Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI STRUKTUR

Oleh :

Refsi Dian Paparezzi


175090700111011

Asisten :

Bagus Haji Wicaksono

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Refsi Dian Paparezzi
NIM : 175090700111011
Jurusan : Fisika
Program Studi :Teknik Geofisika
Penulis laporan berjudul :

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Laporan ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan bukan hasil plagiat dari karya
orang lain. Karya-karya yang tercantum dalam daftar pustaka laporan ini, semata-mata
digunakan sebagai acuan/referensi.
2. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa isi laporan saya merupakan hasil plagiat, maka
saya bersedia menanggung akibat dari keadaan tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 27 November 2018


Yang menyatakan,

(Refsi Dian Paparezzi)


175090700111011

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Geologi
Struktur. Penyusunan laporan besar ini tidak lepas dari berbagai hambatan. Namun, berkat
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengerjakan pengambilan data hingga
penulisan laporannya. Karena itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Dr. Ir. Wiyono, M. Si. dan Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M. Sc., Ph. D., selaku
dosen pengampu Praktikum Geologi Struktur yang telah memberi kesempatan kepada
mahasiswanya untuk melakukan kegiatan praktikum, field trip, dan penulisan laporan
Geologi Struktur.
2. Asisten praktikum Geologi Struktur, terutama Bagus Haji Wicaksono selaku asisten
praktikum kelompok 1
3. Rekan-rekan di Teknik Geofisika 2017 yang selalu mendukung dan memotivasi
penulis untuk melakukan kegiatan praktikum, field trip, dan penulisan laporan
Geologi Struktur.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari, laporan besar ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
laporan besar ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Malang, 27 November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3
2.1. Geologi Regional......................................................................................................... 3
2.1.1. Fisiografi dan Stratigrafi ...................................................................................... 3
2.2. Teori Dasar .................................................................................................................. 5
2.2.1. Hukum dan Konsep Geologi ................................................................................ 5
2.2.2. Mineral dan Batuan .............................................................................................. 5
2.2.3. Kekar (Joint) ........................................................................................................ 6
2.2.4. Lipatan (Fold) ...................................................................................................... 7
2.2.5. Sesar (Fault) ......................................................................................................... 9
BAB III METODOLOGI ...................................................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 10
3.2 Materi Penelitian ....................................................................................................... 10
3.3 Langkah Penelitian .................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 12
4.1. Stop Site 1 .................................................................................................................. 12
4.2. Stop Site 2 .................................................................................................................. 13
4.3. Stop Site 3 .................................................................................................................. 14
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 15
5.1. Kesimpulan................................................................................................................ 15
5.2. Saran .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Daerah Pengamatan............................................. Error! Bookmark not defined.


