Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN DRAINASE SISTEM POLDER PADA WILAYAH

MARANSI, AIE PACAH KOTA PADANG

PENDAHULUAN berbagai kegiatan karena kawasannya yang


Latar Belakang datar. Namun disisi lain, potensi permasalahan
Daerah Aie Pacah merupakan daerah yang mungkin timbul adalah dalam aspek
yang berpotensi dijadikan sebagai pusat Kota pengembangan sistem drainase kawasan.
Padang. Hal ini awalnya ditandai dengan Kawasan yang relatif datar membutuhkan
dibangunnya Jalan Padang By-Pass pada akhir perencanaan sistem drainase yang tepat untuk
tahun 1980-an, selanjutnya dibangun Terminal menghindari terjadinya genangan atau banjir
Regional Bingkuang pada akhir tahun 1990-an. apabila terjadi curah hujan yang tinggi.
Kedua prasarana transportasi ini merupakan Batasan Masalah
indikator bahwa Kawasan Aie Pacah dan a. Dalam hal ini hanya dihitung drainase
kawasan di sepanjang Jalan Padang By-Pass sistem polder yang diakibatkan oleh
diproyeksikan sebagai kawasan masa depan curah hujan dan air buangan.
Kota Padang. b. Tanggul yang dibangun hanya
Pada tahun 2000-an, kawasan Aie Pacah disekeliling kolam.
tetap menjadi bagian penting dalam c. Pompa yang digunakan hanya
perencanaan tata ruang kota Padang. difungsikan pada saat kondisi kritis
Indikasinya antara lain adalah: Tujuan
RTRW Kota Padang 2008-2028 Tujuan penulisan ini adalah dengan
a. Kawasan Aie Pacah menjadi Sub merencanakan drainase sistem polder, banjir
Pusat Pelayanan Kota Padang, selain yang terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan
Lubuk Buaya, Bandar buat dan air buangan penduduk di wilayah Maransi Aie
Bungus. Pacah dapat dikurangi.
b. Kawasan Aie Pacah diarahkan sebagai METODOLOGI
lokasi Kawasan Pusat Perkantoran Dalam setiap penulisan karya tulis, data-
Pemerintahan Kota Padang. data merupakan suatu hal yang sangat penting,
Topografi Kawasan Maransi Aie Pacah diantaranya:
secara umum berupa dataran dengan rata-rata a. Tinjauan Pustaka
kemiringan lahan 0-2%, dengan rata-rata Yaitu mengumpulkan referensi guna
ketinggian dari permukaan air laut adalah 0- mendapatkan teori-teori untuk analisa
15m. (Sumber: RTRW Kota Padang 2012, data yang berhubungan dengan penulisan
Hasil Perhitungan dengan aplikasi ArcGis). tugas akhir ini.
Kondisi topografi tersebut menjadikan b. Instansi Terkait
kawasan ini mudah untuk pengembangan
n
Data yang dibutuhkan adalah curah
P1 A1  P 2 A2  ....  Pi Ai 
Pi Ai
hujan, topografi, Penduduk, data lokasi P  i 1n
A1  A2  ....  Ai
dan data lain yang dianggap perlu dalam A
i 1
i

penulisan ini. Data dan informasi


3) Cara garis-garis Isohyet.
diperoleh dari Dinas PSDA Provinsi
  P1  P2 
Sumatera Barat, BAPPEDA Kota   A 2


P 
Padang, BPS Kota Padang, dan PU Kota
ATotal
Padang.
c. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh nantinya
akan dilakukan perhitungan untuk
merencanakan drainase sistem polder.
Tinjauan Pustaka
Dengan memperhatikan stasiun hujan
a. Curah hujan
yang tersebar di daerah tersebut, maka
Curah hujan yang diperlukan untuk
digunakan cara rata rata Aljabar. Cara ini cocok
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
untuk kawasan dengan topografi rata atau datar,
dan rancangan pengendalian banjir adalah
alat penakar tersebar merata/ hampir merata,
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang
harga individual curah hujan tidak terlalu jauh
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu
dari harga rata-ratanya. Adapun cara
titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah
perhitungannya adalah menggunakan rumus
hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam
sebagai berikut (Suripin, 2004):
mm.
Dengan P1, P2, …Pn merupakan curah
Adapun berbagai cara untuk menghitung
hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,
tinggi curah hujan rata-rata, Terdapat tiga cara
…n dan n adalah banyaknya pos penakar hujan.
yang digunakan untuk menghitung curah hujan
b. Frekuensi Curah Hujan
daerah, yaitu (Suhardjono, 2013):
Untuk Menganalisa frekuensi curah hujan
1) Cara rata-rata Aljabar
dapat menggunakan cara distribusi normal,
n

