Komunikasi Manajemen
Elemen penting kedua dalam lingkungan pengendalian adalah
komunikasi manajemen. Mekomunikasikan perilaku apa saja yang sesuai dan
perilaku apa saja yang tidk sesuai sangatlah penting. Organisasi yang
menginginkan pegawai untuk memiiki perilaku tertentu harus dengan jelas
menyatakan perilaku apa yang dapat diterima dan perilaku apa yang tidak
dapat diterima. Kode perilaku, pertemuan orientasi, pelatihan, diskusi
antarsupervisor/pegawai, dan jenis komunikasi lainnya yang dapat
membedakan antara perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima snagatlah penting.
Supaya efektif dalam mencegah terjadinya kecurangan, komunikasi
harus konseisten. Pesan yang berubah karena adanya perubahan situasi dan
kondisi tidak hanya membingungkan pegawai, tetapi juga mendorong
rasionalisasi. Salah satu alasan mengapa banyak kecurangan terjadi dalam
proyek yang tergesa-gesa adalah bahwa prosoedur pengendalian yang umum
tidak diikuti. Penyampaian pesan yang tidak konsisten terkait prosedur dan
pengendalian seringkali terjadi. Pemogkan, merger, kebrangkutan, dan
kejadian penting lainnya biasanya mengakibatkan komunikasi yang tidak
konsisten dan snagat memungkinkan untuk meningkatkan terjadinya
kecurangan. Seperti pentingnya komunikasi yang baik antara manajer dan
pegawai, komunikasi yang akurat dan konsisten antara organisasi dan
pelanggan, pemasik, dan pemegang saham juga penting.
Perekrutan yang Sesuai
Elemen penting ketiga dalam membuat struktur pengendalian yang
sesuai adalah perekrutan yang sesuai. Saat individu yang tidak jurur
diperkerjakan, pengendalian yang paling baik pun tidak akan mencegah
kecurangan. Jika suatu organisasi tidak berhati-hati dalam mewawancarai dan
memperkerjakan individu yang tidak jurur, hal itu akan menimbulkan
kecurangan, tidak peduli seberapa baik pengendalian lainnya.
Untuk memahami bagaiman praktik perekrutan yang baik dapat
membantu mencegah kecurangan dan permasalahan lain, perhatikan
perusahaan yang memutuskan untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra
dalam praktik perekrutan. Pendekatan yang pertama adalah dengan melatih
semua orang yang terkait dengan keputusan perekrutan untuk menjadi
pewawancara yang cukup ahli, dan yang kedua, untuk mengecek tiga
referensi latar belakang setiap pegawai prospektif secara lebih terperinci.
Struktur Orgaisasi yang Jelas
Elemen pencegah kecurangan keempat dalam lingkungan pengendalian
adalah struktur organisasi yang jelas. Saat setiap orang dalam organisasi
mengetahui dengan pasti siapa yang memiliki tanggung jawab untuk setiap
aktivitas bisnis, kemungkinan terjadinya kecurangan lebih kecil. Dalam
keadaan seperti itu, akan lebih mudah untuk menelusuri aset yang hilang dan
akan lebih sulit untuk melakukan penggelapan tanpa terperangkap.
Akuntabilitas yang ketat akan kinerja sangatlah penting bagi lingkungan
pengendalian yang baik.
Departemen Audit Internal yang Efektif
Elemen yang kelima dari lingkungan pengendalian adalah departemen
audit internal yang efektif, dikombinasikan dengan program keamanan dan
program pencegahan kerugian. Saat sebagian besar riset menyatakan bahwa
auditor internal mendeteksi hanya sekitar 20 persen dari semua kecurangan
pegawai, kehadiran auditor internal memberikan efek jera yang cukup
signifikan. Auditor internal melakukan pengecekan secara independen dan
menyebabkan pelaku ragu apakah mereka dapat melakukan kecurangan dan
tidak terperangkap. Fungsi keamanan yang dapat dilihat dan cukup efektif,
sehubungan dengan program pencegahan kecurangan yang sesuai, dapat
membantu memastikan bahwa kecurangan dapat diselidiki secara benar dan
kelemahan pengendalian dan pelanggaran dapat ditangani secara benar dan
diberikan sanksi yang sesuai.
b. Fungsi Akuntansi
Komponen kedua dari struktur pengendalian adalah sistem akuntansi
yang baik. Setiap kecurangan terdiri dari tiga elemen :
(1) Tindakan pencurian, dimana aset diambil
(2) Penyembunyian, dimana pelaku berusaha untuk menyembunyikan
kecurangan dari pihak lain
(3) Konversi, dimana pelaku menghabisnkan uang atau mengubah aset yang
dicuri dalam bentuk uang, kemudian menghabiskannya.