Gambar 2.2. Kolom kesebandingan stratigrafi Pegunungan SelatanError! Bookmark not
defined.
Gambar 2.3. Contoh shear joint dan tension joint . ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4. Berbagai contoh lipatan. ..................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4. Klasifikasi sesar menurut Anderson, 1951. ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. Batuan dari proses vulkanik (kiri) dan batuan sedimen (kanan) ..................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.2. Singkapan batu kapur Hutan Pagak .................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3.Singkapan dengan laminasi dan garis sesar ......... Error! Bookmark not defined.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sepanjang sejarah bumi, terjadinya gempa bumi hingga aktivitas gunung api
telah berlangsung secara terus – menerus. Karena hal ini, bumi merupakan planet
yang sangat dinamis. Aktivitas pergerakan lempeng bumi yang menyebabkan
rangkaian kejadian ini dapat diketahui dan diamati dari batuan yang ada di muka
bumi. Gaya – gaya yang menyebabkan proses perubahan dan evolusi dari muka bumi
direkonstruksi dengan ilmu geologi struktur dan tektonik.
Sehingga, geologi struktur dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
deformasi yang terjadi pada batuan, sehingga membentuk lapisan atas permukaan
bumi. Lapisan kerak bumi memiliki struktur yang terbentuk dari proses perubahan
besar yang terjadi pada geometri, kekuatan, serta susunan atau struktur dari material
batuan asal. Ini berarti, dulunya, sebuah batuan yang telah terdeformasi dapat
menunjukkan gaya – gaya yang terjadi di masa lalu. Semua bukti berupa hasil
pengamatan dan penelitian yang didapatkan dari lapangan selanjutnya dianalisa
dengan dibandingkan dan dimodelkan di laboratorium maupun pemodelan numerik.
Sehingga, dapat dilakukan interpretasi sejarah deformasi yang paling logis dan tepat
(Sapiie, 2011).
Gaya – gaya yang menghasilkan deformasi berasal dari pergerakan lempeng –
lempeng yang menyusun kulit bumi. Pergerakan lempeng ini dapat berupa
pergerakan saling menjauh, saling mendekat, maupun saling berpapasan. Deformasi
pada batuan adalah berupa lipatan maupun patahan. Studi mengenai unsur – unsur
struktur geologi seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan
struktur geologi lainnya, dipelajari secara detail pada ilmu geologi struktur (Noor,
2012).
Dari hasil mempelajari ilmu geologi struktur ini didapatkan pemahaman
tentang prinsip – prinsip dasar deformasi batuan dan mekanisme pembentukan
struktur geologi. Dengan mengetahui dan memahami jenis struktur geologi yang ada,
maka kondisi bentuk muka bumi dapat diketahui dengan lebih baik. Pemahaman ini
dapat dimanfaatkan, selain untuk mengetahui sejarah yang terjadi pada batuan, juga
dapat sebagai bahan untuk mengetahui kesesuaian dan kestabilan kawasan terhadap
daya dukung lahan untuk konstruksi bangunan, Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk
mempermudah mitigasi bencana dan mengetahui proses kejadian jebakan sumber
daya geologi berupa minyak dan gas bumi, air tanah, dan mineral lainnya.
Sebagai mahasiswa Teknik Geofisika, pengetahuan tentang geologi struktur
merupakan suatu dasar. Untuk itu, proses pembelajaran secara lisan dari kelas dan
praktik dari praktikum dirasa masih belum cukup. Perlu dilakukan penerapan secara
langsung dari ilmu dan pengetahuan yang telah di dapat tersebut. Sehingga
mahasiswa, atau dalam hal ini adalah praktikan, dapat memahami dan terbiasa
dengan kondisi di lapangan agar memiliki kemampuan yang memadai untuk menjadi
seorang geofisikawan.
Praktikum lapang atau field trip ini dimaksudkan sebagai penerapan ilmu dan
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh mata kuliah Geologi Struktur dan

1
praktikumnya. Pengetahuan yang didapatkan selama kegiatan pembelajaran dan
praktikum menjadi bekal untuk dilakukannya observasi. Dari field trip ini, dapat
diketahui secara langsung bentuk dan struktur geologi, mempelajari proses
pembentukannya, serta faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya.
field trip ini juga dilaksanakan agar praktikan mampu melihat secara langsung
singkapan dan karakteristik batuan yang ada di alam, serta dapat mengaplikasikan
teori yang dimiliki dengan menganalisa proses terbentuknya. Praktikan juga dapat
membandingkan kenampakan-kenampakan struktur geologi bedasarkan teori selama
perkuliahan dan kenyataannya di lapangan yang kemungkinan bisa sama ataupun
berbeda. Sehingga, tata cara indentifikasi batuan, pemahaman mengenai struktur dari
singkapan, pengukuran strike dan dip, geokronologi, dan litologi batuan daerah
Malang Selatan dapat dipahami dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah


Hal – hal terkait hasil pengamatan dan penelitian pada field trip Geologi
Struktur yang akan dibahas dalam laporan ini dapat dirumuskan menjadi :
1. Struktur geologi apa yang ditemukan pada lokasi pengamatan?
2. Bagaimana hipotesa proses terbentuknya struktur geologi ditinjau dari
kenampakan struktur singkapan dan litologi batuan pada lokasi pengamatan ?
3. Bagaimana litologi dari batuan yang terdapat pada lokasi pengamatan?

1.3. Batasan Masalah


Mengingat masalah yang dikaji, yakni struktur geologi dan litologi batuan,
cukup luas, maka bahasan dalam laporan ini perlu dibatasi menjadi struktur dari setiap
singkapan dan litologi batuan yang ditemui pada masing – masing stop site di daerah
pengamatan.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun untuk tujuan dari dilaksanakannya field trip Geologi Struktur ini
antara lain adalah untuk mengetahui keadaan geologi pada setiap stop site dari daerah
Malang Selatan dimana termasuk di dalamnya adalah keadaan geomorfologi, struktur
geologi, litologi, serta geokronologinya. Untuk kemudian dapat dijelaskan secara
teoritis, hipotesa mengenai proses pembentukan struktur geologi yang ada serta
litologi batuan yang terdapat di dalamnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan
mengenai keadaaan geologi terutama struktur geologi dan litologi batuan dari setiap
stop site di daerah Malang Selatan tersebut.