P1  P 2  P3  ....  Pn 
Pi distribusi gumbel dan distribusi log person
i 1
P 
n n III.cara ini dilakukan dengan mengurutkan data
2) Cara poligon Thiessen hujan hasil pengamatan mulai dari yang
terbesar sampai yang terkecil. Kemudian
dihitung parameter statistiknya dengan rumus-
rumus sebagai berikut:
1) Rata-rata (Xr) Yt  Yn
Rumus: XT = X   Sx
1 i n Sn
 xi
n i 1 2

Sx =
( X  X )
2) Simpangan Baku (s) n 1
1 in Dimana:
[  xi  xr 2 ]1/2
n  1 i 1 XT = Hujan dengan return periode T (mm)
3) Standar Deviasi (S) = Curah hujan maks rata-rata (mm)
2 n = Banyak data tahun pengamatan
 (xi  xr)
s2 
n 1 Sx = Standart deviasi
4) Koefisien Varian (Cv) Yn = hubungan dengan banyak data,
S YT = hubungan dengan return Period
Xr Sn = hubungan dengan banyaknya data
5) Koefisien Skew (G) NilaiYT, Yn dan Sn telah ditetapkan
in
dalam tabel (lampiran)
n
 xi  xr  3

x i 1 2) Metode Distribusi Normal


n  1 n  2 S3
Distribusi normal atau kurva normal
6) Koefisien kurtosis (Ck) disebut juga distribusi Gauss. Rumus yang di
i n
1 pakai pada distribusi normal adalah
3  ( xi  xr ) 3
n n i 1
(n  1)(n  2)(n  3) S4 X T  X  K T .S

Dimana: Dimana:

n = Jumlah tahun pengamatan XT = Curah hujan kala ulang T-tahun (mm)

Xi = Data curah hujan harian maksimum X = Nilai rata-rata hitung variat


Dengan syarat: S = Standar Deviasi

No. Distribusi Persyaratan Prosedur perhitungan:


1) Hitung nilai curah hujan maksimum rata-
1. Gumbel Cs ≈ 1,13 & Ck ≈ 5,4
rata
-0,1 < Cs < 0,1 &
2. Normal 2) Hitung nilai Standar Deviasi.
2,7 < Ck < 3,3
3) Tentukan nilai KT (Tabel)
Log Pearson
3. Ck ≈ 1,5Cs5 + 3 4) Hitung nilai curah hujan kala ulang T-
III
tahun
Sumber: Lusi Utama, 2013
3) Metode Distribusi Log-Pearson III
1) Metode Distribusi Gumbel
Metode distribusi log Pearson tipe III
Data-data metode ini yang harus tersedia
banyak digunakan dalam analisa hidrologi
adalah curah hujan tahunan dengan pengamatan
terutama dalam analisa data maksimum dan
minimum 10 tahunan.
minimum dengan nilai extrim. Persamaan yang 3) Hitung standar deviasi Log X

digunakan: log X  log X  K TR S log X  4) Hitung nilai Koefisien Kemencengan

Prosedur perhitungan: Skewness(KTR)

1) Tentukan Logaritma dari semua X 5) Hitung curah hujan kala ulang T-tahun

2) Hitung nilai rata-rata log X


Nilai KTR Untuk Distribusi Log Pearson III (Kemencengan Positif)
Return Period in Years
Skew Coefficient Cs or 2 5 10
Cw Exceedence Probability
0.50 0.20 0.10
1 2 3 4
1.0 -0.164 0.758 1.340
0.9 -0.148 0.769 1.339
0.8 -0.132 0.780 1.336
0.7 -0.116 0.790 1.333
0.6 -0.099 0.800 1.328
0.5 0.083 0.808 1.323
0.4 -0.660 0.816 1.317
0.3 -0.050 0.824 1.309
0.2 -0.033 0.830 1.301
0.1 -0.017 0.836 1.292
0.0 0 0.842 1.282
Sumber: Triatmodjo, 2008
c. Koefesien Pengaliran Faktor utama yang mempengaruhi C adalah
Koefisien(C) didefinisikan antara puncak laju infiltrasi tanah atau prosentase lahan kedap
aliran permukaan terhadap intensitas hujan. air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah,
Faktor ini merupakan variable yang paling dan intensitas hujan.
menentukan hasil perhitungan debit banjir.
Koefisien Limpasan Permukaan (C)
Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran (C)
Business
- perkotaan 0,7-0,95
- pinggiran 0,5-0,70