(1) Valid
(2) Diotorisasi secara tepat
(3) Lengkap
(4) Diklasifikasi dengan sesuai
(5) Dilaporkan dalam periode yang sesuai
(6) Dinilai secara tepat
(7) Diringkas secara benar
c. Aktivitas (Prosedur) Pengendalian
Komponen ketiga dari struktur pengendalian adalah aktivitas
pengendalian yang baik. Individu yang menjadi pemilik suatu bisnis dan
individu yang merupakan satu-satuya pegawai mungkin tidak membutuhkan
banyak prosedur pengendalian. Saat beberapa orang memiliki banyak ksempatan
untuk melakukan kecurangan terhadap perusahaan mereka, mereka memiliki
dorongan untuk melakukannya. Mereka tidak akan mencuri dari diri mereka
sendiri, dan mereka tidak ingin memperlakukan pelanggan dengan buruk.
Namun, organisasi yang melibatkan banyak pegawai harus memiliki prosedur
pengendalian, sehingga tindakan pegawai akan sejalan dengan tujuan
perusahaan atau pemilik. Selain itu, dengn prosedur pengendallian, kesempatan
untuk melakukan dan/atau menyembunyikan kecurangan dapat dieliminasi atau
diminimalisasi. Tidak peduli apa jenis bisnisnya, apakah bisnis pengasuhan
anak; bisnis lembaga keuangan, supermaket, atau perusahaan Fortune 500; atau
bisnis investasi aset secara pribadi, lima prosedur pengendalian utama berikut
sangat diperlukan.
(1) Pemisahan tugas dan pengelolaan ganda pemisahan tugas
Pembagian pekerjaan ke dalam dua bagian, sehingga sesorang tidak
memiliki pengendalian penuh atas pekerjaanyya. Pengelolaan ganda
mensyaratkan dua orang bekerja bersama untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang sama. Dengan kata lain, membuat dua orang mengerjakan
satu pekerjaan. Bentuk pengendalian ini, seperti sebagian besar pengendalian
preventif, sering kali digunakan ketika melibatkan kas. Sebagai contoh,
penerimaan kas yang masuk dalam kegiatan bisnis biasanya dilakukan oleh
dua orang atau dilakukan dengan pemisahan tugas. Akuntansi penerimaan kas
dan pengelolaan penerimaan kas dipisahkan, sehingga orang tersebut tidak
memiliki akses atau keduanya.
(2) Sistem otorisasi
Terdapat beberapa bentuk prosedur pengendalian otorisasi. Kata sandi
mengotorisasi seseorang untuk menggunakan komputer dan mengakses basis
data tertentu. Kartu tanda tangan mengtorisasi seseorang untuk masuk ke
dalam ruangan kotak penyimpanan, untuk mencairkan cek, dan melakukan
fungsi lain pada lembaga keuangan. Pembatasan jumlah pengeluaran
mengotorisasi individu untuk hanya mengeluarkan jumlah yang telah
ditetapkan dalam anggaran atau sesuai batasan jumlah yang telah disetujui.
(3) Pengecekan independen
Teori dibalik pengecekan independen adalah apabila orang yang tahu bahwa
pekerjaan mereka atau aktivitas mereka diamati oleh pihak yang lain,
kesempatan untuk melakukan dan menyembunyikan kecurangan dapat
dikurangi. Rotasi pekerjaan secara periodik, perhitungan atau sertifikasi kas,
tinjauan supervisor, saluran pengaduan pegawai, dan penggunaan jasa auditor
adalah bentuk lain pengecekan independen.
(4) Pengamanan fisik
Pengaman fisik sering kali digunakan untuk melindungi aset dari upaya
pencurian karena kecurangan atau tindak kejahatan lainnya. Pengamanan
fisik, seperti brankas, gembok, pagar, dan kunci, akan menghilankan
kesempatan untuk melakukan kecurangan dan membuat orang sulit untuk
melakukan mengakses aset. Pengendalian fisik sering kali digunakan untuk
memproteksi persediaan dengan menyimpan dalam gudang atau tempat
terkunci, memproteksi aset yang kecil seperti peralatan atau perlengkapan
dengan menyimpannya dalam file cabinet yang terkunci, dan memproteksi
uang dengan menyimpannya di brankas.
(5) Dokumentasi dan pencatatan
Penggunaan dokumentasi dan pencatatan untuk membuat catatan transaksi
dan jejak audit. Dokumentasi jarang digunkan sebagai pengendalian
preventif, tetapi merupakan pengendalian detektif yang sangat baik.
Sebagian besar perusahaan besar mensyaratkan adanya bukti oreder
pelanggan ketika melakukan transaksi jual-beli. Dalam beberapa hal,
keseluruhan sistem akuntansi merupakan bentuk pengendalian dokumentasi.
Tanpa dokumentasi, tidak akan ada akuntabilitas. Tanpa akuntabilitas, lebih
mudah untuk melakukan kecurangan tanpa tertangkap.
2. Ketidakmampuan untuk Menilai Kualitas Kinerja
Dalam mencoba memahami mengapa sebuah perusahaan dapat melakukan
kecurangan, perlu diketahu bahwa organisasi telah menetapkan kuota untuk suatu
penjualan, pelayanan, dan perbaikan untuk setiap waktu giliran kerja. Diduga
pegawai yang secara konsisten tidak memenuhi kuota pengurangan dipindahkan dri
departemen satu ke departemen lainnya. Ketika setelah dihadapkan dengan tekanan
untuk menipu atau gagal, dan merasa yakin bahwa pelanggan tidak akan mengetahu
apakah kedua departemen tersebut benar-benar dibutuhkan, banyak pusat pelayanan
memutuskan untuk melakukan kecurangan.