1.5. Manfaat Penelitian


Hasil pengamatan dan penelitian ini bisa dikembangkan untuk pengembangan
keilmuan, khususnya dalam bidang geologi struktur. Sehingga dapat dijadikan bahan
literatur dan edukasi kepada masyarakat setempat mengenai kondisi daerah tempat
tinggalnya. Serta dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk sesama mahasiswa
yang sedang mempelajari lebih lanjut mengenai struktur geologi, utamanya di daerah
Malang Selatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


2.1.1. Fisiografi dan Stratigrafi
Daerah Pegunungan Selatan Jawa, secara fisiografi termasuk ke dalam
lajur pegunungan selatan Jawa. Secara tektonik global diperkirkan pada
cekungan antar busur sampai busur vulkanik. Daerah pegunungan selatan yang
membujur mulai dari Yogyakarta ke arah timur, Wonosari, Wonogiri, Pacitan,
menerus ke daerah Malang Selatan, dan berlanjut ke daerah Blambangan.

Gambar 2.1. Daerah Pengamatan

Apabila ditinjau dari letaknya yang berada pada Pegunungan Selatan


Jawa Timur, bentang alam yang tersusun dari rangkaian pegunungan yang
memanjang relatif barat – timur dan jenis litologi penyusunnya di dominasi
oleh material volkanikklastik dan merupakan daerah penelitian dalam zona
“Wonosari Plateu.” Zona Pegunungan Selatan ini juga merupakan lajur
gunung api tersier yang telah mengalami fase tektogenesis setelah Pliosen,
akibatnya terjadi penerobosan magma dan penyesaran secara bersama – sama
maka bersamaan itupula terjadi proses pengisian magma yang memasuki
rekahan – rekahan yang menghasilkan aktifitas hidrothermal terhadap batuan
yang dilewatinya seperti membentuk urat – urat kuarsa (Bemmelen, 1949).
pola sesar dipegunungan selatan Jawa Timur membentuk pola seperti
huruf V, yang membatasi dari daerah tinggi (high) dan daerah rendah (low),
daerah tinggi didominasi oleh andesit tua sedangkan daerah rendah adalah
daerah yang relatif turun dan disusun oleh endapan yang diendapkan di atas
Formasi Andesit Tua (Nahrowi, Suratman, & Hidayat, 1978).

3
Secara regional daerah pengamatan termasuk kedalam stratigrafi
Pegunungan Selatan Jawa Timur.

Gambar 2.2. Kolom kesebandingan stratigrafi Pegunungan Selatan


(Suyanto & dkk, 1992).

Proses pengamatan dalam praktikum lapang ini terletak pada


Kabupaten Malang, Jawa Timur, dimana menurut Peta Geologi Regional
Lembar Turen kemungkinan daerah ini berkembang proses alterasi dan
mineralisasi apabila ditinjau dari batuan intrusi yang menerobos batuan –
batuan di sampingnya. Sehingga diperkirakan terdapat endapan – endapan
mineral sekunder. Daerah ini dapat dikelompokkan menadi tiga zona alterasi,
yakni : zona piropilitik Timur Laut dengan mineral utamanya klorit dan
epidot. Kemudian zona argilik Barat Daya dengan mineral utamanya berupa
smektit dan kaolin, serta alterasi argilik lanjut Tenggara – Barat Laut dengan
mineral utama pirofilit. Mineralisasi daerah ini adalah adanya mineral pirit,
kalkopirit, dan pirofilit ( (Yuwanto & Solichah, 2015).
Stratigrafi di daerah praktikum lapang ini didasarkan akan karateristik
litologi yang mendominasi, dikelompokkan menjadi 6 (enam) satuan tidak
resmi dan 2 (dua) satuan litodemik. Yaitu disusun oleh satuan breksi
piroklastik Mandalika (N4 atau Oligosen Akhir-Miosen Awal) pada
lingkungan darat, satuan litodem intrusi diorit (Miosen Awal), satuan litodem
intrusi dasit (Miosen Awal), satuan breksi laharik Wuni (N9 atau Miosen
Tengah) pada lingkungan transisi – laut dalam, satuan batupasir Nampol
(N11-N13 atau Miosen Tengah) pada lingkungan back barrier lagoon -
shoreface, satuan batugamping-klastik Wonosari (N11 – N16 atau Miosen
Tengah – Miosen Akhir) pada lingkungan platform interior, satuan
batugamping-terumbu Wonosari (Tf2-Tf3 atau Miosen Tengah - Miosen