Perumahan :
- Rumah tinggal 0,30-0,50
- Multi uni, terpisah 0,40-0,60
- Multi unit, tergabung 0,60-0,75
- Perkampungan 0,75-0,40
- Apartemen 0,50-0,70
Industri :
- Ringan 0,50-0,80
- Berat 0,60-0,90
Perkerasan : 0,70-0,95
- Aspal dan beton 0,50-0,70
- Batu bata, paving 0,75-0,95
Atap
Halaman, tanah berpasir :
- Datar 2 % 0,05-0,10
- Rata-rata, 2-7 % 0,10-0,15
- Curam, 7 % 0,15-0,20
Halaman, tanah berat :
- Datar 2 % 0,13-0,17
- Rata-rata, 2-7 % 0,18-0,22
- Curam, 7 % 0,25-0,35
Halaman kereta api 0,10-0,35
Taman tempat bermain 0,20-0,35
Taman, perekuburan 0,10-0,25
Hutan
- Datar, 0-5 % 0,10-0,40
- Bergelombang, 5-10 % 0,25-0,50
- Berbukit, 10-30 % 0,30-0,60
Sawah 0,45-0,75
Sumber: sistem drainase perkotaan yang berkelanjutan, Dr.Ir.Suripin,M.Eng.
d. Periode Ulang Hujan Dimana:
Dari faktor distribusi yang sesuai, yaitu Rn = Besar curah hujan rencana (mm/hari)
dengan menggunakan Distribusi Log Pearson Yr = Curah hujan rata-rata (mm)
Type III, maka untuk menghitung curah hujan KT = Koefisien distribusi
rencana dipakai rumus, sebagai berikut: S = Standar deviasi
Log Rn = Yr + KT . S
Dalam tinjauan ulang ini periode ulang mendatang, bisa dengan mengikuti standar
hujan dilakukan untuk beberapa tahun yang berlaku seperti tabel berikut:
Periode Ulang Hujan Rencana
Catcment Area ( Ha )
Tipologi Kota
< 10 10 s/d 100 100 s/d 500 > 500

Kota Metro 2 Thn 2 – 5 Thn 5 – 10 Thn 10 – 25 Thn

Kota Besar 2 Thn 2 – 5 Thn 2 – 5 Thn 5 – 20 Thn

Kota Sedang 2 Thn 2 – 5 Thn 2 – 5 Thn 5 – 10 Thn

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 12/Prt/M/2014, Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan
e. Intensitas Curah Hujan 2) Karakteristik intensitas-durasi pada
Intensitas curah hujan adalah besarnya frekuensi yang dipilih
prepitasi/curah hujan dalam jangka waktu yang 3) Waktu kosentrasi
relative singkat, biasanya dinyatakan dalam Waktu kosentrasi (tc) adalah waktu yang
mm/jam. Apabila data hujan jangka pendek diperlukan oleh butiran air untuk bergerak dari
tidak tersedia, yang ada hanya data hujan titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke
harian, maka Intensitas curah hujan dapat titik pembuangan.
dihitung dengan menggunakan rumus f. Debit Air Hujan(Metode Rasional)
Mononobe (Muljana Wangsadipura, M.Eng, Metode Rasional banyak digunakan
Drainase Perkotaan, ITB), yaitu: untuk memperkirakan debit puncak yang

R  24 
0.67 ditimbulkan oleh hujan dengan luas DAS kecil.
I =   (mm/jam)
24  tc  Pemakaian metode Rasional sangat sederhana.
0.77 Beberapa parameter hidrologi yang
 L 
tc = 0.0195   (jam) diperhitungkan adalah intensitas hujan, durasi
 S
hujan, frekuensi hujan, luas catchment area,
Dimana:
absraksi (kehilangan air akibat evaporasi,
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
intersepsi, infiltrasi, tampungan permukaan)
R = Hujan harian (mm)
dan konsentrasi aliran. Metode ini dipakai
Tc = Waktu tempuh aliran (T0+Td) (jam)
untuk daerah perkotaan dengan luas DAS
Intensitas diperoleh dengan analisis curah
kurang dari 200 acres atau ± 81 ha.
hujan, baik secara statistik, maupun secara
Metode Rasional didasarkan pada
empiris. Dalam menentukan Intensitas suatu
persamaan berikut: Q = 0.278 C.I.A
perencanaan drainase, faktor yang
dengan:
mempengaruhinya antara lain:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
1) Priode Ulang Hujan
C = Koefisien aliran Dimana: Pt = Jumlah penduduk tahun terakhir
A = Luas Daerah Aliran (km2) Po = Jumlah penduduk sebelum.
3
Q = Debit Maksimum (m /detik) r = Laju pertumbuhan penduduk
g. Debit Air Kotor n = Jumlah selisih tahun peninjauan
Air buangan adalah air yang telah dipakai h. Saluran drainase
yang berasal dari rumah tangga, institusi, Untuk mengitung kapasitas saluran
daerah komersil, daerah industri dan lain-lain digunakan rumus manning, yaitu:
yang bercampur dengan air tanah, air Q = V.A
permukaan, maupun dengan air hujan. Dalam 1 23 12
V = R S (Manning)
hal ini yang dibahas adalah air buangan n

domestik (Sanitary Wastewater), dimana Dimana:

berasal dari rumah tangga, daerah komersial Q = Kapasitas saluran (m3/dt)

dan sejenisnya. V = Kecepatan aliran (m/dt)