3. Kegagalan untuk Memberikan Sanksi Tegas terhadap Pelaku Kecurangan
Individu yang melakukan kecurangan dan tidak mendapatkan sanksi tegas atau
hanya diberhientikan, tidak merasakan hukuman yang signifikan dan sering kali
melanjutkan kecurangannya. Pelaku kecurangan biasanya individu yang terlihat
menghormati pekerjaan, komunitas, gereja, dan juga keluarganya. Jika mereka diberi
sanksi yang kurang tegas atau diberhentikan, mereka jarang menginformasikan
kepada keluarga mereka dan pihak yang lain mengenai alasan sebenarnya
pemberhentian mereka atau sanksi yang mereka dapatkan. Disisi lain, jika mereka
mendapatkan sanks, mereka biasanya mendapatkan rasa malu yang cukup besar jika
keluarga, teman, dan rekan bisnis mengetahui kejahatan yang mereka lakukan.
Tentu, saja, perasaan terhina akan efektif mencegah aktivitas kecuragan pelaku
dimasa yang akan datang dibandingkan dengan fakor lain apapun.
Karena banyaknya biaya dan waktu yang diperlukan dalam proses dakwaan,
banyak organisasi hanya memberhentikan pegawai yang tidak jujur. Yang tidak
disadari oleh organisasi-organisasi ini adalah tindakan tersebut sebenarnya kurang
bijaksana. Walaupun mereka mungkin dapat menyingkirkan satu pelaku, mereka tlah
mengirimkan sinyal kepada pegawai yang lain dalam orgaisasi bahwa pelaku
kecurangan tidak mendapatkan konsekuensi signifikan atas tindakan mereka. tentu
saja, kurangnya sanksi tegas dapat memberikan kesempatan kepada orang lain yang
ketika dikombinasikan dengan tekanan dan rasionalisasi, dapat menghasilkan
kecurangan tambahan dalam organisasi. Kesempatan yang dimiliki dapat dihilangkan
ketika ada kemungkinan yang besar bahwa pelaku akan dijatuhi sanksi, tidak hanya
ditemukan.
4. Kurangnya Akses untuk Memperoleh Informasi
Banyak kecurangan dapat dilakukakn karena korban tidak memiliki akses untuk
mendapatkan informasi yang dimiliki pelaku. Ini biasanya terjadi dalam sebagian
besar kecurangan manajemen yang dilakukan terhadap para pemegang saham,
investor, dan pemegang utang. Sebagian besar penipuan investasi dan kecurangan
manajemen tergantung pada kemampuan menyembunyikan informasi dari korban.
Individu dapat berusaha untuk melindungi diri mereka dari penipuan tersebut dengan
melakukan pengungkapan secara penuh, termasuk audit laporan keuangan, riwayat
bisnis, dan informasi lain yang dapat mengungkapkan kecurangan organisasi
tersebut.
5. Pengabaian, Sikap Apatis, dan Tidak Adanya Kapasitas yang Memadai
Orang yang lebih tua, individu yang memiliki kesulitan berkomunikasi karena
perbedaan bahasa, dan warga negara yang rentan lainnya sering kali menjadi korban
kecurangan karena pelaku tahu bahwa individu tersebut tidak memiliki kapasitas atau
pengetahuan yang cukup untuk mendeteksi tindakan ilegal mereka.
Kecurangan yang disebut pigeon drops biasanya dilakukan untuk mengambil
keuntungan dari korban yang merupakan orang yang sudah tua. Dalam pencurian
semacam ini, pelaku sering kali bertindak sebagai pemeriksa bank yang berusaha
menangkap bankir yang tidak jujur, atau mereka dapat menggunakan skema lain
untuk membuat nasabah yang sudah tua atau yang tidak dapat berbahasa lokal
menarik uang dari bank. Ketika nasabah tersebut keluar dari bank dengan membawa
uang yang baru saja diambil, pelaku mengambil uang tersebut dan langsung kabur
tanpa melakukan pemeriksaan seperti yang mereka janjikan sebelumnya, karena
mereka tahu bahwa orang tua tersebut tidak akan mungkin mengejar mereka.
6. Kurangnya Jejak Audit
Organisasi memiliki waktu lama untuk membuat dokumen yang akan
memberikan jejak audit, sehingga transaksi dapat drekonstruksi dan dipahami.
Namun, banyak kecurangan melibatkan pembayaran kas atau manipulasi catatan
yang tidak dapat ditelurusi. Pelaku kecurangan yang cerdas memahami bahwa
kecurangan mereka harus disembunyikan. Mereka juga tahu bahwa persembunyian
biasanya harus melibatkan manipulasi catatan keuangan. Ketika dihadapkan dengan
keputusan mengenai catatan keuangan mana yang harus dimanipulasi, pelaku hampir
selalu memanipulasi laporan laba rugi komprehensif, karena mereka tahu bahwa
jejak audit akan segera dihapus.