4
Akhir) pada lingkungan platform margin, satuan endapan alluvial (Resen)
pada lingkungan darat (Widianto).

2.2. Teori Dasar


2.2.1. Hukum dan Konsep Geologi
Pemahaman hukum dan konsep geologi merupakan dasar untuk
mempelajari ilmu geologi. Banyak hukum di dalam ilmu geologi yang
dijadikan sebagai acuan seperti konsep uniformitasme, hukum super posisi,
konsep katastrofisme, dan lainnya.
Konsep katastrofisme di kemukakan oleh Baron Georges Cuvier
(1810), pria berkebangsaan Prancis, melihat adanya kenyataan bahwa di masa
lalu telah terjadi kepunahan beberapa spesies flora fauna yang kemudian
muncul flora fauna yang baru. Semua peristiwa tersebut terjadi karena adanya
bencana (catastroph) secara mendadak dengan sangat dahsyat dan
berlangsung di seluruh permukaan bumi. Dengan begitu, konsep ini dikenal
sebagai teori katastrofisme atau malapetaka (Thompson & Turk, 1997).
Pada akhir abad ke-18, James Hutton (1795), seorang ahli fisika
Skotlandia, menerbitkan buku Theory of the Earth. Hutton mencetuskan
kalimat “The present is the key to the past.” Kalimat tersebut bermakna bahwa
kondisi geologi pada saat ini merupakan hasil dari proses geologi di masa
lampau, sehingga dengan mempelajari karakteristik bumi pada saat ini, kita
dapat mengetahui proses geologi di masa lampau. Teori yang dikemukakan
oleh Hutton ini dikenal sebagai teori uniformitarianisme.
Charles Lyell (1797-1875) mengemukakan pemikirannya melalui
bukubukunya, salah satunya Principles of Geology. Lyell mengilustrasikan
konsep – konsep kesamaan dari alam sesuai dengan waktu. Lyell dapat
memperlihatkan bahwa proses-proses geologi yang diamati sekarang berlaku
juga pada masa lalu. Walaupun teori uniformitarianisme tidak dimulai oleh
Lyell, namun dia adalah orang yang lebih sukses dalam menginterpretasi dan
mempublikasikan pada masyarakat luas.
Ilmu geologi terus berkembang seiring dengan ditemukan berbagai
teknologi, misalnya teknologi geofisika. Seperti munculnya teori continental
drift (apungan benua) pada tahun 1912 oleh Alfred Wegener yang
mengemukakan bahwa pada 250 juta tahun yang lalu semua benua dan pulau
yang ada saat ini asalnya satu daratan raksasa yang kemudian retak dan terus
bergerak (mengapung) yang di antaranya menyebabkan terjadinya Benua
Amerika dan Afrika yang terpisah, serta benua-benua lainnya. Teori ini
kemudian terus disempurnakan oleh peneliti berikutnya hingga lahirnya Teori
Tektonik Lempeng pada tahun 1968 (Syahputra, 2016).

2.2.2. Mineral dan Batuan


Mineral dapat didefinisikan sebagai material homogen, inorganik
terbentuk secara alamiah dan dicirikan oleh sifat fisika maupun kimia tertentu
(Santoso, 1992). Selain itu, mineral juga dapat didefinisikan sebagai bahan

5
padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur
kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun
mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana
disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Cara untuk dapat mengenali suatu mineral,
adalah dengan mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik
mineral adalah bentuk kristal, berat jenis, bidang belah, warna, kekerasan,
goresan atau cerat, dan kilap (Noor, 2012).
Batuan dapat didefinisikan sebagai kumpulan atau agregasi mineral
yang terbentuk oleh alam, baik yang sudah mengalami konsolidasi sehingga
keras, maupun yang lunak san merupakan bagian dari pembentuk permukaan
bumi. Batuan dibedakan berdasarkan cara terbentuknya dibagi menjadi tiga,
yakni :
a. Batuan beku : batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma,
baik di dalam maupun di permukaan bumi
b. Batuan sedimen : batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan
lainnya (batuan beku, batuan metamorf, maupun batun sedimen itu
sendiri) melalui proses pelapukan, erosi, pengangkutan, dan
pengendapan
c. Batuan metamorf : batuan yang terbentuk oleh proses perubahan
komposisi mineral, tekstur, dan struktur karena suhu dan tekanan
yang sangat tinggi (metamorfisme) pada batuan yang telah ada
sebelumnya (Syahputra, 2016).