Metode yang dipakai dalam menghitung A = Luas penampang basah (m2)

proyeksi pertumbuhan penduduk dapat P = Keliling basah (m)

memakai formula laju pertumbuhan geometri N = Koefisien kekasaran Manning

sebagai berikut ini: R = Jari-jari hidrolis (m) A/P

Pt = Po ( 1 + r )n S = Kemiringan dasar saluran (m)

Koefisien Kekasaran Manning


Jenis Saluran n
A. Beton
 beton lurus 0,010-0,013
 Beton dipoles. 0,011-0,014
 Saluran pembuang 0,013-0,017
B. Tanah lurus dan seragam
 Bersih baru 0,016-0.017
 Bersih telah melapuk 0,018-0,025
 Berkerikil 0,022-0,030
 Berumput 0,022-0,033
C. Bukan beton 0.023-0.030
Sumber : Ven Te Chow, Ph.D, Hidralika Saluran Terbuka.
i. Drainase Polder drainase, kolam retensi, pompa air, yang
Sistem polder adalah suatu cara dikendalikan sebagai satu kesatuan
penanganan banjir dengan kelengkapan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka
bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas,
sehingga elevasi muka air, debit dan volume air kapasitas pompa yang dibutuhkan dan
yang harus dikeluarkan dari sistem dapat sebaliknya.
dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder a) Perhitungan Dimensi Kolam
disebut juga sebagai sistem drainase yang Dimensi kolam penampungan didasarkan
terkendali. pada perhitungan debit rencana yang
Komponen Sistem Polder masuk kolam penampungan dari saluran
1) Tanggul keliling drainase dan debit rencana yang keluar
Tanggul keliling dalam sistem drainase dari kolam penampungan melalui pompa.
polder memiliki kesamaan fungsi dengan Rumus yang digunakan untuk
pintu air, yaitu untuk mengisolasi atau menghitung dimensi kolam penampungan
memproteksi daerah tangkapan (catchment adalah sebagai berikut: V = L . B . H,
area)/pembatas hidrologi sistem polder Dimana:
terhadap masuknya air banjir dari luar V = volume (m3)
maupun dari pengaruh air laut (pasang surut L = panjang (m)
dan gelombang). B = lebar (m)
2) Sistem pembawa (conveyance system) H = tinggi (m)
Sistem pembawa terdiri dari saluran tersier, b) Aliran masuk dan keluar kolam
sekunder, dan primer, berfungsi untuk Inflow atau aliran dalam polder, dihitung
menyalurkan genangan yang terjadi pada dahulu volume air yang masuk pada
daerah tangkapan yang terletak di dalam kolam untuk menentukan ukuran kolam
sistem polder kekolam penampung dan ke dan aliran keluar atau outflow dengan
stasiun pompa. bantuan pompa . volume genangan dalam
3) Kolam kolam sama dengan volume air yang
Drainase sistem polder menggunakan pompa masuk dikurangi volume air yang keluar
dengan kolam, digunakan apabila debit dengan bantuan pompa. Dari data debit
banjir yang masuk lebih besar daripada banjir dapat dibuat grafik imbangan air
kapasitas pompa banjir. Kolam berfungsi debit banjir untuk menghitung volume air
untuk menampung kelebihan debit banjir yang masuk kolam penampungan
dan mengendalikan muka air di dalam sebelum dikeluarkan dengan pompa.
daerah tangkapan sistem polder pada saat Perhitungan volume aliran masuk kolam
terjadi banjir atau hujan lokal.Perencanaan dari data grafik imbangan air dengan
kolam memiliki keterikatan dengan pompa rumus: V = Q x T
yang akan digunakan semakin besar volum Dimana: V = volume (m3)
tampungan yang tersedia, semakin kecil Q = debit (m3/dtk)
T = waktu (menit)
Volume air yang keluar dengan pompa utama), laut (dari stasiun pompa langsung
direncanakan dihitung sejak pertama dibuang kelaut).
hujan. Dihitung dengan rumus sebagai 5) Pompa
berikut: Pompa ini berfungsi untuk membantu
Waktu ke n = n (menit) x kapasitas total mengeluarkan air dari kolam penampung
pompa x 60(detik) banjir maupun langsung dari saluran
c) Perhitungan tinggi genangan air dan drainase pada saat air tidak dapat mengalir
volume genangan kolam secara gravitasi. Rumus yang digunakan
Berdasarkan volume aliran yang untuk menghitung kapasitas pompa apabila
tergenang didalam kolam dapat dihitung volume tampungan ditentukan adalah:
volume air sisa genangan akibat debit ,
Qp = Qmaks–
pompa lebih kecil dari debit kolam.
Volume genangan = volume aliran masuk Dimana:

kolam – volume aliran keluar kolam. Qp = kapasitas pompa (m /detik)

