LAPORAN PENDAHULU AN
A. Latar Belakang
Istilah goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid,yang dikenal
dengan goiter non torix atau simple goiter atau struma endemic ,dengan dampak yang
ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut
mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
Goiter adalah satu cara mekanisme kompesansi tubuh terhadap kurangnya unsur
yodium dalam makanan dan minuman .asupan yodium dapat diperiksa secara langsung
yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang
mengidap goiter sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara lain
:pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetic yodium
B. Definisi
Goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid atau bisa juga disebut (gondok) yang tidak
disebabkan oleh inflamasi atau neoplasma biasanya di klasifikasikan sebagai toksis
(terkait dengan hipertiroidisme)atau nontoksis(tidak terkait dengan hipertirodisme atau
hipotiroidisme)
Goiter ini muncul jika kelenjar tiroid tidak bisa memproduksikan dan mensekresi hormon
yg cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik akibatnya kadar hormon penstimulasi-
tiroid membesar akibat sintesis hormone yang tidak cukup.akibat ini biasanya
menimbulkan kerusakan hormonal ringan sampai menengah.
Terlihat pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan)
dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. Kelenjar tiroid yang
membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila
secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut goiter non-toksik
Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan
penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk
memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh,
keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.
C. Eiologi
Berbagai faktor di diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid
termasuk di dalamnya defisiensi yodium goitrogenik glikosa agent(zat atau bahan ini
dapat mensekresi hormon tiroid ) sepeti ubi kayu,jagung,lobak,kangkung,kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan ,obat obatan anti tiroid anomali peradangan dan tumor.
Immunoglobulin penstimulus –pertumbuhan tiroid
Cacat turunan
Asupan diet lodin yg tidak adekuat
Konsumsi sejumlah makanan goitrogenik(seperti sayur sayur
,kol,kedelai,kacang,persik,kacang polong,stoberi,salad,dan lobak) atau pengguna
obat goitrogenik seperti ( propiltiorasil,metimazol ,lodida dan litium)
1
2
E. Fatofisiologi
Kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan hormone tiroid dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Kelenjar tiroid membesar untuk mengompesansi sintesis hormon yg tidak kuat
2
3
3
4
F. Klasifikasi
a) Goiter kongenital. Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya
tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.
b) Goiter endemik dan kretinisme. Biasa terjadi pada daerah geografis dimana
detistensi yodium berat, dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul
karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal
disepanjang laut.
c) Goiter sporadis. Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis
fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, dimulai pada awal kehidupan
dan kemungkinan bersama dengan hipertiroidisme yang merupakan petunjuk
penting untuk diagnosa
d) Goiter yodium. Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar
secara difus, dan pada beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.
e) Goiter sederhana (Goiter kollot) Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien
bistokgis tiroid tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel, koloid
dan epitel pipih
f) Goiter multinodular. Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau
banyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik
dan fibrosis..
g) Goiter intratrakea. Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering
berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.
h) Klasifikasi Goiter menurut WHO:
Stadium O –A : tidak ada goiter
Stadium O – B : Goiter terdeksi dari palpasi terapi tidak terlihat walaupun
leher terektensi penuh
Stadium I :goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher tereksentasi penuh.
Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam potersi
Stadium III: goiter yang besar terlihat dari daun
G. Manisfetasi Klinis
Penderita mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi
digitalis. Penderita dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah,
dan pengecilan otot. Biasanya ditemukan goiter multi nodular pada pasien-pasien tersebut
yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves.
Penderita goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot,
pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang
berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat
seperti yang terlihat pada penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin
dapat timbul. Beberapa goiter terletak di retrosternal . Pada umumnya pasien struma
nodosa datang berobat karena keluhan ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien,
4
5
khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu
penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Gejala penekanan ini data
juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya tidak disertai rasa
nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul Keganasan tiroid yang infiltrasi
nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau. Kadang-kadang penderita datang
dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah
metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya
sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang
ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium.
Gejala utama:
a) Peningkatan frekuensi denyut jantung
b) Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
c) Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
d) Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar
e) Mata melotot
f) Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi buang air
besar
g) Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
h) Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan
besar, di bagian depan leher tepat di bawah
i) Perasaan sesak dibawah tenggorokan
j) Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang
tenggorokan).
k) Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
l) Suara serak.
m) Distensi vena leher.
n) Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
o) Kelainan fisik (asimetris leher)
H. Komplikasi
Jantung
Hiperkalsemia
Nefrokalfonis
Penurunan libido
Impotensi
Berkurangnya jumlah sperma
Ginekomastia
Oftalmofati graves
Dermopati graves
5
6
6
7
K. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum,pemeriksaan TSH (pada klien denga hipotiroidisme
primer akan terjadi peningkatan TSH serum,sedangkan pada yg sekunder kadar TSH
dapat menurun atau normal
7
8
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
diagnosis status kesehatan klien. Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat
bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat
menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit
tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasan hidup sehari hari seperti:
Pola makan
Pola tidur
Pola aktivitas
3. Tempat tinggal klien sekaran dan waktu balita
4. Keluham utama klien,mencakup gangguan pada berbagai system tubuh
5. Pemeriksaan fisik mencakup
Penampilan secara umu amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur
tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
Perbesaran jantung
Disritmia dan hipotensi
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat
malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri
klien mencakup kelima komponen konsep diri
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;
pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal)
8. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap
kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit
serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :
Status pernafasan : frekuensi pola teratur tidaknya dan apakah klien
menggunakan otot pernafasan tambahan seperti retaksi dan apakah klien
menggunakan otot pernafasan tambahan seperti retaksi cuping hidung
Warna kulit apakah Nampak pucat atau ciaonosis
Suhu kulit khususnya daerah akral
8
9
KU/kesadaran
B. Diagnosa keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
nutrient kurang akibat kompres/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan
menelan makanan (disfagia)
Rutin gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan goiter
9
10
Mempertahankan Menurunkan
komunikasi yang kebutuhan
sederhana,beri berespon
pertanyaan yg hanya ,mengurangi
10
11
memerlukan berbicara
jawaban ya atau
tidak
Mengantisipasi Menurunkan
kebutuhan sebaik ansietas dan
mungkin,kunjungi kebutuhan pasien
klien secara teratur untuk
berkomunikasi
11
12
Daftar pustaka
12