2.2.3. Kekar (Joint)


Kekar adalah bidang rekahan yang bagian massanya masih
berhubungan atau bergabung dan tidak memperlihatkan pergeseran yang
berarti, dimana blok saling terpisah tetapi tidak bergeser. Kekar merupakan
bidang planar dengan kecenderungan gerak pada bidangnya. Joint
didefinisikan sebagai rekahan atau pecahan batuan yang tidak mengalami
pergeseran dan hanya mengalami peregangan dan tidak terisi oleh mineral.
Apabila joint atau rekahan lainnya terisi oleh mineral yang terbentuk dari
fluida disebut sebagai vein (Saphe, 2011).
Secara umum kekar dicirikan oleh pemotongan bidang perlapisan
batuan yang biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa
dan mineral lainnya serta memiliki kenampakan breksiasi. Strukturnya bisa di
kelompokan berdasarkan sifat dan karakter serta arah gaya yang bekerja
terhadap batuan tersebut. Kekar yang umumnya di jumpai pada batuan antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Shear joint adalah retakan yng membentuk pola yang saling
berpotongan berbentuk lancip dengan arah gaya utama pada umumnya
bersifat tertutup.
b. Tension joint adala retakan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama dan bersifat terbuka.

6
c. Extension joint adalah retakan yang berpola tegak lurus dengan arah
gaya utama dan bentuk umumnya terbuka.
Berikut ini merupakan contoh gambar dari kekar (joint) :

Gambar 2.3. Contoh shear joint dan tension joint (Noor, 2012).

2.2.4. Lipatan (Fold)


Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan
yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada
unsur garis bidang di dalam bahan tersebut. Ukuran dari lipatan sangat
bervariasi, dan memengaruhi tiper permukaan batuan yang berbeda :
stratifikasi, belahan, schistosity, sesar, joints. Biasanya muncul di beberapa
lingkungan geologi yang berbeda tapi merupakan hasil yang paling tipikal dari
deformasi intensif suatu busur orogenik ( (Saphe, 2011).
Lipatan dapat terjadi melalui proses buckling dan bending. Buckling
adalah proses penekanan lateral dari suatu bidang planar dan pelengkungan
terjadi pada kedua sisi selama pemendekan. Bending adalah akrena pengaruh
gerakan vertikal pada suatu lapisan seperti penurunan lapisan, pergeseran pada
jalur gerus, maupun pelengseran suatau massa batuan pada bidang tidak rata
(Fossen, 2010).
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat
dikelompokkan menjadi :

7
a. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap
b. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan
sumbu utama.
c. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan
menerus atau tidaknya sumbu utama
d. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
e. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
f. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar
g. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi
oleh permukaan planar.

8
Gambar 2.4. Berbagai contoh lipatan (Noor, 2012).

2.2.5. Sesar (Fault)


Sesar atau patahan merupakan rekahan tunggal pada batuan yang telah
mengalami pergeseran melalui bidang rekahnya. Sesar juga dapat
didefinisikan sebagai bergesernya struktur batuan yang disebabkan oleh massa
batuan yang slip satu sama lain di sepanjang bidang atau zona rekahan. Sesar
ini dapat ditemukan pada batuan yang paling keras dan kuat seperti granit dan
pada batuan yang lebih lunak dan material bumi yang tidak seragam, seperti
pasir atau lempu ng (Twiss & Moores, 1992).
Sesar normal (normal fault) ialah sesar dimana pergeserah ke arah dip
adalah dominan dan bagian hanging wall bergerak relatif turun dibandingkan
bagian foot wall. Sesar naik (reverse fault) mempunyai pergeseran dominan
searah kemiringan dimana blok hanging wall relatif bergeser ke arah atas
dibandingkan blok foot wall. Sedangkan sesar mendatar (strike – slip fault)
adalah sesar dengan pergeseran dominan searah jurus sesar yang umumnya
mempunyai kemiringan terjal atau curam (Davis & Rreynolds, 1996).

Gambar 2.5. Klasifikasi sesar menurut Anderson, 1951 (Davis &


Rreynolds, 1996).

9
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Field trip geologi struktur ini dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 18
November 2018. Daerah pengamatan dan penelitian berada di daerah Malang bagian
Selatan dengan tiga stopsite, yakni :
1. Stop site 1 adalah bagian dari Sungai Brantas yang terletak di Desa
Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Stop site 1 ini
terletak pada koordinat S 08o10’57,5” E 112o32’47,7” dan pada ketinggian
303 mdpl. Pengamatan berlangsung mulai pukul 08.56 WIB.
2. Stop site 2 berada di kawasan Hutan Pagak yang terletak pada koordinat S
08o13’47,7” E 112o33’0,81” dengan ketinggian 463 mdpl. Pengamatan
dilakukan pada pukul 09.44 WIB.
3. Stop site 3 terletak di Desa Ngembul, Kecamatan Kalipare, Kabupaten
Malang dengan koordinat S 08o13’26,0” E 112o7’31,9” dan pada
ketinggian 413 mdpl. Pengamatan dilakukan sekitar pukul 14.40 WIB.