Sedangkan berdasarkan luas kolam, Qmaks = debit banjir maksimum

tinggi genangan air yang tersisa di dalam Vt = volume tampungan total (m3)

kolam dapat dihitung sebagai berikut: ntc = lama terjadinya banjir (detik)

Tinggi genangan kolam (m) = volume Ada dua jenis dasar pompa yang biasa

genangan(m3) : luas kolam (m2) digunakan untuk system drainase, yaitu:

4) Badan air penerima (recipient waters) a) Archemidian Screw

Badan air penerima (recipient waters) b) Rotodynamic Pumps

berfungsi sebagai tempat akhir buangan Pompa jenis Archemidian screw jarang

drainase dari sistem drainase polder berasal digunakan, karena hanya sesuai bila

dari sistem pembawa (confeyance system) kapasitas alirannya tertentu dan tidak

berfungsi untuk menyalurkan genangan pada berubah secara drastis(lebih kurang tetap)

daerah tangkapan yang terletak di dalam Pompa Rotodynamic terdiri atas 2 jenis:

sistem polder kekolam penampung dan ke a) Pompa Centrifugal (aliran radial)

stasiun pompa (outfall system). Badan air umumnya bercirikan kapasitas aliran

penerima (recipient waters) dalam sistem sedang dengan kuatan desak yang cukup

polder terletak diluar sistem drainase seperti: tinggi.

sungai utama (main drain)/sungai banjir b) Pompa Axial memiliki kapasitas besar

kanal (dari stasiun pompa dibuang ke sungai dengan tinggi desak (tekan) yang rendah
sampai sedang.
Tabel Jenis Pompa dan Penerapannya
Kapasitas
Jenis Pompa Tinggi Tekan (m) Keterangan
(m3/det.)
Aliran masuk konstan dan lokasi
Archemidian 2-4 0,5 – 6
terpencil
Aliran radial 20 - 60 0,5 – 1,5 Aliran masuk sedang
Aliran Campur 1 - 10 0,5 - 10 Sering digunakan
memiliki luas total area 78Ha/0,78 Km2.
Kelima komponen sistem polder harus
(Sumber: RTRW Kota Padang 2012, Hasil
direncanakan secara integral, sehingga sistem
Perhitungan GoogleEarthPro).
dapat bekerja secara optimal. Tidak ada artinya
Sedangkan secara kependudukan
membangun sistem drainase lapangan dan
Kelurahan Aie Pacah jumlah penduduk Tahun
outfall yang sempurna dengan kapasitas tinggi,
2015, jumlah penduduk di kawasan Maransi
jika saluran pembawa tidak cukup mengalirkan
Aie Pacah adalah 2.246 jiwa, terdiri dari laki-
air dari lapangan ke outfall, demikian juga
laki 1.104 jiwa dan perempuan 1.142. Maransi
sebaliknya.
Aie Pacah memiliki RT sebanyak 11 RT dan
Data Lokasi Studi
RW sebanyak 3 RW, dengan pertumbuhan
Secara astronomis Maransi Aie Pacah
penduduknya sebesar 1,70 persen.
terletak antara 100˚21’11” BT dan 0˚58’ LS.
Lokasi Studi (Peta Kota Padang)

