhir pada ikan setelah
dilakukan proses penggaraman. Langkah terakhir yaitu, dilakukan pengamatan uji
organoleptic dan perhitungan kadar air pada ikan. Uji organoleptic yang dilakukan
meliputi warna, aroma, tekstur, dan lendir. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
dan membandingkan hasil dari penggaraman basah dan penggaraman kering.
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum penggaraman adalah sebagai berikut :
1. Prinsip utama penggaraman adalah pembubuhan garam yang dapat
mereduksi kadar air daging ikan sehingga menghambat kegiatan
pembusukan bakteriologis dan enzimatis.
2. Proses penggaraman mempengaruhi sifat organoleptik pada ikan hasil
penggaraman. Pada perlakuan penggaraman kering diperoleh ikan berwarna
agak gelap, beraroma agak amis, bertekstur keras dan tidak berlendir.
Sedangkan pada perlakuan penggaraman basah ikan yang dihasilkan adalah
ikan berwarna pucat, beraroma agak amis, bertekstur agak keras dan agak
berlendir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah
pengaruh konsentrasi garam yang digunakan.
3. Pada perlakuan penggaraman kering diperoleh nilai kadar air (%BB) sebesar
2,85% dan pada perlakuan penggaraman basah diperoleh nilai kadar air
(%BB) sebesar -8,4%. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan nilai
kadar air adalah konsentrasi garam dan lama proses penggaraman.
6.2. Saran
Adapun saran pada praktikum penggaraman ini adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya praktikan lebih memperhatikan dan teliti dalam mengukur dan
menentukan volume garam dan air yang ditentukan, agar memperoleh hasil
yang optimal.
2. Seharusnya perlu ada perbaikan dalam penentuan konsentrasi garam yang
dibutuhkan, agar memperoleh hasil penggaraman yang sesuai dengan SNI.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Ikan Asin Kering. SNI 01-2721-2009.
Jakarta.
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2009. Ilmu Pangan.
Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press. Jakarta.
Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi, 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Kriswantoro dan Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Jakarta : Badan Penerbit
Karya Bani.
Yulisma, A., Yulvizar, C., dan Rudi, E., 2012. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dan
Lama Penyimpanan terhadap Total Plate Count (TPC) Bakteri pada
Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Asin. Universitas Syiah Kuala :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Yunus, M., Adnan, dan Mamin, R. 2000. Upaya Peningkatan Daya Tahan dan
Mutu Organoleptik Ikan Layang dan Cekalang. Jurnal Insansi-UNM.
Makassar.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= 5,7%
= 0%
= -11,1%
= -5,7%