3.2 Materi Penelitian


Dalam dilakukannya penelitian ini digunakan beberapa materi yang berupa data,
antara lain:
1. Litologi batuan yang berada pada daerah pengamatan.
2. Pengukuran strike dan dip dari singkapan yang terdapat pada daerah
penelitian.

3.3 Langkah Penelitian


Pada field trip geologi struktur ini digunakan beberapa metode. Salah satunya
adalah metode orientasi lapangan. Metode ini adalah salah satu cara dalam teknik
pengumpulan data dimana dilakukan pengamatan langsung ke lapangan. Tujuan dari field
trip ini adalah agar praktikan dapat menarik suatu permasalahan atau data dari kondisi
yang terdapat di lapangan (Perdana, 2008). Selain itu, field trip ini digolongkan dalam
penelitian observasi. Yang dimaksud observasi di sini adalah pengamatan yang dilakukan
dengan tujuan agar didapatkan data tentang suatu masalah atau kondisi, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah, penelitian observasi adalah penelitian
yang datanya dihimpun dengan cara peneliti melakukan observasi atau pengamatan
(Hidayat, 2014). Dalam hal ini, objek yang diamati adalah kenampakan batuan dan
struktur dari singkapan pada setiap stopsite yang dikunjungi.
Proses penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yakni tahap persiapan, pengamatan
dan penelitian lapangan, dan penyusunan laporan. Berikut adalah detail proses
penelitiannya:

10
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, yang dilakukan praktikan adalah belajar
mengenai struktur geologi secara keseluruhan hingga regional dari
perkuliahan, praktikum, maupun studi mandiri dengan memanfaatkan
literatur. Selain itu, sebelum dilaksanakannya field trip dilakukan survey
lokasi dari setiap stop site oleh beberapa perwakilan dari praktikan, serta
persiapan peralatan dan kebutuhan field trip.
2. Pengamatan dan penelitian lapangan
Tahap ini dilakukan secara langsung di lapangan dengan
melakukan pengamatan dan pengambilan data. Pengamatan dan
pengambilan data dilakukan terhadap litologi dari batuan – batuan, serta
struktur geologi yang berada pada setiap stop site. Kemudian dilakukan
pengambilan koordinat dan elevasi dari setiap stop site serta pengukuran
strike dan dip dari suatu singkapan. Apabila diperlukan, dilakukan pula uji
HCl untuk mengetahui jenis batuan. Pengambilan data dari setiap stop site
juga dilakukan dengan mengambil sampel batuan, membuat sketsa
kenampakan singkapan, dan menulis deskripsi singkat yang sekiranya
diperlukan untuk ditulis dalam laporan. Selain itu juga dilakukan
dokumentasi dengan kamera maupun ponsel.
3. Penyusunan laporan
Dari data yang didapatkan di lapangan, dibuat deskripsi dan
penjelasan lebih lanjut secara rinci dan terstruktur melalui penulisan
laporan hasil pengamatan. Pada penulisan laporan ini, data yang diperoleh
dari lapangan, dibandingkan dengan literatur. Sehingga dapat diketahui,
dijelaskan, dan dipelajari lebih detail lagi mengenai hasil pengamatan dan
penelitian yang didapatkan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Stop Site 1

Gambar 4.1. Batuan dari proses vulkanik (kiri) dan batuan sedimen (kanan)