Lokasi Studi
Peta Lokasi Stasiun Curah Hujan Terdekat

Curah Hujan Harian Maksimum


Stasiun Curah Hujan Gunung Sariak (Dinas PSDA Prov. Sumbar, 2015)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Bulan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Jan 32 36 42 72 114 80 29 68 70 60 60
Feb 53 56 42 500 49 60 27 133 88 112 112
Mar 58 62 46 0 52 68 41 174 38 60 60
Apr 62 72 41 0 41 72 41 59 40 48 48
Mei 22 207 62 0 61 36 81 106 63 71 71
Jun 24 16 42 0 72 51 41 162 124 59 59
Jul 56 117 422 0 52 46 28 75 145 105 105
Agust 280 43 498 0 27 52 22 78 155 128 128
Sep 53 128 500 0 31 89 41 63 64 108 108
Okt 68 53 53 0 51 62 51 201 63 67 67
Nop 290 164 236 0 32 31 53 73,5 94 113 113
Des 56 31 56 0 325 62 82 215 115 105 105
Max 290 207 500 500 325 89 82 215 155 128 128
Stasiun Curah Hujan Gunung Nago (Dinas PSDA Prov. Sumbar, 2015)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Bulan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Jan 162 162 211 211 80 93 44 48 70 97 118
Feb 152 152 87 87 98 174 57 125 64 33 103
Mar 72 72 102 102 58 102 47 149 76 139 92
Apr 56 56 62 62 93 239 48 48 78 92 83
Mei 131 131 131 131 42 54 47 140 72 113 99
Jun 52 52 111 111 79 129 43 162 93 120 95
Jul 156 156 72 72 74 162 41 126 170 75 110
Agust 31 31 246 246 51 45 58 71 54 55 89
Sep 71 71 270 270 43 56 196 114 58 140 129
Okt 66 66 242 242 63 64 64 180 69 31 109
Nop 113 113 96 96 49 79 75 85 126 35 87
Des 186 186 49 49 70 156 55 104 94 127 108
Max 186 186 270 270 98 239 196 180 170 140 129

Stasiun Curah Hujan Tabing (BMKG Tabing, 2015)


2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Bulan
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Jan 90 51 200 64 230 19 66 45 49 49 86
Feb 151 61 171 119 112 163 55 104 77 55 107
Mar 70 133 107 195 90 145 70 234 46 90 118
Apr 84 87 39 135 101 75 101 79 150 101 95
Mei 108 111 115 41 39 61 39 91 21 61 69
Jun 44 99 73 88 84 107 49 186 125 107 96
Jul 37 130 102 99 76 118 172 93 176 118 112
Agust 260 89 168 86 30 60 44 75 44 44 90
Sep 118 76 299 25 84 48 123 103 74 123 107
Okt 180 111 133 9 128 81 95 169 37 95 104
Nop 165 85 176 81 49 100 88 109 136 109 110
Des 159 87 75 88 120 126 80 42 95 80 95
Max 260 133 299 195 230 163 172 234 176 123 118
PEMBAHASAN
Analisis curah hujan rata-rata
Stasiun Curah Hujan(mm)
No Tahun Rata-Rata(mm)
Gn. Sariak Tabiang Gn. Nago
1 2003 290 260 186 245
2 2004 207 133 186 175
3 2005 500 299 270 356
4 2006 500 195 270 322
5 2007 325 230 98 218
6 2008 89 163 239 164
7 2009 82 172 196 150
8 2010 215 234 180 210
9 2011 155 176 170 167
10 2012 128 123 140 131
11 2013 128 118 129 125

Analisis frekuensi curah hujan distribusi normal dan gumbel


Analisa frekuensi curah hujan Distribusi Log Person III

Kemudian dari data di atas dapat ditentukan distribusi yang sesuai menurut syarat perhitungan
yaitu:
Distribusi Syarat Hasil Keterangan
-0,1 < Cs < 0,1 1.1665 Tidak Memenuhi
Normal
2,7 < Ck < 3,3 4.4370 Tidak Memenuhi
Cs ≈ 1.1396 1.1665 Tidak Memenuhi
Gumbel
Ck ≈ 5.4002 4.4370 Tidak Memenuhi
Log Person III Ck ≈ (1,5Cs5 + 3 = 3.6081) (Cs=0.6216) 3.6156 Lebih Mendekati

Analisa Periode Ulang Hujan Analisa Intensitas Curah Hujan


Log R5 = Yr + KT.S Diketahui:
Harga Koefisien Skew (Cs) L = 1541,3 m
Cs = 0.6 -----KT = 0.800 (Tabel 2.2) H Elv 8 m  Elv 1 m
S   0,0045
Cs = 0.6216 -KT = ...... (Interpolasi) L 1541.3 m

Cs = 0.7 ------KT = 0.790 (Tabel 2.2)


0, 77
Interpolasikan KT = 0.79216  1541.3 
Maka: t d  0,0195   44,5 menit
Maka:Log R5 = 2,4069  0,0045 
R5 = 255,23 mm/hari t c  10  44,5  54,5 menit / 0,91 jam
Jadi curah hujan untuk periode ulang 5 tahun
adalah 255,23 mm/hari
2 2016 2258
R  24  3
I
24  Tc  2017 2264
2 2018 2270
255,23  24  3
I  112,24 mm / jam
24  0,91 2019 2276
2020 2283
Analisa Debit Air Hujan (Qh)
2021 2289
Diketahui:
2022 2295
Intensitas Hujan ( I ) = 112,24 mm/jam
2023 2301
Luas daerah pengaliran ( A ) = 5568,29 m2
Sumber: Hasil Perhitungan
Koefisien ( Ceq ) = 0.75
Setelah didapat perkiraan/proyeksi
Didapat debit air hujan total = 2,435 m3/dt
jumlah penduduk maka perkiraan jumlah air
Analisa Debit Air Kotor (Qak)
buangan/debit air buangan sudah dapat
Diketahui:
dihitung. Perkiraan debit air buangan/debit air
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
kotor rata-rata dapat dihitung sebagai berikut:
Th Jumlah Penduduk
2014 2246
2015 2252
Debit Air Kotor
Jumlah Aliran/Hari
No Sumber Limbah Unit (Liter/Unit)

Kisaran Rata Rata


1 Rumah Pada Umumnya Orang 190-350 280
2 Toko Pekerja 30-50 40
3 Rumah Makan Pengunjung 6-15 10
4 Perkantoran Pekerja 30-65 55
5 Sekolah, Aula, Kantin Murid/Mhs 60-115 80
6 Asrama Murid/Mhs 200-600 280
Rata-Rata 124
Sumber: Metcalf dan Eddy, dalam Sugiharto (1987)
Qk = (Pn . q)/A dimana q = 124 ltr/hari/unit = Analisa Dimensi Saluran
0,000001435 m3/dt/unit Data:
Didapat debit air kotor total: 0,0013689 m3/dt Talut = 1:1(Sal. Trapesium)
Analisa Perkiraan Debit Banjir Rencana Debit Recana (Qr) = 0,0360116 m3/dtk
Qr = Q air hujan + Q air buangan Koef Manning (n) = 0,02
= 2,435 + 0,0013689 = 2,44 m³/dtk Kemiringan (S) = 0.0045
Lebar Saluran (b) = 2h P = b+2h√ +1
Maka dihitung penampang saluran beebentuk Selanjutya,
segi empat dengan trapesium. R = A/P
Q
V=
A
Analisa Volume Kolam Retensi dan
Kapasitas Pompa
Diketahui:
Waktu awal (t0) = 10 menit
Waktu pengaliran (td) = 44,5 menit
Waktu konsentrasi(tc) = 54,5 menit
A=bxh
Curah Hujan(R5) = 255,23 mm/hari
P = b + 2h
Intensitas hujan(I) = 112,24 mm/jam
Debit masuk(Qin) = 2,44 m3/dt
Dari data diatas didapat hidrograf aliran
masuk seperti terlihat pada grafik dibawah ini:

A = (b + mh) h

Q(m3/dt)

2,5

1,5

0,5

t(menit)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
t0 td
tc tc + td
Tabel Perhitungan
Aliran
Komulatif Rata rata aliran Volume Komulatif
masuk 3
Waktu(dt) 3
waktu (menit) 3
masuk (m /dt) (m ) volume (m3)
(m /dt)
0,0 0,00 0 0
10,0 0,45 0,22 600 134,21 134,21
20,0 0,89 0,67 600 402,61 536,82
30,0 1,34 1,12 600 671,02 1207,84
40,0 1,79 1,57 600 939,43 2147,28
50,0 2,24 2,01 600 1207,84 3355,12
55,5 2,44 2,34 330 771,34 4126,47
60,0 2,30 2,37 600 1422,20 5548,67
70,0 2,06 2,18 600 1307,68 6856,35
80,0 1,81 1,93 600 1159,92 8016,27
90,0 1,56 1,69 600 1012,16 9028,44
100,0 1,32 1,44 600 864,40 9892,84
110,0 1,07 1,19 600 716,64 10609,48
120,0 0,82 0,95 600 568,88 11178,36
130,0 0,58 0,70 600 421,12 11599,48
140,0 0,33 0,46 600 273,36 11872,83
150,0 0,09 0,21 600 125,60 11998,43
155,5 0,00 0,04 330 14,22 12012,65

Komulatif Waktu Komulatif Waktu Komulatif Volume Pompa Volume Kolam Dengan
(menit) (dt) Volume (m3) 1,5 m3/dt Pompa 1,5 m3/dt

0 0 0 0
10 600 134 900 -766
20 1200 537 1800 -1263
30 1800 1208 2700 -1492
40 2400 2147 3600 -1453
50 3000 3355 4500 -1145
55,5 3330 4126 4995 -869
60 3600 5549 5400 149
70 4200 6856 6300 556
80 4800 8016 7200 816
90 5400 9028 8100 928
100 6000 9893 9000 893
110 6600 10609 9900 709
120 7200 11178 10800 378
130 7800 11599 11700 -101
140 8400 11873 12600 -727
150 9000 11998 13500 -1502
155,6 9330 12013 13995 -1982
Volume Kolam (m3) 928
Luas Kolam (m2) Dengan Tinggi Rencana 2 m 464