Praktikum lapang Geologi Struktur ini mengambil tempat pengamatan atau


stop site pertama di bagian dari Sungai Brantas yang terletak di Desa Sengguruh,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Stop site pertama ini terletak pada
koordinat S 08o10’57,5” E 112o32’47,7” di ketinggian 303 mdpl. Pengamatan
dilakukan pada pukul 08.56 WIB. Dari hasil pengamatan didapatkan singkapan
batuan pada pinggiran aliran Sungai Brantas. Tanah pada bagian pinggiran aliran
sungai ini sebagian besar telah dirapikan karena di dekat tempat pengamatan
merupakan Bendungan Sengguruh.
Meskipun telah terdapat tanah yang dirapikan, pada bagian bawah jembatan
masih terdapat singkapan dua jenis batuan yang berbeda yang dapat dilihat dengan
cukup jelas dari atas jembatan. Proses pengamatan ini dilakukan tidak dalam jarak
dekat dikarenakan kondisi aliran sungai yang cukup deras dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan pengamatan lebih dekat dengan batuannya.
Dua jenis batuan ini adalah batuan sedimen yang diperkirakan adalah batu
pasir dan batuan beku dari proses vulkanik. Batuan sedimen ini berlapis – lapis dan
terdiri dari warna gelap (kehitaman) dan terang (putih). Di atas batuan sedimen ini
terdapat lapisan tanah dengan tebal kurang lebih tiga meter yang kemungkinan
merupakan hasil pelapukan dari batuan sedimen itu sendiri. Jarak dari lapisan batuan
yang belum terlapukkan menjadi tanah hingga tanah yang terisi oleh vegetasi di
atasnya berkisar antara lima sampai sepuluh meter. Adanya vegetasi pada batuan ini
merupakan ciri dari batuan yang terlapukkan.
Bagian bawah dari lapisan batuan sedimen ini terdapat jenis batuan yang
berbeda. Yakni, berupa batuan beku dari proses vulkanik. Meskipun belum diketahui
secara pasti jenis batuannya, karena keadaan yang tidak memungkinkan, jelas batu
vulkanik ini berbeda dengan batuan sedimen yang berada didekatnya, karena mampu
menopang pondasi dari jembatan dan tidak terkikis oleh aliran air sungai. Sehingga

12
kemungkinan besar, apabila dilihat dari kekuatannya menahan jembatan dan tahan
terhadap aliran air sungai, batuan ini termasuk dalam batuan beku. Mash belum dapat
diketahui darimana batuan ini berasal, karena pada keadaan saat ini, daerah Desa
Sengguruh ini cukup jauh dari gunung api aktif. Pada singkapan yang nampak dan
tidak tertutup aliran air, terdapat struktur tubular yang berbentuk seperti meja. Lapisan
batuan pada struktur geologi di stop site ini diperkirakan tidak mengalami
penunjaman, dilihat dari tidak adanya lapisan batuan yang miring dan membentuk
indikasi patahan. Sehingga dip dari lapisannya diperkirakan adalah 0o.

4.2. Stop Site 2

Gambar 4.2. Singkapan Batu Kapur Hutan Pagak

Dari Desa Sengguruh, perjalanan dilanjutkan ke stop site 2, yakni Hutan


Pagak yang berlokasi di Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Daerah ini berada
pada koordinat S 08o13’47,7” E 112o33’0,81” dengan ketinggian 463 mdpl.
Pengamatan dilakukan pada pukul 09.44 WIB. Daerah Hutan Pagak merupakan
daerah yang berbukit – bukit yang tersusun dari batu gamping. Litologi batuannya
diketahui batu gamping berdasarkan literatur dari pengamatan sebelumnya dan
pengambilan sampel.Singkapan ini cukup mudah diamati karena berada di pinggir
jalan raya. Warna batuan yang nampak adalah kehitaman, yang merupakan warna
lapuk dari batu gamping tersebut. Setelah lapisan yang hitam, terdapat batu gamping
yang kemerahan. Warana merah ini muncul karena adanya oksidasi antara batu
gamping dengan udara luar.
Pada singkapan ini terlihat garis sesar yang merupakan indikasi adanya
struktur patahan. Namun kemenerusan dari patahan ini tidak dapat diamati karena
terpotong oleh jalan, perbukitan, dan hutan. Sehingga, jenis patahannya belum dapat
diketahui untuk digolongkan sebagai patahan naik, patahan turun, atau patahan geser.
Hasil pengukuran strike dan dip pada singkapan ini bernilai N 330o E/40o.
Adanya singkapan dengan litologi batu gamping mengindikasikan adanya
proses pengangkatan atau uplifting laut dangkal dari arah Selatan Pulau Jawa.
Hipotesa ini diperkuat dengan penemuan fosil kuda laut yang terdapat pada daerah
kemenerusannya ini. Batu gamping pada singkapan ini sudah mengalami pelapukan
seiring dengan munculnya vegetasi pada celah – celah batuan.

13
4.3. Stop Site 3

Gambar 4.3.Singkapan dengan laminasi dan garis sesar

Stop site 3 ini terletak di Desa Ngembul, Kecamatan Kalipare, Kabupaten


Malang. Koordinat dari lokasi singkapan ini adalah S 08o13’26,0” E 112o7’31,9”
dengan elevasi 413 mdpl. Daerah pengamatan ini terletak kurang lebih 50 kilometer
dari laut. Pengamaatan dilakukan sekitar pukul 14.40 WIB. Singkapan pada lokasi ini
cukup mudah diamati karena tempatnya yang strategis, berada di pinggir Jalan
Kalipare. Namun, tidak semua praktikan dapat mengamati secara langsung karena
singkapan berada di tengah – tengah kebun warga.
Seperti yang terlihat pada gambar terlampir, singkapan ini memiliki laminasi
dan menunjam dengan kemiringan pada pengukuran pertama di salah satu sisi adalah
sebesar N 10o E/12o dan pengukuran di sisi yang lain menghasilkan nilai sebesar N
135o E/35o. Adanya stratigrafi yang berlapis ini terjadi karena batu yang utuh
mendapat stress atau tegangan dengan nilai yang kemungkinan sama. Selain adanya
laminasi, dari hasil pengamatan diketahui adanya struktur patahan karena adanya
garis sesar pada singkapan. Namun, untuk arah kemenerusannya tidak dapat dilihat
dan dipastikan karena terpotong oleh jalan raya.
Litologi dari singkapan ini adalah batu gamping. Meskipun membentuk
laminasi, dapat diketahui bahwa komposisi dari seluruh singkapan ini sama, sehingga
hipotesanya adalah terbentuk pada waktu yang bersamaan, hanya saja karena adanya
stress, terbentuk laminasi. Batuan penyusun berupa batu gamping ini berwarna
kehitaman yang merupakan warna lapuk hasil dari oksidasi. Sementara warna
segarnya adalah kuning, selayaknya batu gamping pada umumnya. DIperkirakan,
singkapan batuan ini berasal dari lantai laut.

14
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum lapang atau field trip yang telah dilaksanakan, dapat diambil
kesimpulan bahwa daerah di Kabupaten Malang, utamanya di Hutan Pagak dan Desa
Ngembul, dahulunya merupakan wilayah laut dangkal, ditinjau dari komposisi batuan
penyusunnya berupa batu gamping, yang mengalami pengangkatan atau uplifting dan
kemudian terjadi patahan yang diindikasikan dengan adanya garis sesar. Sementara
itu, pada daerah aliran Sungai Brantas ditemui dua jenis batuan berbeda, yakni batu
pasir seperti sungai pada umumnya dan batu beku dari proses vulkanik yang belum
diketahui darimana asalnya.
5.2. Saran
Pada kegiatan praktikum lapang ini, peserta disarankan untuk telah membaca
terlebih dahulu mengenai daerah yang akan dikunjungi, sehingga bisa lebih paham
dan dalam menerima penjelasan dari dosen selama kegiatan berlangsung. Selain itu
diharapkan untuk selalu mempersiapkan dengan baik alat dan barang bawaan yang
sekiranya diperlukan selama kegiatan berlangsung.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R. W. (1949). The Geology of Indonesia. Nedherland: The Haque.


Davis, G. H., & Rreynolds, S. J. (1996). Structural Geology of Rocks and Regions. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Fossen, H. (2010). Structural Geology. Britania Raya: Cambridge University Press.
Hidayat, M. L. (2014). Penelitian Observasi Deskriptif. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nahrowi, T., Suratman, Y., & Hidayat, S. (1978). Geologi Pegunungan Selatan, Jawa Timur.
Cepu: Bagian Eksplorasi PPTMGB Lemigas Cepu.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Perdana, G. A. (2008). Normalisasi Sungai Cimanuk Mulai Bendung Renang hingga Muara
Rambatan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Santoso, D. (1992). Batuan dan Peta Geologi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sapiie, B. (2011). Prinsip Dasar Geologi Struktur. Bandung: ITB Press.
Suyanto, & dkk. (1992). Geologi Lembar Turen, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Syahputra, R. (2016). Modul Geologi Dasar Pemicu I. Depok: Universitas Indonesia.
Syarifudin, E. (2009). Academia Website. Retrieved from Academia: www.academia.edu
Thompson, G. R., & Turk, J. (1997). Modern Physical Geology. Philadelphia: Saunders
College Publishing.
Twiss, R. J., & Moores, E. M. (1992). Structural Geology. New York: W. H. Freeman and
Company.

16
LAMPIRAN

Foto Bersama Dosen dan Asisten Praktikum Geologi Struktur

17
Proses Pengukuran Strike dan Dip

18
Lembar Pengamatan Stop Site 1

19
Lembar Pengamatan Stop Site 2

20
Lembar Pengamatan Stop Site 3

21

Anda mungkin juga menyukai