Rencana Struktur Tanggul

0.5 0.5

0.6

2.0 W1

W2

0.3 W3
Tekanan Tanah A Tekanan Air Tekanan Tanah
0.3 1.7

Dengan data(Sumber: Artikel Rina Juliet) Tekanan aktif = (γ x h) Ka = (13,72 x 2,9) x


Ø = 1,04 0,96 = 38,2 KN/m2
γ = 13,72 Tekanan pasif (Air + Tanah)
Bj = 2200 Kg/m Kp = Tan2(450 + Ø/2) = 1,04
Tekanan tanah aktif Tekanan pasif tanah = (γ x h) Kp = (13,72 x
2 0
Ka = Tan (45 – Ø/2) = 0,96 0,3) 1,04 = 4,28 KN/m2
Tekanan pasif air = ρ g h = 10 KN/m3 x 9,81 Cek Guling
x 2,3 = 22,56 KN/m2 Jumlah Momen Penahan Guling = berat
Gaya lateral sendiri + tekanan pasif
Pp = (0,5 x 4,28 x 0,3) + (0,5 x 22,56 x 2,3) 63,04 + (26,58 x 0,76) = 83,24
= 26,58 KN/m’ Penyebab guling = tekanan aktif
Pa = (0,5 x 38,2 x 2,9) = 55,39 KN/m’ 55,39 x 0,97 = 53,73
Posisi gaya Jadi penahan lebih besar dari penyebab guling
Pa = 1/3h = 1/3 x 2,9 = 0.97 m (83,24 > 53,73)….OK!!!
zp = ((25,94 x 1/3 x 2,3) + (4,28 x 1/3 x
0,3))/Pp = 0,76 m
Gambar Penampang Kolam
0.5 0.5

0.6 URUGAN

2.0

Galian Untuk Kolam


0.3
0.3 1.7

KESIMPULAN tahunan(R5) untuk daerah Maransi


Dari hasil perhitungan perencanaan, adalah 255,23 mm/hari
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai 2) Waktu Awal (t0) = 10 menit
berikut: 3) Waktu Pengaliran (td) = 44,5 menit
a. Komponen polder yang direncanakan 4) Waktu Konsentrasi(tc) = 54,5 menit
untuk mengatasi banjir pada kawasan ini 5) Intensitas (I) = 112,24 mm/jam
meliputi perencanaan saluran drainase, 6) Luas Daerah Studi = 78 Ha (Hasil
dimensi kolam, kapasitas pompa dan Perhitungan GoogleEarthPro)
dimensi tanggul. 7) Debit Total = 2,44 m3/dt
b. Analisa Hidrologi c. Analisa Hidrolika
1) Dengan data hujan 11 tahun(2003- 1) Saluran untuk kawasan perumahan
2013) meggunakan stasiun hujan digunakan saluran segi empat
Tabing, Gunung Nago dan Gunung sedangkan untuk kawasan persawahan
Sariak didapat curah hujan 5 digunakan saluran trapesium
2) Diameter gorong-gorong 1 m
3) Dimensi kolam yaitu luas dikali tinggi Menteri PU (2014) Tata Cara Perencanaan
= 464 m2 x 2 m dan volume = 928 m3 Sistem Drainase Perkotaan, 12/Prt/M/2014
3
4) Kapasitas Pompa adalah 1,5 m /dt Suripin, 2004, Sistem Drainase Yang
d. Tanggul dibuat dengan pasangan batu Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta
kali mengelilingi kolam retensi dengan Utama,Lusi.(2013) Hidrologi Teknik. Bung
dimensi tanggul yaitu lebar atas 0.5 m + Hatta University Press: Padang
0,5 urugan, tinggi 2.9 m dan lebar bawah
1,7 m.
SARAN
Sistem polder merupakan bangunan yang
beresiko tinggi sehingga perlu manajemen yang
memadai dalam operasi dan pemeliharaan dari
sistem polder tersebut. Pada perencanaan
sistem polder untuk kawasan ini nantinya akan
membutuhkan biaya yang sangat besar
sehingga perlu adanya biaya dari pemerintah
dan dari masyarakat sehingga kawasan ini tidak
akan mengalami genangan air dan bebas dari
banjir.
Perlunya pemeliharan kolam tampungan
dengan upaya pengerukan sedimen dalam kala
waktu tertentu apabila tampungan sedimen di
dasar kolam penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Direktorat Jendral Tata Perkotaan
Dan Tata Perdesaan, Panduan Dan
Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
Perkotaan. Tersedia dalam:
www.bukukerja.com
Hassyari,Riva.(2014), Penanggulangan Banjir
Dengan Sistem Polder Pada Perumahan
Green Harmoni Kelurahan Dadok Tunggul
Hitam Kecamatan Koto Tangah. Skripsi,
Universitas Bung Hatta

Anda mungkin juga menyukai